Você está na página 1de 21

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pengambilan keputusan dalam penyelesaian masalah adalah kemampuan

mendasar bagi praktisi kesehatan, khususnya dalam asuhan keperawatan dan

kebidanan. Tidak hanya berpengaruh pada proses pengelolaan asuhan keperawatan

dan kebidanan, tetapi penting untuk meningkatkan kemampuan merencanakan

perubahan. Perawat dan bidan pada semua tingkatan posisi klinis harus memiliki

kemampuan menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan yang efektif, baik

sebagai pelaksana/staf maupun sebagai pemimpin.

Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan bukan merupakan bentuk

sinonim. Pemecahan masalah dan proses pengambilan keputusan membutuhkan

pemikiran kritis dan analisis yang dapat ditingkatkan dalam praktek. Pengambilan

keputusan merupakan upaya pencapaian tujuan dengan menggunakan proses yang

sistematis dalam memilih alternatif. Tidak semua pengambilan keputusan dimulai

dengan situasi masalah.

Pemecahan masalah termasuk dalam langkah proses pengambilan keputusan,

yang difokuskan untuk mencoba memecahkan masalah secepatnya. Masalah dapat

digambarkan sebagai kesenjangan diantara “apa yang ada dan apa yang seharusnya

ada”. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang efektif diprediksi bahwa
2

individu harus memiliki kemampuan berfikir kritis dan mengembangkan dirinya

dengan adanya bimbingan dan role model di lingkungan kerjanya.


3

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pengambilan keputusan (desicion making) adalah melakukan penilaian dan

menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan

pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada beberapa tahap yang

mungkin akan dilalui oleh pembuat keputusan. Tahapan tersebut bisa saja meliputi

identifikasi masalah utama, menyusn alternatif yang akan dipilih dan sampai pada

pengambilan keputusan yang terbaik.

Secara umum, pengertian pengambilan keputusan telah dikemukakan oleh

banyak ahli, diantaranya adalah :

1. G. R. Terry : Mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai

pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang

mungkin.

2. Claude S. Goerge, Jr : Mengatakan proses pengambilan keputusan itu

dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran

yang termasuk pertimbangan, penilaian dan pemilihan diantara sejumlah

alternatif.

3. Horold dan Cyril O’Donnell : Mereka mengatakan bahwa pengambilan

keputusan adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak

yaitu inti dari perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika
4

tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi

yang telah dibuat.

4. P. Siagian : Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap

suatu masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas

alternatif dan tindakan.

B. JENIS KEPUTUSAN

1. Keputusan Terprogram

- Di buat menurut kebiasaan,aturan dan prosedur tertulis maupun tidak

- Bersifat Rutin dan berulang-ulang.

2. Keputusan tidak terprogram(tidak terstruktur)

- Mengenai masalah khusus,khas dan tidak biasa

- kebijakan yang ada belum menjawab

- Misalnya:Pengalokasian Sumber Daya

C. ASPEK KELOMPOK DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Ada dua kriteria utama untuk pengambilan keputusan yang efektif:

1. Keputusan harus berkualitas tinggi dan dapat mencapai tujuan atau sasaran

yang sebelumnya telah didefinisikan.

2. Keputusan harus diterima oleh orang yang bertanggungjawab

melaksanakannya. Contoh; Rapat merupakan salah satu alat terpenting


5

untuk mencapai informasi dan mengambil keputusan. Ada keuntungan-

keuntungan tertentu yang dapat dipetik melalui suatu rapat, yaitu :

a. Masalah yang timbul menjadi jelas sifatnya karena dibicarakan dalam

forum terbuka.

b. Interaksi kelompok akan menghasilkan pendapat dan buah pikiran serta

pengertian yang mendalam.

c. Penerimaan dan pelaksanaan keputusan diambil oleh peserta rapat.

d. Rapat melatih menerima pendapat orang lain.

e. Melalui rapat peserta dilatih belajar tentang pemikiran orang lain dan

belajar menempatkan diri pada posisi orang lain.

Langkah utama proses pengambilan keputusan adalah sama dengan proses

pemecahan masalah. Fase ini termasuk mendefinisikan tujuan, memunculkan pilihan,

mengidentifikasi keuntungan dan kerugian masing-masing pilihan, memprioritaskan

pilihan, menyeleksi pilihan yang paling baik untuk menilai sebelum mendefinisikan

tujuan, implementasi dan evaluasi.

