Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
perubahan. Perawat dan bidan pada semua tingkatan posisi klinis harus memiliki
pemikiran kritis dan analisis yang dapat ditingkatkan dalam praktek. Pengambilan
digambarkan sebagai kesenjangan diantara “apa yang ada dan apa yang seharusnya
ada”. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang efektif diprediksi bahwa
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan
mungkin akan dilalui oleh pembuat keputusan. Tahapan tersebut bisa saja meliputi
identifikasi masalah utama, menyusn alternatif yang akan dipilih dan sampai pada
pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang
mungkin.
alternatif.
yaitu inti dari perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika
4
tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi
suatu masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas
B. JENIS KEPUTUSAN
1. Keputusan Terprogram
1. Keputusan harus berkualitas tinggi dan dapat mencapai tujuan atau sasaran
forum terbuka.
e. Melalui rapat peserta dilatih belajar tentang pemikiran orang lain dan
pilihan, menyeleksi pilihan yang paling baik untuk menilai sebelum mendefinisikan
a) Gaya Direktif
ambiguitas, dan berorienytasi pada tugas dan masalah teknis. Pembuat keputusan
6
ini cenderung lebih efisien, logis, pragmatis dan sistematis dalam memecahkan
b) Gaya Analitik
ambiguitas dan tugas yang kuat serta orientasi teknis. Jenis ini suka
c) Gaya Konseptual
ambiguitas, orang yang kuat dan peduli pada lingkungan sosial. Mereka
bagus dalam menemukan solusi yang kreatif atas masalah. Akan tetapi, pada saat
7
d) Gaya Perilaku
rendah, orang yang kuat dan peduli lingkungan sosial. Pembuat keputusan
cenderung bekerja dengan baik dengan orang lain dan menyukai situasi
sportif dan bersahabat, dan menyukai informasi verbal daripada tulisan. Mereka
'tidak' kepada orang lain, dan mereka tidak membuat keputusan yang tegas,
proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan modulasi dan kontrol lebih dari
suatu organisme atau sistem kecerdasan buatan tidak mengetahui bagaimana untuk
bahasa Indonesia).
8
MENGAMBIL KEPUTUSAN.
Membuat Masalah
keputusan
Berfikir
kritis
sebagai berikut :
5. Apakah saya mempunyai pengetahuan, minat, waktu dan sumber yang tepat untuk
itu ?
pemecahan masalah tersebut tidak efektif, artinya membuang waktu, sumber dan
tenaga secara personal. Tapi sebaliknya bila jawabannya semua “ya”, pengambilan
kemudian memisahkan fakta tersebut dan melakukan interpretasi data menjadi fakta
dan atau tidak berbuat apa-apa (“do nothing”). Pembuatan keputusan dapat dipandang
sebagai proses yang menjembatani hal yang lalu dan hal yang akan datang pada saat
Pengambilan Keputusan
Mengenalkan Perubahan
di bawah ini :
Masalah
Pengumpulan Data
Analisa Data
Mengembangkan pemecahan
Memilih alternatif
Implementasi
Evaluasi
12
adalah kurang tepat mengidentifikasi masalah. Oleh karena itu identifikasi masalah
adalah langkah yang paling penting. Kualitas hasil tergantung pada keakuratan dalam
mengidentifikasi masalah.
Identifikasi masalah dipengaruhi oleh informasi yang tersedia, nilai, sikap dan
dihadapi.
7. Evaluasi.
13
Mendefinisikan Masalah
yang sebenarnya dihadapi sering terselubung dan tidak terlihat jelas. Oleh
diagnosa yang tepat. Untuk itu manajer perawat dan bidan agar selalu
Pengumpulan Data
seperti:
Fakta-fakta dan data yang telah terkumpul dengan baik diolah secara
Penentuan Alternatif
memperhitungkan :
resiko. Pada umumnya pilihan diambil dari beberapa alternatif jika diduga
bahwa pilihan itu akan memberikan manfaat yang paling besar baik untuk
Evaluasi
melakukan penilaian atau evaluasi. Biasanya suatu hal yang sangat sukar bagi
seseorang untuk menilai dirinya sendiri secara obyektif. Oleh karena itu
diperhatikan mengenai tempat dan siapa yang bertanggung jawab serta kapan
kegiatan itu efektif perlu kerja sama dengan semua staf terkait. Kemudian
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada hari senin, pagi tanggal 20 agustus 2015, tepatnya jam 10.00 wib, datang
pasien A baru di IGD dengan diantar dua orang keluarganya. Saat itu keluarga
menerangkan kepada perawat dan dokter tentang kondisi pasien A. Pasien A sudah 3
bulan ini berprilaku aneh, pasien sering diam dan menyendiri kadang-kadang pasien
sering menagis dan tertawa sendiri. Keluarga mengatakan bahwa pasien A berprilaku
seperti itu sejak ayah nya meninggal dunia 3 bulan yang lalu. Setelah dilakukan
pemeriksaan oleh dokter, maka pasien A dianjurkan untuk di rawat di Rumah Sakit
Jiwa. Keluarga menyetujui dan memenuhi syarat-syarat untuk keperluan rumah sakit.
masih tampak bingung dan kadang-kadang menyendiri. Pada hari kamis tanggal 5
november 2015 tepatnya jam 11.00 wib, datang 2 orang yang mengaku sebagai
keluarga pasien A dan berniat hendak membawa pulang pasien A. Pada saat itu
perawat menanyakan identitas orang tersebut supaya bisa disesuaikan dengan data
yang ada di ruangan. Ternyata identitas orang tersebut tidak sama dengan identitas
keluarga yang saat itu mengantar pasien A. Tapi orang tersebut bersikeras mengakui
bahwa dia adalah keluarga dari pasien tersebut. Akhirnya perawat memberi tahu
kepala ruangan tentang hal tersebut. Kepala ruangan pun tidak mengizinkan pasien
17
itu dibawa pulang oleh orang tersebut. Terjadi adu mulut antara perawat dan orang
apakah benar orang tersebut adalah keluarganya. Dan pasien A pun mengakui itu
adalah keluarganya. Rumah sakit akhirnya mengizinkan pasien A dibawa pulang oleh
orang keluarga yang mengantar pasien A kerumah sakit dulu dan berniat menjemput
pasien A. setelah mengetahui bahwa pasien A sudah pulang dan dijemput oleh orang
yang tidak mereka kenal, keluarga pun marah dan panic. Keluarga pasien A tidak
pernah menyuruh orang atu kerabat untuk menjemput pasien A. Keluarga pun marah
dan tidak menerima. Setelah perawat memberikan identitas orang yang menjemput
pasien A, keluarga pun terkejut karena orang yang menjemput pasien A memang
masih satu keluarga dengan pasien A, tapi orang tersebut jarang bertemu dengan
pasien A dan hubungannya dengan keluarga yang lain pun tidak baik. Keluarga
pasien A sempat beradu argumentasi dengan perawat sampai akhirnya kepala ruangan
menerangkan secara rinci kronologis ceritanya. Dan itu bisa membuat suasana agak
tenang.
18
BAB IV
Pada kasus diatas konflik pertama yang terjadi yaitu antara keluarga pasien
peran seorang manajer yaitu karu yang menentukan apakah pasien tersebut boleh atau
tidaknya pasien untuk pulang. Pada skenario diatas pasien dibolehkan pulang dengan
keluarga yang menjemput. Hal ini dimaksudkan agar kepulangan pasien dapat
dipertanggungjawabkan.
Pada konflik yang kedua, dalam penyelesaian konflik diperlukan peran top
manajer karena disini karu tidak bisa menyelesaikan konflik yang ada.
kebetulan dan tidak boleh sembarangan dalam rangka memecahkan masalah yang
keputusan yang baik itu sangat dibutuhkan informasi yang lengkap mengenai
yang diambil.
yang disertai dengan konsekuensi positif dan negatif. Jika semua hal itu dapat
dikemukakan dan dicari secara tepat, masalah tersebut akan lebih mudah untuk
diselesaikan.
20
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
keputusan dan memikul tanggung jawab atas akibat dari resiko yang timbul sebagai
keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakekat suatu masalah
DAFTAR PUSTAKA
Marriner, A.T. (1995). Nursing Management and Leadership ( 5th ed), Mosby St
Louis, Baltimore.