Você está na página 1de 12

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Segala Puji bagi ALLAH, Tuhan Semesta Alam yang senantiasa mencurahkan
rahmat-Nya dan Karunia-Nya, Shalawat serta Salam semoga dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad S.A.W., keluarganya, para sahabat, dan seluruh umatnya. Kami bersyukur
kepada Illahi Rabbi yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga
Makalah yang berjudul: “Akhlak Terhadap Sesama Manusia” dapat terselesaikan.
Materi dalam Makalah ini disusun berdasarkan Studi Pustaka dan Referensi-referensi
yang sesuai dengan tujuan, agar pada umumnya dapat lebih memahami tentang Akhlak, dan
Manusia dalam Akhlak tersebut.

Kami menyadari bahwa dalam Makalah ini masih terdapat kekurangan dan
kekhilafan. Oleh karena itu kepada para pembaca khususnya, kami mengharapkan Saran dan
Kritik demi kesempurnaan Makalah ini. Semoga Makalah ini benar-benar bermanfaat bagi
para pembaca dan masyarakat pada umumnya. Amin.

Bandung, 18 Maret 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam persoalan Akhlak, manusia sebagai makhluk berakhlak berkewajiban
menunaikan dan menjaga akhlak yang baik serta menjauhi dan meninggalkan akhlak yang
buruk. Akhlak merupakan dimensi nilai dari Syariat Islam. Kualitas keberagaman justru
ditentukan oleh nilai akhlak. Jika syariat berbicara tentang syarat rukun, sah atau tidak sah,
maka akhlak menekankan pada kualitas dari perbuatan, misalnya beramal dilihat dari
keikhlasannya, shalat dilihat dari kekhusuannya, berjuang dilihat dari kesabarannya, haji dari
kemabrurannya, ilmu dilihat dari konsistensinya dengan perbuatan, harta dilihat dari aspek
mana dari mana dan untuk apa, jabatan dilihat dari ukuran apa yang telah diberikan, bukan
apa yang diterima.
Dengan demikian, dikarenakan akhlak merupakan dimensi nilai dari Syariat Islam,
maka Islam sebagai agama yang bisa dilihat dari berbagai dimensi, sebagai keyakinan,
sebagai ajaran dan sebagai aturan. Agama Islam sebagai aturan atau sebagai hukum dimaksud
untuk mengatur tata kehidupan manusia. Sebagai aturan, agama atau sebagai hukum
dimaksud untuk mengatur tata kehidupan manusia. Sebagai aturan, agama berisi perintah dan
larangan, ada perintah keras (wajib) dan larangn keras (haram), ada juga perintah anjuran
(sunat) dan larangan anjuran (makruh).

Apalagi pada zaman sekarang ini, banyak diantara kita kurang memperhatikan
masalah akhlak. Disatu sisi, kita mengutamakan tauhid yang memang merupakan perkara
pokok/inti agama ini, berupaya menelaah dan mempelajarinya, namun disisi lain dalam
masalah akhlak kurang diperhatikan, sehingga tidak dapat disalahkan bila ada keluhan-
keluhan yang terlontar dari kalangan awam, seperti ungkapan, “wah…udah ngerti agama kok
kurang ajar sama orang tua”, atau ucapan: “dia sih agamanya bagus, tapi sama tetangga tidak
pedulian…..”, dan lain-lain.
Seharusnya, ucapan-ucapan seperti ini atau pun semisal dengan ini menjadi cambuk
bagi kita untuk mengoreksi diri dan membenahi akhlak Islam, bukanlah agama yang
mengabaikan akhlak, bahkan Islam mementingkan akhlak. Yang perlu diingat, bahwa tauhid
sebagai sisi pokok atau inti, Islam yang memang seharusnya kita utamakan, namun tidak
berarti mengabaikan perkara penyempurnaannya. Dan akhlak mempunyai hubungan yang
erat, Tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap ALLAH, dan ini merupakan
pokok inti akhlak seorang hamba. Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya, berarti ia
adalah sebaik-baik manusia. Semakin sempurna tauhid seseorang, maka semakin baik
akhlaknya, dan sebaliknya bila seseorang bertauhid memiliki akhlak yang buruk berarti
lemah tauhidnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka pembahasan akan dititikberatkan pada
“Akhlak Terhadap Sesama Manusia”. Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia sangatlah
penting, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Maju atau mundurnya
suatu bangsa tergantung bagaimana akhlaknya. Jika akhlaknya baik, maka baik pula batinnya,
sehingga dapat mewujudkan kehidupan yang baik pula. Namun, jika akhlaknya buruk, maka
buruk pula batinnya, sehingga dapat menghancurkan tatanan kehidupan bangsa.
Didalam kehidupan suatu bangsa terdapat perbedaan yang beraneka ragam, baik
dalam hal agama, bahasa, budaya, adat istiadat, suku, ras, dan sebagainya. Salah satu dari
perbedaan yang mencolok adalah agama. Dalam hal ini diperlukan aturan-aturan untuk
mengatur kehidupan tiap umat beragama dalam menjalankan kehidupan.
Islam sebagai agama yang paripurna telah memiliki aturan tersendiri untuk mengtur
umatnya dalam hal berhubungan, baik dengan sesama muslim maupun dengan umat lainnya.
Oleh karena itu makalah ini akan kami jelaskan mengenai akhlak kepada muslim dan non
muslim.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini pemakalah merumuskan masalah yakni:
1. Apa definisi akhlak?
2. Bagaimanakah hubungan akhlak terhadap sesama manusia?

