Você está na página 1de 8

ANALISIS GRAVIMETRI

A. ANALISIS GRAVIMETRI
Analisis Gravimetric adalah suatu bentuk analisis kuantitatif yang berupa penambangan, yaitu
suatu proses pemisahan dan penimbangan suatu komponen dalam suatu zat dengan jumlah
tertentu dan dalam keadaan sempurna mungkin.
Secara mendasar gravimetri digolongkan menjadi empat bagian antara lain: gravimetri fisik,
thermogravimetri, analisis pengendapan gravimetri, dan elektrodeposisi. Beberapa hal tentang
gravimetri:

1.Waktu yang diperlukan untuk analisa gravimetri, menguntungkan karena tidak memerlukan
kalibrasi atau standarisasi. Waktu yang diperlukan dibedakan menjadi 2 macam yaitu: waktu
total dan waktu kerja.

2.Kepekaan analisa gravimetri, lebih ditentukan oleh kesulitan untuk memisahkan endapan yang
hanya sedikit dari larutan yang cukup besar volumenya.

3.Ketepatan analisa gravimetri, untuk bahan tunggal dengan kadar lebih dari 100 % jarang dapat
ditandingi perolehannya.

4.Kekhususan cara gravimetri, pereaksi gravimetri yang khas (spesifik) bahkan hampir semua
selektif dalam arti mengendapkan sekelompok ion.

Banyaknya komponen dari suatu analisis biasanya ditentukan melalui hubungan massa atom,
massa molekul dan berat senyawa. Contoh : penentuan ion besi dalam suatu cuplikan. Pemisahan
ion besi dilakukan dengan mereaksikan cuplikan de NH4OH sehingga terbentuk endapan
Fe(OH)3 apabila berat cuplikan adalah A gram, berat senyawa Fe(OH)3 adalah a gram, maka
persen Fe dalam Cuplikan adalah

Terkadang senyawa yang ditimbang berbeda dengan senyawa yang dipisahkan dalam hal
rumusnya. Misal rumus kimia dari senyawa yang dipisahkan MgNH4PO4 setelah dipijarkan dan
didinginkan ditimbang sebagai senyawa Mg2P2O7 kita misalkan berat cuplikan = B gram. Berat
senyawa yang ditimbang = b. Maka akan diperoleh rumus :

Catatan : angka 0,5234 dan 0,2162 adalah faktor kimia atau faktor Gravimetri.
Metode dalam Analisis Gravimetri adalah :
Metode Pengendapan
Metode Penguapan
Metode Elektrolisis
A.1. Metode Pengendapan
Pembentukan endapan dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
1.Endapan dibentuk dengan reaksi antar analit dengan suatu pereaksi, biasanya berupa senyawa
baik kation maupun anion. Pengendapan dapat berupa anorganik maupun organik
2.Endapan dibentuk cara elektrokimia (analit dielektrolisa), sehingga terjadi logam sebagai
endapan, dengan sendiri kation diendapkan.
Keadaan optimum untuk pengendapan
Untuk memperoleh keadaan optimum harus mengikuti aturan sbb:

a.Pengendapan harus dilakukan pada larutan encer, yang bertujuan untuk memperkecil kesalahan
akibat koresipitasi.

b.Peraksi dicampur perlahan-lahan dan teratur dengan pengadukan tetap.

c.Pengendapan dilakukan pada larutan panas bila endapan yang terbentuk stabil pada temperatur
tinggi.

d.Endapan kristal biasanya dibentuk dalam waktu yang lama dengan menggunakan pemanas uap
untuk menghindari adanya koprespitasi.

e.Endapan harus dicuci dengan larutan encer.

f.Untuk menghindari postpresipitasi atau kopresipitasi sebaiknya dilakukan pengendapan ulang

Syarat- syarat endapan gravitasi


1.Kesempurnaan pengendapan: Pada pembuatan endapan harus diusahakan kesempurnaan
pengendapan tersebut dimana kelarutan endapan dibuat sekecil mungkin.
2.Kemurnian endapan (kopresipitasi): Endapan murni adalah endapan yang bersih, tidak
mengandung, molekul-molekul lain (zat-zat lain biasanya pengotor atau kontaminan)
3.Endapan yang kasar: Yaitu endapan yang butir-butirnya tidak keecil, halus melainkan
4.Endapan yang bulky: Endapan dengan volume atau berat besar, tetapi berasal dari analit yang
hanya sedikit.
5.Endapan yang spesifik: Pereaksi yang digunakan hanya dapat mengendapkan komponen yang
dianalisa.

