Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB 1
PENDAHULUAN
terjadi secara terus-menerus dan dalam waktu yang cukup lama. Fobia
biasanya tidak masuk akal dan dapat dikatakan ketakutan yang berlebihan
terhadap sesuatu hal.
Mogok Sekolah seringkali menjadi permasalahan tersendiri, harapan
orang tua anaknya tidak mengalami kendala dalam berangkat sekolah.Dalam
kondisi tertentu anak kadang tidak mau berangkat sekolah biasanya terjadi
pada periode tertentu misalnya tahun ajaran baru, transisi kenaikan kelas atau
anak anak yang baru pindah sekolah.Untuk beberapa orang tua kurang sabar
dalam menghadapi anaknya yang mogok sekolah karena seharusnya belajar
bersama teman temannya disekolah malahan dirumah melakukan aktivitas
yang tidak jelas hanya menonton TV atau bermain saja yang membuat orang
tua marah marah.Seharusnya orang tua harus berusaha mencari penyebabnya
yang menyebabkan anaknya tidak mau berangkat sekolah, penyebabnya harus
ditelusuri jangan dihakimi dulu sehingga disini dibutuhkan adalah komunikasi
antara orang tua dan anak. Anak sering memberi alasan yang tidak masuk akal
untuk tidak masuk sekolah maka orang tua harus mengajak diskusi agar anak
belajar bisa berfikir saling keterkaitan ada sebab akibat. Dan jika anak ada
masalah segera dibantu apabila anak tidak mampu menyelesaikan maka orang
tua untuk mengambil alih.Untuk berkomunikasi dengan anak anak memakai
teknik teknik tertentu bercerita yang muter muter dulu.Ada juga misalnya
memberikan pertanyaan yang sifatnya pancingan jawabnya ya dan tidak, ini
untuk menghadapi anak anak yang tidak bisa bercerita banyak. Cari waktu
yang santai sambil dirangkul agar si anak merasa nyaman sehingga pada saat
ngobrol si anak akan merasa enak. Apabila bermasalah dengan teman teman
sekolahnya untuk segera dilaporkan saja ke pihak sekolah atau guru wali
kelasnya.Agar gurunya dapat mendamaikan situasi di sekolah tersebut.
Sehingga anak mau berangkat sekolah kembali.Apabila permasalahan mogok
sekolah karena orang tua yang harus dibangun adalah membangun rasa percaya
diri sehingga ketika anak pergi keluar dari rumah menjadi sosok yang bisa
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.Apabila permasalahan dari sekolah
lebih baik untuk membangun sesuatu jejaring yaitu mengembangkan parenting
5
normal. Anak yang lebih besar pun (preschooler, TK hingga awal SD)
tidak luput dari separation anxiety. Bagi mereka, sekolah berarti pergi dari
rumah untuk jangka waktu yang cukup lama. Mereka tidak hanya akan
merasa rindu terhadap orangtua, rumah, atau pun mainannya – tapi mereka
pun cemas menghadapi tantangan, pengalaman baru dan tekanan-tekanan
yang dijumpai di luar rumah. Separation anxiety bisa saja dialami anak-
anak yang berasal dari keluarga harmonis, hangat dan akrab yang amat
dekat hubungannya dengan orangtua – singkat kata, tidak ada masalah
dengan orangtua. Orangtua mereka adalah orangtua yang baik dan peduli
pada anak, dan mempunyai kelekatan yang baik. Namun tetap saja anak
cemas pada saat sekolah tiba. Tanpa orangtua pahami, anak-anak sering
mencemaskan orangtuanya. Mereka takut kalau-kalau orangtua mereka
diculik, atau diserang monster atau mengalami kecelakaan sementara
mereka tidak berada di dekat orangtua. Ketakutan itu tidak dibuat-buat,
namun merupakan fenomena yang biasa hinggap pada anak-anak usia
batita dan balita. Oleh sebab itu, mereka tidak ingin berpisah dari orangtua
dan malah lengket-nempel terus pada mama-papanya. Peningkatan
kecemasan menimbulkan rasa tidak nyaman pada tubuh mereka, dan ini
lah yang sering dikeluhkan (perut sakit, mual, pusing, dsb). Sejalan
dengan perkembangan kognisi anak, ketakutan dan kecemasan yang
bersifat irrasional itu akan memudar dengan sendirinya karena anak mulai
bisa berpikir logis dan realistis. Separation anxiety bisa muncul kala anak
selesai menjalani masa liburan panjang atau pun mengalami sakit serius
hingga tidak bisa masuk sekolah dalam jangka waktu yang panjang.
Selama di rumah atau liburan, kuantitas kedekatan dan interaksi antara
orangtua dengan anak tentu saja lebih tinggi dari pada ketika masa
sekolah. Situasi demikian, sudah tentu membuat anak nyaman dan aman.
Pada waktu sekolah tiba, anak harus menghadapi ketidakpastian yang
menimbulkan rasa cemas dan takut. Namun, dengan berjalannya waktu,
anak yang memiliki rasa percaya diri, dapat perlahan-lahan beradaptasi
dengan situasi sekolah.
8
sikap anaknya, mintalah bantuan pada guru atau sesama orangtua murid
lainnya yang dikenal cukup dekat oleh anak. Terkadang, keberadaan
mereka justru membuat anak lebih bisa mengendalikan diri.
3. Konsultasikan masalah kesehatan anak pada dokter,
Jika orangtua tidak yakin akan kesehatan anak, bawalah segera ke dokter
untuk mendapatkan kepastian tentang ada/tidaknya problem kesehatan
anak. orangtua tentu lebih peka terhadap keadaan anaknya setiap hari;
perubahan sekecil apapun biasanya akan mudah dideteksi orangtua. Jadi,
ketika anak mengeluhkan sesuatu pada tubuhnya (pusing, mual, dsb),
orangtua dapat membawanya ke dokter yang buka praktek di pagi hari
agar setelah itu anak tetap dapat kembali ke sekolah. Selain itu, dokter
pun dapat membantu orangtua memberikan diagnosa, apakah keluhan anak
merupakan pertanda dari adanya stress terhadap sekolah, atau kah karena
penyakit lainnya yang perlu ditangani secara seksama
4. Bekerjasama dengan guru kelas atau asisten lain di sekolah,
Pada umumnya para guru sudah biasa menangani masalah fobia sekolah
atau pun school refusal (terutama guru-guru preschool hingga TK).
Hampir setiap musim sekolah tiba, ada saja murid yang mogok sekolah
atau menangis terus tidak mau ditinggal orangtuanya atau bahkan minta
pulang. Orangtua bisa minta bantuan pihak guru atau pun school assistant
untuk menenangkan anak dengan cara-cara seperti membawanya ke
perpustakaan, mengajak anak beristirahat sejenak di tempat yang tenang,
atau pada anak yang lebih besar, guru dapat mendiskusikan masalah yang
sedang memberati anak. Guru yang bijaksana, tentu bersedia memberikan
perhatian ekstra terhadap anak yang mogok untuk mengembalikan
kestabilan emosi sambil membantu anak mengatasi persoalan yang
dihadapi – yang membuatnya cemas, gelisah dan takut. Selain itu,
berdiskusi dengan guru untuk meneliti faktor penyebab di sekolah
(misalnya diejek teman, dipukul, dsb) adalah langkah yang bermanfaat
dalam upaya memahami situasi yang biasa dihadapi anak setiap hari.
5. Luangkan waktu untuk berdiskusi atau berbicara dengan anak ,
15
masuk SMA, tetapi pada kesempatan lain dia menayatakan akan masuk
SMK. Kita mengatakan akan gmenjadi dokter, tetapi pada kesempatan lain
akan menjadi pengacara. Kalau tujuan kita sering berubah sebelum
tercapai, maka kita tidak akan mencapai apa yang kita inginkan.
c. Tidak ada keyakinan untuk berhasil
Banyak orang menetapkan tujuan, tapi tidak yakin bahwa tujuannya
tersebut dapat tercapai. Orang lain boleh tidak yakin atau menganggap
mustahil terhadap tujuan kita, tetapi diri kita sendiri harus merasa yakin
terhadap apa yang sudah menjadi tujuan kita. Tetapi apabila kita tidak
yakin akan berhasil, maka hilanglah semua peluang dan kemungkinan
untuk berhasil. Ketika kita menganggap tujuan kita tidak mungkin
berhasil, maka kita tidak melakukan apapun untuk mencapai tujuan kita.
Apabila kita melakukan tindakan, maka tindakan yang dilakukan hanya
asal-asalan atau sekedar menggugurkan kewajiban saja. Misalnya kita
tetap sekolah dan belajar, tapi dilakukan tanpa kesungguhan. Dengan
demikian hasilnya tidak akan memuaskan.
d. Tidak memiliki strategi yang tepat
Banyak orang yang gagal atau kurang mempunyai prestasi yang
maksimal karena tidak memiliki strategi belajar yang tepat. Untuk
mencapai keberhasilan dalam bidang pendidikan memerlukan perencanaan
strategi yang tepat. Orang yang tidak mempunyai strategi yang tepat maka
tindakan yang dilakukan menjadi kurang tepat. Seperti kalau kita hendak
melakukan perjalanan dari Jakarta ke Bandung. Kita harus menentukan
apakah akan menggunakan Kereta Api, Bis atau Kendaraan Pribadi.