C. Tujuan Makalah
Dari rumusan masalah yang telah kami buat, pemakalah dapat mengambil tuuan
dalam pembuatan makalah ini yakni:
1. Untuk mengetahui definisi akhlak.
2. untuk mengetahui hubungan akhlak terhadap sesama manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Akhlak
Kata “Akhlak” berasal dari Bahasa Arab, Jamak dari Khuluq, yang artinya tabiat, budi
pekerti, watak, atau kesopanan. Sinonim kata Akhlak ialah tatakrama, kesusilaan, sopan
santun (Bahasa Indonesia), moral, ethic (Bahasa Inggris), ethos, ethikos (Bahasa Yunani).
Untuk mengetahui definisi Akhlak menurut istilah, dibawah ini terdapat beberapa
definisi yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya:
a. Ibnu Maskawaih mendefinisikan,
Akhlak adalah sikap jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan (terlebih dahulu);
b. Prof. DR. Ahmad Amin menjelaskan,
sementara orang membuat definisi Akhlak, bahwa yang disebut Akhlak ialah
kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka
kebiasaan itu dinamakan Akhlak;
c. Al-Qurthuby mendefinisikan,
Akhlak adalah suatu perbuatan manusia yang bersumber dari adab kesopanannya
yang disebut Akhlak, karena perbuatan itu termasuk bagian darinya;
d. Muhammad bin Ilaan Ash-Shadieqy mendefinisikan,
Akhlak adalah suatu pembawaan dalam diri manusia, yang dapat menimbulkan
perbuatan baik, dengan cara yang mudah (tanpa dorongan dari orang lain);
e. Abu Bakar Jabir Al-Jazairy mendefinisikan,
Akhlak adalah bentuk kejiwaan yang tertanam dalam diri manusia, yang
menimbulkan perbuatan baik dan buruk, terpuji dan tercela dengan cara yang disengaja;
f. Imam Al-Ghazali mendefinisikan,
Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia), yang dapat melahirkan
suatu perbuatan yang gampang dilakukan, tanpa melalui maksud untuk memikirkan (lebih
lama). Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu tindakan yang terpuji menurut ketentuan
akal dan norma agama, dinamakan akhlak yang baik. Tetapi manakala ia melahirkan tindakan
yang jahat, maka dinamakan akhlak yang buruk.
Al-Qurthuby menekankan bahwa akhlak itu merupakan bagian dari kejadian manusia.
Oleh karena itu, kata al-khuluk tidak dapat dipisahkan pengertiannya dengan kata al-khiiqah,
yaitu fitrah yang dapat mempengaruhi perbuatan setiap manusia.
Imam Al-Ghazaly menekankan, bahwa Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
manusia, yang dapat dinilai baik atau buruk, dengan menggunakan ukuran ilmu pengetahuan
dan norma agama.
Muhammad bin Ilaan Ash-Shadieqy, Ibnu Maskawaih dan Abu Bakar Jabir Al-
Jazairy menekankan, bahwa Akhlak adalah keadaan jiwa yang selalu menimbulkan perbuatan
yang gampang dilakukan. Meskipun ketiganya menekankan keadaan jiwa sebagai sumber
timbulnya akhlak, namun dari sisi lain mereka berbeda pendapat, yaitu:
1. Muhammad bin Ilaan Ash-Shadieqy menekankan hanya perbuatan baik saja yang
disebutnya akhlak;
2. Ibnu Maskawaih menekankan seluruh perbuatan manusia yang disebutnya akhlak;
3. Abu Bakar Jabir Al-Jazairy menjelaskan perbuatan baik dan buruk yang disebutnya
akhlak.
B. Akhlak Terhadap Sesama Manusia
Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial (al insanu ijtima'iyyun bi at tob'i).
Integritas manusia dapat dilihat secara bertingkat, integritas pribadi, integritas keluarga dan
integritas sosial. Diantara ketiga lembaga; pribadi, keluarga dan masyarakat terdapat
