Você está na página 1de 80

ANALISA SEPARATOR GAS BUANG TIPE CYCLONE DENGAN

MENGGUNAKAN SOFTWARE ANSYS

ABSTRAK

Prinsip kerja Cyclone separator yaitu memanfaatkan gaya sentrifugal dan


gaya gravitasi di dalamnya untuk memisahkan partikel padat dan gas. Vortex yang
terjadi di dalam cyclone menyebabkan Partikulat Matter (PM) terpisah dari gas
buang, dimana PM akan jatuh ke bawah sedangkan gas buang akan naik ke atas
karena massa jenis gas buang yang lebih kecil daripada PM. Pada penelitian ini
Cyclone separator dianalisis dengan menggunakan software ANSYS. Persamaan
yang digunakan dalam software ANSYS adalah persamaan k-epsilon RNG.
Variasi panjang pipa vortex dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap
persentase pemisahan partikel dengan panjang berturut-turut 3 cm, 5 cm, 7 cm, 9
cm, dan 11 cm. Simulasi Particle Track digunakan untuk mendapatkan persentase
pemisahan partikel. Hasil simulasi yang didapatkan menunjukkan bahwa variasi
kecepatan cukup berpengaruh terhadap persentase pemisahan partikel, dimana
semakin tinggi kecepatan inlet maka persentase partikel yang escaped semakin
sedikit dan yang trapped semakin bertambah. Dari 5 variasi panjang pipa vortex
yang disimulasikan, cyclone separator dengan panjang pipa vortex 7 cm dan
kecepatan inlet 30 m/s menghasilkan persentase pemisahan yang paling tinggi
serta menghasilkan tekanan yang lebih tinggi dibandingkan cyclone separator
pada panjang pipa vortex lainnya

Kata kunci :Partikulat Metter, Cyclone Separator, Ansys, panjang pipa vortex,
kontur

i
ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cyclone merupakan alat pengendali partikulat yang sangat umum dan banyak

digunakan untuk berbagai aplikasi karena prinsip kerjanya pemisahan partikel.

Partikel yang dapat disisihkan adalah partikel yang berukuran besar, alat ini

sangat tidak efisien jika digunakan untuk menyisihkan partikel kecil karena

partikel-partikel kecil mempunyai massa yang kecil dan dapat menghasilkan gaya

sentrifugal (Maikel mendes dkk)

Cyclone adalah alat sederhana yang menggunakan gaya sentrifugal untuk

memisahkan partikel dari aliran gas, pada umumnya Cyclone terbentuk dari pelat

logam, dan ada juga dari bahan lain. Cyclone dapat mengendalikan beban debu

yang sangat besar, dan juga digunakan pada aliran gas yang sangat tinggi. Kadang

– kadang penggunaannya di gabungkan dengan material tahan panas untuk

mencegah abrasi dan untuk mengisolasi material logam dari temperatur gas yang

sangat tinggi. Alat ini pada umumnya digunakan untuk mencegah pencemaran

udara dari hasil penbakaran mesin diesel. (Maikel mendes dkk, laporan kerja

praktek)

Gas buang dari hasil proses pembakaran berpegaruh terhadap pencemaran

udara dan lingkungan khususnya motor diesel. Proses pembakaran bahan bakar

pada motor bakar menghasilkan gas buang yang mengandung unsur Nitrogen

Oksida (NOx), Sulfur Oksida (SOx), Particulate Matter (PM), Karbon Monoksida

1
(CO), dan Hidrokarbon (HC) yang bersifat mencemari udara. Pencemaran

terhadap udara tentunya akan berakibat terhadap kesehatan manusia, selain juga

terhadap mahluk hidup lainnya seperti hewan dan tumbuhan.(Reza Revari,dkk

2012)

Pencemaran udara yang berupa partikulat dapat diatasi dengan alat-alat

pengontrol udara seperti Cyclone Separator. Prinsip alat ini adalah memisahkan

partikel padat dan gas dengan memanfaatkan gaya sentrifugal dan gaya gravitasi

didalam Cyclone. Partikulat dan gas akan terpisah, dimana partikulat yang

bermassa jenis besar akan jatuh kebawah dan udara yang bermassa jenis

kecil akan naik keatas. Efisiensi pemisahan partikel bergantung pada diameter

partikel, berat jenis partikel, dimensi Cyclone separator, panjang pipa vortex serta

Kecepatan masuk inlet juga cukup mempengaruhi persentase pemisahan partikel.

Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh A.Husairy dan Benny D Leonanda

tentang variasi kecepatan inlet terhadap persentase pemisahan partikel dengan

menggunakan software ansys CFD, hasilnya menunjukkan bahwa Persentase

pemisahan partikel meningkat seiring kenaikan kecepatan, yaitu persentase

partikel escaped akan menurun dan persentase partikel trapped akan meningkat.

Serta diameter outlet dan lebar inlet akan mempengaruhi efisiensi Cyclone.

Model empiris dikembangkan berdasarkan data geometri siklon tertentu,

seperti penelitian tentang analisa pengaruh tangensial inlet (Avci dan karagoz,

2005), sementara Hsu dkk (2014) sudah melakukan eksperimen tentang

peningkatan kinerja desain siklon Stairmand dengan menganalisa pengaruh tinggi

konis, diameter konis dan siklon tanpa konis. Hasilnya menunjukkan bahwa

2
proporsi tinggi konis ditingkatkan dari 60 mm menjadi 70 mm dan diameter konis

dikecilkan dari 9 mm menjadi 4 mm dapat meningkatkan faktor kualitas dari

siklon tersebut. Roufi dkk (2008) melakukan simulasi dan optimasi vortex finder

pada siklon konvensional menggunakan CFD. Roufi dkk (2009) melakukan

penelitian dengan mengkaji dua jenis siklon persegi yang berbeda geometrinya

secara CFD. Hasilnya menunjukkan bahwa perbandingan antara penurunan

tekanan dari siklon persegi yang diperoleh dalam penelitian ini dengan persamaan

empiris yang diberikan dalam literatur untuk siklon konvensional, menunjukkan

bahwa penurunan tekanan dalam siklon persegi lebih kecil dari pada siklon

konvensional.

Shafikhani dkk (2011) melakukan penelitian terhadap siklon persegi dan

siklon silinder secara numerik. Hasilnya menunjukkan bahwa penurunan tekanan

berdasarkan peningkatan laju alir pada siklon persegi lebih kecil jika

dibandingkan dengan Cyclone silinder. Sementara efisiensi berpengaruh terhadap

laju alir. Semakin tinggi laju alir maka efisiensinya semakin tinggi. Hal ini

berlaku pada kedua jenis siklon. untuk itu siklon persegi bisa menjadi pilihan

untuk laju alir yang tinggi.

Dari beberapa penelitian tentang Cyclone Separator diatas masih sedikit yang

meneliti tentang pengaruh panjang pipa vortex. Pada penelitian ini akan

mensimulasikan Cyclone Separator berbentuk silinder dengan variasi panjang

pipa vortex serta kecepatan inlet yang berbeda, untuk mencari karakteristik

Cyclone Separator dengan pemisahan partikel yang lebih efisien, serta melakukan

meshing yang lebih baik agar mendapatkan hasil yang lebih akurat.

3
Dengan menggunakan Software Ansys peneliti dapat mensimulasikan aliran

partikel dalam Cyclone, dimana dapat dilihat berapa banyak partikel yang

terperangkap ataupun yang keluar dari Cyclone. Dengan simulasi tersebut dapat

diketahui pengaruh kecepatan inlet terhadap persentase pemisahan partikel dan

juga pengaruh panjang pipa vortex terhadap kinarja Cyclone Separator.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat

dirumuskan permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana cara membuat desain Cyclone Separator dengan menggunakan

SolidWork ?

2. Bagaimana pengaruh variasi tekanan terhadap kinerja cyclone separator ?

3. Bagaimana pengaruh panjang pipa vortex terhadap kinerja Cyclone

separator?

4. Bagaimana hasil simulasi Cyclone separator dengan menggunakan

software ansys pada metode k-epsilon?

5. Bagaimana pengaruh kecepatan inlet terhadap kinerja Cyclone separator?

1.3 Batasan Masalah

Pengujian dilakukan hanya membahas analisa mengenai pengaruh variasi

kecepatan inlet dan panjang pipa vortex pada metode k-epsilon terhadap kinerja

Cyclone separator.

1.4 Tujuan

Adapun tujuan dari analisa ini antara lain:

4
1. Membuat model Cyclone dengan menggunakan software solidwork.

2. Mengetahui karakteristik variasi panjang pipa vortex terhadap tekanan,

turbulen dan percepatan.

3. Mengetahui pengaruh variasi panjang pipa vortex terhadap kinarja

Cyclone separator.

4. Mengetahui pola aliran berupa kontur yang terbentuk pada model cyclone

separator dengan metode k-epsilon

5. Mengetahui pengaruh kecepatan inlet terhadap pemisahan partikel pada


cyclone separator.

1.5 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menjadi referensi untuk mendesain atau merancang sebuah Cyclone

separator dengan software ansys CFD.

2. Menemukan karakteristik Cyclone separator dengan berbagai variasi

kecepatan inlet dan dimensi pada metode k-epsilon.

3. Menemukan pengaruh kecepatan inlet terhadap persentase pemisahan

partikel pada Cyclone separator.

4. Menemukan karakteristik arah gerakan fluida dengan metode k-epsilon

yang terbentuk didalam cyclone separator

5. Menemukan efisiensi maksimum dari panjang pipa vortex pada Cyclone

separator

5
1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyelesaian skripsi ini

adalah:

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan tentang latar belakang, permasalahan, batasan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menjelaskan tentang teori dasar yang mendukung tugas akhir.

BAB III METODOLOGI PENULISAN

Metode simulasi pengujian Cyclone yang diawali dengan

pembuatan gambar dengan sofware solid work, kemudian di

import ke Ansys dan mensimulasikan dengan Fluent dengan

variasi panjang pipa vortex dengan dimensi Cyclone yang sama

serta parameter-parameter yang digunakan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Membahas hasil yang didapat dari simulasi berupa pemisahan

partikel yang lebih efisien dari Cyclone Separator, kontur tekanan

dan kecepatan serta persentase pemisahan partikel dari Cyclone

Separator.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran-saran.