Macam-macam endapan
1. Endapan koloid
AgNO3(aq) + NaCl(aq) AgCl(s) + NaNO3(AQ)
NaCl akan mengendapkan reagent:
AgCl pembentukan endapan koloid (amorf)
2. Endapan kristal: Endapan tipe ini lebih mudah dikerjakan karen mudah disaring dan
dibersihkan.
4. Endapan yang dibawa oleh pengotor (Co precipitation). Sumber-sumber Co prepicitation:1)
absorbi permukaan, 2) pembentukan campuran kistal, 30 mekanika.
5. Napan homogen (homogenous precipitatoin): Endapan homogen adalah cara pembentukan
endapan dengan menambahkan bahan pengandap tidak dalam bentuk jadi melainkan sebagai
suatu senyawa yang dapat menghasilkan pengendap tersebut. Contoh: homogenos prepicitation
tidak digunakan etil oksalat (C2H5O)C2O yang tidak dapat mengion menjadi C2O42- tetapi
harus terhidrolisa sbb:

(C2H5O)2C2O4 + 2H2O 2C2H5OH + H2C2O4


Pengotoran endapan
Macam-macam pengotor yang dibedakan menjadi dua yaitu:
1.Pengotoran karena pengendapan sesungguhnya adalah:
a.Pengendapan bersama (simultaneous precipitation). Kotoran mengendap bersama waktu
dengan endapan analit. Contoh: Al(OH) sebagai pengotor Fe(OH)3.
b.Pengendapan susulan (post precipitation).

2.Pengotoran karena terbawa (Co-precipitation). Pengotoran ini tidak mengendap melainkan


hanya terbawa ole endapan analat.
a.Kotoran isomorf dan dapat campur dengan inang ini dapat terjadi bila bahan pengotoran dan
endapan mempunyai kesamaan tipe rumus molekul maupun bentuk molekul.
b.Kotoran larut dalam inang dimana zat sendiri larut dalam zat padat lalu ikut terbawa sebagai
kotoran. Contohnya Ba(NO3)2 dan KNO3 yang larut dalam BaSO4 pada kedua jenis pengotoran
diatas kotoran tersebar diseluruh kristal.
c.Kotoran teradsorpsi pada permukaan endapan. Terjadi karena gaya tarik menarik antara ion
yang teradsorpsi dan ion-ion lawannya pada permukaan endapan
d.Kotoran teroklusi oleh inang (terkurung). Dapat terjadi apabila kristal tumbuh terlalu cepat dari
butirn kecil menjadi besa dalam hal ini ion tidak sempat dilepaskan, tetapi sudah tertutup dalam
kristal.

Usaha mengurangi pengotor


1.Sebelum membentuk endapan dengan jalan menyingkirkan bahan-bahan yang akan mengotori
2.Selama membentuk endapan. Endapan hanya terbentuk bila larutan yang bersangkutan lewat
jenuh terhadap endapan tersebut yaitu larutan mengandung zat itu melebihi konsentrasi larutan
jenuh, dengan tahap-tahap sebagai berikut:
Tahap I: Pada pengembangan ialah nukleai dalam hal ini ion-ion dari molekul yang akan
diendapkan mulai terbentuk inti yaitu pasangan beberapa ion menjadi butir-butir miniskus
(sangat kecil).
Tahap II: Pertumbuhan kristal yaitu inti tersebut menarik molekul lain sehingg dari kumpulan
hanya beberapa molekul tumbuh menjadi butiran lebih besar

Tahap tahap dari Metode Pengendapan


1.Tambahkan pereaksi pada cuplikan
2. Pisahkan komponen yang akan dianalisis dengan pengendapan
3. Ditapis
4. Cuci dengan Elektrolit yang mengandung ion sejenis untuk menghilangkan kotoran-kotoran
pada permukaan dan juga mencegah peptisasi.
5. Untuk mengetahui kadar kotoran setelah pencucian bisa dicari dengan rumus

keterangan: Cn = konsentrasi kotoran setelah dicuci sebanyak n kali


Co = konsentrasi kotoran sebelum dicuci
U = Volume sisa stelah endapan dikeringkan
V = Volume Cairan yang digunakan setiap pencucian
6. Panaskan

Alat yang biasanya digunakan sebagi penapis dalam analisis gravimetri adalah : kertas Saring,
Gelas Sinter, krus gooch. Alat pemanasnya adalah Oven listrik dan tungku. Selain alat-alat diatas
ada pula alat yang disebut Eksikator dengan fungsi untuk menyimpan suatu bahan agar memiliki
kadar air yang tetap. Pereaksi yang digunakan dibagi dua: A.1.1. Pereaksi Organik