hubungan saling mempengaruhi. Masyarakat yang baik terbangun oleh adanya keluarga-
keluarga yang baik, dan keluarga yang baik juga terbangun oleh individu-individu anggauta
keluarga yang baik, sebaliknya suasana keluarga akan mewarnai integritas individu dan
suasana masyarakat juga mewarnai integritas keluarga dan individu.
Hubungan antar anggota masyarakat ada yang diikat oleh faktor domisili
pertetanggaan, ada juga yang diikat oleh kesamaan profesi, atau kesamaan asal usul dan
kesamaan sejarah. Oleh karena itu disamping ada masyarakat lingkungan juga ada
masyarakat pers, masyarakat pendidikan, masyarakat ekonomi, masyarakat politik dan
sebagainya, juga ada masyarakat etnik dan masyarakat bangsa.
Dalam perspektip ini kita mengenal ungkapan yang mengatakan bahwa seorang
pemimpin adalah anak zaman, artinya kualitas masyarakat seperti apa akan melahirkan
pemimpin seperti apa. Seorang penulis juga anak dari zamannya, artinya pemikiran yang
muncul dari seorang penulis mencerminkan keadaan masyarakat zamannya. Bagi orang yang
sadar akan makna dirinya sebagai makhluk sosial maka ia bukan hanya dibentuk oleh
masyarakatnya, tetapi secara sadar berusaha membangun masyarakat sesuai dengan konsep
yang dimilikinya.
Secara berencana ia membangun institusi-institusi yang akan menjadi pilar
terbangunnya masyarakat yang diimpikan, satu pekerjaan yang sering disebut dengan istilah
rekayasa sosial, social enginering. Islam mengajarkan bahwa antara individu dengan individu
yang lain bagaikan struktur bangunan (ka al bun yan), yang satu memperkuat yang lain.
Masyarakat yang ideal adalah yang berinteraksi secara dinamis tetapi harmonis, seperti yang
diumpamakan oleh Nabi bagaikan satu tubuh (ka al jasad al wahid), jika satu organ tubuh
menderita sakit maka organ yang lain ikut merasakannya dan keseluruhan organ tubuh
melakukan solidaritas.
Dari sudut tanggung jawab anggauta masyarakat, suatu masyarakat itu diibaratkan
Nabi dengan penumpang perahu, jika ada seorang penumpang di bagian bawah melubangi
kapal karena ingin cepat memperoleh air, maka penumpang yang di bagian atas harus
mencegahnya, sebab jika tidak, yang tenggelam bukan hanya penumpang yang di bawah,
tetapi keseluruhan penumpang perahu, yang bersalah dan yang tidak.
Jadi disamping setiap individu memiliki HAM yang perlu dilindungi, dan setiap
keluarga memiliki kehidupan privacy yang perlu dihormati, maka suatu masyarakat juga
memiliki norma-norma dan tatanan sosial yang harus dipelihara bersama. Pelanggaran atas
norma-norma sosial akan berakibat terjadinya kegoncangan sosial yang dampaknya akan
dirasakan oleh setiap keluarga dan setiap individu. Akhlak terhadap masyarakat adalah
bertujuan memelihara keharmonisan tatanan masyarakat agar sebagai lembaga yang
dibutuhkan oleh semua anggauta masyarakat ia berfungsi optimal.
Di dalam lingkungan masyarakat yang baik, suatu keluarga akan berkembang secara
wajar, dan kepribadian individu akan tumbuh secara sehat.
Diantara akhlak terhadap masyarakat adalah:
1. Memelihara perasaan umum. Masyarakat yang telah terjalin lama akan memiliki
nilai-nilai yang secara umum diakui sebagai kepatutan dan ketidakpatutan. Setiap individu
hendaknya menjaga diri dari melakukan sesuatu yang dapat melukai perasaan umum, meski
perbuatan itu sendiri halal, misalnya berpesta di tengah kemiskinan masyarakat,
memamerkan kemewahan di tengah masa krisis ekonomi, menunjukkan arogansi kekuasaan