Daftar Pustaka

Lampiran

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Separator Cyclone

Cyclone separator adalah salah satu alat yang digunakan untuk mereduksi

kandungan particulate matter pada gas buang motor diesel. Alat ini menggunakan

prinsip gaya sentrifugal dan perbedaan massa jenis antara PM dan gas buang

motor diesel (Widjaja, T. 2012.)

Cyclone separator banyak digunakan sebagai alat pengumpul particulate

matter, dimana gas yang mengandung particulate masuk secara tangensial ke

dalam body cyclone membentuk aliran spiral dan keluar melalui bagian tengah

yang terbuka (Buekens, A,. 2012)

Prinsip kerja separator yaitu gas atau aliran fluida diinjeksikan melalui

pipa input. Bentuk kerucut pada bagian body cyclone menyebabkan aliran gas

atau fluida untuk berputar, menciptakan vortex. Vortex yaitu gerak alamiah yang

terjadi pada suatu fluida yang diakibatkan adanya pengaruh parameter kecepatan

dan tekanan (Ridwan., Siswantara,A.I., Rohim,A., 2004).

Partikel dengan ukuran atau kerapatan yang lebih besar didorong ke arah

luar vortex menempel di dinding separator karena pengaruh gaya sentrifugal.

Gaya gravitasi menyebabkan partikel-partikel tersebut jatuh ke sisi kerucut

menuju tempat pembuangan. Partikel dengan ukuran atau kerapatan yang lebih

kecil keluar melalui bagian atas dari cyclone melalui pusat yang bertekanan

rendah (Ridwan., Siswantara,A.I., Rohim,A., 2004).

7
Tabung vortex finder tidak menciptakan aliran pusaran gas. Fungsinya

adalah untuk mencegah hubungan singkat dari inlet secara langsung ke outlet.

Cyclone akan tetap bekerja tanpa vortex finder, walaupun efisiensi yang

dihasilkan akan rendah.

Gambar 2. 1 Skema Cara Kerja Cyclon


Sumber: Karl B. Schenelle, 2002

Cyclone sering digunakan sebagai precleaner untuk alat kontrol polusi

udara. Cyclone lebih efisien digunakan untuk memisahkan partikulat daripada

settlingchamber, tetapi tidak lebih efisien bila dibandingkan dengan wet scrubber,

baghouses atau electricprecipitator. Dibanding dengan alat lain pengendali polusi

udara yang lain, Cyclone lebih disukai karena kesederhaaan dari desainnya, tidak

mahal, biaya pemeliharaanya rendah, dan kemampuan beradaptasi untuk berbagai

kondisi opersai seperti pada suhu dan tekanan tinggi. berikut Standar dimensi

Cyclone berdasarkan perbandingan antara diameter badan Cyclone dengan bagian

lainnya dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:

8
Tabel 2. 1 Standar Dimensi Cyclone

Source : columns (1) and (5) from Stairmand 1951, columns (2) and (6) from Swift, column (3)
from Lapple 1951

. Cyclone sering digambarkan sebagai peralatan dengan efisiensi rendah.

Namun dalam perkembangannya tercatat Cyclone mampu menghasilkan efisiensi

98% bahkan lebih untukpartikel yang lebih besar dari 5 microns (Cooper, et al.,

1986). Efisiensi lebih dari 98% juga tercatat pada Cyclone untuk partikel yang

diameternya lebih dari 346 microns (Funk, P.A., et al.,2000).

Meskipun siklon sering digunakan sebagai tempat akhir pengumpulan di

mana partikel yang berukuran besar ingin dipisahkan, siklon juga umum

digunakan sebagai pra-pembersih sebagai kolektor yang lebih efisien seperti

elektrostatik presipitator, scrubber atau kain saringan (Swamee dkk, 2009).

II.2. Pembentukan Partikulat (Particulate Matter)

Partikulat dihasilkan oleh adanya residu bahan bakar yang terbakar dalam

ruang bakar, dan keluar melalui pipa gas buang. Partikel-partikel seperti jelaga,

9
asap dan debu secara umum terbagi menjadi dua bagian yaitu partikel-partikel

yang merupakan emisi langsung biasanya disebut partikel utama (primary

particles) dan partikel-partikel hasil transformasi gas lain atau disebut partikel

sekunder (secondary particles). (Dody Darsono, FT UI, 2010)

Ukuran partikel bervariasi, dengan ujuran besar cenderung berasal dari

faktor geologi, seperti debu dan pasir yang ditiup angin. Sedangkan yang

berukuran kecil terutama dari sumber-sumber pembakaran dan perubahan dari

gas-gas emisi yang lain, seperti sulfur dioksida menjadi sulfat dan nitrogen oksida

menjadi nitrat. Dari sini jelas bahwa emisi gas buang merupakan unsur yang

berbahaya. Sebagian besar partikulat mengandung unsur karbon dan kotoran lain

berbentuk butiran/partikel dengan ukuran ± 0,01 – 10 μm. (Dody Darsono, FT UI,

2010)

Gas buang diesel sebagian besar berupa partikulat dan berada pada dua

fase yang berbeda namun saling menyatu yaitu fase padat, terdiri dari

residu/kotoran, abu, bahan aditif, bahan korosif, keausan metal, dan fase cair

terdiri dari minyak pelumas yang tak terbakar. Gas buang yang berbentuk cair

akan meresap ke dalam fase padat. Buangan ini disebut partikel. Partikel-partikel

tersebut berukuran mulai dari 100 mikron hingga kurang dari 0,01 mikron.

Partikulat yang berukuran kurang dari 10 mikron memberikan dampak terhadap

visibilitas udara karena partikulat tersebut akan memudarkan cahaya.

Pembentukan partikel tersebut dapat dilihat pada gambar 2.2 dibawah. (Dody

Darsono, FT UI, 2010)

10
Gambar 2. 2 Pembentukan Partikel-partikel

II.3. Efisiensi Penyisihan Partikel

Ketika sebuah partikel bergerak dengan kecepatan konstan dengan arah

yang berputar, vektor kecepatan berubah terus sesuai dengan arah putarnya.

Walaupun tidak begitu besar hal ini menciptakan percepatan hasil dari perubahan

arah kecepatan. Artinya percepatan adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk

perubahan kecepatan sehingga kecepatan menjadi sebuah vektor yang dapat

berubah arah. Gaya dirumuskan oleh hukum kedua Newton (F = m.a), gaya

sentrifugal dirumuskan sebagai berikut:

mv 2
F (1)
r

Dimana: F = gaya sentrifugal

m = massa partikel

11
v = kecepatan partikel, diasumsikan sama dengan kecepatan gas

r = jari-jari badan cyclone

Prinsip kerja Cyclone berdasarkan penggunaan gaya sentrifugal

untuk menggerakkan partikel menuju dinding Cyclone, sebuah kesalahan kecil

dalam pemasangan pipa akan mengurangi efisiensi, jadi sebaiknya digunakan cara

yang ditunjukkan pada gambar yang benar.

II.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi

Beberapa faktor yang mempengaruhi efisiensi pengumpulan

partikel antara lain Meningkatkan kecepatan di inlet akan meningkatkan gaya

sentrifugal dan juga efisiensi. Tetapi ini juga akan meningkatkan kehilangan

tekanan. Mengurangi diameter Cyclone juga akan meningkatkan gaya sentrifugal,

efisiensi, dan kehilangan tekanan. Meningkatkan laju aliran gas terhadap Cyclone

yang diberikan mempunyai dampak efisiensi seperti yang ditunjukkan pada

persamaan berikut:

0,5
Pt 2  Q1 
 
Pt1  Q2 
(2)

Dimana: Pt = penetration (Pt = 1 -η )

η = efisiensi penyisihan partikel

Q = volume aliran gas

12
II.5. Persamaan yang Digunakan dalam Perhitungan Efisiensi

Efisiensi penggunaan Cyclone dapat ditentukan dengan beberapa

persamaaan, diantaranya Lapple’s efficiency correlation.

Langkah–langkah yang digunakan untuk mendapatkan besarnya efisiensi Cyclone

adalah:

1. Penentuan jumlah efektif penyisihan (Ne)

Lc
Lb 
Persamaannya : Ne  2 (3)
H

Dimana : Ne = jumlah efektif penyisihan

H = tinggi inlet tangensial

Lb = panjang badan cyclone

Lc = panjang kerucut cyclone

2. Persamaan Lapple’s

1
Persamaannya : j  2
(4)
 d p 50 
1  
 d 
 pj 

Dimana : ηj = efisiensi penyisihan partikel dengan diameter j

dp50 = diameter partikel dengan 50 % efisiensi penyisihan

dpj = diameter partikel j

13
3. Kapasitas Aliran

Q=A.v

dimana: Q = kapasitas aliran (/s)

v = kecepatan aliran (m/s)

A = luas penampang (m^2)

II.6. Software Ansys

ANSYS merupakan salah satu perangkat lunak engineering yang banyak

digunakan baik dalam penelitian, simulasi, problem solving dan design. Ansys

memiliki berapa bagian yaitu :

● ANSYS Workbench

ANSYS Workbench bisa menganalisis beberapa sistem seperti dibawah

ini:

 Electic

 Explicit Dynamics

 CFD ( CFX dan Fluent )

 IC Engine

 Static Strutural

 Steady-state Thermal

● ANSYS Multiphysics

● ANSYS Mechanical

14
● ANSYS AUTODYN

● ANSYS CFD (CFX & FLUENT)

● ANSYS Meshing and Extended Meshing

● ANSYS DesignModeler

● ANSYS DesignXplorer

● Supports up to 4 cores (SMP) for HPC solutions

Pada penelitian cyclone separator menggunakan ANSYS CFD ( CFX dan

Fluent )

II.7. Computational Fluid Dynamics (CFD)

Computational Fluid Dynamics (CFD) adalah sebuah ilmu terapan yang

mempelajari dinamika aliran fluida dan transfer panas dengan pendekatan model

matematika diferensial dan teknik numerik. Dengan menggunakan CFD prediksi

aliran di berbagai sistem dapat dilakukan dengan biaya yang relatif murah dan

dengan waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan menggunakan metode

eksperimen (Anonim 2010).yg punya jurnal

Program CFD dapat memprediksi aliran fluida pada kondisi tertentu

menggunakan penyelesaian persamaan-persamaan yang mengatur aliran fluida.