A.1.1. Pereaksi Organik


Prinsipnya dengan ion logam tertentu dapat membentuk senyawa komplek organik dengan massa
molekul relatif tinggi, sehingga dengan ion logam yang sedikit didapat endapan logam yang
banyak. Adapun beberapa pereaksi organik yang biasa digunakan yaitu : dimetilglioksin, α-
benzeinoksin, Kupferron, 8-hidroksikuinolin, Asam antranilat, natriumdietilditiokarbonat.
A.1.2. Pereaksi Anorganik
Senyawa Anorganik yang digunakan dalam proses pengendapan adalah :
Asam Klorida à untuk pengendapan ion logam golongan I
Hidrogen Sulfida (dalam HCl encer) à untuk mengendapkan ion logam golongan II
H2S dalam keadaan Buffer Amoniak à untuk pengendapan ion logam golongan III B
Buffer Amoniak à untuk pengendapan ion logam golongan III A
Garam Amonium Karbonat (NH4)2CO3 (dalam Buffer Amoniak) à untuk pengendapan ion
logam golongan IV
Natrium Fosfat ( dalam buffer Amoniak) à untuk mengendapkan Ion Mg+ dari Magnesium
Amonium Fossfat MgNH4PO4.6H2O
Garam Uranil Magnesium Asetat à mengendapkan ion Na+ endapan kuning dari garam
NaMg(UO2)3(C2H3O2)9
Natrium kokaanitritekbaltat (III) à ntuk mengendapkan Ion K+ dari K2NaCe(NO2)6.
A.1.3 Pemisahan Ion Logam Dalam Proses Pengendapan.
Pemisahan ion logam pada pengendapan bertingkat yang lebih penting yaitu :
a.pengendapan sebagai garam sulfida
b.pengendapan sebagai ion Hidroksida pada pH tertentu
a. Pengendapan Sebagai Sulfida
Misalkan larutan jenuh H2S (Ka1 = 9,1 x 10-8 ; Ka2 = 1,2 x 10-15 pada suhu 250C dan tekanan
1 atm mempunyai konsentrasi 0,1 M. apabila [H+] = [HS-] dan konsentrasi H2S = 0,1 M maka:
[H+] = [HS-] =
[S2-] = 1,2 x 10-15 M = Ka2
Menurut proses ionisasi
H2S 2 H+ + S2-

Ternyata besarnya konsentrasi sulfida bergantung pada besarnya ion hidrogen dalam larutan,
sehingga konsentrasi sulfida bisa diatur dengan merubah konsentrasi hidrogen.
Pengendapan ion logam [Mn+] sebagai garam sulfidanya [M2Sn] apabila hasil kali kelarutan
ion-ion logamnya dengan ion sulfidanya lebih besar dari harga
Ksp garam sulfidanya. Dan besarnya ion logam yang tertinggal dalam larutan bisa dihitung :
[Mn+]=
b. Pengendapan Ion Logam sebagai Hidroksida pada pH tertentu
Tergantung pada Ksp ion Hidroksida dan konsentrasi ion OH- dari pereaksinya dan juga
tergantung dari pH larutannya. Besar pH suatu larutan bisa diatur dengan menambahkan
garamnya.
Campuran buffer amoniak dapat digunakan untuk menahan pengendapan Mg2+ sebagai
Mg(OH)2 yang harga Ksp-nya 1,5x10-11
Misalnya : pengendapan ion Mg2+ sebagai Mg(OH)2 dari larutan yang mengandung Mg2+
dengan konsentrasi 0,1 M. maka besarnya OH- yang diperlukan adalah :
[OH-] <
Jadi besarnya pOH harus dibawah –log 1,225x10-5
Jika konsentrasi tersebut berasal dari NH4OH maka garam NH4Cl yang dibutuhkan adalah

A.2. Metode Penguapan


Digunakan untuk menetapkan komponen-komponen dari suatu senyawa yang relatif mudah
menguap. Yaitu dengan cara:
Pemanasan dalam udara atau gas tertentu
Penambahan pereaksi sehingga mudah menguap
Penambahan pereaksi sehingga tidak mudah menguap
Zat-zat yang relatif mudah menguap bisa diabsorpsi dengan suatu absorben yang sesuai dan telah
diketahui berat tetapnya.