D. GAYA PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Gaya pengambilan keputusan (style of decision making)

a) Gaya Direktif

Pembuat keputusan gaya direktif mempunyai toleransi rendah pada

ambiguitas, dan berorienytasi pada tugas dan masalah teknis. Pembuat keputusan
6

ini cenderung lebih efisien, logis, pragmatis dan sistematis dalam memecahkan

masalah. Pembuat keputusan direktif juga berfokus pada fakta dan

menyelesaikan segala sesuatu dengan cepat. Mereka berorientasi pada tindakan,

cenderung mempunyai fokus jangka pendek, suka menggunakan kekuasaan,

ingin mengontrol, dan secan menampilkan gaya kepemimpinan otokratis.

b) Gaya Analitik

Pembuat keputusan gaya analitik mempunyai toleransi yang tinggi untuk

ambiguitas dan tugas yang kuat serta orientasi teknis. Jenis ini suka

menganalisis situasi, pada kenyataannya, mereka cenderung terlalu menganalisis

sesuatu. Mereka mengevaluasi lebih banyak informasi dan alternatif darpada

pembuat keputusan direktif. Mereka juga memerlukan waktu lama untuk

mengambil kepuputusan mereka merespons situasi baru atau tidak menentu

dengan baik. Mereka juga cenderung mempunyai gaya kepemimpinan otokratis.

c) Gaya Konseptual

Pembuat keputusan gaya konseptual mempunyai toleransi tinggi untuk

ambiguitas, orang yang kuat dan peduli pada lingkungan sosial. Mereka

berpandangan luas dalam memecahkan masalah dan suka mempertimbangkan

banyak pilihan dan kemungkinan masa mendatang. Pembuat keputusan ini

membahas sesuatu dengan orang sebanyak mungkin untuk mendapat sejumlah

informasi dan kemudian mengandalkan intuisi dalam mengambil keputusan.

Pembuat keputusan konseptual juga berani mengambil risiko dan cenderung

bagus dalam menemukan solusi yang kreatif atas masalah. Akan tetapi, pada saat
7

bersamaan, mereka dapat membantu mengembangkan pendekatan idealistis dan

ketidakpastian dalam pengambilan keputusan.

d) Gaya Perilaku

Pembuat keputusan gaya perilaku ditandai dengan toleransi ambiguitas yang

rendah, orang yang kuat dan peduli lingkungan sosial. Pembuat keputusan

cenderung bekerja dengan baik dengan orang lain dan menyukai situasi

keterbukaan dalam pertukaran pendapat. Mereka cenderung menerima saran,

sportif dan bersahabat, dan menyukai informasi verbal daripada tulisan. Mereka

cenderung menghindari konflik dan sepenuhnya peduli dengan kebahagiaan

orang lain. Akibatnya, pembuat keputusan mempunyai kesulitan untuk berkata

'tidak' kepada orang lain, dan mereka tidak membuat keputusan yang tegas,

terutama saat hasil keputusan akan membuat orang sedih.

E. DEFENISI PENYELESAIAN MASALAH

Penyelesaian atau pemecahan masalah adalah bagian dari proses berpikir.

Sering dianggap merupakan proses paling kompleks di antara semua

fungsi kecerdasan, pemecahan masalah telah didefinisikan sebagai

proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan modulasi dan kontrol lebih dari

keterampilan-keterampilan rutin atau dasar. Proses ini terjadi jika

suatu organisme atau sistem kecerdasan buatan tidak mengetahui bagaimana untuk

bergerak dari suatu kondisi awal menuju kondisi yang dituju.(Sumber:Wikipedia

bahasa Indonesia).
8

F. PENDEKATAN TEORITIS UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH DAN

MENGAMBIL KEPUTUSAN.

Membuat Masalah
keputusan

Berfikir
kritis

Bagan : Pemecahan masalah dan Pengambilan keputusan

Sebelum memecahkan masalah, manajer perlu mengajukan pertanyaan kunci

sebagai berikut :

1. Apakah hal ini penting ?

2. Apakah saya ingin mengerjakan sesuatu untuk hal itu ?

3. Apakah saya cukup handal untuk menangani masalah itu ?

4. Apakah saya mempunyai kewenangan untuk mengerjakan sesuatu ?

5. Apakah saya mempunyai pengetahuan, minat, waktu dan sumber yang tepat untuk

itu ?

