Você está na página 1de 14

J. Kaunia Vol. X No.

2, Oktober 2014/1435: 103-116


ISSN 1829-5266 (print) ISSN 2301-8550 (online)

KAJIAN ADSORPSI ZAT PENGATUR TUMBUH NAPHTHALENE


ACETIC ACID (NAA) TERHADAP BENTONIT ALAM

Nura Lailatussoimah, Pedy Artsanti dan Irwan Nugraha


Program Studi Kimia, FST, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta
Jl. Marsda Adisucipto Yogyakarta 55281

ABSTRACT

The study of adsorption of plant growth regulators naphthalene acetic acid


(NAA) by using natural bentonite aims to investigate the purification process of
bentonite, determine the parameters that affect the ability of optimum adsorption and
adsorption interactions of bentonite to NAA. Bentonite purification process is done by
adding 30% H2O2 to oxidize organic compounds in the pores of the bentonite.
Adsorption parameters in this study include the influence of the mass of adsorbent,
contact time and adsorption capacity of bentonite nature of the NAA. Characteristics
conducted in this study include analysis using UV-Vis spectrophotometer, infrared
spectrophotometry (FTIR) and X-ray Diffraction (XRD). Bentonite adsorption capacity
was determined using the model of Langmuir isotherm and Freundlich isotherm models.
This study was showed that the amount of NAA more adsorpted by increase the mass of
adsorbent in the adsorption process. The optimum contact time between NAA with
natural bentonite is 4 hours on the condition of the masses as much as 0.5 grams of
bentonite, pH 4.5 and in room temperature (± 29oC) with adsorption capacity of 1.502
× 10-6 mol/g. The optimum adsorption capacity of bentonite to the NAA at 1.712 × 10-6
mol/g. NAA adsorption isotherms with natural bentonite included in the Freundlich
adsorption isotherm which assumes the Van der Waals bonds so that the interaction
between NAA with bentonite was physically and heterogeneous on the multilayer
surface.

Keyword : Adsorption, plant growth regulators, Naphthalene Acetic Acid (NAA),


Bentonite

PENDAHULUAN merupakan metode yang paling murah.


Pemanfaatan material pembawa Dalam metode ini, gaya interaksi yang
yang dipergunakan sebagai matriks terjadi antara material pembawa dan
pengimobilisasi dalam bidang pertanian senyawa dapat merupakan ikatan
dapat meningkatkan efektifitas zat hidrogen, gaya Van Der Waals serta
pengatur tumbuh misalnya asam interaksi hidrofobik2.
giberelin sebagai alternatif pengganti Auksin terlibat dalam banyak
pupuk kimia sehingga lebih ramah proses fisiologi tanaman seperti
lingkungan1. Imobilisasi melalui menginduksi pemanjangan sel,
metode adsorpsi fisika sampai saat ini fototropisme, gravitropisme, dominansi
104 J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 103-116