Untuk penentuan kadar air suatu kristal dalam senyawa hidrat, dapat dilakukan dengan
memanaskan senyawa dimaksud pada suhu 110O- 130O C. Berkurangnya berat sebelum
pemanasan menjadi berat sesudah pemanasan merupakan berat air kristalnya. Asal senyawa tidak
terurai oleh pemanasan. Atau bisa juga menggunakan zat pengering seperti : CaCl2, Mg(ClO4)2.
Penentuan CO2 dalam senyawa karbonat dapat dilakukan dengan penambahan HCl berlebih,
kemudian dipanaskan.gas CO2 yang sudah terjadi dialirkan dalam larutan alkali yaitu KOH (25-
30%) atau larutan CaOH2 yang telah diketahui beratnya.
Penentuan NH3 dalam garam Amonium, yaitu garam ditambahkan larutan alkali kuat berlebih
dan dipanaskan. Gas NH3 yang terjadi dialirkan dalam larutan standar asam berlebih kemudian
kelebihannya dititrir dengan larutan standar basa.
Penentuan Nitrogen dalam protein, mula-mula senyawa didestruksi dengan H2SO4 pekat.
Hasilnya ditambahkan basa berlebih dan dipanaskan. Selanjutnya kelebihan asam dititrir dengan
larutan standar basa.
Penentuan unsur Natrium atau Kalium, yaitu larutan itu diuapkan dengan H2SO4 sampai kering.
Kemudian sisanya berupa garam sulfat ditimbang. Dan segitulah berat unsur yang dicari. Unsur-
unsur lain yang mengganggu seperti Si, dapat ditentukan dengan memanaskan cuplikan bersama
H2SO4 dan HF dalam krus platina. Dimana Si berubah menjadi SiF4 yang menguap, sesuai
persamaan
SiO2 + 6HF à H2SiF6 + 2H2O
H2SiF6 à SiF4 + 2HF
.
A.3. Metode Elektrolisis
Prinsipnya senyawa ion yang akan diendapkan dipisahkan secara elektrolisis pada elektrode-
elektrode yang sesuai. Sehingga jika elektrolisisnya cermat dapat terhindar dari peristiwa
kopresipitasi dan post-presipitasi.
A.3.1 Hukum Dasar dalam Elektrolisis
Hukum dasar yang digunakan dalam metode ini adalah : Hukum Faraday dan Hukum Ohm.

Hukum Faraday I
Menyatakan hubungan antara banyaknya zat yang terendap atau terbebas pada elektroda dengan
banyaknya listrik yang diperlukan pada proses tersebut.
W = e x Q/F W = Jumlah zat terendap/terbebaskan (gr)
Q = Jumlah listrik yang dibutuhkan (Colloumb)
e = berat ekivalen Elektrokimia
Berat Ekivalen elektrkimia adalah bilangan yang menyatakan banyaknya zat yang terendap atau
oleh listrik sebanyak 1 colloumb.
Contoh : arus 0,2 colloumb dialirkan pada dua keping tembaga (Cu) yang telah ditentukan massa
tetapnya. Dan dicelupkan dalam garam Kuprisulfat (CuSO4) selama t detik. Kemudian dicuci
dan dikeringkan serta ditimbang, ternyata beratnya lebih berat dari pada sebelum dielektrolisis.
Karena adanya logam Cu yang terendapkan pada elektroda. Dimana banyaknya logam Cu yang
terendapkan bertambah setiap penambahan arus maupun waktu. Adapun listrik yang dibutuhkan
adalah : Q = i x t dengan i = arus, t = waktu dan Q = listrik yang dibutuhkan.
Hukum Faraday II
Menyatakan Hubungan antara banyaknya zat terendap atau terbebaskan pada elektrolisis
bertahap dalam seri larutan.
Bunyi hukumnya : ”banyaknya zat terendap atau terpisahkan dari masing-masing elektroda yang
disebabkan oleh listrik yang sama banyaknya dan mengalir dalam seri larutan adalah sebanding
dengan berat ekivalen kimianya”
Misalnya : arus 1 amper dialirkan dalam suatu seri larutan : kupri sulfat (CuSO4) dan perak nitrat
(AgNO3) dalam waktu t, banyaknya logam Cu dan Ag yang terendapkan pada masing-masing
elektroda =
Hukum Ohm
Menyatakan hubungan antar tiga besaran listrik yaitu : tegangan (E), arus (I) dan tahanan (R)
yang memenuhi persamaan

