Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh :
Adi Hartono
PO.62.20.1.16.001
Puji syukur penulis ucapkan kehadiratTuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia
serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Lengkap Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan ABSES DM. Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Klinik KeperawatanMedikal
Bedah II oleh dosen pembimbing mata kuliah Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah, dan merupakan salah
satu tugas individu yang harus dipenuhi oleh mahasiswa.
Dalam pembuatan makalah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, oleh
sebab itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah yakni bapak Ns.
GadDatak. M.Kep,Sp.MB dan kakak-kakak perawat senior di RS Doria Sylvanus Palangka Raya yang telah
membantu dan memberikan dorongan dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata kami ucapkan terima
kasih.
PENULIS
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN PENULISAN
C. MANFAAT PENULISAN
BAB IV PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
E. EVALUASI KEPERAWATAN
B. Patofisiologi
Infeksi bakteri terjadi ketika terdapat inokulum bakteri yang jumlahnya mencapai 100.000 organisme per ml
eksudat, atau per gram jaringan, atau per mm2 daerah permukaan. Itu kemudian ditunjang dengan lingkungan
yang rentan terhadap bakteri seperti air, elektrolit, karbohidrat, hasil pencernaan protein, dan darah. Hilangnya
resistensi pejamu terhadap infeksi (sawar fisik yang terganggu, respon biokimiawi/humoral yang menurun,
respon selular yang menurun).
Bakteri menimbulkan beberapa efek sakitnya dengan melepaskan senyawa berikut:
Setelah kulit terpapar bakteri, timbul respon inflamasi seperti rubor (kemerahan), tumor (pembengkakan),
dolor (nyeri), dan kalor (panas). Setelah itu rekasi inflamasinya menetap, sedangkan infeksinya menghilang.
Infeksi kemudian menyebar melalui beberapa cara: (1) langsung ke jaringan sekitar; (2) sepanjang daerah
jaringan; (3) melalui sistem limfatik; dan (4) melalui aliran darah. Setelah infeksi menyebar, muncul abses.
Abses ini merupakan respon kekebalan tubuh terhadap infeksi yang muncul. Jika dirawat dengan baik, akan
muncul jaringan granulasi, fibrosis, dan jaringan parut. Namun jika tidak ditangani secara baik, akan
menyebabkan infeksi kronis, yakni menetapnya organisme pada jaringan yang menyebabkan respon inflamasi
kronis (Pierce & Borley, 2007)
C. Manifestasi klinis :
Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh termasuk paru-paru,mulut,rektum, dan otot. Abses yang sering
ditemukan didalam kulit atau tepat didalam kulit terutama jika timbul di wajah. Menurut smeltzer dan bare,gejala
dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejala bisa berupa :
1. Nyeri
2. Nyeri tekan
3. Teraba hangat
4. Pembengkakan
5. Kemerahan
6. Demam
Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak seperti benjolan. Adapun lokasi abses
antara lain ketiak, telinga, dan tungkai bawah. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih
putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses didalam tubuh, sebelum menimbulkan gejala seringkali tumbuh
lebih besar. Abses dalam mungkin lebih menyebar ke seluruh tubuh pada pemeriksaan fisik ditemukan:
1. Luka terbuka atau tertutup
2. Organ/ jaringan terinfeksi
3. Massa eksudat
4. Peradangan
5. Abses superfisial dengan ukuran bervariasi
6. Rasa sakit dan bila dipalpasi akan terasa flutuaktif
D. Pemeriksaan Penunjang
1. hasil pemeriksaan leukosit menunjukkan peningkatan sel darah putih
2. untuk menentukan ukuran dan lokasi akses dilakukan pemeriksaan rontgen, USG, CT,Scan, atau MRI
E. Penatalaksanaan
Drainase abses dengan menggunkan pembedahan biasanya diindikasikan apabila abses berkembang dari
peradangan serosa yang keras menjadi tahap pus yang lebih lunak. Apabila menimbulkan risiko tinggi, misalnya
pada area-area yang kritis tindakan pembedahan dapat ditunda atau dikerjakan sebagai tindakan terakhir yang
perlu dilakukan.
Karena sering kali abses disebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus, antibiotik antistafilokokus seperti
flucloxacillin atau dicloxacillin sering digunakan. Dengan adanya kemunculan bakteri staphylococcus aureus
resisten methicillin (MRSA) yang didapat melalui komunitas, antibiotik tersebut menjadi tidak efektif. Untuk
menangani MRSA yang didapat melalui komunitas, digunakan antibiotik lain seperti clindamycin, trimethoprim-
sulfamethoxazole, dan doxycycline.