Apabila kita mau pergi menggunakan Kereta Api, maka kita harus
memesan tiket sesuai tujuan dan jam yang tepat. Pada saat berangkat harus
pasti tiket tidak tertinggal. Kita harus sampai di stasiun paling lambat tiga
puluh menit sebelum jadwal keberangkatan. Kita harus memastikan naik
kereta dengan jurusan yang tepat, (bukan naik jurusan Surabaya misalnya).
Dapat dibayangkan kalau kita mau pergi naik kereta, kemana kita
memesan tiket saja kita tidak mengetahui.
20
i. Mencari alasan
Banyak orang mencari alasan untuk menutupi kegagalan atau
kemalasannya dalam mengejar prestasi belajar. Ketika seseorang mencari
alasan, misalnya saya tidak berbakat, saya berasal dari keluarga miskin dan
alasan lainnya umumnya orang tersebut tidak melakukan tindakan secara
serius untuk meraih tujuannya
j. Melakukan pembenaran
Banyak orang yang melakukan pembenaran terhadap keberhasilan
orang lain, dengan maksud untuk menutupi kelemahan dan kemalasannya.
Misalnya terang saja teman saya itu semangat belajar karena mendapat
dukungan orang tuanya. Terang saja dia juara karena kedua orang tuanya
sarjana. Kalimat yang menyatakan sudah sepantasnya orang lain berhasil
karena faktor ini dan itu sesuai alasan yang kita buat sebenarnya hanya
alasan saja. Orang seperti ini tidak berbuat dan berjuang maksimal untuk
meraih prestasi belajar, sehingga tidak dapat mencapai tujuannya.
k. Mudah menyerah
Orang yang mudah menyerah adalah orang yang mundur dari
perjuangan untuk meraih tujuannya sebelum tujuannya tercapai. Biasanya
orang mudah menyerah karena adanya kesulitan atau kegagalan-kegagalan
kecil sebelum ujian yang sebenarnya terjadi. Bila baru memulai sedikit
atau sedikit usaha kita memutuskan untuk menyerah dapat dipastikan kita
tidak sampai atau tidak dapat meraih tujuan kita.
l. Sering menunda
Sering menunda merupakan kebiasaan buruk yang menyebabkan kita
gagal meraih prestasi maksimal. Bila kita sering menunda program belajar
atau menunda mengerjakan tugas sekolah (PR) berarti menghilangkan
peluang untuk meraih prestasi maksimal. Kebiasaan menunda
menyebabkan kita tidak melakukan apa-apa atau melakukan hanya sedikit
upaya, karena waktu sudah berlalu. Sebagai contoh ketika waktu ujian
masih lama, kita berpendapat nanti saja belajarnya kalau sudah dekat ujian.
Ketika sudah dekat ujian atau beberapa hari saja, nanti saja satu hari
22
2.13 Pencegahan
Pada Kasus Gagal Sekolah ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan
dalam mencegah gagal sekolah adalalah :
Nilai ujian yang rendah saat awal masuk sekolah, Nilai yang rendah akan
memicu hilangnya semangat untuk berkompitisi lagi apa lagi jika anak
disalahkan oleh orangtuanya tanpa memberikan kesempatan anak
memperbaiki dan menyemangatinya. Kadang anak malah di katakan anak
yang dedel, goblok dan bodoh jadi hal tersebut sudah terekam oleh anak itu.
Jenis kelamin laki – laki, kasus gagal sekolah banyak terjadi pada laki –
laki apa lagi ketika benjak remaja. Rendahnya partispasi orangtua dalam
pendidikan anaknya termasuk orang tua yang sibuk bekerja tanpa melihat
perkembangan sekolah anaknya dan memberikan semangat untuk sekolah.
Termasuk didalamnya orangtua yang hanya memberikan dukungan fasilitas
belajar tetapi tidak pernah memberikan motivasi dan dukungan psikologis
kepada anak. Sering pindah sekolah, seorang anak yang sering pindah
sekolah akan sulit fokus, sulit beradaptasi kepada teman – temanya dan
mengembangkan diri, apalagi kalau hal ini terjadi kepada anak yang Introvet
akan menambah beban kepada anak ini. Gangguan aktivitas dan perilaku
yang berat, Pencegahan yang dapat dilakukan berupa penyuluhan dan
konseling tentang pentingnya persiapan sekolah untuk anak dan remaja pada
saat berkunjung ke klinik kesehatan atau dokter spesialis anak,
mengevaluasi kekuatan dan kelemahan anak, mengevaluasi perkembangan
26
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara umum, fobia sekolah yang terjadi pada anak adalah jenis gangguan
kecemasan yang terlalu berlebihan yang dialami anak sekolah menghadapi
lingkungan sekolahnya. Terdapat gejala-gejala, faktor-faktor, penyebab dan
fobia sekolah seperti salah satunya tidak mau berangkat sekolah dan lain-lain.