6. Dapatkah saya mendelegasikan hal tersebut kepada seseorang ?

7. Apakah ada manfaat yang didapatkan dari penyelesaian masalah tersebut ?


9

Apabila jawaban pada pertanyaan nomor 1 sampai 5 adalah “tidak”, maka

pemecahan masalah tersebut tidak efektif, artinya membuang waktu, sumber dan

tenaga secara personal. Tapi sebaliknya bila jawabannya semua “ya”, pengambilan

keputusan merupakan pilihan untuk menerima masalah dan bertanggung jawab.

METODA PEMECAHAN MASALAH

Prinsip utama untuk menetapkan suatu masalah adalah mengetahui fakta,

kemudian memisahkan fakta tersebut dan melakukan interpretasi data menjadi fakta

objektif dan menentukan luasnya masalah tersebut. Manajer membutuhkan

kemampuan untuk menetapkan prioritas pemecahan masalah. Umumnya untuk

pemecahan masalah selalu menggunakan metoda coba-coba dan salah, eksperimen,

dan atau tidak berbuat apa-apa (“do nothing”). Pembuatan keputusan dapat dipandang

sebagai proses yang menjembatani hal yang lalu dan hal yang akan datang pada saat

manajer hendak mengadakan suatu perubahan.


10

Pemecahan masalah Perencanaan kemungkinan


Memahami masalah yang lalu Menduga masalah yang akan
datang

Pengambilan Keputusan
Mengenalkan Perubahan

Lampau Kini Akan datang

Bagan : Proses Pemecahan masalah


11

Proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan seperti pada gambar

di bawah ini :

Masalah

Pengumpulan Data

Analisa Data

Mengembangkan pemecahan

Memilih alternatif

Implementasi

Evaluasi
12

Proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan diatas adalah salah

satu penyelesaian yang dinamis. Penyebab umum gagalnya penyelesaian masalah

adalah kurang tepat mengidentifikasi masalah. Oleh karena itu identifikasi masalah

adalah langkah yang paling penting. Kualitas hasil tergantung pada keakuratan dalam

mengidentifikasi masalah.

Identifikasi masalah dipengaruhi oleh informasi yang tersedia, nilai, sikap dan

pengalaman pembuat keputusan serta waktu penyelesaian masalah. Terutama waktu

yang cukup untuk mengumpulkan dan mengorganisir data.

G. LANGKAH-LANGKAH KRITIS DALAM PENYELESAIAN MASALAH

DAN PENGAMBLAN KEPUTUSAN

1. Mengetahui hakekat dari masalah dengan mendefinisikan masalah yang

dihadapi.

2. Mengumpulkan fakta-fakta dan data yang relevan.

3. Mengolah fakta dan data.

4. Menentukan beberapa alternatif pemecahan masalah.

5. Memilih cara pemecahan dari alternatif yang dipilih.

6. Memutuskan tindakan yang akan diambil.

7. Evaluasi.
13

Mendefinisikan Masalah

Untuk mengetahui hakekat suatu masalah tidaklah mudah, karena masalah

yang sebenarnya dihadapi sering terselubung dan tidak terlihat jelas. Oleh

karena itu diperlukan keahlian, pendidikan dan pengalaman untuk membuat

diagnosa yang tepat. Untuk itu manajer perawat dan bidan agar selalu

mengembangkan kemampuannya dan belajar dari pengalaman di masa lalu

untuk mempelajari perubahan yang terjadi.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data atau informasi dikerjakan secara berkesinambungan

melalui proses yang sistematis, sehingga upaya untuk mengantisipasi

keadaan/masalah yang mungkin timbul akan lebih mudah dilaksanakan

seperti:

1. Apakah masalah yang dihadapi diketahui dengan jelas?

2. Apakah keadaan yang dihadapi merupakan masalah sebenarnya?

3. Apakah sistem pelaporan di dalam organisasi sudah memungkinkan untuk

prediksi secara tepat?