Apabila telah terjadi supurasi dan fluktuasi, lakukan insisi. Tindakan dalam melakukan insisi adalah sebagai
berikut:
1. Perlengkapan ; cairan antiseptic, alat dan anestesi, scalpel bermata nomor 11, kuret, kassa, tampo,
pembalut.
2. Tindakan dilakukan sesuai prinsip asepsis dan antisepsis
3. Tindakan anastesis:
4. Pada abses yang dalam, lakukan infiltrasi tepat di atas abses.
5. Bila letak abses di permukaan lakukan anestesi dengan etil klorida yang disemprotkansampai
terbentuk lapisan putih mirip salju.
6. Tusukan dan buat insisi lurus dengan scalpel kedalam abses di tempat yang mempunyai fluktuasi
maksima, bila rongga abses cukup besa dan kulit diatasnya mengalami nikrotik, lakukan insisi silan
kemudian lakukan atap abses dibuang dengan mengeksisi sudut-sudutnya. Jika tidak ingin melakukan
eksisi, sayatan harus cukup panjang agar luka terbuka lebar dan tidak terlalu cepatmenutip kembali.
7. Keluarkan pus. Lokuli didalam abses dapat dirusak dengan jari, sedangkan membrannya dapat
dikeluarkandengan hati-hati dengan alat kuret.
8. Setelah pus dikeluarkan seluruhnya, rongga diisi tampondapat digunakan tampon berbentuk pita yang
bisa terbuat dari kasa yang telah dibasahi paraffin atau potongan sarung tangan steril. Sisakan ujung
pita diluar rongga. Tampon tidak boleh dijajalkan terlalu padat karena akan menghalangi keluarnya
eksudat dan menghambat obliterasi luka.
9. Tutup luka denga balutan yang menyerap cairan sebagai kompres basah dan memberikan tekanan
yang lebih dibandingkan biasanya. Kompres dengan larutan garam fisiologis atau antseptikringan.
Balutan diganti minimal sehari 3 kali.
10. Periksa 24-48 jam kemudian dan angkat tampon. Bila eksudat masih mengalir ulangi tindakan ini tiap
48-72 jam sampai tanda-tanda penyembuhan mulai terlihat
H. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Hipertermia
3. Kerusakan Integritas jaringan
4. Resiko infeksi
5. Defisiensi pengetahuan
6. Ansietas
2). Jelaskan pada pasien tentang sebab- Pemahaman pasien tentang penyebab
sebab timbulnya nyeri nyeri yang terjadi akan mengurangi
ketegangan pasien dan memudahkan
pasien untuk diajak bekerjasama dalam
melakukan tindakan.
3). Ciptakan lingkungan yang tenang. Rangasangan yang berlebihan dari
lingkungan akan memperberat rasa
nyeri.
4). Ajarkan teknik distraksi dan Teknik distraksi dan relaksasi dapat
relaksasi. mengurangi rasa nyeri yang dirasakan
pasien.
5). Atur posisi pasien senyaman Posisi yang nyaman akan membantu
mungkin sesuai keinginan pasien. memberikan kesempatan pada otot
untuk relaksasi seoptimal mungkin.
6). Kolaborasi dengan dokter untuk Obat-obat analgesik dapat membantu
pemberian analgesik mengurangi nyeri pasien.
Diagnosa no. 2
Hipertermia
Tujuan:
Tercapainya suhu tubuh normal 37ºC
Kriteria Hasil :
a. Suhu tubuh dalam rentang normal
b. Nadi dan RR dalam rentang normal
c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Intervensi Rasional
1) Monitor suhu dan warna kulit Untuk mengetahui suhu tubuh pasien
2) Monitor tingkatkan intake cairan Untuk mencegah terjadinya dehidrasi
dan nutrisi
3) Ajarkan pada klien cara mencegah Untuk mecegah terjadi resiko cedera
keletihan akibat panas akibat kelelahan
4) Berikan anti piretik jika perlu Anti piretik dapat menurunkan panas
sehingga suhu tubuh akan turun dan
kembali ke suhu normal.
Diagnosa no. 3
Resiko Infeksi
Tujuan :
Tidak terjadi penyebaran infeksi (sepsis).
Kriteria Hasil :
a. Tanda-tanda infeksi tidak ada.
b. Tanda-tanda vital dalam batas normal
c. Keadaan luka baik dan kadar gula darah normal.