Persamaan aliran fluida merupakan persamaan diferensial parsial Computational

Fluid Dynamics atau CFD adalah suatu sistem dari konsep dasar aliran fluida dan

15
pindah panas yang menggunakan simulasi berbasis computer (Wulandani et al.

2001).

Komputasi dinamika fluida (computational fluid dynamic,CFD)

merupakan cabang dari mekanika fluida yang menggunakan metode angka dan

algoritma untuk menyelesaikan dan menganalisa masalah yang terjadi pada aliran

fluida. Secara umum proses penghitungan CFD terdiri atas 3 bagian utama:

1. Pre-pocess

2. Processor

3. Post Processor

Pre-pocess merupakan tahapan pertama didalam merancancang dan

menganalisa aliran didalam pemodelan. Preprosessor mengandung masukan dari

permasalahan yanmg dialami oleh aliran.

Processor adalah tahap dilakukan proses penghitungan data-data input

dengan persamaan yang terlibat secara iteratif. Artinya penghitungan dilakukan

hingga hasil menuju error terkecil atau hingga mencapai nilai yang konvergen.

Post Processor adalah langkah terakhir dalam CFD , dimana hasil

perhitungan ditampilkan ke dalam gambar, grafik bahkan animasi dengan pola

warna tertentu.

Keuntungan dari computational fluid dynamic (CFD)

1. Meminimumkan waktu dan biaya dalam mendesain suatu produk, bila

proses desain tersebut dilakukan dengan uji eksperimen dengan akurasi

tinggi.

16
2. Memiliki kemampuan sistem studi yang dapat mengendalikan percobaan

yang sulit atau tidak mungkin dilakukan dalam eksperimen.

3. Memiliki kemampuan untuk studi di bawah kondisi berbahaya pada saat

atau sesudah melewati titik kritis (termasuk studi keselamatan dan

skenario kecelakaan).

4. Keakuratannya akan selalu dikontrol dalam proses desain.

17
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

III.1.1 Lokasi Penelitian

Simulasi dilakukan di Laboratorium Permesinan Kapal,

Jurusan Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin,

Gowa.

III.1.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan selama pada bulan

November 2016 - Selesai

III.2 Metode Pengambilan Data

a. Studi Literatur

Pada studi literature ini digunakan beberapa referensi sebagai

acuan diantaranya buku bacaan, skripsi, internet dan lain-lain yang

berkaitan dengan panjang pipa vortex Cyclone Separator

b. Desain model

Dalam desain model yang dilakukan yaitu mendesain di software

solidwork, Cyclone terdiri dari beberapa komponen penting dalam

proses mendesain yaitu sebagai berikut:

1. Inlet dan outlet;

2. Vortex finder;

3. Body;

18
4. Cone atau Hopper.

Tabel 3. 1 Variabel – Variabel dalam penelitian

Variabel tetap Variabel berubah Variabel respon

-Dimensi Cyclone Panjang pipa vortex -Efisiensi pemisahan


Panjang bodi cyclone 3 cm, 5 cm, 7 cm, 9 partikel
30 cm cm, dan 11 cm.
-Kecepatan inlet 10 -Kehilangan tekanan
m/s, 20 m/s dan 30 pada siklon
m/s
c. Meshing

Proses meshing yaitu proses menghubungkan antara 1 titik dengan

titik yang lain. Mesh model yang telah dibuka pada Fluent harus dicek

terlebih dahulu apakah terdapat kesalahan (error) atau tidak. Proses

pengecekan mesh ini dapat dilakukan melalui perintah Grid kemudian

Check. Contoh hasil proses meshing pada salah satu desain

ditunjukkan pada gambar berikut:

19
Gambar 3. 1 Contoh Proses Meshing

d. Simulasi

Untuk mendapatkan pengaruh panjang pipa vortex, kecepatan dan

dimensi terhadap persentase pemisahan partikel pada cyclone separator

maka dilakukan simulasi dengan menggunakan software Ansys CFD

E. Kretria Tercapai

Setalah simulasi selesai maka kreteria yang diinginkan akan muncul

seperti pemisahan partikel, tekanan, turbulen dan laju aliran fluida.

F. Desain yang Efektif

Untuk memilih desain yang efektif maka dilakukan analisis dan

memilih panjang pipa vortex yang paling efisien dalam pemisahan

partikel efisiensi maksimum akan tercapai ketika panjang pipa vortex

tidak terlalu pendek maupun terlalu panjang.

20
III.3 Kerangka Penelitian
Mulai

Penentuan Studi Literatur


Variasi panjang
pipa vortex
Mendesain model cyclone
separator dengan menggunakan Data sekunder
software siolidwork

Jika mesh gagal


Proses
Meshing
Jika mesh sukses
Penentuan Kecepatan
Input Data
inlet ( m/s)

Mensimulasikan Pengaruh Kecepatan


Inlet dan panjang pipa vortex pada
Cyclone Separator dengan
Menggunakan Software
21 Ansys CFD
BAB IV

ANALYSIS DAN PEMBAHASAN

IV.1 Mendesain Model Cyclone Separator pada SolidWork

SolidWorks adalah salah satu software yang digunakan untuk

merancang part permesinan atau susunan part pemesinan yang berupa

assembling dengan tampilan 3 dimensi untuk mempresentasikan part

sebelum real partnya dibuat atau tampilan 2 dimensi untuk gambar proses

pemesinan atau Cyclone Separator .

Karena model yang akan dibuat 3 dimensi maka sebelumnya harus

membuat sketsa gambar dalam bentuk 2 dimensi kemudian di extrude

untuk menjadi 3 dimensi di software SolidWork. Pada tahapan ini proses

pembuatan yang pertama dilakukan yaitu pembuatan part tiap komponen

yang terdapat pada cyclone separator. Part yang akan dibuat yaitu, body,

inlet dan outlate ,Vortex finder . berdasarkan data yang telah didapatkan

sebelumnya. Proses pembuatan part - part ini harus dibuat sketsa 2

dimensi kemudian diubah 3 dimensi dengan mengunakan toolbox extrude.

22
Gambar 4. 1 model Cyclone yang digunakan pada penelitian

IV.2 Desain Model Body Cyclone Separator

Pada penggambaran body Cyclone langkah pertama yang harus

dilakukan yaitu membuka software SolidWork, klik toolbar sketch untuk

memulai penggambaran 2 dimensi kemudian membuat sketsa gambar

berdasarkan data utama yang sudah ditentukan sebelumnya.

Hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembuatan part body ini

adalah ukuran dan satuan yang digunakan sesuai data yang telah

ditentukan.satuan yang digunakan adalah (cm) karena hal ini sebagai dasar

dalam pembuatan sketsa. Dalam hal ini aplikasi yang digunakan adalah

SolidWork 2010 yang kemudian di import dalam Geometry Ansys 15.

23
Gambar 4. 2 Desain pada Part Body 2 Dimensi

Untuk mengubah gambar sketsa 2 dimensi tadi ke 3 dimensi dengan

menggunakan tool extruded. Tool ini juga berfungsi untuk mengatur

ketebalan part, panjang part, dan cut material part yang akan didesain.

Gambar 4. 3 Desain pada Part Body 3 Dimensi

24
Setelah membuat body dari cyclone separator dalam bentuk 3 dimensi,

maka langkah selanjutnya adalah membuat part inlet dan outletnya dengan

memasukkan data yang telah ditentukan.

IV.3 Desain Inlet dan Outlet pada Cyclone Separator

Selanjutnya pada pembuatan desain inlet dan outlet yang harus

dilakukan yaitu memilih toolbox sketch pada solidwork, setelah jendela

terbuka maka sudah bisa memulai membuat sketsa gambar berdasarkan data

utama yang sudah ditentukan sebelumnya.

Gambar 4. 4 Desain Part Inlet di Solidwork

Setelah mendesain inlet dari cyclone separator maka langkah

selanjutnya mendesain outlet, dengan memilih toolbox sketch kemudian

masukkan data yang telah ditentukan dan klik toolbar revolve untuk

membentuk desain inlet.

25
Gambar 4. 5 Desain Part outlet di solid work

Setelah mendesain body, inlet dan outlet pada cyclone separator , maka

langkah selanjutnya file tersebut disave kemudian dipindahkan ke Software Ansys

dengan cara buka file Workbench Ansys kemudian klik import external geometri

di jendela Ansys Workbench.

Gambar 4. 6 Desain Cyclone Separator di SolidWork

26
IV.4 Desain Cyclone Separator

Setelah mendesain Cyclone Separator di SolidWork langkah

selanjutnya memindahkan gambar ke Ansys dengan cara membuka file

workbench kemudian muncul gambar seperti dibawah ini. Lalu klik Toolbox

fluid flow (fluent) kemudian klik geometri dibawah komponen sistem ke daerah

project scehmatic, ini akan membuka jendela modeler.

Gambar 4. 7 Jendela Workbench Ansys

Setelah langkah – langkah diatas dilakukan maka terbuka jendela seperti di

bawah ini. Lalu file yang didesain di SolidWork dipindahkan ke Ansys dengan

cara klik import external geometri file, lalu pilih file yang yang sudah ter-save di

disk komputer / laptop. kemudian untuk memunculkan desain di Ansys klik

toolbar generate .untuk memunculkan desain di geometri.

27
Gambar 4. 8 Jendela geometri fluid flow (fluent)

Setelah langkah – langkah diatas terlaksana maka muncul desain Cyclone

Separator di geometri fluid flow ( fluent) seperti gambar di bawah ini.

Gambar 4. 9 Cyclone Separator pada jendela geometri

28
Setelah itu muncul data di geometri Ansys CFD dan untuk melihat hasil

desain maka di klik toolbox generate. dan akan muncul hasil desain yang sudah di

variasikan panjang pipa vortexnya seperti gambar di bawah ini :

(a) (b) (c)

(d) (e)
Gambar 4. 10 Cyclone dengan Variasi panjang pipa vortex (a) 3 cm (b) 5 cm (c) 7
cm (d) 9 cm (e) 11 cm

29
IV.5 Proses Meshing

Mesh merupakan pembagian objek menjadi bagian – bagian yang lebih

kecil ,semakin kecil meshing yang dibuat maka hasil perhitungan akan semakin

teliti namun membutuhkan daya komputasi yang besar. Setelah desain menjadi

sebuah Cyclone Separator pada jendela geometri maka selanjutnya buka jendela

Workbench dan pilih toolbox meshing.

Gambar 4. 11 Jendela Workbench untuk meshing

Gambar 4. 12 Model Cyclone Separator yang akan di meshing

30
Selanjutnya, langkah yang dilakukan pilih toolbox generate mesh untuk

memulai proses meshing pada sebuah model Cyclone Separator dan waktu yang

dibutuhkan dalam proses meshing akan selesai tergantung dari kemampuan

computer yang digunakan. Setelah langkah – langkah diatas terlaksana maka akan

muncul hasil seperti gambar di bawah ini:

Gambar 4. 13 Tampilan Model Cyclone yang telah di mesh

Selanjutnya, langkah yang dilakukan adalah “memberikan nama” pada

desain model Cyclone. sesuai pada bagian Cyclone Separator, dengan langkah

blok bagian yang akan diberi nama lalu klik kanan pilih tool box created name

selection setelah itu masukkan nama dan klik OK . berikut tampilan yang akan

diberi nama pada setiap bagian cyclone. Yang perlu diperhatikan apabila proses

running error, ada dua kemungkinan yang bermasalah yaitu desain antar bagian

Cyclone Separator ada yang bersinggungan atau kapasitas memory computer

kurang.

31
Gambar 4. 14 Pemberian nama pada inlet Cyclone Separator
Setelah itu lakukan untuk nama bagian Syclone Separator yang lain

dengan mengulangi langkah – langkah diatas.

Gambar 4. 15 Pemberian nama Outlet pada Cyclone Separator

32
Gambar 4. 16 Pemberian nama Body atau Wall pada Cyclone Separator

Setelah langkah pemberian nama pada setiap bagian Cyclone, maka tahap

proses meshing telah selesai dan dilanjutkan pada tahap set up. Berikut adalah

gambar hasil meshing pada masing – masing cyclone separator yang telah di

variasikan panjang pipa vortexnya :

(a) (b) (c)

33
(d) (e)
Gambar 4. 17 Hasil mesh pada Cyclone dengan variasi panjang pipa vortex
(a) 3 cm (b) 5 cm (c) 7 cm (d) 9 cm (e) 11 cm
Mesh model yang telah dibuka pada fluent apakah terdapat

kesalahan (error) atau tidak proses kesalahan mesh ini dapat dilakukan

melalui perintah grid kemudian check. Setelah dilakukan pengecekan

apabila terjadi pesan error maka mesh model tersebut harus diperbaiki

terlebih dahulu atau kembali ke langkah desain Dari hasil proses Meshing

ini menunjukkan tidak adanya error atau desain mendapatkan proses

meshing yang berhasil.

IV.6 Proses Setup

Setelah proses meshing selesai maka selanjutnya memilih setup.

Langkah awal yang harus dilakukan untuk melakukan simulasi yaitu dengan

menentukan kecepatan masuk fluida di inlet. Pada jendela setup langkah

pertama yaitu pilih toolbox general untuk memasukkan data gravitational

34
acceleration. Kemudian pilih toolbox model untuk menentukan viscous

model dalam hal ini yang dipilih adalah model k-epsilon,Selanjutnya Pilih

materials untuk menentukan jenis material yang digunakan pada konstruksi

model Cyclone Separator dan jenis fluida yang digunakan.

Pilih tool box cell zone conditions untuk menentukan jenis material
pada bagian-bagian model Cyclone Separator dan menentukan jenis fluida
yang digunakan adapun langkah-langkah penginputan data pada menu
setup dijelaskan sebagai berikut.

1. Memilih menu setup pada ANSYS Workbench 15

Gambar 4. 18 Tampilan Setup pada Ansys Workbench 15

Langkah selanjutnya Pilih toolbox general lalu klik Gravity maka

muncul kolom seperti dibawah ini setelah itu masukkan data Gravitasi

35
Gambar 4. 19 Tampilan Setup General

Selanjutnya, langkah yang dilakukan adalah klik toolbar model lalu

klik viscous maka muncul jendela seperti dibawah dalam penilitian ini

digunakan model k epsilon>RNG>Swirl dominated

Gambar 4. 20 Tampilan setup Model

Langkah selanjutnya Klik Discrated phase dan masukkan data yang

diperlukan

36
Gambar 4. 21 Tampilan setup model viscous

Selanjutnya Pilih tool box boundary conditions untuk menentukan

kecepatan aliran fluida masuk maupun yang keluar dari model Cyclone

Separator.

Gambar 4. 22 Tampilan setup Boundary solution

37
Selanjutnya,langkah yang dilakukan Klik inlet kemudian edit maka muncul

jendela sepeti dibawah

Gambar 4. 23 Tampilan setup velocity inlet

Klik toolbox boundary condition untuk memasukkan data kecepatan

inlet sesuai data yang akan diteliti dalam hal ini kecepatan inlet yang

dimasukkan 10 m/s, 20 m/s, 30 m/s. Kemudian Klik toolbox DPM untuk

menetukan masing-masing posisi laju aliran fluida didalam cyclone , seperti

gambar dibawah

Gambar 4. 24 Tampilan setup Penempatan posisi inlet dan outlet

38
Pilih tool box solution initialization untuk mengetahui bahwa suhu

dan kecepatan aliran fluida sudah diinput pada bagian inlet maupun outlet.

Setelah langkah – langkah diatas dilakukan. maka Pilih tool box calculation

activities / create / solution data export, kemudaian pilih file type CFD-

Post compatible dan pilih quantities untuk menentukan karateristik yang

akan dirunnig sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Pilih toolbox run

calculation / calculate untuk memulai running dan tunggu sampai selesai

running. Ketika running error maka periksa tool box boundary conditions

dan toolbox reference value, kemudian masukkan data dengan benar sesuai

karakteristik pengujian.

IV.7 Simulasi
Setelah seluruh proses diatas dilakukan maka dilanjutkan ketahap

selanjutnya yaitu proses running. Bila data yang dimasukkan pada tahap

sebelumnya dan posisi peletakkan inlet dan outlet sudah betul maka proses

running akan berjalan normal namun bila salah memasukkan data maka

proses running akan error.

Oleh karena itu saat menginput data-data pada proses diatas harus

dilakukan secara teliti dan sesuai dengan karakteristik yang akan dicari.

Proses running memerlukan waktu beberapa menit tergantung kemanpuan

komputer/laptop yang akan digunakan. Proses simulai dilakukan pada 5

model cyclone dengan variasi panjang pipa vortex untuk memperoleh

tingkat efisiensi yang tinggi, khusus pemisahan partikel yanag lebih

efisien.Berikut Gambar kontur pada masing -masing cyclone separator.

39
IV.8. Kontur Tekanan, Kontur Kecepatan, dan Kontur Turbulen

Dari hasil simulasi Ansys CFD diperoleh kontur tekanan, kontur

kecepatan, dan kontur turbulen yang berbeda untuk tiap panjang pipa

vortex Cyclone Separator. Pada simulasi ini, bentuk kontur tekanan

tersebut relatif sama untuk masing-masing panjang pipa vortex pada

Cyclone.

begitu juga dengan kontur kecepatan dan kontur turbulen yang

membedakan hanya nilai maksimum dan minimum dari kontur tersebut.

Nilai kecepatan inlet pada penilitian ini yaitu 10 m/s , 20 m/s , dan 30 m/s.

Untuk masing-masing panjang pipa vortex yaitu 3 cm , 5 cm, 7 cm, 9 cm,

dan 11 cm.

IV.8.1 Kontur Tekanan pada Cyclone dengan Panjang Pipa Vortex 3 cm :

Dari simulasi didapatkan kontur tekanan yang berbeda untuk

masing-masing Kecepatan inlet pada Cyclone Separator. Dari kontur

tekanan tersebut terlihat bahwa kecepatan inlet 30 m/s menghasilkan

tekanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua kecepatan inlet

yang lain.

Sedangkan kecepatan inlet 10 m/s menghasilkan tekanan yang

lebih rendah Berikut adalah gambar kontur tekanan dari hasil simulasi

cyclone separator dengan panjang pipa vortex 3 cm

40
(a) (b) (c)
Gambar 4. 25 kontur pressure kecepatan (a) 10 m/s (b) 20 m/s (c) 30 m/s

Gambar 4.25 menunjukkan kontur tekanan pada panjang pipa

vortex 3 cm dengan kecepatan inlet 10 m/s, 20 m/s, dan 30 m/s. Tekanan

tertinggi ada pada kecepatan inlet 30 m/s adalah 2585,677 pa, terletak

pada bagian sisi atas bodi Cyclone dan tekanan terendah ada pada

kecepatan 10 m/s yaitu -45,955 pa, Terletak pada sisi pipa vortex. Berikut

adalah tabel kontur tekanan pada panjang pipa vortex 3 cm :

Tabel 4. 1 kontur tekanan panjang pipa vortex 3 cm :

Kontur Tekanan (pa) 3 cm

Kecepatan Max Min

10 m/s 384,484 -45,955

20 m/s 1146,511 -272,592

30 m/s 2585,677 -400,133

41
Tekanan
2500
2185.544

2000

1500
Pascal

1000 873.919

500 338.529

0
Penurunan Tekanan

10 m/s 20 m/s Series 3

Grafik 4. 1 Penurunan tekanan pada Cyclone dengan panjang pipa vortex 3 cm

IV.8.2 Kontur Kecepatan pada Cyclone dengan Panjang Pipa Vortex 3 cm :

Dari simulasi didapatkan kontur kecepatan yang berbeda untuk

masing-masing Kecepatan inlet pada Cyclone Separator. Dari gambar

kontur kecepatan dibawah terlihat bahwa kenaikan kecepatan tertinggi ada

pada kecepatan inlet 30 m/s yang terletak pada bagian bawah pipa vortex.

Dan untuk kecepatan inlet 10 m/s dan 20 m/s yang kecepatan

maksimumnya terletak pada bagian tengah pipa vortex. Sedangkan

kecepatan terendah pada masing-masing kecepatan inlet hampir sama

terletak pada bagian tengah body Cyclone walaupun sedikit perbedaan

lokasi kecepatannya. Berikut adalah gambar kontur kecepatan dari hasil

simulasi Cyclone separator dengan panjang pipa vortex 3 cm :

42
(a) (b) (c)
Gambar 4. 26 kontur kecepatan dengan kecepatan (a) 10 m/s (b) 20 m/s
(c) 30 m/s
Gambar 4.26 menunjukkan kontur kecepatan pada panjang pipa

vortex 3 cm dengan kecepatan 10 m/s, 20 m/s, dan 30 m/s. gambar kontur

diatas menunjukkan kenaikan kecepatan maksimum ada pada kecepatan

30 m/s yaitu 26,902 m/s sehingga nilai kecepatan maksimumnya 56,902

m/s.

kenaikan kecepatan maksimum pada kecepatan 20 m/s adalah

18,115 m/s sehingga kecepatan maksimumnya 38,115 m/s. Dan kenaikan

kecepatan maksimum pada kecepatan 10 m/s adalah 9,674 m/s sehingga

kecepatan maksimumnya 19,674 m/s.

Besarnya perubahan – perubahan kecepatan aliran menunjukan

arah gerakan fluida yang membentuk garis-garis arus (kontur) aliran pada

gambar diatas. Berikut adalah tabel kontur kecepatan pada panjang pipa

vortex 3 cm :

43
Tabel 4. 2 kontur kecepatan panjang pipa vortex 3 cm

Kontur Kecepatan (ms^-1) 3 cm

Kecepatan Max Min

10 m/s 19,674 0

20 m/s 38,115 0

30 m/s 56,902 0

Kecepatan
60
56.902
50
m/s

40 38.115
30 30
20 20 19.674
10 10
0 0
Min Normal Max

10 m/s 20 m/s 30 m/s

Grafik 4. 2 Perubahan kecepatan pada Cyclone dengan panjang pipa vortex 3 cm

IV.8.3 Kontur Turbulen pada Cyclone dengan Panjang Pipa Vortex 3 cm :

Dari simulasi didapatkan kontur turbulen yang berbeda untuk

masing-masing Kecepatan inlet pada Cyclone Separator. Dari gambar

kontur turbulen dibawah terlihat bahwa kontur turbulen maksimum ada

pada kecepatan 30 m/s.

Dari gambar dibawah kecepatan aliran yang masuk kedalam

cyclone terlihat bahwa besaran dan ukuran kontur aliran fluida berbeda.

Hal ini yang menyebabkan terjadinya aliran turbulensi yang lebih besar.

44
Berikut adalah gambar kontur turbulen dari hasil simulasi cyclone

separator dengan panjang pipa vortex 3 cm:

(a) (b) (c)


Gambar 4. 27 kontur turbulen kecepatan (a) 10 m/s (b) 20 m/s (c) 30 m/s

Gambar 4.27 menunjukkan kontur turbulen pada panjang pipa vortex 3 cm

dengan kecepatan 10 m/s, 20 m/s, dan 30 m/s. turbulen tertinggi ada pada

kecepatan 30 m/s yaitu 51,591 j kg^-1 dan turbulen terendah ada pada kecepatan

10 m/s yaitu 0,130 j kg^-1. Berikut adalah tabel kontur turbulen pada panjang

pipa vortex 3 cm:

Tabel 4. 3 Kontur turbulen panjang pipa vortex 3 cm :

Kontur Turbulent (j kg^-1) 3 cm

Kecepatan Max Min

10 m/s 10,566 0,13

20 m/s 29,395 1,054

45
30 m/s 51,591 0,288

60
Turbulen
51.591
50

40
29.395
j kg ^-1

30

20
10.566
1.054
10
0.288
0 0.13
10 m/s
Min 20 m/s 30 m/s
Max

Grafik 4. 3 Turbulen pada Cyclone dengan panjang pipa vortex 3 cm

IV.8.3. Gambar Kontur Tekanan pada Cyclone dengan Panjang Pipa Vortex

5 cm:

Dari simulasi didapatkan kontur tekanan yang berbeda untuk masing-

masing Kecepatan inlet pada Cyclone Separator. Dari kontur tekanan tersebut

terlihat bahwa kecepatan inlet 30 m/s menghasilkan tekanan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan kedua kecepatan inlet 20 m/s dan 10 m/s.

Sedangkan kecepatan inlet 10 m/s menghasilkan tekanan yang paling

rendah. Besarnya perubahan – perubahan Tekanan menunjukan arah gerakan

fluida yang membentuk garis-garis arus (kontur) aliran pada gambar dibawah.

Berikut adalah gambar kontur tekanan dari hasil simulasi cyclone separator

dengan panjang pipa vortex 5 cm :

46
(a) (b) (c)
Gambar 4. 28 kontur tekanan dengan kecepatan (a) 10 m/s (b) 20 m/s (c) 30 m/s

Gambar 4.28 menunjukkan kontur pressure pada panjang pipa vortex 5 cm

dengan kecepatan inlet 10 m/s, 20 m/s, dan 30 m/s. Dari hasil simulasi didapatkan

bahwa semakin tinggi kecepatan inlet akan semakin tinggi pula tekanan yang

dihasilkan. Tekanan tertinggi ada pada kecepatan inlet 30 m/s yaitu 2.342,60 pa

dan pada tekanan terendah ada pada kecepatan 10 m/s yaitu -97,155 pa. Berikut

adalah tabel kontur tekanan pada panjang pipa vortex 5 cm :

Tabel 4. 4 Kontur Tekanan pada panjang pipa vortex 5 cm :

Kontur tekanan (pa)

Kecepatan Max Min

10 m/s 301,437 -97,155

20 m/s 1295,49 -380,294

30 m/s 2342,60 -757,105

47
Tekanan
1800
1585.495
1600
1400
1200
1000 915.196
Pascal

800
600
400
204.282
200
0
Penurunan Tekanan

10 m/s 20 m/s 30 m/s

Grafik 4. 4 Penurunan tekanan pada Cyclone dengan panjang pipa vortex 5 cm

IV.8.4 Kontur kecepatan pada Cyclone dengan Panjang Pipa Vortex 5 cm:

Dari simulasi didapatkan kontur kecepatan yang berbeda untuk masing-

masing Kecepatan inlet pada Cyclone Separator. Dari gambar kontur kecepatan

dibawah terlihat bahwa kenaikan kecepatan tertinggi ada pada kecepatan inlet 20

m/s.

Sedangkan kenaikan kecepatan paling rendah ada pada kecepatan inlet 10

m/s. Berikut adalah gambar kontur kecepatan dari hasil simulasi cyclone separator

dengan panjang pipa vortex 5 cm

48
(a) (b) (c)
Gambar 4. 29 kontur kecepatan dengan kecepatan (a) 10 m/s (b) 20 m/s (c) 30 m/s

Gambar 4.29 menunjukkan kontur kecepatan pada panjang pipa vortex 5

cm dengan kecepatan 10 m/s, 20 m/s, dan 30 m/s. gambar diatas menunjukkan

bahwa kenaikan kecepatan 10 m/s adalah 9,326 m/s, sehingga nilai kecepatan

maksimumnya 19,326 m/s. dan kenaikan kecepatan 20 m/s adalah 39,313 m/s,

Sehingga kecepatan maksimumnya 59,313 m/s. serta kenaikan kecepatan 30 m/s

adalah 23,550 m/s sehingga kecepatan maksimumnya 53,550 m/s.

Besarnya perubahan – perubahan kecepatan aliran menunjukan arah

gerakan fluida yang membentuk garis-garis arus (kontur) aliran pada gambar

diatas Berikut adalah tabel kontur kecepatan pada panjang pipa vortex 5 cm :

49
Tabel 4. 5 Kontur Kecepatan pada panjang pipa vortex 5 cm :

Kontur Kecepatan (m/s^-1)

Kecepatan Max Min

10 m/s 19,326 0

20 m/s 59,313 0

30 m/s 53,550 0

kecepatan
70
60 59.313
53.55
50
40
m/s

30 30
20 20 19.326
10 10
0 0
Min Normal Max

10 m/s 20 m/s 30 m/s

Grafik 4. 5 Perubahan kecepatan pada Cyclone dengan panjang pipa vortex 5 cm

IV.8.5 Kontur Turbulen pada Cyclone dengan Panjang Pipa Vortex 5 cm :

Dari simulasi didapatkan kontur turbulen yang berbeda untuk masing-

masing Kecepatan inlet pada Cyclone Separator. Dari gambar kontur turbulen

dibawah terlihat bahwa kontur turbulen maksimum ada pada kecepatan 20 m/s.

Berikut adalah gambar kontur turbulen dari hasil simulasi cyclone separator

dengan panjang pipa vortex 5 cm:

50
(a) (b) (c)
Gambar 4. 30 kontur turbulent dengan kecepatan (a) 10 m/s (b) 20 m/s (c) 30 m/s

Gambar 4.30 menunjukkan kontur turbulen pada panjang pipa vortex 5 cm

dengan kecepatan 10 m/s, 20 m/s, dan 30 m/s. Turbulen tertinggi ada pada

kecepatan 20 m/s yaitu 55,906 j kg^-1, dan turbulen terendah ada pada kecepatan

10 m/s yaitu 0,128 j kg^-1. Berikut adalah tabel kontur turbulen pada panjang

pipa vortex 5 cm :

Tabel 4. 6 kontur turbulen pada panjang pipa vortex 5 cm:

Kontur Turbulen( j kg^-1)

Kecepatan Max Min

10 m/s 15,150 0,128

20 m/s 55,906 0,204

30 m/s 50,638 0,275

51
Turbulen
55.906
60 50.638
50
j kg ^-1 40
30
15.15
20 0.204
10 0.275
0 0.128
Min Max
Axis Title

10 m/s 20 m/s 30 m/s

Grafik 4. 6 Turbulen pada Cyclone dengan panjang pipa vortex 5 cm

IV.8.6 Kontur Tekanan pada Cyclone dengan Panjang Pipa Vortex 7 cm :

Dari simulasi didapatkan bahwa kecepatan inlet 30 m/s menghasilkan

tekanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua kecepatan inlet yang

lain.Sedangkan untuk tekanan yang paling rendah ada pada kecepatan 10 m/s.

Berikut adalah gambar kontur tekanan dari hasil simulasi cyclone separator

dengan panjang pipa vortex 7 cm:

(a) (b) (c)


Gambar 4. 31 kontur tekanan dengan kecepatan (a) 10 m/s (b) 20 m/s (c) 30 m/s

52
Gambar 4.31 menunjukkan kontur Tekanan pada panjang pipa vortex 7

cm dengan kecepatan inlet 10 m/s, 20 m/s, dan 30 m/s. Tekanan tertinggi ada pada

kecepatan inlet 30 m/s adalah 2356,051 pa dan teakanan terendah ada pada

kecepatan 10 m/s yaitu -69,625 pa. Berikut adalah tabel kontur turbulen pada

panjang pipa vortex 7 cm :

Tabel 4. 7 kontur Tekanan (pa) pada panjang pipa vortex 7 cm :

Kontur tekanan (pa)

Kecepatan Max Min

10 m/s 276,348 -69,625

20 m/s 1039,72 -311,913

30 m/s 2356,051 -947.933

Tekanan
1600
1408.118
1400

1200

1000
Pascal

800 727.807

600

400
206.723
200

0
Penurunan Tekanan

10 m/s 20 m/s 30 m/s

Grafik 4. 7 Penurunan tekanan pada Cyclone dengan panjang pipa vortex 7 cm

53
IV.8.7 Kontur Kecepatan pada Cyclone dengan Panjang Pipa Vortex 7 cm :

Dari simulasi panjang pipa vortex 7 cm didapatkan kontur kecepatan yang

berbeda untuk masing-masing Kecepatan inlet pada Cyclone Separator. Dari

gambar kontur kecepatan dibawah terlihat bahwa kenaikan kecepatan tertinggi ada

pada kecepatan inlet 30 m/s. Berikut adalah gambar kontur kecepatan dari hasil

simulasi cyclone separator dengan panjang pipa vortex 7 cm :

(a) (b) (c)


Gambar 4. 32 kontur kecepatan dengan kecepatan (a) 10 m/s (b) 20 m/s (c) 30 m/s

Gambar 4.32 menunjukkan kontur kecepatan pada panjang pipa vortex 7

cm dengan kecepatan 10 m/s, 20 m/s, dan 30 m/s. gambar diatas menunjukkan

kenaikan pada kecepatan 10 m/s adalah 8,604 m/s, sehingga nilai kecepatan

maksimumnya 18,604 m/s. kenaikan pada kecepatan 20 m/s adalah 16,687 m/s

sehingga kecepatan maksimumnya 36,687m/s.

Dan kenaikan kecepatan 30 m/s adalah 29,587m/s sehingga kecepatan

maksimumnya 59,587m/s. Besarnya perubahan – perubahan kecepatan aliran

menunjukan arah gerakan fluida yang membentuk garis-garis arus (kontur) aliran

54
pada gambar diatas. Berikut adalah tabel kontur kecepatan pada panjang pipa

vortex 7 cm :

Tabel 4. 8 kontur kecepatan pada panjang pipa vortex 7 cm :

Kontur Kecepatan (m/s^-1)

Kecepatan Max Min

10 m/s 18,604 0

20 m/s 36,687 0

30 m/s 59,587 0

kecepatan
70

60 59.587

50

40
m/s

36.687
30 30

20 20 18.604
10 10

0 0
Min Normal Max

10 m/s 20 m/s 30 m/s

Grafik 4. 8 Perubahan kecepatan pada Cyclone dengan panjang pipa vortex 7 cm

IV.8.8 Kontur Turbulen pada Cyclone dengan Panjang Pipa Vortex 7 cm :

Dari simulasi didapatkan kontur turbulen yang berbeda untuk masing-

masing Kecepatan inlet pada Cyclone Separator. Dari gambar kontur turbulen

dibawah terlihat bahwa kontur turbulen maksimum ada pada kecepatan 20 m/s.

55
Berikut adalah gambar kontur turbulen dari hasil simulasi cyclone separator

dengan panjang pipa vortex 7 cm:

(a) (b) (c)


Gambar 4. 33 kontur turbulen dengan kecepatan (a) 10 m/s (b) 20 m/s (c) 30 m/s

Gambar 4.33 menunjukkan kontur turbulen pada panjang pipa vortex 7 cm

dengan kecepatan 10 m/s, 20 m/s, dan 30 m/s. Tekanan tertinggi ada pada

kecepatan 20 m/s yaitu 31,896 kg^-1 dan turbulen terendah ada pada kecepatan 30

m/s yaitu 0,005. Berikut adalah tabel kontur turbulen pada panjang pipa vortex 7

cm :

Tabel 4. 9 kontur Turbulen pada panjang pipa vortex 7 cm :

Kontur Turbulen( j kg^-1)

Kecepatan Max Min

10 m/s 8,089 0,103

20 m/s 31,896 0,178

30 m/s 18,415 0,005

56
Turbulen
35 31.896
30
25 18.415
j kg ^-1

20
15
8.089
10 0.178
5 0.005
0 0.103
min Max

10 m/s 20 m/s 30 m/s

Grafik 4. 9 Turbulen pada Cyclone dengan panjang pipa vortex 7 cm

IV.8.9 Kontur Tekanan pada Cyclone dengan Panjang Pipa Vortex 9 cm :

Dari simulasi didapatkan kontur tekanan yang berbeda untuk masing-

masing Kecepatan inlet pada Cyclone Separator. Dari kontur tekanan tersebut

terlihat bahwa kecepatan inlet 30 m/s menghasilkan tekanan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan kedua kecepatan inlet yang lain. Berikut adalah gambar

kontur tekanan dari hasil simulasi cyclone separator dengan panjang pipa vortex 9

cm:

57
(a) (b) (c)
Gambar 4. 34 kontur tekanan dengan kecepatan (a) 10 m/s (b) 20 m/s (c) 30 m/s

Gambar 4.34 menunjukkan kontur pressure pada panjang pipa vortex 9

cm dengan kecepatan inlet 10 m/s, 20 m/s, dan 30 m/s. Tekanan tertinggi ada pada

kecepatan inlet 20 m/s adalah 985627,813 pa dan tekanan terendah ada pada

kecepatan 10m/s yaitu-145,988 pa. Berikut adalah tabel kontur tekanan pada

panjang pipa vortex 9 cm :

Tabel 4. 10 kontur tekanan pada panjang pipa vortex 9 cm :

Kontur tekanan (pa)

Kecepatan Max Min

10 m/s 243,671 -145,988

20 m/s 985627,813 -542531,063

30 m/s 5786,880 -3600,153

58
Tekanan
3000
2186.733
2000
Pascal

1000 443.095
97.683
0
Penurunan Tekanan

10 m/s 20 m/s 30 m/s

Grafik 4. 10 Penurunan tekanan pada Cyclone dengan panjang pipa vortex 9 cm

IV.8.10 Kontur Kecepatan pada Cyclone dengan Panjang Pipa Vortex 9 cm :

Dari simulasi didapatkan kontur kecepatan yang berbeda untuk

masing-masing Kecepatan inlet pada Cyclone Separator. Dari gambar kontur

kecepatan dibawah terlihat bahwa kenaikan kecepatan tertinggi ada pada

kecepatan inlet 30 m/s. Berikut adalah gambar kontur kecepatan dari hasil

simulasi cyclone separator dengan panjang pipa vortex 9 cm :

(a) (b) (c)


Gambar 4. 35 kontur kecepatan dengan kecepatan (a) 10 m/s (b) 20 m/s (c) 30 m/s

59
Gambar 4.35 menunjukkan kontur kecepatan pada panjang pipa vortex 9

cm dengan kecepatan 10 m/s, 20 m/s, dan 30 m/s. gambar diatas menunjukkan

kenaikan pada kecepatan 10 m/s adalah 10,333m/s, sehingga nilai kecepatan

maksimumnya 20,333 m/s, kenaikan kecepatan 20 m/s adalah 20,710 m/s

sehingga kecepatan maksimumnya 40,710 m/s. Dan kenaikan kecepatan 30 m/s

adalah 54,747 m/s sehingga kecepatan maksimumnya 84,747 m/s. Dari ketiga

gambar diatas kecepatan maksimum terletak dibagian pipa vortex.

Besarnya perubahan – perubahan kecepatan aliran menunjukan arah

gerakan fluida yang membentuk garis-garis arus (kontur) aliran pada gambar

diatas. Berikut adalah tabel kontur kecepatan pada panjang pipa vortex 9 cm :

Tabel 4. 11 kontur kecepatan pada panjang pipa vortex 9 cm :

Kontur Kecepatan (m/s^-1)

Kecepatan Max Min

10 m/s 20,333 0

20 m/s 40,710 0

30 m/s 84,747 0

60
Kecepatan
100

80 84.747

60
m/s

40 40.71
30
20 20 20.333
10
0 0
Min Normal Max

10 m/s 20 m/s 30 m/s

Grafik 4. 11 Perubahan kecepatan pada Cyclone dengan panjang pipa vortex 9 cm

IV.8.11 Kontur Turbulen pada Cyclone dengan Panjang Pipa Vortex 9 cm :

Dari simulasi didapatkan kontur turbulen yang berbeda untuk masing-

masing Kecepatan inlet pada Cyclone Separator. Dari gambar kontur turbulen

dibawah terlihat bahwa kontur turbulen maksimum ada pada kecepatan 30 m/s.

Berikut adalah gambar kontur turbulen dari hasil simulasi cyclone separator

dengan panjang pipa vortex 9 cm:

61
(a) (b) (c)
Gambar 4. 36 kontur turbulen dengan kecepatan (a) 10 m/s (b) 20 m/s (c) 30 m/s

Gambar 4.36 menunjukkan kontur turbulen pada panjang pipa vortex 9 cm

dengan kecepatan 10 m/s, 20 m/s, dan 30 m/s. Turbulen tertinggi ada pada

kecepatan 30 m/s yaitu 123,388 j kg^-1 dan tekanan terendah ada pada kecepatan

10 m/s yaitu 0,004 j kg^-1. Berikut adalah tabel kontur turbulen pada panjang pipa

vortex 9 cm :

Tabel 4. 12 kontur turbulen pada panjang pipa vortex 9 cm :

Kontur Turbulen( j kg^-1)

Kecepatan Max Min

10 m/s 3.520 0,004

20 m/s 12.789 0,013

30 m/s 123.388 0.413

62
Turbulen
140000 123,388
120000
100000

j kg ^-1
80000
60000
40000 12,789
20000 0,004
0.013 3,520
0
0.004 Min Max

10 m/s 20 m/s 30 m/s

Grafik 4. 12 Turbulen pada Cyclone dengan panjang pipa vortex 9 cm

IV.8.12 Kontur Tekanan pada Cyclone dengan Panjang Pipa Vortex 11 cm :

Dari simulasi didapatkan bahwa kecepatan inlet 20 m/s menghasilkan

tekanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua kecepatan inlet yang lain.

Berikut adalah gambar kontur tekanan dari hasil simulasi cyclone separator

dengan panjang pipa vortex 11 cm:

(a) (b) (c)


Gambar 4. 37 kontur tekanan dengan kecepatan (a) 10 m/s (b) 20 m/s (c) 30 m/s

63
Gambar 4.37 menunjukkan kontur pressure pada panjang pipa vortex 11

cm dengan kecepatan inlet 10 m/s, 20 m/s, dan 30 m/s. Tekanan tertinggi ada pada

kecepatan inlet 20 m/s adalah 2364710,250 pa, dan terendah ada pada kecepatan

30 m/s -968,307 pa. Berikut adalah tabel kontur turbulen pada panjang pipa vortex

11 cm :

Tabel 4. 13 kontur tekanan pada panjang pipa vortex 11 cm :

Kontur tekanan (pa)

Kecepatan Max Min

10 m/s 486767,406 -378554,719

20 m/s 2364710,250 -1305841,750

30 m/s 2195,364 -968,307

Tekanan
1400
1227.057
1200
1058.969
1000

800
Pascal

600

400

200 108.212

0
Penurunan Tekanan

10 m/s 20 m/s 30 m/s

Grafik 4. 13 Penurunan tekanan pada Cyclone dengan panjang pipa vortex 11 cm

64
IV.8.13 Kontur Kecepatan pada Cyclone dengan Panjang Pipa Vortex 11 cm:
Dari simulasi didapatkan kontur kecepatan yang berbeda untuk

masing-masing Kecepatan inlet pada Cyclone Separator. Dari gambar kontur

kecepatan dibawah terlihat bahwa kenaikan kecepatan tertinggi ada pada

kecepatan inlet 20 m/s.

Sedangkan untuk kenaikan kecepatan terendah ada pada kecepatan 10

m/s. Berikut adalah gambar kontur kecepatan dari hasil simulasi cyclone separator

dengan panjang pipa vortex 11 cm :

(a) (b) (c)


Gambar 4. 38 kontur kecepatan dengan kecepatan (a) 10 m/s (b) 20 m/s (c) 30 m/s

Gambar 4.38 menunjukkan kontur kecepatan pada panjang pipa vortex 11

cm dengan kecepatan 10 m/s, 20 m/s, dan 30 m/s. gambar diatas menunjukkan

kenaikan pada kecepatan 10 m/s adalah 27,910 m/s, sehingga nilai kecepatan

maksimumnya 37,910 m/s.

65
kenaikan pada kecepatan 20 m/s adalah 52,890 m/s, sehingga kecepatan

maksimumnya 72,890 m/s. Dan kenaikan pada kecepatan 30 m/s adalah

26,043m/s sehingga kecepatan maksimumnya 56,043 m/s. Besarnya perubahan –

perubahan kecepatan aliran menunjukan arah gerakan fluida yang membentuk

garis-garis arus (kontur) aliran pada gambar diatas. Berikut adalah tabel kontur

kecepatan pada panjang pipa vortex 11 cm :

Tabel 4. 14 kontur kecepatan pada panjang pipa vortex 11 cm :

Kontur Kecepatan (m/s^-1)

Kecepatan Max Min

10 m/s 37,910 0

20 m/s 72,890 0

30 m/s 56,043 0

Kecepatan
80
72.89
60
56.043
m/s

40 37.91
30
20 20
10
0 0
Min Normal Max

10 m/s 20 m/s 30 m/s

Grafik 4.14 Perubahan kecepatan pada Cyclone dengan panjang pipa vortex 11
cm

66
IV.8.14 Kontur Turbulen pada Cyclone dengan Panjang Pipa Vortex 11 cm :

Dari simulasi didapatkan kontur turbulen yang berbeda untuk masing-

masing Kecepatan inlet pada Cyclone Separator. Dari gambar kontur turbulen

dibawah terlihat bahwa kontur turbulen maksimum ada pada kecepatan 30 m/s.

Berikut adalah gambar kontur turbulen dari hasil simulasi cyclone

separator dengan panjang pipa vortex 11 cm:

(a) (b) (c)


Gambar 4. 39 kontur turbulen dengan kecepatan (a) 10 m/s (b) 20 m/s (c) 30 m/s

Gambar 4.39 menunjukkan kontur turbulen pada panjang pipa vortex 11

cm dengan kecepatan 10 m/s, 20 m/s, dan 30 m/s. turbulen tertinggi ada pada

kecepatan 30 m/s yaitu 43,550 j kg^-1 dan turbulen terendah ada pada kecepatan

10 m/s yaitu 0,001 j kg^-1.Berikut adalah tabel kontur turbulen pada panjang pipa

vortex 11 cm:

67
Tabel 4. 15 kontur turbulen pada panjang pipa vortex 11 cm :

Kontur Turbulen( j kg^-1)

Kecepatan Max Min

10 m/s 16,866 0,001

20 m/s 35,471 0,003

30 m/s 43,550 0,246

Turbulen
55
43.55
45
35.471
35
j kg ^-1

25 16.866
15
0.246
5 0.003
0.001
-5 Min Max

10 m/s 20 m/s 30 m/s

Grafik 4. 15 Turbulen pada Cyclone dengan panjang pipa vortex 11 cm

IV.9 Pengaruh Kecepatan Inlet terhadap Efisiensi Cyclone

Kecepatan inlet sangat berpengaruh terhadap efisiensi cyclone

separator, hal ini bisa dilihat dari jumlah partikel trapped dan escaped. Semakin

sedikit partikel yang escaped, berarti semakin banyak partikel yang trapped dan

efisiensi partikel tersebut semakin baik.

68
Perbedaan efisiensi yang didapat dari variasi panjang pipa vortex dari

cyclone separator. besarnya kecepatan aliran dalam Cyclone tidak selamanya

tetap pada diameter Cyclone yang sama, kecepatan aliran yang terjadi dipengaruhi

atas kontur dan kekasaran permukaan. variasi tersebut menggambarkan bahwa

distribusi tekanan yang terjadi didalam Cyclone tidak sama.

Pada bagian-bagian tertentu kecepatan aliran akan menjadi lebih

rendah dan pada bagian yang lainnya kecepatan aliran akan lebih besar dari

kecepatan rata-rata. Berikut adalah grafik perubahan kecepatan aliran pada

Cyclone dengan variasi kecepatan inlet :

Perubahan Kecepatan Aliran dengan variasi


panjang pipa vortex
90 84.747
80 72.890
70 59.313 59.587
56.902 53.550 56.043
60
50 40.710
m/s

38.115 36.687 37.910


40
30 19.674 19.326 20.333
18.604
20
10
0
3 cm 5 cm 7 cm 9 cm 11 cm
Panjang Pipa Vortex

10 m/s 20 m/s 30 m/s

Grafik 4. 16 Perubahan Kecepatan Aliran Pada Cyclone Separator

Dari hasil simulasi untuk perbandingan kecepatan inlet didapatkan

perubahan kecepatan aliran tertinggi ada pada kecepatan inlet 30 m/s, dengan

panjang pipa vortex 9 cm yaitu 84,747. Sedangkan perubahan kecepatan aliran

69
terendah ada pada kecepatan inlet 10 m/s dengan panjang pipa vortex 7 cm yaitu

18,604.

Hal ini berpengaruh pada efisiensi dengan semakin tinggi kecepatan

inlet maka partikel akan terlempar kearah dinding cyclone yang disebabkan oleh

gaya sentrifugal dan gaya inersia sehingga partikel bergerak turun kedasar cyclone

dengan gaya gravitasi.

IV.10 Pengaruh panjang pipa vortex

Panjang pipa vortex sangat berpengaruh dengan kinerja cyclone,

efisiensi akan menurun dengan cepat apabila panjang pipa vortex terlalu pendek

maka mengakibatkan hubungan singkat dari inlet secara langsung ke outlet.

Perbedaan effisiensi yang didapat dari variasi panjang pipa vortex pada Cyclone

Separator.

Hal ini membuktikan efisiensi kinerja dari Cyclone Separator akan

berkurang jika panjang pipa vortex yang terlalu pendek dan dengan semakin

tinggi kecepatan inlet maka partikel akan terlempar kearah dinding cyclone yang

disebabkan oleh gaya sentrifugal dan gaya inersia sehingga partikel bergerak

turun kedasar cyclone dengan gaya gravitasi.

IV.11 Efisiensi Penyisisihan Partikel

Partikel yang akan dipisahkan dari udara bersih haruslah tetap mempunyai

kecepatan yang cukup agar tetap berada didinding cyclone. Pada daerah dinding

cyclone terjadi vortex paksa. Gaya sentrifugal dan gravitasi akan menyebabkan

70
partikel tersebut akan berputar di dinding silinder cyclone hingga kedaerah cone

kemudian masuk ke chopper.

Daerah cone dibuat agar terjadi kecepatan rotasi yang cukup dari partikel

untuk mempertahankan gerakan partikel pada dinding.Semakin cepat masukan

inlet maka kesempatan partikel untuk tetap berada didinding cyclone semakin

besar dan persentase pemisahan partikel pun semakin tinggi.

Dimana pada penelitian didapat jumlah partikel yang Escaped ataupun

Trapped. Escaped adalah jumlah partikel yang ikut keluar bersama udara bersih,

sedangkan Trapped adalah partikel yang telah disisihkan dari udara bersih dan

masuk kedalam chopper. Hal ini bisa dilihat dari grafik dibawah ini :

Pemisahan Partikel
Escape
115
105
Jumlah partikel

95
85
75
65 110
55
45 69 76
35 58 51 57 62
25 43 31 21 41 29 44 24 16
15
3 5 7 9 11
panjang pipa vortex

10 m/s 20 m/s 30 m/s

Grafik 4. 17 Pemisahan Partikel Escape


Dari hasil simulasi ukuran panjang pipa vortex 3 cm diperoleh nilai

effisiensi tertinggi pada kecepatan inlet 30m/s yaitu 19,45% partikel yang escape,

ukuran panjang pipa vortex 5 cm diperoleh nilai effisiensi tertinggi pada

71
kecepatan inlet 30 m/s yaitu 9,54% partikel yang escape, ukuran panjang pipa

vortex 7 cm diperoleh nilai effisiensi tertinggi pada kecepatan inlet 30 m/s yaitu

13,18% partikel yang escape.

Ukuran panjang pipa vortex 9 cm diperoleh nilai effisiensi tertinggi

pada kecepatan inlet 30m/s yaitu 10,90% partikel yang escape, ukuran panjang

pipa vortex 11 cm diperoleh nilai effisiensi tertinggi pada kecepatan inlet 30 m/s

yaitu 7,27% partikel yang escape.

Tabel 4. 16 Efisiensi Tertinggi Pemisahan partikel pada Cyclone Separator :

Panjang Pipa Vortex Efisiensi Tertinggi

Escape (%)

3 cm 19,45%

5 cm 9,54%

7 cm 13,18%

9 cm 10,90%

11 cm 7,27%

Dari keseluruhan hasil di atas diperoleh effisiensi tertinggi dengan

pengumpulan debu terbanyak yaitu pada panjang pipa vortex 11 cm dengan

kecepatan inlet 30 m/s.

72
IV.12 Perhitungan dalam Menentukan Gas pada Cyclone berdasarkan Teori

1. Menentukan viskositas gas (ηgas)

 gas  1,8  10 5  T / 2932 / 3 Pa.s


 gas  1,8  10 5  65 / 2932 / 3 Pa.s
 gas  0,66  10 5 Pa.s

2. Menentukan densitas gas (ρgas)

 gas 
1,01325 10 N / m  28,97kg / kg.mole
5 2

8.314 Nm / kg.mole.K  273  T K 


 gas 
1,01325 105 N / m2  28,97kg / kg.mole
8.314 Nm / kg.mole.K  273  65K 
 gas  1,04kg / m3
IV.13 Persamaan lapple’s effisiensi correlation

1. Menentukan nilai Ne

Lc
Lb 
Ne  2
H
20cm
10cm 
Ne  2
5cm
Ne  3

2. Menentukan d50 (diameter partikel dengan 50 % efisiensi penyisihan)

2.a kecepatan inlet 10 m/s

9 gasW
d 50 
2N e vin  solid   gas 

9  0,66  10 5  1,250
d 50 
2  3  10  1231  1,04 
d 50  1,05  10 5 m
d 50  10,5m

73
2.b kecepatan inlet 20 m/s

9 gasW
d 50 
2N e vin  solid   gas 

9  0,66  10 5  1,250
d 50 
2  3  20  1231  1,04 
d 50  1,15  10 5 m
d 50  11,5m

2.c kecepatan inlet 30 m/s

9 gasW
d 50 
2N e vin  solid   gas 

9  0,66  10 5  1,250
d 50 
2  3  30  1231  1,04 
d 50  1,25  10 5 m
d 50  12,5m

3. Menentukan dp (diameter partikel)

3.a kecepatan inlet 10 m/s

9 gasW
dp 
Nvin  solid   gas 
9  0,66  10 5  1,250
dp 
  3  10  1231  1,04
d p  1,63  10 5 m
d p  16,3m
3.b kecepatan inlet 20 m/s

74
9 gasW
dp 
Nvin  solid   gas 
9  0,66  10 5  1,250
dp 
  3  20  1231  1,04
d p  1,63  10 5 m
d p  16,3m
3.c kecepatan inlet 30 m/s

9 gasW
dp 
Nvin  solid   gas 
9  0,66  10 5  1,250
dp 
  3  30  1231  1,04
d p  1,63  10 5 m
d p  16,3m

4. Gaya sentrifugal

4.a Untuk Kecepatan 10 m/s

Fc = m vs2 / rh

= 2100 x 10^2 x 0,6

= 126.000

4.b Untuk Kecepatan 20 m/s

Fc = m vs2 / rh

= 2100 x 20^2 x 0,6

= 504.000

4.c Untuk Kecepatan 30 m/s

4.c Fc = m vs2 / rh

= 2100 x 30^2 x 0,6

75
= 756.000

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil simulasi dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan :

1. Cyclone dengan panjang pipa vortex 11 cm dengan kecepatan 20 m/s

menghasilkan persentase pemisahan partikel yang lebih tinggi dari

Cyclone dengan variasi pipa vortex lainnya, namun menghasilkan kontur

tekanan yang lebih tinggi pula.

2. Penurunan tekanan (Preassure Drop) Cyclone separator tertinggi pada

penelitian ini yaitu 2186,56 Pa dengan kecepatan inlet 30 m/s yang

terdapat pada Cyclone dengan panjang pipa vortex 7 cm.

3. Panjang pipa vortex yang berbeda pada Cyclone separator menyebabkan

tinggi-rendahnya nilai effisiensi pengumpulan dan pressure drop yang

diperoleh.

4. Dari hasil simulasi dapat dilihat bagaimana pola dari aliran yang terbentuk

pada metode k-epsilon, Besarnya perubahan kecepatan aliran menunjukan

arah gerakan fluida yang membentuk garis-garis arus (kontur) aliran pada

Cyclone Separator.

5. Pemisahan partikel pada Cyclone separator meningkat seiring dengan

kenaikan kecepatan inlet, yaitu persentase partikel escaped akan menurun

dan persentase partikel trapped akan meningkat.

76
V.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, beberapa hal yang dapat disarankan

adalah:

1. Perlu dilakukan meshing yang lebih baik agar hasil yang didapat lebih

akurat

2. Untuk mendapatkan hasil yang sempurna mengenai analisa aliran pada

Cyclone Separator, ada baiknya untuk penelitian berikutnya dilakukan

percobaan langsung di laboratorium sehingga diperoleh bentuk virtual dari

aliran yang terjadi pada Cyclone Separator sehingga dapat diamati

bagaimana proses terjadinya aliran pada Cyclone Separator pada saat

keadaan sebenarnya dan membandingkanya dengan hasil simulasi

3. Perlu dilakukan simulasi dengan Menggunakan metode persamaan lain

seperti Spart Allmaras atau Reynold Stress sebagai Pembanding

77
DAFTAR PUSTAKA

1. Anderson, John D. ( 1995 ). Computation Fluid Dynamics the Basic


With Applications. Singapore. Mc. Graw Hill
2. ANSYS STUDENT 16.2 CFD.
3. A. Raoufi, M. Shams, M. Farzaneh, R. Ebrahimi, Numerical
simulation and optimization of fluid flow in cyclone vortex finder,
Chemical Engineering and Processing, 2008, 47, 128–137.
4. A. Raoufi, M. Shams , H. Kanani, CFD analysis of flow field in square
cyclones, Powder Technology, 2009, 191, 349–357.
5. Avci, A. and Karagoz, I. (2003). Effects of Flow and Geometrical
Parameters on the Collection Efficiency in Cyclone Separators. J.
Aerosol Sci. 34:937–955.
6. Buekens, A,. 2012. Mechanical and Cyclonic Collector. Departement
of Chemical Engineering, Universitas Brussel, Belgium
7. Cyclone. Teknik Lingkungan. ITS Surabaya.
8. Cooper, C.D. and Alley, F.C, 1986. Air Pollution Control, USA
9. Dody Darsono, 2010. “Simulasi CFD”,FT UI
10. Funk, P.A, Ed Hughs, S. , Holt, G.A, 2000. Entrance Velocity
Optimization for Modified Dust Cyclones, The Journal of Cotton
Science 4: 178-182
11. H. Safikhani, M. Shams, S. Dashti, Numerical simulation of square
cyclones in small sizes, Advanced Powder Technology, 2011, 22, 359–
365.
12. P.K. Swamee, N. Aggarwal, and K. Bhobhiya, “Optimum design of
cyclone separator”. AIChE, vol. 55, pp. 2279–2283, 2009.
13. Ridwan., Siswantara,A.I., Rohim,A., 2004. “Kajian Aliran Sebuah
Model Cyclone Separator Dengan CFD”. Universitas Gunadarma,
Jakarta.
14. Suyitno” Analisis CFD Unjuk Kerja Siklon dengan Menggunakan
Model Turbulen Spalart-Allmaras dan Rng
15. Widjaja, T. 2012. Cyclone. Teknik Kimia. ITS Surabaya.

78

Você também pode gostar