di tengah masyarakat yang lemah, menyelenggarakan kegiatan demontratif yang mengganggu
kekhustyu'an orang beribadah, dan sebagainya.
2. Berperilaku disiplin dalam urusan publik. Disiplin adalah mengerjakan sesuatu
sesuai dengan kemestiannya, menyangkut waktu, biaya, dan prosedur. Seorang yang disiplin,
datang dan pulang kerja sesuai dengan jadwal kerja, membayar atau memungut bayaran
sesuai dengan tarifnya, menempuh jalur urusan sesuai dengan prosedurnya. Pelanggaran
kepada disiplin, misalnya' menyuap atau menerima suap, meski dirasa ringan secara
ekonomi, tetapi bayarannya adalah rusaknya tatanan dan sistem kerja. Demikian juga
nepotisme dalam menggolkan urusan, meski tidak terbukti secara administratip, tetapi
sebenarnya merusak aturan main, yang pada gilirannya akan menjadi bom waktu. Korupsi
waktu sebenarnya juga suatu perbuatan yang merugikan orang lain, meski tak diketahui
secara pasti siapa yang dirugikan. Mark up atau manipulasi biaya/kualitas dari suatu proyek
pelayanan publik pada dasarnya merupakan perbuatan penghancuran terhadap masa depan
generasi.
3. Memberi kontribusi secara optimal sesuai dengan tugasnya. Ulama dan
cendekiawan menyumbangkan ilmunya, Pemimpin (umara) mengedepankan keadilan dan
tanggungjawab(amanah), pengusaha mengutamakan kejujuran, orang kaya mengoptimalkan
infaq dan sedekah, orang miskin mengutamakan keuletan, kesabaran dan doa, politisi
memelihara kesantunan dan kelompok profesional mengedepankan profesionalitasnya.
4. Amar makruf nahi munkar. Setiap anggauta masyarakat harus memiliki
kepedulian terhadap hal-hal yang potensil merusak masyarakat, oleh karena itu mereka harus
aktip menganjurkan perbuatan baik yang nyata-nyata telah ditinggalkan masyarakat dan
mencegah perbuatan buruk yang dilakukan secara terang terangan oleh sekelompok anggota
masyarakat.
Banyak sekali rincian yang dikemukakan al-Qur’an berkaitan dengan perlakuan
terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenai hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan
atau hal negatif, seperti membunuh, mencuri, menyakiti badan atau yang lainnya. Namun
disisi lain al-qur’an menekankan bahwa setiap orang hendaknya didudukkan secara wajar,
tidak masuk ke rumah orang lain tanpa izin, jika bertemu saling mengucapkan salam, dan
ucapan yang dikeluarkan adalah ucapan baik, benar dan tidak mengucilkan orang lain atau
kelompok, tidak wajar pula berprasangka buruk tanpa alasan, atau menceritakan keburukan
seseorang, memanggil dengan sebutan buruk. Lalu dianjurkan untuk menjadi orang yang
pandai memaafkan, pandai menahan hawa nafsu, dan mendahulukan kepentingan orang
daripada kepentingan kita. Allah berfirman dalam QS. An-Nur 24: 58,dan QS. Al-Baqarah
2: 83
‫ت ۚ ِم ْن قَ ْب ِل‬ ٍ ‫ث َم َّرا‬ ْ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ِليَ ْست َأ ْ ِذ ْن ُك ُم الَّذِينَ َملَ َك‬
َ ‫ت أ َ ْي َمانُ ُك ْم َوالَّذِينَ لَ ْم يَ ْبلُغُوا ْال ُحلُ َم ِم ْن ُك ْم ث َ ََل‬
‫علَ ْي ُك ْم‬
َ ‫ْس‬ َ ‫ت لَ ُك ْم ۚ لَي‬ٍ ‫ع ْو َرا‬َ ‫ث‬ ُ ‫َاء ۚ ث َ ََل‬ِ ‫ص ََلةِ ْال ِعش‬ َ ‫يرةِ َو ِم ْن بَ ْع ِد‬ َ ‫الظ ِه‬َّ َ‫ضعُونَ ثِيَابَ ُك ْم ِمن‬ َ َ ‫ص ََلةِ ْالفَجْ ِر َو ِحينَ ت‬ َ
‫ع ِلي ٌم َح ِكي ٌم‬ َ ُ‫َّللا‬
َّ ‫ت ۗ َو‬ ْ
ِ ‫َّللاُ لَ ُك ُم اْليَا‬ ٰ
َّ ‫ض ۚ َك َذلِكَ يُبَيِ ُن‬ ٍ ‫علَ ٰى بَ ْع‬ َ ‫ض ُك ْم‬ ُ ‫علَ ْي ُك ْم بَ ْع‬ َ َ‫ط َّوافُون‬ َ ۚ ‫علَ ْي ِه ْم ُجنَا ٌح بَ ْع َد ُه َّن‬ َ ‫َو ََل‬