Intervensi Rasional
1). Kaji adanya tanda-tanda penyebaran Pengkajian yang tepat tentang tanda-
infeksi pada luka. tanda penyebaran infeksi dapat
membantu menentukan tindakan
selanjutnya.
2).Lakukan perawatan luka secara Untuk mencegah kontaminasi luka dan
aseptik. penyebaran infeksi.
3).Anjurkan kepada pasien dan keluarga Kebersihan diri yang baik merupakan
untuk selalu menjaga kebersihan diri salah satu cara untuk mencegah infeksi
selama perawatan. kuman.
4). Anjurkan pada pasien agar menaati Diet yang tepat, latihan fisik yang
diet, latihan fisik, pengobatan yang cukup dapat meningkatkan daya tahan
ditetapkan. tubuh, pengobatan yang tepat,
mempercepat penyembuhan sehingga
memperkecil kemungkinan terjadi
penyebaran infeksi.
5). Kolaborasi dengan dokter untuk Antibiotika dapat menbunuh kuman,
pemberian antibiotika dan insulin. pemberian insulin akan menurunkan
kadar gula dalam darah sehingga
proses
penyembuhan akan lebih cepat.
Diagnosa no. 4
Kerusakan integritas jaringan
Tujuan :
Tercapainya proses penyembuhan luka.
Kriteria hasil :
a. Perfusi jaringan normal
b. Tidak ada tanda-tanda infeksi
c. Ketebalan dan tekstur jaringan normal
d. Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya
cidera berulang.
e. Menunjukan terjadinya proses penyembuhan luka
Intervensi Rasional
1) Kaji luas dan keadaan luka serta Pengkajian yang tepat terhadap luka
proses penyembuhan. dan proses penyembuhan akan
membantu dalam menentukan
tindakan
selanjutnya.
2) Rawat luka dengan baik dan benar : Merawat luka dengan teknik aseptik,
Membersihkan luka secara abseptik dapat menjaga kontaminasi luka dan
menggunakan larutan yang tidak iritatif, larutan yang iritatif akan merusak
angkat sisa balutan yang jaringan granulasi yang timbul, sisa
menempel pada luka. balutan jaringan nekrosis dapat
menghambat proses granulasi.
3) Kolaborasi dengan dokter untuk Insulin akan menurunkan kadar gula
pemberian insulin, pemeriksaan kultur darah, pemeriksaan kultur pus untuk
pus pemeriksaan gula darah pemberian mengetahui jenis kuman dan anti
anti biotik. biotik
yang tepat untuk pengobatan,
pemeriksaan kadar gula darah untuk
mengetahui perkembangan penyakit
Dianosa no. 5
Defisiensi informasi
Tujuan :
Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil:
a. Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya
dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.
b. Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang
diperoleh.
Intervensi Rasional
1). Kaji tingkat pengetahuan pasien/ Untuk memberikan informasi pada
keluarga tentang penyakit DM dan pasien/keluarga, perawat perlu
Abses. mengetahui sejauh mana informasi
atau pengetahuan yang diketahui
pasien/ keluarga.
2). Kaji latar belakang pendidikan Agar perawat dapat memberikan
pasien. penjelasan dengan menggunakan kata-
kata dan kalimat yang dapat
dimengerti pasien sesuai tingkat
pendidikan pasien.
3). Jelaskan tentang proses penyakit, Agar informasi dapat diterima dengan
diet, perawatan dan pengobatan pada mudah dan tepat sehingga tidak
pasien dengan bahasa dan kata-kata yang menimbulkan kesalahpahaman.
mudah dimengerti.
4). Jelasakan prosedur yang akan Dengan penjelasdan yang ada dan ikut
dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan secara langsung dalam tindakan yang
libatkan pasien didalamnya. dilakukan, pasien akan lebih
kooperatif
dan cemasnya berkurang.
Diagnosa no. 6
Ansietas
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, ansietas dapat berangsur-angsur
berkurang.
Kriteria hasil :
- Kalien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas.
- Vital sign dalam batas normal
- Postur tubuh dan tingkat aktivitas menunjukan berkurangnya kecemasan.
Intervensi Rasional
1) Observasi tingkat kecemasan Dapat membantu dalam menentukan
klien. intervensi selanjutnya
2) Dengarkan dengan cermat apa Mendengar memungkinkan deteksi dan
yang dikatakan klien tentang koreksi mengenai kesalahpahaman dan
penyakit dan tindakannya . kesalahan informasi.