Faktor yang mempengaruhi fobia sekolah dari faktor internal dan faktor
eksternal. Fobia sekolah disebabkan dari adanya pengalaman traumatik. Cara
penanganan fobia sekolah adalah dengan menekankan pentingnya bersekolah,
berusaha untuk tidak menuruti keinginan anak untuk tidak bersekolah,
konsultasi masalah kesehatan anak pada dokter, bekerja dengan guru
kelas/asisten atau lain sebagainya.
3.2 Saran
Hendaknya orangtua bersikap hati-hati dan bijaksana dalam menyikapi
sikap pemogokan anak. Alangkah baiknya, orang tua mau bersikap terbuka
dalam mempelajari dan mencari semua kemungkinan yang bisa terjadi.
Konsultasi dengan guru di sekolah, sharing dengan sesama orang tua murid,
diskusi dengan anak, konsultasi dengan konselor/psikolog, (kalau perlu)
memeriksakan anak ke paramedis/dokter sesuai keluhan yang
dikemukakannya, hingga intropeksi diri. Berhati-hatilah dalam membuat
diagnosa secara subjektif, didasarkan pada pendapat pribadi diri sendiri atau
keluhan anak semata.
Konselor memberikan layanan terhadap siswa dan melibatkan kedua orang
tuanya, konselor mengarahkan bahwa situasi saat ini sudah terjadi dan jangan
perlu di sesali dan permasalahan ini jadikan sebuah pelajaran yang sangat
berharga dan jangan pernah di ulangin lagi kedepannya, dan dari sisi orang
tuanya konselor memberikan untuk selalu memperhatikan anaknya dan
jangan jadikan rumah adalah neraka bagi anak, dan orang tua selalu
memantau pergaulan diluar dari sekolahan atau rumah.
DAFTAR PUSTAKA
28
Hurlock, E.B. (1996). Perkembangan anak. Alih bahasa : Meitasari Tjandrasa dan
Muslichah Zarkasih. Jakarta : Erlangga.
Rini. (2006). Panduan untuk orangtua tentang pengenalan sekolah pada anak.
Jakarta : P.T. Grasindo
Jawaban :
sekolah. Atau anak merasa malu karena tidak cantik, tidak kaya, gendut,
kurus, hitam, atau takut gagal dan mendapat nilai buruk di sekolah. Di
samping itu, persepsi terhadap keberadaan guru yang galak, pilih kasih, atau
“seram” membuat anak jadi takut dan cemas menghadapi guru dan mata
pelajarannya. Atau, ada hal lain yang membuatnya cemas, seperti mobil
jemputan yang tidak nyaman karena ngebut, perjalanan yang panjang dan
melelahkan, takut pergi sendiri ke sekolah, takut sekolah setelah mendengar
cerita seram di sekolah, takut menyeberang jalan, takut bertemu seseorang
yang “menyeramkan” di perjalanan, takut diperas oleh kawanan anak nakal,
atau takut melewati jalan yang sepi.
1. Menurut Sumanti (dalam Soekresno, 2006) ada beberapa gejala yang dapat
dijadikan kriteria anak mengalami fobia sekolah, kecuali : Jawaban E
A. Menolak untuk berangkat ke sekolah.
B. Mau datang ke sekolah, tetapi tidak lama kemudian minta pulang.
31
A. Penyakit Genetik
32
B. Gangguan Endrogin
C. Ujian yang terlalu berat
D. Gangguan cemas (fobia, panic, cemas akibat perpisahan)
E. Penyahgunaan obat
6. Cara Penanganan Fobia Sekolah adalah kecuali jawaban D biarkan ikuti
kemauan anak
A. Menekankan pentingnya bersekolah,
B. Konsultasikan masalah kesehatan anak pada dokter
C. Lepaskan anak secara bertahap
D. Biarkan ikuti kemauan anak
E. Konsultasi pada psikolog atau konselor jika masalah terjadi
7. Apa saja Faktor kegagalan dalam sekolah., kecuali E. Kerajinan anak
bersekolah
A. Memiliki keyakinan yang salah
B. Tujuan yang tidak jelas
C. Tidak ada keyakinan untuk berhasil
D. Tidak memiliki strategi yang tepat
E. Kerajinan anak bersekolah