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang
kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu
tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan
Pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya'. (Itulah) tiga 'aurat bagi kamu.
tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. mereka
melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain).
Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana.” (An-Nur 24:58)

‫ين‬ َ ‫سانًا َوذِي ْالقُ ْربَ ٰى َو ْاليَت َا َم ٰى َو ْال َم‬


ِ ‫سا ِك‬ َ ْ‫َّللا َو ِب ْال َوا ِل َدي ِْن ِإح‬َ َّ ‫َو ِإ ْذ أ َ َخ ْذنَا ِميثَاقَ بَنِي ِإس َْرائِي َل ََل ت َ ْعبُدُونَ ِإ ََّل‬
َ‫يَل ِم ْن ُك ْم َوأ َ ْنت ُ ْم ُم ْع ِرضُون‬
ً ‫الز َكاة َ ث ُ َّم ت ََولَّ ْيت ُ ْم ِإ ََّل قَ ِل‬
َّ ‫ص ََلة َ َوآتُوا‬ َّ ‫اس ُح ْسنًا َوأَقِي ُموا ال‬ ِ َّ‫َوقُولُوا ِللن‬

“Dan (ingatlah), ketika kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu
menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak
yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia,
Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali
sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.” (Al-Baqarah 2: 83)
Akhlak dapat digolongkan menjadi 2, yaitu akhlak terpuji ( akhlak mamudah ) dan
akhlak tercela ( akhlak mazmumah ). Dalam kehidupan nyata, banyak perilaku muslim
terhadap sesama muslim, maupun perilaku mereka terhadap umat lainnya yang dapat kita
amati dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku-perilaku tersebut dapat digolongkan menjadi 2
golongan tersebut diatas, yaitu:
1. Akhlak terpuji antar sesama muslim, contoh:
a) Saling menyapa dan mengucapkan salam jika bertemu.
b) Saling tolong menolong dalam hal kebaikan jika muslim yang lain sedang
mengalami kesulitan.
c) Menjenguk muslim yang sedang sakit.
d) Bersimpati pada muslim yang terkena musibah.
e) Dan lain-lain.
2. Akhlak terpuji antara muslim dengan non muslim
a) Saling tolong menolong dalam hal kebaikan, asalkan tidak dalam hal peribadatan.
b) Saling menghormati antar pemeluk agama.
c) Tidak saling mendiskriminasi dalam hal pekerjaan, hal pergaulan, dan hal-hal
lainnya diluar masalah agama.
d) Dan lain-lain
3. Akhlak tercela antar sesaaama muslim
a) Menyombongkan diri dan meremehkan orang lain.
b) Riya ( pamer ) dalam hal kekayaan dan hal-hal lainnya.
c) Menggunjing dan membeberkan aib orang.
d) Menyakiti tetangganya yang muslim.
e) Dan lain-lain.
4. Akhlak tercela antara muslim dan non muslim
a) Saling mencela karena perbedaan keyakinannya.
b) Melanggar hak-hak dan kehormatan agama lain.
c) Mencampur adukan ajaran agama ( pluralisme ).
d) Dan lain-lain.

C. Akhlak kepada Sesama Muslim


Mengenai hubungan dengan sesama muslim, maka tidak terlepas dengan tetangga,
famili atau kerabat, teman, rekan kerja maupun masyarakat muslim. Kewajiban seorang
muslim terhadap muslim lainnya ada 6, sebagaimana yang diterangkan dalam sebuah hadis
yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Abu Hurairah, yang artinya : “ Rosulullah
bersabda: kewajiban seorang terhadap muslim ada 6. Sahabat bertanya “ apakah itu, wahai
Rasululloh? Rasululloh bersabda : “ Apabila engkau berjumpa dengannya ; apabila ia
mengundang engkau, hendaklah engkau menepatinya; apabila ia meminta nasihat kepada
engkau engkau menasehatinya; apabila ia bersin kemudian ia mengucapkan hamdallah
hendaklah engkau ucapkan tasymith ( yarhamukallah / yarhamukillah ); apabila ia sakit
hendaklah engkau menjenguknya; dan apabila ia meninggal dunia hendaklah melayatnya dan
mengantarkan kepemakamannya.
Dari arti hadits diatas, dapat disimpulkan dengan jelas bahwa 6 kewajiban muslim
kepada muslim lainnya yaitu:
1) Mengucapkan salam ketika berjumpa.
2) Memenuhi undangannya.
3) Menasehati jika diminta.
4) Mengucapkan Tasymith jika ia bersin, lalu ia mengucapkan hamdallah.
5) Menjenguknya bila ia sakit.
6) Melayat dan mengantarkan jenazahnya sampai kepemakaman jika ia meninggal
dunia.
Sesama muslim juga diwajibkan untuk saling tolong menolong, yakni tolong
menolong dalam hal kebaikan dan takwa kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan firman
Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 2[1]:

َ ‫ْي َوَلَ ْال َقآلئِ َد َوَل ِآمينَ ْالبَيْتَ ْال َح َر‬


‫ام‬ َ ‫ام َوَلَ ْال َهد‬َ ‫ش ْه َر ْال َح َر‬
َّ ‫َّللا َوَلَ ال‬ِ ‫شعَآئِ َر‬ َ ْ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُواْ َلَ ت ُ ِحلُّوا‬
‫ع ِن ْال َمس ِْج ِد‬
َ ‫صدُّو ُك ْم‬ َ ‫َآن قَ ْو ٍم أَن‬
ُ ‫شن‬ َ ‫طادُواْ َوَلَ يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم‬َ ‫ص‬ ْ ‫ضَلً ِمن َّربِ ِه ْم َو ِرض َْوانا ً َوإِ َذا َحلَ ْلت ُ ْم فَا‬ ْ َ‫يَ ْبتَغُونَ ف‬
َ َ‫َّللا إِ َّن َّللا‬
‫شدِي ُد‬ ْ ُ َّ
َ ‫ان َواتقوا‬ ْ ْ
ِ ‫اإلث ِم َوالعُد َْو‬ ِ ‫على‬ َ ْ ْ َّ
َ ‫بر َوالتق َوى َوَلَ تَعَ َاونُوا‬ ْ
ِ ‫على ال‬ َ َ ‫ْال َح َر ِام أَن ت َ ْعتَدُوا َوتَعَ َاونُوا‬
ْ ْ
ِ ‫ْال ِعقَا‬
‫ب‬
“wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan
jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang
had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang
mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan
apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-
kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat
siksa-Nya.”
Kewajiban tolong menolong bukan hanya dari segi moril, melainkan juga dalam segi
materi, yang bersifat kebutuhan pokok manusia yang bersifat daruri ( yang tidak boleh tidak )
untuk menjaga kelestarian hidup manusia.[2]
Sesama muslim juga diwajibkan untuk saling menasehati dalam hal kebenaran dan
dengan kesabaran. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S Al- Ashr ayat 1-3:
ِ‫صر‬ْ َ‫َو ْالع‬
ِ‫سانَ ِلَفيِ ُخسْر‬ ْ ‫إ َّن‬
َ ‫ِاْلن‬
ِ‫صبْر‬
َّ ‫ص ْواِبال‬ َ ‫ص ْواِب ْال َح ِّق‬
َ ‫ِوت ََوا‬ َ ‫ِوت ََوا‬ َّ ‫عملُواِال‬
َ ‫صال َحات‬ َ ُ‫إ ََّّلِالَّذينَ ِآ َمن‬
َ ‫واِو‬
Demi masa, sesungguhnya manusia itu sungguh dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan beramal soleh dan nasehat menasehati dengan kebenaran dan nasehat
menasehati dengan kesabaran.

D. Akhlak Kepada Non Muslim


Didalam al-Qur’an terdapat beberapa teks yang mendukung sikap positif, netral,
maupun negatif terhadap pemeluk agama lain.
1) Sikap Positif
Ada ayat Al-Qur’anyang menyiratkan bahwa ajaran agama –agama pada dasarnya sama
dan bahwa kaum muslimin seharusnya tidak membeda-bedakan ajaran para Rasul, yakni
surat An-Nahl : 36 yang artinya:
“ Sesungguhnya kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat untuk menyerukan, “
sembahlah Allah dan jauhilah Taghut.”
Demikian pula surat Al-Baqarah : 285

ِ‫سله ََِّلِنُفَ ِّر ُقِبَيْنَ ِأ َ َحدِم ْن‬ َ ‫ِو ُكتُبه‬


ُ ‫ِو ُِر‬ َ ‫ِو َم ََلئ َكته‬ َّ ‫ِو ْال ُمؤْ منُونَ ِِۚ ُك ٌّلِآ َمنَ ِب‬
َ ‫اَّلل‬ َ ‫سولُِب َماِأ ُ ْنزلَِإلَيْهِم ْن‬
َ ‫ِربِّه‬ ُ ‫ِالر‬
َّ َ‫آ َمن‬
ْ َ
ُِ ‫َاِوإليْكَ ِال َمص‬
‫ير‬ َ ‫ِربَّن‬َ َ‫غف َرانَك‬ْ َ َ
ُ ِِۖ‫َاِوأط ْعنَا‬
َ ‫سم ْعن‬ ُ
َِ ِ‫ِۚوقَالوا‬
َ ِ‫سله‬
ُ ‫ُر‬

“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak
membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka
mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan
kami dan kepada Engkaulah tempat kembali".
Dinyatakan pula dalam surat Al-Hajj : 40 mengenai tempat-tempat ibadah dari
agama-agama yang berbeda-beda, banyak disebut nama Allah.

َ ‫س ٰىِفَأ َ ْملَيْتُ ِل ْل َكافرينَ ِث ُ َّمِأ َ َخ ْذت ُ ُه ْمِِۖفَ َكي‬


ِ‫ْفِ َكانَ ِنَكير‬ َ ِّ‫ِۖو ُكذ‬
َ ‫بِ ُمو‬ َ ِ َ‫ابِ َم ْديَن‬ ْ َ ‫َوأ‬
ُ ‫ص َح‬

Dan penduduk Madyan, dan telah didustakan Musa, lalu Aku tangguhkan (azab-Ku)
untuk orang-orang kafir, kemudian Aku azab mereka, maka (lihatlah) bagaimana besarnya
kebencian-Ku (kepada mereka itu).
2) Sikap Netral
Pernyataan yang netral seperti pernyatan bahwa masing-mansing akan berbuat sesuai
dengan apa yang sesuai dengannya, bahwa masi ng-masing mendapatkan balasan sesuai
dengan agamanya dan bahwa bentuk lahiriah agama rasul-rasul Alloh dapat berbeda-beda.
Hal demikian dilukiskan dalam firman-Nya:
Katakanlah, “ Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing.”
Maka, Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. ( Surat Al-Isra’:48 )
Dan surat Al-Kafirun : 6 , yang juga mengajarkan tentang prinsip toleransi-toleransi
beragama.

ِ‫يِدين‬ َ ‫لَ ُك ۡمِدينُ ُك ۡم‬


َ ‫ِول‬
Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku.

3) Sikap Negatif ( Bermusuhan )


Pernyataannya yang bersikap bermusuhan semisal ayat yang menyatakan bahwa orang
yahudi dan Nasrani tak akan puas sebelum Muhammad mengikuti agama mereka . kemudian
ayat yang menyatakan bahwa kaum muslimin seharusnya memerangi orang-orang yang tidak
beriman dan ahli kitab.[3] surat al – baqarah : 120

ِ‫ىِوِلَئِنِات َّ َبعْتَ ِأ َ ْه َوا َء ُه ْم‬ ْ ‫ارىِ َحتَّىِتَتَّب َعِملَّت َ ُه ْمِقُ ْلِإ َّنِ ُهدَىِهللاِ ُه َو‬
َ َ‫ِال ُهد‬ َ ‫ص‬ ْ َ‫عنك‬
َ َّ‫ِال َي ُه ْود َُِوَّلَِالن‬ َ ِ‫ضى‬ َ ‫َوِلَ ْنِت َْر‬
‫ِوَّلَِنَصيْر‬ َ ‫ي‬ َ ‫ِالع ْلمِ َماِلَكَ ِمنَ ِهللاِم ْن‬
ِّ ‫ِول‬ ْ َ‫يِ َجا َءكَ ِمن‬
ْ ‫َب ْعدَِالَّذ‬

“Dan sekali-kali tidaklah ridha terhadap engkau orang-orang Yahudi dan Nasrani itu,
sehingga engkau mengikut agama mereka. Katakanlah : Sesungguhnya petunjuk Allah, itulah
dia yang petunjuk. Dan sesungguhnya jika engkau turuti kemauan-kemauan mereka itu,
sesudah datang kepada engkau pengetahuan, tidaklah ada bagi engkau selain Allah akan
pelindung dan tidak pula akan penolong”.
Perangilah orang-oreang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak pula kepada hari
kemudian dan mereka yang tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan
Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar, yaitu orang-orang yang diberi
kitab, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedangkan mereka dalam keadaan
menunduk.
Akhlak kepada muslim juga dapat dipraktekkan kepada non muslim, asalkan tidak
dalam hal peribadatan atau keagamaan. Dari berbagai penjelasan diatas jelaslah bahwa agama
islam melalui Al_-Qur’an mengajarkan prinsip-prinsip akhlak yang menyeluruh, yang
dipraktekkan didalam mewujudkan hubungan kerjasama diantara anggota masyarakat
manusia secara luas, baik hubungan dibidang materiil, jasa atau yang laindengan pendekatan
yang saling berkait, yang akan dapat memperkuat ikatan satu sama lain, sehingga terciptalah
satu kesatuan, meskipun suku , agama, warna kulit, atau bahkan banngsa yang berbeda-
beda.[4]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah menelaah dan memahami akhlak kepada sesama sebagai kesimpulannya
adalah sesungguhnya dalam kehidupan, kita tidak terlepas dari apa yang sudah ada dalam diri
kita sebagai manusia termasuk salah satunya adalah akhlak. Karena akhlak adalah satu
predikat yang disandang oleh manusia akhlak akan berjalan setelah manusia itu sendiri
berada dalam alam sosial.
Baik dan buruknya akhlak kepada sesama tergantung dari orang menjalani hidup,
apakah membentuk karakternya dengan akal atau dengan hati karena keduanya adalah
sumber.
Jadi kesimpulan akhlak antar sesama yaitu sangat dianjurkan selama apa yang
dilakukan punya nilai ibadah. Prinsip-prinsip akhlak terhadap sesama muslim maupun
terhadap non muslim yang diajarkan oleh Al-Qur’an dan Al-Hadits, merupakan salah satu
bukti keistimewaan ajaran islam yang kompleks dan menyeluruh.
Akhlak yang harus dilaksanakan oleh sesama muslim diantaranya ialah :
a) Mengucapkan salam ketika bertemu.
b) Menghormati orang yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, menyantuni
yang fakir.
c) menjaga lisan dalam perkataan agar tidak membuat orang lain yang ada di sekitar
kita mudah tersinggung.
d) Saling tolong menolong dalam hal kebaikan dan taqwa.
e) Saling menasehati dalam hal kebenaran dan dengan kesabaran.
f) Saling menegur dan mengingatkan jika ia bersalah.
g) Tersenyum jika bertemu.
Sedangkan akhlak yang harus dilakukan oleh muslim terhadap non muslim, diantaranya
ialah:
a) Tidak mencampuri urusan agama lain.
b) Bersikap toleransi
c) Berbuat baik dan menjalin kerjasama layaknya dengan muslim, asalkan tidak
dalam masalah pribadi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Moh. Rifai, 1994, Aqidah Akhlak MA Kelas I, Semarang : CV.WICAKSANA;
2. H. Atjep Effendi, 1994, Aqidah Akhlak MTs Kelas III, Bandung : CV.ARMICO;
Mahyuddin, 1999, Kuliah Akhlak Tasawuf, Jakarta : KALAM MULIA
http://riwayat.wordpress.com/2008/05/01/urgensi-akhlak-dalam-ritual-islam/.
3. Diposkan oleh rizkiagustriana di 22:28
4. http://mubarok-institute.blogspot.com/2011/03/akhlak-manusia-terhadap-manusia-
5.html.
5. Departemen Agama.2005.Al-Qur’an dan terjemahannya.jakarta:Pustaka Amani.
6. Djatnika, Rachmat.1996.Sistem Etika Islam ( Akhlak Mulia ).jakarta : Pustaka Panjimas.
7. Mahfud MD,Moh.1997.Spiritualitas Al-Qur’an dalam Membangun Kearifan
Umat.Yogyakarta:LPPAI UII
8. Charisma, Moh.Chazdiq.1991.Tiga Aspek Kemukjizatan Al-Qur’an.Surabaya:Bina Ilmu.

[1] Departeman agama. Al-Quran dan terjemahannya, jakarta : Pustaka Amani . 2005.

[2] Rachmat Djatnika, Sistem Etika Islam ( Akhlak Mulia ) jakarta : Pustaka Panji Mas.1996.hal.248

[3] Machasin. “ Peluang Membangun Kebersamaan dalam menyongsong pluraritas “ dalam Moh.
Mahfud MD. “ Spiritualitas Al-Qur’an dalam membangun kearifan umat. Yogyakarta : LPPAI UII 1997.
Hal. 140-141.

[4] Moh. Chazdiq Charisma. Tiga Aspek Kukjizatan Al-Qur’an. Surabaya : Bina Ilmu. 1991. 110-115.

Você também pode gostar