3) Berikan penyuluhan tentang Menambah pengetahuan klien tentang
penyakit klien. penyakit yang dideritanya.
J. Evaluasi
1. Diharapkan rasa nyeri hilang/ berkurang.
2. Diharapkan suhu tubuh pada batas normal.
3. Diharapkan tidak terjadinya penyebaran infeksi (sepsis).
4. Diharapkan tercapainya proses penyembuhan luka.
5. Diharakan pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya.
6. Diharapkan ansietas dapat berangsur-angsur berkurang.
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1.1 IDENTITAS
1.1.1 KLIEN
2.2.2 Riwayatpenyakit sekarang : pasien mengatakan penyebab nyeri karena adanya riwayat
penyakit keluarga,pasien mengatakan nyeri nya sperti ditekan,nyeri dirasakan terasa di tekan dengan skala
7,nyeri dirasakan saat kaki di gerakan.
2.2.3 Riwayat Kesehatan Keluarga : pasien mengatakan memiliki penyakit keturunan dari ayah pasien
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
: Klien
RR :20 HR : x / mnt
x/m
Normal Teratur
Cyanosis Tidak Teratur
Cheynestoke
Kusmaul
Lainnya, sebutkan :
d. Type pernapasan
Normal Orthopnea Chyne Stokes
Dyspnea Cusmaul
e. Bunyi napas
Vesikuler Ronchi Crecels
Wheezing Rales
Lokasi : Seluruh bagian lapang dada
Keluhan Lain:
Batuk, sejak ..................................
Berdarah, sejak ...........................
Sputum, sejak ............................
3.3.2 PENGINDRAAN
a. Mata
Penglijatan
Berkurang Kabur Ganda Buta
Gerakan bola mata : ....................
Visus : VOD
VOS
Sklera : Normal Ikterus Merah/hifema
c. Penghidu
Bentuk Simetris Asimetris
Lesi, lokasi : ..................
Patensi :
Obstruksi, lokasi: ................
Nyeri tekan sinus
Edema
Palpebra Extremitas atas Aseitas
Anasarka Extremitas bawah Tidak ada
Grade :
3.3.4 PERSYARAFAN
a. Tingkat kesadaran
Compos mentis Sopr Apatis
Koma Somnolent Gelisah
b. GCS
E : 4 (Spontan)
Klien membuka mata dengan nama panggilan
V : 5 (Berorientasi)
Klin dapat menjawab pertanyaan dengan jelas
M : 6 (Mengikutiperintah)
Klien dapat mengangkat badan sesuai dengan perintah dan keinginan
3.3.5 PERKEMIHAN
1. Produksi : tidak dikaji
2. Warna : tidak dikaji
3. Bau : tidak dikaji
4. Pembedahan : tidak dikaji
5. Masalah keluh :tidak dikaji
3.3.6 PENCERNAAN
1. Mulut dan gigi : mokusa bibir kering
2. Tenggerokan : tidak ada peradangan
3. Abdomen : tidak ada pembedahan
4. Rectum / Anus : tidak ada lesi dan ulkus
5. BAB : 1 satu
6. Konsistensi : tidak ada
7. Masalah / keluhan : tidak ada
Muntah, sejak masuk Malabsorbsi √ Konstipasi
rumah sakit
Mual, sejak masuk rumah Diare Obstipasi
sakit
Feses berdarah, sejak ....... Tidak terasa Wasir
Melena Haus Lendir
Sukar menelan Colostomi
2. Integumen
Kulit / integumen Rambut Kuku
1. Warna cokat Hitam putih
2. Perempuan
a. Vagina : tidak dikaji
b. Urethra : tidak dikaji
c. Payudara :Tidak dikaji
d. Axilia :Tidak dikaji
e. Siklus haid :Tidak dikaji
f. Lainnya, sebutkan :Tidak dikaji
3.3.9.3 Kognitif :
Klien dan keluarga menyadari kondisi penyakit klien sekarang, akibat pola makan
yang tidak teratur sehingga peningkatan asam lambung.