A.3.2 Tegangan Peruraian


Misalnya tegangan 0,5 Volt digunakan pada 2 buah elektroda platina halus yang masing-masing
dicelupkan dalam larutan H2SO4 1M, maka amperemeter akan menunjukan adanya arus yang
mengalir pada larutan. Jika tegangan diperbesar maka aruspun bertambah. Sehingga pada
tegangan tertentu arus akan naik secara cepat. Pada saat ini timbul gelembung-gelembung pada
elektroda.
Tegangan peruraian adalah besarnya tegangan luar minimum yang harus diberikan agar terjadi
proses elektrolisis yang kontinyu.
Jika Arus diputus, tegangan pada voltmeter tidak berubah, tetapi semakin lama arus makin lemah
dan pada akhirnya nol. Pada saat itu sel E berfungsi sebagai sumber arus dan tegangannya
disebut tegangan Polarisasi. Dilihat dari besarnya tegangan peruraian larutan asam dan basa
dapat disimpulkan bahwa pada proses elektrolisis larutan asam dan basa relatif sama, yaitu
terjadinya proses pembebasan gas.
A.3.3. Reaksi Elektroda
Elektroda Pt dan C
Pada katoda terjadi proses Reduksi dan pada Anoda terjadi proses Oksidasi.
a.Proses Reduksi pada Katoda
Jika Larutan mengandung
a.1. Ion logam alkali, alkali tanah, Al3+,Mn2+, didalam larutan ion-ion tersebut tidak dapat
tereduksi. Sehingga palrtlah yang akan mengalami reduksi.
2 H2O + 2 e- à 2 OH- + H2
a.2. Asam, ion H+ dari asam tersebut akan tereduksi menjadi gas H2
2 H+ + 2 e- à H2
a.3. ion logam lain selain poin a.1, dimana ion tersebut akan tereduksi menjadi logam bebasnya.
Zn++ + 2e- + à Zn
Ag+ + e- à Ag

b.Proses Oksidasi pada Anoda


Apabila larutan mengandung :
b.1. ion halida, akan tereduksi menjadi halogen
2 Hal- à Hal2 + 2 e-
b.2. ion OH- dari suatu basa, teroksidasi menjadi okisigen.
4 OH- à 2 H2O + O2 + 4 e-
b.3. Anion lain selain halogen dan OH-, ion tersebut tidak teroksidasi sehingga pelarutnya yang
teroksidasi.
Elektroda selain Pt dan C
Logam lainnya yang biasa digunakan sebagai elektroda adalah : Cu, Zn, Fe, Au dan lain-lain.
Perbedaan dengan elektroda Pt dan Cu yaitu hanya pada reaksi Anodanya sedang katodanya
relatif sama. Dimana anodanya teroksidasi menjadi ionnya. Contoh: elektrolisis larutan CuSO4
dengan elektroda Zn.
Reaksi anodanya : Zn à Zn2+ + 2 e-
Contoh menentukan tegangan peruraian
K dalam larutan molar ZnBr2, dicelupkan elektroda Pt yang halus.dan diberikan beda potensial
sehingga terjadi proses elektrolisis. Dimana pada katoda berlangsung proses : Zn2+ + 2 e- à Zn
dan pada anoda : 2 Br- Br2 + 2 e-
Potensial pada katoda (25OC) adalah

Potensial pada Anoda (25OC) adalah

A.3.4. Tegangan Kelebihan


Pada kenyataannya besarnya tegangan peruraian tergantung pada jenis elektroda yang digunakan
dan biasanya ebih tinggi dari yang dihitung dengan rumus diatas. Perbedaan besarnya tegangan
tersebut yang disebut tegangan kelebihan. Dengan adanya tegngan tersebut maka tegangan
peruraian menjadi :

dengan Eekat = tegangan kelebihan pada katoda, dan


Eeand = tegangan kelebihan pada anoda.
Besarnya tegangan kelebihan baik pada katoda mapun anoda merupakan fungsi dari :
Jenis dan sifat fisik logam dari elektroda
Sifat fisik zat yang terendap atau terbebas, jika logam tegangan kelebihannya kecil dan jika gas
relatif lebih besar
Kerapatan arus yang digunakan
Perubahan konsentrasi larutan
A.3.5. Pengendapan Sempurna
Perubahan tegangan pada pada katoda selama proses elektrolisis, terutama pada proses
pengendapan, besarnya potensial katoda dinyatakan dengan persamaan nernst
.
Besarnya potensial ini tidak bergantung pada besarnya konsentrasi ion logamnya tetapi
tergantung dari biloks ion logam dalam larutan. Jika ion logam selama proses telah tereduksi 10-
4 Kali proses semula, maka untuk ion logam:
Univalent potensial katodanya akan berubah sebesar 4 x 0,591 Volt.
Bivalen perubahannya adalah
Trivalent perubahannya adalah
Begitu seterusnya penyebutnya bertambah satu.

Você também pode gostar