Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TENTANG
Menimbang : a. Bahwa dalam rangka upaya mendukung pelayanan kesehatan yang bermutu di
lingkungan RSIA Mardi Waloeja Rampal, khususnya tentang skrining pasien
maka perlu diberlakukanya panduan skrining pasien di RSIA Mardi Waloeja
Rampal;
b. Bahwa agar panduan skrining pasien di RSIA Mardi Waloeja Rampal dapat
terlaksana dengan baik, maka perlu adanya keputusan Direktur RSIA Mardi
Waloeja Rampal sebagai pelaksanaan panduan skrining pasien di RSIA Mardi
Waloeja Rampal;
c. Bahwa untuk maksud sebagaimana tersebut diatas, maka perlu ditetapkan
dengan Keputusan Direktur RSIA Mardi Waloeja Rampal.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Kesatu : PERATURAN DIREKTUR RSIA MARDI WALOEJA RAMPAL TENTANG
PANDUAN SKRINING PASIEN RSIA MARDI WALOEJA RAMPAL;
Kedua : Pemberlakuan panduan skrining pasien RSIA Mardi Waloeja Rampal sebagaimana
tercantum dalam lampiran Keputusan ini;
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan disampaikan kepada pihak
terkait untuk diketahui dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dengan
ketentuan
Keempat : Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, maka akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Malang
Tanggal : 08 Januari 2019
Direktur RSIA Mardi Waloeja Rampal
Dr.Evi Laksana,MMRS
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Skrining merupakan pengenalan dini secara pro-aktif untuk menemukan adanya masalah atau faktor
risiko. Sehingga skrining bisa dikatakan sebagai usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan
yang secara klinis belum jelas, dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang
dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang yang terlihat sehat, atau benar-benar sehat
tapi sesungguhnya menderita kelainan ataupun gangguan kesehatan. Skrining pada pasien dapat
dilaksanakan melalui kriteria triage, anamnesis (wawancara riwayat penyakit), evaluasi visual atau
pengamatan, pemeriksaan fisik maupun psikiatrik, laboratorium klinik, ataupun radiologi diagnostik.
Skrining pasien adalah suatu rangkaian kegiatan melakukan penilaian awal kegawatdaruratan pada
setiap pasien yang datang ke Unit Gawat Darurat. Dalam hal ini skrining pasien dilakukan pada awal
di triage primer yang juga meliputi cara mendiagnosis serta memilah penderita berdasarkan
kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia.
B. PENGERTIAN
Kegiatan skrining sangat diperlukan dalam pelayanan gawat darurat karena Instalasi Gawat
Darurat sebagai pusat pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan gawat darurat selama 24
jam berfungsi untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini
yang sesuai terhadap kasus-kasus kegawatdaruratan. Untuk itu diperlukan langkah-langkah skrining
pasien yang baik sehingga pelayanan kesehatan untuk kasus-kasus gawat dan darurat dapat
diselenggarakan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
Beberapa istilah yang perlu diperhatikan dalam kegiatan skrining pasien awal di triage primer, antara
lain:
1. Triage.
Pengelompokan pasien berdasarkan atas berat ringannya trauma/penyakit serta kecepatan
penanganan/pemindahannya.
2. Prioritas.
Penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan yang mengacu
tingkat ancaman jiwa yang timbul.
3. Survei primer.
Deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa.
4. Survei sekunder.
Melengkapi survei primer dengan mencari perubahan-perubahan anatomi yang akan
berkembang sehingga mungkin akan dapat menjadi semakin parah dan memperberat perubahan
fungsi vital yang ada dan berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.
5. Pasien gawat darurat.
Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya
atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan pertolongan secepatnya.
6. Pasien gawat tidak darurat.
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat (misalnya kanker
stadium lanjut).
2. Pasien dengan kasus emergency, yaitu pasien yang berada dalam kondisi sebagai berikut:
a. Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya (akan bisa menjadi cacat) bila tidak mendapat
pertolongan yang tepat secepatnya.
b. Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat.
c. Pasien akibat musibah/kejadian yang tiba-tiba terjadi, tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya.
3. Pasien dengan kasus false emergency, yaitu pasien yang tidak memerlukan pertolongan segera.
Dalam kegiatan skrining pasien awal di triage primer, perlu dipahami bahwa kematian dapat
terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari salah satu sistem atau organ di
bawah ini, yaitu:
a. Susunan saraf pusat.
b. Pernafasan.
c. Kardiovaskuler.
d. Hati.
e. Ginjal.
f. Pankreas.
Kegagalan dari salah satu sistem atau organ tersebut dapat disebabkan oleh:
a. Trauma/cedera
b. Infeksi.
c. Keracunan.
d. Degenerasi (failure).
e. Asfiksia.
Pada kasus tertentu di mana penyakit yang diderita tidak termasuk didalam daftar tersebut di atas,
penentuan kasus gawat atau tidak gawat ditentukan oleh dokter yang menangani pasien. Kegagalan
sistem susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan, dan hipoglikemia dapat meyebabkan
kematian dalam waktu yang singkat. Sedangkan kegagalan sistem organ yang lain dapat meyebabkan
kematian dalam waktu yang relatif lebih lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) dalam mencegah
kematian dan cacat ditentukan oleh:
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan:
a. Di tempat kejadian
b. Dalam perjalanan ke rumah sakit
c. Pertolongan selanjutnya secara mantap dirumah sakit
Tabel 2.1
DIAGNOSTIK TEST STANDAR MINIMAL YANG HARUS DILAKUKAN SEBELUM PASIEN
DIRAWAT INAP
BAB III
TATA LAKSANA
3. Beberapa kriteria kasus yang tidak dapat ditangani di RSIA Mardi Waloeja Rampal
adalah sebagai berikut:
a. TBC dengan XDR/MDR.
b. Pasien psikiatri dengan gaduh gelisah atau berpotensi membahayakan pasien yang lain.
c. Gagal ginjal on HD.
d. CVA Hemorraghic dengan penurunan kesadaran.
e. HIV/AIDS dengan hasil lab penunjang HIV seropositif
f. Kanker yang perlu ditangani oleh konsultan hematologi dan onkologi medis.
g. Flu burung (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif).
h. Flu babi (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif).
i. SARS (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif).
j. Pasien KLL indikasi bedah saraf
4. Apabila pasien tidak dapat dapat ditangani di Rumah Sakit Marsudi Waluyo, maka pasien akan
dirujuk ke Rumah Sakit lain sesuai dengan kebutuhan pasien.
5. Petugas Kesehatan wajib melakukan skrining terhadap pasien baik dari luar rumah sakit maupun
didalam rumah sakit yang bertujuan untuk menetapkan apakah pasien dapat diterima (dirawat)
atau dirujuk ke tempat lain berdasarkan kemampuan dan fasilitas rumah sakit.
6. Petugas kesehatan wajib melakukan skrining wilayah dan kebutuhan pelayanan pasien baik dari
luar rumah sakit maupun di dalam rumah sakit.
BAB IV
DOKUMENTASI
Kegiatan skrining pasien awal di triase primer di Instalasi Gawat Darurat RSIA Mardi Waloeja Rampal
didokumentasikan di lembar asesmen awal medis IGD, Buku rujukan pasien. Pada pasien rawat inap
kebutuhan pelayanan ditentukan di formulir permintaan rawat inap. Kegiatan skrining pasien di Unit
Rawat Jalan didokumentasikan di dokumen rekam medis.
Direktur,