Analisa Fakta dan Data

Fakta-fakta dan data yang telah terkumpul dengan baik diolah secara

sistematis yang akhirnya akan merupakan suatu informasi yang akan


14

digunakan sebagai bahan untuk pengambilan keputusan. Analisa fakta dan

data perlu dihubungkan dengan serangkaian pertanyaan sebagai berikut :

1. Situasi yang bagaimanakah yang menimbulkan masalah?

2. Apa latar belakang dari masalah?

3. Apa pengaruh dan hubungan antara masalah yang dihadapi dengan

tujuan, rencana dan kebijakan organisasi?

4. Apa konsekuensi atas keputusan yang diambil?

5. Apakah pemecahan masalah sesuai dengan kapasitas organisasi?

6. Apakah waktu pengambilan tepat?

7. Siapa yang akan ditugaskan mengambil tindakan?

Penentuan Alternatif

Baik buruknya sesuatu keputusan yang diambil sangat tergantung atas

kemampuan menganalisa kekuatan dan kelemahan alternatif-alternatif yang

dihadapi. Dalam usaha menganalisa alternatif yang ada seseorang perlu

memperhitungkan :

1. Siapa yang terlibat/dipengaruhi setiap alternatif ?

2. Tindakan apa yang diperlukan ?

3. Reaksi apa yang mungkin timbul ?

4. Dimana sumber reaksi tersebut ?

5. Interaksi apa yang diperlukan ?


15

Penentuan Pilihan yang Terbaik

Pada setiap pengambilan keputusan selalu disertai dengan pengambilan

resiko. Pada umumnya pilihan diambil dari beberapa alternatif jika diduga

bahwa pilihan itu akan memberikan manfaat yang paling besar baik untuk

jangka panjang maupun jangka pendek. Namun demkian perlu dipertimbang

juga bahwa resiko yang menyertai bersifat moderat.

Evaluasi

Untuk mengadakan penilaian yang baik, diperlukan obyektivitas dalam

melakukan penilaian atau evaluasi. Biasanya suatu hal yang sangat sukar bagi

seseorang untuk menilai dirinya sendiri secara obyektif. Oleh karena itu

pelaksanaan penilaian dapat diserahkan kepada pihak ketiga yang tidak

terlibat langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memperoleh

tingkat obyektivitas setinggi mungkin. Untuk proses evaluasi perlu

diperhatikan mengenai tempat dan siapa yang bertanggung jawab serta kapan

hal tersebut dilaksanakan, contoh; sebelumnya manajer menetapkan suatu

kebijakan baru dalam merespon keluhan pengunjung. Untuk menjamin bahwa

kegiatan itu efektif perlu kerja sama dengan semua staf terkait. Kemudian

bagaimana penemuan itu akan dikomunikasikan kepada personal lainnya.


16

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Desain Dan Mekanisme

Pada hari senin, pagi tanggal 20 agustus 2015, tepatnya jam 10.00 wib, datang

pasien A baru di IGD dengan diantar dua orang keluarganya. Saat itu keluarga

menerangkan kepada perawat dan dokter tentang kondisi pasien A. Pasien A sudah 3

bulan ini berprilaku aneh, pasien sering diam dan menyendiri kadang-kadang pasien

sering menagis dan tertawa sendiri. Keluarga mengatakan bahwa pasien A berprilaku

seperti itu sejak ayah nya meninggal dunia 3 bulan yang lalu. Setelah dilakukan

pemeriksaan oleh dokter, maka pasien A dianjurkan untuk di rawat di Rumah Sakit

Jiwa. Keluarga menyetujui dan memenuhi syarat-syarat untuk keperluan rumah sakit.

2 bulan kemudian, pasien A yang dirawat di ruang C telah menunjukan

kemajuan. Pasien A sudah berinteraksi dengan teman sekamarnya. Tapi pasien A

masih tampak bingung dan kadang-kadang menyendiri. Pada hari kamis tanggal 5

november 2015 tepatnya jam 11.00 wib, datang 2 orang yang mengaku sebagai

keluarga pasien A dan berniat hendak membawa pulang pasien A. Pada saat itu

perawat menanyakan identitas orang tersebut supaya bisa disesuaikan dengan data

yang ada di ruangan. Ternyata identitas orang tersebut tidak sama dengan identitas

keluarga yang saat itu mengantar pasien A. Tapi orang tersebut bersikeras mengakui