apikal, inisiasi akar, produksi etilen, mengkaji penggunaan bentonit alam


perkembangan buah, ekspresi seks dan sebagai slow release material dalam
pengendalian gulma3. IBA (Indole-3- aplikasi pertanian.
Butyric Acid) dan NAA (Naphthalene
Acetic Acid) merupakan dua macam METODE PENELITIAN
auksin sintesis yang mempengaruhi Bahan
pengakaran dan digunakan secara Bahan yang digunakan dalam
komersial untuk menstimulasi penelitian ini adalah Na bentonit dengan
pengakaran adventif4. NAA memiliki merk Driling Mud A3 yang diperoleh
sifat yang lebih tahan, lebih stabil, tidak dari Semarang, kristal NAA
mudah teroksidasi oleh enzim, tidak (Naphthalene Acetic Acid) (Merk),
terdegradasi dan lebih murah5. NaOH (p.a), H2O2 30% (teknis), HCl
Pada teknik adsorpsi, material (teknis), akuabides dan akuades.
pembawa yang biasa digunakan sebagai
adsorben diantaranya adalah arang aktif, Alat
bottom ash, zeolite, maupun mineral Peralatan yang digunakan dalam
lempung. Mineral lempung umumnya penelitian ini adalah alat-alat gelas
ditemukan dalam beberapa kelompok kimia, magnetic stirrer, kertas pH,
besar, seperti kaolinit, mika, kertas saring millipore ukuran 0,4
montmorilonit (bentonit), klorit, illit mikron, ayakan 106 mikron, lumpang
dan vermikulit5. Kelompok dan mortal agat, corong buchner dan
montmorilonit paling banyak menarik pompa vakum, pengaduk listrik, , oven
perhatian karena montmorilonit listrik (Heraeus UT 6120), pH meter
memiliki kemampuan untuk (Orion 920A), seperangkat alat
mengembang (swelling) bila berada sentrifuge,. Instrumen analisis yang
dalam air atau larutan organik serta digunakan antara lain adalah
memiliki kapasitas penukar ion yang spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu
tinggi sehingga mampu mengakomo- 1661), spektrofotometer Fourier
dasikan kation dalam antarlapisnya Transform Infrared (FTIR) (Shimadzu
dalam jumlah besar6. Prestige-21), dan X-Ray Diffraction
Penelitian ini bertujuan untuk (XRD) (Shimadzu 6000).
mengetahui interaksi antara bentonit
alam dengan zat pengatur tumbuh NAA
dan merupakan penelitian awal untuk
J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 103-116 105

PROSEDUR KERJA Optimasi Adsorpsi NAA dengan


Pemurnian Sampel Bentonit
Sebanyak 100 g Na-Bentonit lolos a. Kajian variasi massa bentonit
ayakan dengan diameter 106 mikron Kajian variasi massa bentonit
dimasukkan ke dalam 1000 mL akuades dilakukan dengan disiapkannya bentonit
sambil diaduk dengan pengaduk magnet dengan variasi massa sebanyak 0,1; 0,2;
selama kurang lebih 3 jam. Sejumlah ± 0,3; 0,4 dan 0,5 gram yang digunakan
700 mL larutan H2O2 30% dimasukkan untuk mengadsorpsi 25 ml larutan NAA
sedikit demi sedikit ke dalam campuran. dengan konsentrasi 25 ppm.
Campuran diaduk selama semalam dan Selanjutnya, campuran bentonit-NAA
didiamkan sehingga bentonit diaduk dengan menggunakan pengaduk
mengendap, lalu bagian atas didekantir. magnet selama waktu 4 jam pada suhu
Hasil dekantir ditambahkan ruang (±29ºC) dan disaring
kembali akuades dan diaduk selama 1 menggunakan kertas saring Millipore
jam, didiamkan kembali dan kemudian dengan ukuran 0,4 mikron. Banyaknya
dikeringkan didalam oven pada larutan NAA yang tidak teradsorpsi
0
temperatur 100 C hingga kering. diukur absorbansinya menggunakan
Perlakuan tersebut diulang sebanyak 3 spektrofotometer UV-Vis pada panjang
kali untuk menghilangkan sisa H2O2. gelombang maksimum.
Setelah pengulangan yang ke-3, larutan
bagian atas diambil dengan metode b. Kajian Variasi Waktu Kontak
sifoning dan kemudian dilakukan Disiapkan sampel bentonit
sentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm sebanyak masing-masing 0,5 gram
selama 10 menit. Selanjutnya padatan digunakan untuk mengadsorpsi 25 ml
dikeringkan dalam oven pada latutan NAA dengan konsentrasi 25
temperatur 100 0C selama kurang lebih ppm. Proses adsorpsi dilakukan dengan
4 jam, sehingga diperoleh padatan Na- pengadukan menggunakan pengaduk
Bentonit kering. Kemudian padatan Na- magnet pada variasi waktu kontak 30;
Bentonit dianalisis dengan 60; 90; 120; 240; 360; 480; 960 dan
menggunakan FTIR dengan range 1440 menit. pada suhu ruang (±29ºC)
bilangan gelombang 300-4000 cm-1 dan disaring menggunakan kertas saring
dan XRD. Millipore dengan ukuran 0,4 mikron.
Banyaknya larutan NAA yang tidak
teradsorpsi diukur absorbansinya
106 J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 103-116

menggunakan spektrofotometer UV-Vis HASIL DAN PEMBAHASAN


pada panjang gelombang maksimum. Pemurnian sampel
Kandungan pada bentonit terdiri
c. Kajian Kapasitas Adsorpsi Pada dari kuarsa, pirofisit, kaolinit, dengan
Bentonit Terhadap Larutan NAA kandungan utama mineral smektit
Kajian kapasitas adsorpsi larutan (montmorilonit) sebanyak 85-95% yang
NAA dilakukan dengan variasi bersifat plastis dan koloidal tinggi.
konsentrasi larutan. Dibuat larutan Bentonit dimurnikan dengan cara
NAA pada konsentrasi 10; 15; 20; 25; menambahkan H2O2 30% untuk
30 dan 35 ppm sebanyak 25 mL, menghilangkan zat-zat organik yang
kemudian ditambahkan 0,5 gram ditandai tidak adanya gelembung udara
bentonit. Selanjutnya diaduk dengan yang terbentuk pada bentonit yang telah
menggunakan pengaduk magnet selama dilarutkan7.
waktu optimum sesuai dengan hasil Metode pemurnian dilakukan
variasi waktu kontak pada suhu ruang dengan metode sedimentasi yang
(±29ºC) dan disaring menggunakan dilanjutkan dengan sifoning yang
kertas saring Millipore dengan ukuran didasarkan pada hukum Stokes’s.
0,4 mikron. Banyaknya larutan NAA Metode siphoning didasarkan pada
yang tidak teradsorpsi diukur perbedaan berat jenis dari material-
absorbansinya menggunakan spektro- material yang terdapat pada bentonit,
fotometer UV-Vis pada panjang dimana material yang memiliki berat
gelombang maksimum. Hasil jenis yang relatif lebih besar akan
absorbansi dihitung konsentrasinya mengendap lebih cepat daripada
untuk mengetahui kapasitas adsorpsi material yang memiliki berat jenis lebih
bentonit terhadap NAA dan dapat kecil8.
ditentukan isoterm reaksinya. Data spektroskopi FTIR dari
Selanjutnya dilakukan karakterisasi sampel bentonit sebelum dan setelah
bentonit yang telah dikontakkan dengan pemurnian memberikan informasi jenis
NAA menggunakan FTIR dengan range vibrasi gugus fungsional pada lempung
bilangan gelombang 300-4000 cm-1 dan dengan mengamati serapan-serapan
XRD. yang muncul pada daerah bilangan
gelombang 4000-400 cm-1. Berdasarkan
Gambar 1 dapat dilihat puncak-puncak
J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 103-116 107

penting untuk mengidentifikasi gugus fungsional yang terdapat pada bentonit .

Bentonit sebelum pemurnian

2337.72
2934.09

794.67
1381.03
1458.18
1635.64

918.12
3626.17
3441.01

424.34
516.92
% Transmitance

1033.85
Bentonit setelah pemurnian
2931.80

794.67
1635.64

1458.18

918.12
3433.29
3626.17

462.92
1041.56
4000 3000 2000 1000

Wavenumber (cm-1)

Gambar 1. Spektra FTIR Bentonit Alam Sebelum Pemurnian (A) dan Bentonit Setelah Pemurnian (B )

Tabel 1. Puncak Serapan IR Bentonit Alam Sebelum Pemurnian dan Bentonit Alam Setelah Pemurnian

Bilangan Gelombang (cm-1)


Bentonit alam sebelum Bentonit alam setelah Serapan Gugus fungsi
pemurnian pemurnian
3626,17 3626,17 Vibrasi ulur OH (Al-OH inter oktahedral)
3441,01 3433,29 Vibrasi regangan OH dari oktahedral dan atau H2O
2934,09 2931,80 Vibrasi regangan CH alkana
2337,72 - Material organic
1635,64 1635,64 Vibrasi tekuk OH dari H2O
1458,18 1458,18 Vibrasi tekuk gugus metilen CH2
1381,03 - Vibrasi tekuk gugus C-H dari CH3 (material
organik)
1033,85 1041,56 Vibrasi regangan Si-O-Si
918,12 918,12 Vibrasi regangan Al-OH-Al
794,67 794,67 Vibrasi simetris Si-O-Si
516,92 - Vibrasi Si-O-Al octahedral
424,34 462,92 Vibrasi ulur Si-O-Si

Pada Gambar 1 bahwa pita dalam bentonit alam sebelum


serapan antara bentonit alam sebelum pemurnian yang ditunjukkan oleh
pemurnian dengan bentonit alam setelah hilangnya bilangan gelombang 2337,72
pemurnian mengalami perbedaan. Pada cm-1. Hal tersebut dikarenakan larutan
bentonit hasil pemurnian dengan H2O2 H2O2 mengoksidasi senyawa organik
dapat dilihat bahwa telah berkurangnya yang berikatan di sekitar pori-pori pada
senyawa organik yang terkandung bentonit . Terjadinya oksidasi senyawa
108 J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 103-116

organik pada pori-pori bentonit ditandai perbandingan antara Si dan Al pada


dengan keluarnya gelembung yang lapisan oktahedral9.
membawa gas CO2.. Selain itu Analisis dengan menggunakan
perbedaan yang terlihat antara bentonit difraksi sinar-X dilakukan untuk
alam sebelum pemurnian dan bentonit mengetahui jenis mineral penyusun
alam setelah pemurnian adalah lempung bentonit yang ditunjukkan
terjadinya dealuminasi (pelepasan Al) dengan munculnya puncak-puncak pada
pada lapisan oktahedral yang ditandai daerah 2θ. Hasil analisis sampel
oleh hilangnya serapan pada bilangan bentonit alam dengan difraks sinar-X
gelombang 516,92 cm-1 yang disajikan pada Gambar 2.
menyebabkan peningkatan rasio

Gambar 2. Difraktogram XRD Bentonit Alam Sebelum Pemurnian (A) dan Bentonit Setelah Pemurnian
(B)
Berdasarkan Gambar 2. dapat 2Ө = 6,400 dengan basal spacing
diamati adanya perubahan harga 2Ө dan sebesar 13,81 Å, 2Ө = 19,920 dengan
basal spacing yang terjadi akibat basal spacing sebesar 4,45 Å, 2Ө =
bentonit alam dimurnikan dengan 35,920 dengan basal spacing sebesar
penambahan larutan H2O2 30%. 2,50 Å dan 2Ө = 62,01o dengan basal
Difraktogram XRD bentonit alam spacing sebesar 1,50 Å
setelah pemurnian menunjukkan puncak mengindikasikan adanya mineral
J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 103-116 109

montmorillonit. Selanjutnya pada dikatakan sama, yang membedakan


puncak 2Ө = 21,89o dengan basal hanyalah intensitas puncak yang
spacing sebesar 4,06 Å menunjukkan menunjukkan bahwa metode pemurnian
adanya mineral kuarsa, sedangkan pada dengan menggunakan H2O2 terhadap
puncak 2Ө = 31,750 dengan basal bentonit dapat dikatakan tidak merusak
spacing sebesar 2,82 Å menunjukkan struktur yang ada di dalam bentonit dan
adanya kandungan feldspar10. reaksi yang terjadi pada metode
Kandungan yang terdapat dalam pemurnian menggunakan H2O2 hanya
bentonit alam sebelum pemurnian dan menurunkan kadar senyawa organik
bentonit alam setelah pemurnian dapat yang terdapat dalam bentonit11.

Gambar 3. Hubungan Antara Konsentrasi NAA yang Teradsorp dengan Massa Adsorben

Optimasi Adsorpsi NAA dengan massa adsorben yang digunakan. Persen


Bentonit terkecil terjadi pada proses adsorpsi
Variasi Massa Bentonit menggunakan bentonit sebanyak 0,1
Pengaruh massa (jumlah) gram yaitu sebesar 7,48% dan persen
adsorben merupakan parameter penting terbesar terjadi pada proses adsorpsi
karena dapat menentukan kapasitas menggunakan bentonit sebanyak 0,5
adsorben selama penambahan gram yaitu 28,22%. Peningkatan daya
konsentrasi awal adsorbat. Massa adsorpsi dapat terjadi dengan
bentonit sebagai adsorben berpengaruh penambahan massa (jumlah) adsorben.
terhadap persentasi konsentrasi NAA Banyaknya NAA yang berinterkasi
yang teradsorpsi. Persen konsentrasi dengan bentonit, menandakan besarnya
NAA yang teradsorpsi semakin luas permukaan atau banyaknya situs
meningkat seiring dengan pertambahan aktif pada adsorben. Semakin banyak
110 J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 103-116

massa adsorben yang tersedia, maka permukaan bentonit yang berakibat


akan semakin banyak pula situs aktif berkurangnya kemampuan adsorpsi12.
yang dapat menyerap NAA, sehingga Selain itu jika kondisi pH lebih dari 4,5
persentasi serapan pun semakin permukaan bentonit menjadi semakin
meningkat. bermuatan negatif baik pada permukaan
silikat maupun bagian permukaan
Penentuan Waktu Kontak Adsorpsi bentonit, maka luas permukaan bentonit
Bentonit Dengan NAA semakin besar. Namun disisi lain akan
Adsorpsi merupakan proses terjadi interaksi tolakan yang semakin
penarikan molekul oleh permukaan besar antara muatan negatif pada
suatu padatan. Parameter lain yang permukaan bentonit dengan molekul
perlu dipelajari untuk mengkaji adsorpsi NAA yang pada kondisi basa mulai
adalah penentuan waktu kontak terdisosiasi menghasilkan gugus COO-,
optimum antar adsorbat dengan sehingga kemampuan adsorpsi
adsorben. Penentuan lama waktu kontak melemah.
optimum pada saat adsorpsi ini Penentuan waktu optimum
dimaksudkan untuk menentukan berapa adsorpsi dilakukan berdasarkan
lama NAA teradsorps maksimal oleh perhitung nilai kapasitas adsorpsi (Q).
bentonit untuk mencapai kesetimbangan Nilai kapasitas adsorpsi (Q)
dan keadaaan jenuh. Proses penentuan menyatakan jumlah tertentu adsorbat
waktu kontak optimum antara NAA yang dapat diadsorps oleh suatu
dengan bentonit dilakukan pada pH 4,5 adsorben. Nilai kapasitas adsorpsi akan
dengan konsentrasi NAA adalah 25 mengalami kenaikan hingga keadaan
ppm pada variasi waktu kontak. Pada optimum (kesetimbangan) kemudian
kondisi tersebut ion H+ yang dihasilkan sedikit menurun setelah melewati waktu
pada kondisi asam akan berpotensi kesetimbangannya. Hal tersebut terjadi
untuk mendeprotonisasi gugus fungsi karena kondisi kesetimbangan,
bentonit yaitu silanol (Si-OH) dan juga permukaan situs aktif adsorben sudah
derajat ionisasi dari spesiasi adsorbat. penuh berikatan dengan adsorbat
Jika kondisi pH kurang dari 4,5 akan sehingga adsorben mengalami titik
terjadi kompetisi dengan ion H+ pada jenuh. Pengadukan yang lama juga
sisi tepi bentonit dan bermuatan negatif menyebabkan adsorbat terlepas kembali
pada permukaan silikat. Hal tersebut dan meninggalkan permukaan
menyebabkan berkurangnya luas adsorben13.
J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 103-116 111

Gambar 4. menunjukkan bahwa antara situs aktif bentonit dengan NAA


lama waktu kontak sangat berpengaruh yang lewat jenuh. Asumsi lain
terhadap adsorpsi NAA oleh bentonit. menyebutkan bahwa proses pengadukan
Terlihat bahwa waktu kontak selama 30 juga akan mengakibatkan terjadinya
menit kapasitas adsorpsi bentonit tumbukan antara partikel adsorbat
terhadap NAA sebanyak 6,710 × 10 -7 dengan partikel adsorben secara tepat
g/L. Jumlah NAA yang teradsorp terus dan kontinyu, sehingga ada
meningkat hingga waktu kontak selama kemungkinan adsorbat akan dilepaskan
4 jam dengan kapasitas adsorpsi kembali oleh adsorben14. Berdasarkan
sebanyak 1,502 × 10 -6 g/L. Kemudian hal tersebut waktu kontak optimum
setelah 4 jam pengadukan kapasitas antara NAA dengan bentonit
adsorpsi bentonit terhadap NAA berlangsung selama 4 jam.
menurun, hal ini dikarenakan interaksi

Gambar 4. Hubungan Antara NAA Teradsorp dengan Waktu

Penentuan Kapasitas dan Isoterm isotherm adsorpsi yang digunakan


Adsorpsi Bentonit dengan NAA adalah isoterm adsorpsi Langmuir dan
Proses terjadinya adsorpsi NAA isoterm adsorpsi Freundlich. Isoterm
oleh adsorben bentonit, dapat dilihat adsorpsi merupakan adsorpsi yang
dari nilai kapasitas adsorpsinya. terjadi pada suhu konstan.
Kemudian, dapat digambarkan model Adsorpsi yang terjadi harus dalam
isoterm adsorpsi untuk mengetahui jenis keadaan kesetimbangan, dimana
adsorpsi yang terjadi antara adsorben adsorpsi dan desorpsi berlangsung
dengan adsorbat, model pendekatan dalam laju yang relatif sama.
112 J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 103-116

Kesetimbangan adsorpsi biasanya sedangkan model adsorpsi isotem


digambarkan dengan persamaan isoterm Freundlich menggambarkan suatu
dimana parameter-parameternya proses adsorpsi multilayer sehingga
menunjukkan sifat permukaan dan lebih berinteraksi sacara fisisorpsi14.
afinitas dari adsorben pada kondisi suhu Kurva isoterm adsorpsi Langmuir dan
dan pH yang tetap13. Penentuan nilai Freundlich bentonit dengan NAA
kapasitas adsorpsi dan isotherm disajikan pada Gambar 5 dan Gambar 6.
adsorpsi dilakukan dengan mereaksikan Berdasarkan kurva isoterm
bentonit sebanyak 0,5 gram dengan Langmuir diperoleh garis lurus y =
variasi konsentrasi NAA selama 4 jam 191856x + 59,163 dengan R² = 0,5015.
pada kondisi pH 4,5 dan pada suhu Dari persamaan tersebut dapat dihitung
ruang (±29ºC). Model adsorpsi isoterm kapasitas adsorpsi maksimal sebesar
Langmuir merupakan suatu proses 5,212 × 10-6 mol/g nilai konstanta
adsorpsi satu lapis (monolayer) artinya Langmuir (KL) sebesar 3,2428 x 103
jumlah situs aktif yang ada dalam L/mol. Selanjutnya berdasarkan kurva
adsorben mengadsorpsi adsorbat dengan isoterm Freundlich dapat diperoleh
jumlah yang sama, interaksi antara persamaan garis lurus y = 0,8282x –
adsorbat dengan adsorben dapat berupa 2,5839 dengan R² = 0,9207. Dari
kemisorpsi maupun fisisorpsi, persamaan isoterm Freundlich diatas,

120

100 y = 191856x + 59.163


Ce/Q (g/L)

R² = 0.5015
80

60

40

20

0
0 0,00005 0,0001 0,00015 0,0002

Ce (mol/L)

Gambar 5. Grafik Isoterm Langmuir Bentonit dengan NAA


J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 103-116 113

log Ce -5,6
-4,4 -4,3 -4,2 -4,1 -4 -3,9 -3,8 -3,7
-5,7
-5,8
y = 0.8282x - 2.5839
R² = 0.9207 -5,9

log Qe
-6
-6,1
-6,2
-6,3

Gambar 6. Grafik Isoterm Freundlich Bentonit dengan NAA

Gambar 7. Difraktogram X-Ray Diffraction (XRD) Bentonit Alam Setelah


Pemurnian dan Bentonit Alam Setelah Adsorpsi NAA

diperoleh nilai n sebesar 1,207 mol/g mengikuti model isoterm adsorpsi


dan konstanta Freundlich (KF) sebesar Freundlich daripada model isoterm
2,6068 x 10-3 mol/g. Penentuan model adsorpsi Langmuir. Isoterm Freundlich
isoterm adsorpsi yang sesuai dapat menggambarkan interaksi yang terjadi
diketahui dengan melihat kurva antara adsorbat dengan adsorben
linieritas yang mempunyai harga didominasi oleh interaksi secara fisik
koefisien determinasi (R²) ≥ 0,9 dengan ikatan yang lemah antara
(mendekati angka 1) dari kedua kurva adsorbat dengan adsorben dan hanya
isoterm adsorpsi15. melibatkan interaksi Van der Waals16.
Berdasarkan koefisien determinasi Proses adsorpsi yang terjadi akan
(R2) dari kedua model isoterm adsorpsi, membentuk multilayer yang bersifat
diketahui bahwa model isoterm adsorpsi heterogen pada lapisan kedua dan
NAA terhadap bentonit cenderung seterusnya pada bentonit dengan NAA.
114 J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 103-116

Hal ini menunjukkan bahwa tidak proses adsorpsi NAA menunjukkan


semua permukaan pada lapisan bentonit bahwa molekul NAA yang teradsorp
alam terjadi proses adsorpsi17. Untuk berada di dalam interlayer bentonit
memperkuat bahwa NAA telah masuk alam setelah pemurnian. Keberadaan
ke dalam interlayer bentonit dilakukan molekul NAA di dalam interlayer
analisis dengan difraksi sinar-X. menyebabkan jarak antar lapis menjadi
Berdasarkan Gambar 7 dapat lebih besar.
dilihat adanya pergeseran puncak, Bukti teradsorpsinya NAA oleh
Bentonit setelah pemurnian
perbedaan intensitas dan terjadinya bentonit juga ditunjukkan dari hasil
kenaikan basal spacing antara bentonit kareakterisasi dengan FTIR, pada
2931.80

alam hasil pemurnian sebelum proses Gambar 8 spektra bentonit yang telah

794.67
1635.64

adsorpsi dengan bentonit alam hasil 1458.18


mengadsorp NAA muncul puncak

918.12
pemurnian setelah proses adsorpsi. serapan pada bilangan gelombang
3433.29
3626.17

Pergeseran puncak 2Ө awalnya sebesar disekitar 2368,59 cm-1; 2337,72 cm-1

462.92
6,40o menjadi 5,82o, sedangkan nilai dan 354,90 cm-1 menunjukkan adanya1041.56

NAA
basal spacing mengalami pengingkatan gugus senyawa organik yang
% Transmitance

yang awalnya sebesar 13,81 Å menjadi terkandung dalam molekul NAA


1944.25

15.97.06
2337.72
2368.59

933.55

15,18 Å. Peningkatan basal spacing (berdasarkan bilangan gelombang pada


1411.89

setelah dilakukan FTIR NAA).


779.24
1219.01
2916.37
3016.67
3047.53

354.90
1697.36

Bentonit pemurnian + NAA


2368.59
2337.72

794.67
1635.64

918.12
3626.17
3425.58

524.64

354.90
447.49
1041.56

4000 3000 2000 1000

Wavenumber (cm-1)

Gambar 8. Spektrum FTIR Bentonit yang telah Dikontakkan dengan NAA

Selain itu dapat pula dilihat pada baru. Hal tersebut memperkuat asumsi
spektra FTIR hasil adsorpsi bentonit bahwa interaksi adsorpsi bentonit
dengan NAA tidak terbentuk gugus dengan NAA hanya melibatkan gaya
J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 103-116 115

dipol-dipol yang secara kolektif disebut [4] Zaer, J. S. and M. O. Mapes. 1985.
Action of growth regulators, dalam
interaksi Van der Waals dan bersifat Yentina, Ester. 2011. Pengakaran Setek
Batang Mawar Mini Menggunakan
adsorpsi fisik. Kombinasi Konsentrasi Auksin (IBA dan
NAA) yang Berbeda. Institut Pertanian
Bogor: Bogor.
KESIMPULAN [5] Kim, H. Tan. 1982. Dasar-Dasar Kimia
Tanah. Edisi Pertama. Gadjah Mada
Proses pemurnian untuk University Press: Yogyakarta.
[6] Ogawa, M., 1992, Preparation of Clay-
memperoleh bentonit alam dengan Organic Intercalation Compounds by
Solid -solid Reaction and Their
kemurnian tinggi sebagai bahan carrier Application to Photo-Functional
Material, dalam Sekewael, Serly Jordan.
material untuk hormon auksin NAA 2008. Karakterisasi Sifat Fisiokimia
(Naphthalene Acetic Acid) dapat Komposit Besi Oksida-Montmorillonit
Hasil Interkalasi Silikat Lempung
dilakukan dengan menambahkan H2O2 Montmorillonit. Chimica Acta:
Indonesia.
30% pada bentonit untuk mengoksidasi [7] Ekose, G.E. 2005. Fourier Transform
Infrared Spectrophotometry and X-ray
senyawa organik pada pori-pori Powder Diffractometry as
Complementary Technique in
bentonit. Interkasi adsorpsi bentonit Characterizing Clay Size Fraction of
terhadap hormon auksin NAA termasuk Kaolinite, dalam Sunardi, Arryanto Y.,
Sutarno. 2009. Adsorption of Gibberellic
dalam model isoterm adsorpsi Acid onto Natural Kaolin from Tatakan,
South Kalimantan. Indo. J. Chem., 9 (3),
Freundlich yang mengasumsikan 373 – 379.
[8] Svarovsky, L. 2000. Solid-Liquid
terjadinya ikatan Van der Waals pada Separation, Fourth Edition. Butterworth-
Heinemann. Oxford.
permukaan multilayer yang bersifat [9] Lisa, Carlson, 2004. Bentonit
heterogen, sehingga interaksi bentonit Mineralogy. Posiva. Finland
[10] Morris, M.C., McMurdie, H.F., Evans,
dengan NAA yang terjadi adalah E.H et al. 1981. Standar X-ray
Diffraction Powder Patterns Section 18
adsorpsi fisik. data for 58 Substances. National Bureau
of standards: Washington.
[11] Ramirez, J.H., Vicente, M.A., and
Madeira, L.M. 2010. Heterogeneous
photo-Fenton oxidation with pillared
DAFTAR PUSTAKA clay-based catalysts for wastewater
treatment: A review. Applied Catalysis
[1] Sunardi, Arryanto Y., Sutarno. 2009. B: Environmental 98. 10–26.
Adsorption of Gibberellic Acid onto [12] Gooowin, J.W. 2004. Colloids and
Natural Kaolin from Tatakan, South Interfaces with Surfactant and Polimer.
Kalimantan. Indo. J. Chem. An Introduction. John Willey & son.
[2] Burn, R.G. 1986. Interraction of Ltd.Sugsex. England.
Enzymes with Soil Minerals and Organic [13] Yuwanti, Riha., Erman N. 2010.
Colloids, dalam Huang, P.M. and Kesetimbangan Adsorpsi Pb (II) Pada
Schnitzer, M. (Ed). Interactoin of Soil Lempung Alam Desa Talania Kabupaten
Materials with Natural Organics and Kampar. Universitas Riau. Riau.
Microbes. Soil Science Society of [14] Oscik, J. 1982. Adsorption, Edisi 1. Ellis
America. Madison. Howard Limited Checister.
[3] Arteca, R. N. 2006. Introduction to [15] Atkins, P.W. 1993. Kimia Fisika Jilid 2,
Horticultural Science. Thompson Edisi keempat. Terjemahan
Delmar Learning, a part of the Thomson Kartohadiprojo. Penerbit Erlangga :
corporation. 514 p. Jakarta.
116 J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 103-116

[16] Thamzil Las, dkk. 2011. Adsorpsi Unsur


Pengotor Larutan Natrium Silikat
Menggunakan Zeolit Alam
Karangnunggal. Valensi Vol. 2 No. 2,
Mei 2011 (368-378) ISSN : 1978-8193.
[17] Kristin. 2007. Kinetika Adsorpsi
Isotermal β-Karoten Olein Sawit Kasar
Dengan Menggunakan Atapulgit.
Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Você também pode gostar