Berbicara
Normal Gagap Parau
Tidak dapat menyampaikan Dengan isyarat Gelisah
Hasil pemeriksaan
3.3.12 TERAPI & IMPLIKASI KEPERAWATAN
1.inf nacl 09% 16 tpm
2.ceftriaxon
3.ranitidine
4.ketorolac
5.acarbse
6.amlodiine
Indikasi
1.cefriaxon obat anti biotic yang mampu mengikat lebih dari satu renicilin
2.ranitiden utntuk mengurangi rasa asam lambung
3.ketorolac obat digunakam mengurangi nyeri
4.acarbose obat digunakan untuk mengontrol kdar gula darah
5.amlodipine obat digunakan unyuk tekanan darah timggi
Palangka Raya,
( )
Inisial Pasien :
No. Reg :
ANALISA DATA
Data Fokus
Kemungkinan Penyebab
(Subjektif dan Objektif)
DS : Pasein mengatakan nyeri pada bagian Nyeri akut Post op debridemnt
kaki sebelah kanan dengan skala 7
Ds : Pasien mengatakan mampu Resiko tinggi gangguan nutrisi Ketidak cukupan insulin,penurunan masukan
menghabiskan 1/3 porsi makanan oral,hipermetabolisme
Do Paisen Nampak lemas
Pasien mampu menghabiskan 1/3 porsi
makanan yang disediakan
Inisial Pasien :
No. Reg :
Dx 2
2. Setelah dilakukan tindakan 1.tentuka program diit 1.untuk
keperawatan selama 1x24 jam 2.timbang bb mengidentifikasi
diharapakan pasien mampu 3.libatkan keluarga pada kekurangan dan
menghabiskan makanan dalam 1 perencanaan makanan penyimpanga dari
porsi sesuai indikasi kebutuhan
4.berkolabortasi dalam 2.untuk mengkaji
tim medis untuk pemasukan makanan
pemberian diet sesuai yang adekuat
terapi 3.memberikan
infotmasi pada
keluarga untuk
memahami kebutuhan
nutrisi pasien
4.untuk
penghitunhgan dan
penyesuaian diit
untuk memahami
krbutuhan pasien
Inisial Pasien :
No. Reg :
Dx2 1.menentukan program diit 1.untuk mengetahui seberapa kuat nyeri yang
dan pola makan dirasakan
2.menimbang bb 2.pasien mampu mengikut dengn baik semua
3.melibatkan keluarga pada yang diberikan
perencanaan makan sesuai 3.keluarga membantu untuk pemenuhan
indikasi nutrisi
4.berkolaborasi dalam 4.program diet dapat membantu pasien
pemberian prigram terapi mnyuplai makanan
diit
Inisial Pasien :
No. Reg :
CATATAN PERKEMBANGAN
Paraf/
Nama
No Tanggal/Jam Nomor Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan (S.O.A.P/S.O.A.P.I.E.R)
Perawat
Mahasiswa
Dx1 S: pasie mengatakan nyeri berkurang
1 O : klien Nampak rileks,skala nyeri berkurang menjadi 3, ttv 130/80
mmhg S:36c N :98x/m R:20xm
A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Kaji ttv
- Observasi skala nyeri
- Memberikan obat analgeik
Nyeri akut adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial,
digambarkan dalam istilah seperti kerusakan (international association for the study of paiba in), dengan awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan
sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari 6 bulan (Wilkinson,J, 2007).
Nyeri akut adalah Nyeri akut adalah pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan secara aktual atau
potensial dan menunjukan adanya kerusakan (Association for the Study of Pain) : serangan mendadak atau perlahan dari intensitas ringan atau berat yang dapat di
antisipasi durasi nyeri kurang dari enam bulan. (Nanda, 2006).
Dengan batasan karakteristik mengkomunikasikan penggambaran nyeri (misalnya : nyeri, ketidaknyamanan, mual berkeringat pada malam hari, kram otot, gatal
pada kulit, mati rasa, dan kesemutan pada ekstremitas), melaporkan wajah topeng (nyeri), gerakan menghindar nyeri, perilaku menjaga atau melindungi, berfokus
pada diri sendiri, dan faktor yang menghubungkan dengan agen cedera fisik (Wilkinson,J, 2007).
Alasan ditegakan diagnosa ini karena terdapat data klien mengatakan nyeri dibagian kepala akibat luka jahitan, nyeri seperti teriris-iris, skala nyeri 4, dan nyeri
yang dirasakan saat bergerak.. Data Objektif : klien tampak kesakitan, berdasarkan pemeriksaan vital sign didapatkan.
Diagnosa ini penulis prioritaskan pertama karena merupakan keluhan yang sangat dirasakan oleh klien. Masalah ini harus segera ditangani karena jika tidak
dikhawatirkan akan menimbulkan tanda-tanda seperti : perubahan respon otonom, gangguan tidur, tingkah laku ekspresif, perubahan nafsu makan (Nanda, 2005).