bahwa dia adalah keluarga dari pasien tersebut. Akhirnya perawat memberi tahu

kepala ruangan tentang hal tersebut. Kepala ruangan pun tidak mengizinkan pasien
17

itu dibawa pulang oleh orang tersebut. Terjadi adu mulut antara perawat dan orang

yang mengaku keluarga pasien A. Akhirnya perawat menanyakan kepada pasien A,

apakah benar orang tersebut adalah keluarganya. Dan pasien A pun mengakui itu

adalah keluarganya. Rumah sakit akhirnya mengizinkan pasien A dibawa pulang oleh

orang tersebut tapi dengan syarat membuat surat pernyataan.

Selang beberapa hari setelah pasien A dijemput keluarganya. Datanglah 2

orang keluarga yang mengantar pasien A kerumah sakit dulu dan berniat menjemput

pasien A. setelah mengetahui bahwa pasien A sudah pulang dan dijemput oleh orang

yang tidak mereka kenal, keluarga pun marah dan panic. Keluarga pasien A tidak

pernah menyuruh orang atu kerabat untuk menjemput pasien A. Keluarga pun marah

dan tidak menerima. Setelah perawat memberikan identitas orang yang menjemput

pasien A, keluarga pun terkejut karena orang yang menjemput pasien A memang

masih satu keluarga dengan pasien A, tapi orang tersebut jarang bertemu dengan

pasien A dan hubungannya dengan keluarga yang lain pun tidak baik. Keluarga

pasien A sempat beradu argumentasi dengan perawat sampai akhirnya kepala ruangan

membawa masalah ini ke kabid pelayanan. Sampai di sana, kabid pelayanan

menerangkan secara rinci kronologis ceritanya. Dan itu bisa membuat suasana agak

tenang.
18

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada kasus diatas konflik pertama yang terjadi yaitu antara keluarga pasien

yang menjemput dengan perawat dimana dalam pengambilan keputusan diperlukan

peran seorang manajer yaitu karu yang menentukan apakah pasien tersebut boleh atau

tidaknya pasien untuk pulang. Pada skenario diatas pasien dibolehkan pulang dengan

persyaratan membuat surat pernyataan dengan meninggalkan kartu identitas dari

keluarga yang menjemput. Hal ini dimaksudkan agar kepulangan pasien dapat

dipertanggungjawabkan.

Pada konflik yang kedua, dalam penyelesaian konflik diperlukan peran top

manajer karena disini karu tidak bisa menyelesaikan konflik yang ada.

Pengambilan keputusan adalah suatu tindakan yang sengaja, tidak secara

kebetulan dan tidak boleh sembarangan dalam rangka memecahkan masalah yang

dihadapi suatu organisasi. Dimana pengambilan keputusan ini ditanggung dan

diputuskan oleh pimpinan organisasi yang bersangkutan dan untuk menghasilkan

keputusan yang baik itu sangat dibutuhkan informasi yang lengkap mengenai

permasalahan, inti masalah, penyelesaian masalah, dan konsekuensi dari keputusan

yang diambil.

Selain informasi, dalam penyelesaian masalah pun dibutuhkan perumusan

masalah dengan baik. Kemudian dibuatkan alternatif-alternatif keputusan masalah


19

yang disertai dengan konsekuensi positif dan negatif. Jika semua hal itu dapat

dikemukakan dan dicari secara tepat, masalah tersebut akan lebih mudah untuk

diselesaikan.
20

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Seorang manajer keperawatan harus mempunyai keberanian untuk mengambil

keputusan dan memikul tanggung jawab atas akibat dari resiko yang timbul sebagai

konsekuensi dari keputusan yang telah diambilnya. Pada hakekatnya, pengambilan

keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakekat suatu masalah

yang difokuskan untuk memecahkan masalah secepatnya dimana individu harus

memiliki kemampuan berfikir kritis dengan menggunakan pendidikan dan

pengalaman yang berharga yang cukup efektif dalam pemecahan masalah.


21

DAFTAR PUSTAKA

Marriner, A.T. (1995). Nursing Management and Leadership ( 5th ed), Mosby St

Louis, Baltimore.

Swansburg, A.C. (1996). Management and Leadership for Nurse Managers.

Jones and Bartlett Publishers International, London England

Você também pode gostar