Jika masalah tersebut tidak segera ditangani maka nyeri akan berlangsung terus menerus dan ditandai spasme yang mengakibatkan otot–otot sekitar tegang,
mengganggu kemampuan seseorang untuk beristirahat, konsentrasi dan kegiatan-kegiatan atau aktifitas yang biasa dilakukan serta dapat menyebabkan peranan
tidak berdaya atau depresi ( Mustagfir,2000 ).
Adapun tindakan yang penulis lakukan adalah :
1. Mengkaji lokasi dan karakteristik Nyeri, menurut Broker (2008), mengkaji karakteristik nyeri meliputi PQRST yaitu suatu tindakan dimana seorang klien
ditanya mengenai faktor yang memperberat nyeri (P: Provokatif), faktor yang memperingan nyeri (P: Paliatif), kualitas nyeri (Q: Qualitatif), lokasi nyeri
(R: Region), skala nyeri (S: Skala), waktu timbul nyeri (T: Time), Rasionalnya untuk membantu menentukan pilihan intervensi dan memberikan dasar
untuk perbandingan dan evaluasi terhadap terapi. Kekuatannya bisa memantau lokasi, karakteristik, skala, tingkat nyeri yang dirasakan. Kelemahannya
nyeri dirasakan subyektif sehingga ketidaksamaan persepsi.
2. Mengajarkan distraksi relaksasi, menurut Assosiasi Institusi Pendidikan DIII Keperawatan Jawa tengah (2006), mengajarkan distraksi relaksasi yaitu
memberikan rasa nyaman kepada klien yang mengalami rasa nyeri dengan membimbing klien untuk melakukan distraksi relaksasi. Selain itu juga akan
menurunkan ketegangan otot dalam menimbulkan perasaan aman dan nyaman. rasionalnya untuk memfokuskan perhatian klien, membantu menurunkan
tegangan otot dan meningkatkan proses penyembuhan. Kekuatan dari tindakan ini adalah dapat menyusun rencana tindakan yang tepat. Kelemahannya
adalah hasil pengkajian belum tentu akurat dan respon nyeri tiap individu berbeda- beda.
3. Mengukur tanda-tanda vital, menurut Assosiasi Institusi Pendidikan DIII Keperawatan Jawa tengah (2006), mengukur tanda-tanda vital adalah untuk
mengetahui keadaan umum klien seperti tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan, agar dapat memantau kondisi klien untuk mencegah adanya kondisi klien
yang tidak stabil, rasionalnya untuk mengetahui setiap kondisi klien dan untuk mencegah kondisi-kondisi yang tidak stabil. Kekuatan dari tindakan ini
adalah dapat mengetahui secara langsung dari pemeriksaan tanda- tanda vital klien, Kelemahannya adalah pada setiap kondisi klien hasil dapat berbeda-
beda dan harus benar- benar paham dan mengerti cara mengukur tanda-tanda vital agar tidak terjadi kesalahan.
Evaluasi dilakukan pada tanggal 18 juni 2018 Data subjektif : klien mengatakan nyeri berkurang menjadi skala 3, Objektif : klien tampak tenang . TD:
120/80mmHg N: 73x/mnt S: 36.50C RR: 20x/mnt. Asesment : masalah teratasi sebagian, Planing : monitor keadaan umum, mengajarkan teknik distraksi relaksasi,
monitor tanda-tanda vital.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis progesif yang ditandai dengan ketidak mampuan tubuh untuk melakukan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein, mengarah ke hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi). (Joyce M. Black: 2015)
Abses merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati) yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi(biasanya oleh bakteri
atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan luka peluru atau jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk
mencegah penyebaran atau perluasan infeksi kebagian tubuh yang lain. Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah
(siregar,2004)
Untuk menentukan dan memastikan itu abses dapat dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan rontgen, USG, CT,Scan, atau MRI
Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh termasuk paru-paru,mulut,rektum, dan otot. Abses yang sering ditemukan didalam kulit atau tepat didalam kulit
terutama jika timbul di wajah. Abses dapat diobati dngan cara pembeian antibiotic untuk penderita tahap awal, namun apabila telah menjadi supurasi dan fluktuasi
dapat dilakukan insisi.
Saran
Pada kasus batu abses, sebaiknya diperhatikan dengan benar masalah mengenai sistem integumen.
1. Bagi penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan asuhan Keperawatan pada pasien abses.
2. Bagi para pembaca
Dengan penulisan makalah ini penulis berharap agar pembaca semua agar sudi kiranya memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun.