Você está na página 1de 16

A.

Definisi
Congenital heart disease (CHD) atau penyakit jantung Congenital adalah kelainan
yang sudah ada sejak bayi lahir, jadi kelainan tersebut terjadi sebelum bayi lahir, tetapi
kelainan jantung bawaan ini tidak selalu memberi gejala segera setelah bayi lahir, tidak
jarang kelainan tersebut baru ditemukan setelah pasien berumur beberapa bulan
bahkan beberapa tahun (Ngastiah).
Penyakit jantung bawaan adalah penyakit struktural jantung dan pembuluh
darah besar yang sudah terdapat sejak lahir. Perlu diingatkan bahwa tidak semua penyakit
jantung bawaan tersebut dapat dideteksi segera setelah lahir, tidak jarang penyakit jantung
bawaaan baru bermanifestasi secara klinis setelah pasien berusia beberapa minggu,
beberapa bulan, bahkan beberapa tahun ( Markum, 1996).
Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak-
anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal pada waktu bayi. Oleh karena
itu, penyakit jantung bawaan yang ditemukan pada orang dewasa menunjukkan bahwa
pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini
pada usia muda. Hal ini pulalah yang menyebabkan perbedaan pola penyakit jantung
bawaan pada anak dan pada orang dewasa (Panggabean & Harun, 1999).
Penyakit jantung bawaan adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang
ditemukan sejak bayi dilahirkan.Kelainan ini terjadi pada saat janin berkembang dalam
kandungan.Penyakit jantung bawaan yang paling banyak ditemukan adalah kelainan pada
septum bilik jantung atau dikenal dengan sebutan ventricular septal defect (VSD) dan
diikuti oleh kelainan pada septum serambi jantung atau lebih dikenal dengan namaAtrial
Septal Defect (ASD). Masyarakat awam sering melihat kedua kelainan jantung ini dikenal
dengan sebutan jantung bocor. Jenis kelainan struktur lainnya dapat berupa patent ductus
arteriosus, transposition of great arteries, dan kelaianan katup jantung. Seringkali
penyakit jantung bawaan juga timbul dalam bentuk gabungan beberapa kelainan, seperti
yang terjadi pada tetralogi fallot, yang mencakup 4 kelainan pada jantung. Di antara
berbagai kelainan bawaan yang ada, penyakit jantung bawaan merupakan kelainan yang
paling sering ditemukan.
Penyakit jantung bawaan adalah penyakit jantung yang dibawa sejak lahir, di mana
kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung terjadi akibat gangguan atau
kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin. Penyebab
penyakit jantung bawaan sendiri sebagian besar tidak diketahui, namun beberapa kelainan
genetik seperti sindroma Down dan infeksi Rubella
(campak Jerman) pada trimester pertama kehamilan ibu berhubungan dengan kejadian
penyakit jantung bawaan tertentu.
Secara umum terdapat 2 kelompok besar penyakit jantung bawaan yaitu penyakit
jantung bawaan sianotik dan penyakit jantung bawaan asianotik. Penyakit jantung
bawaan sianotik biasanya memiliki kelainan struktur jantung yang lebih kompleks dan
hanya dapat ditangani dengan tindakan bedah.Sementara penyakit jantung bawaan
asianotik umumnya memiliki lesi (kelainan) yang sederhana dan tunggal, namun tetap
saja lebih dari 90% diantaranya memerlukan tindakan bedah jantung terbuka untuk
pengobatannya.Pada penyakit jantung bawaan
sianotik, bayi baru lahir terlihat biru oleh karena terjadi percampuran darah bersih dan
darah kotor melalui kelainan pada struktur jantung. Pada kondisi ini jaringan tubuh bayi
tidak mendapatkan cukup oksigen yang sangat berbahaya, sehingga harus ditangani
secara cepat. Sebaliknya pada penyakit jantung bawaan non sianotik tidak ada gejala yang
nyata sehingga seringkali tidak disadari dan tidak terdiagnosa baik oleh dokter maupun
oleh orang tua.Gejala yang timbul awalnya berupa lelah menyusui atau menyusui
sebentar-sebentar dan gejala selanjutnya berupa keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan.

B. Klasifikasi
Jenis-jenis Kelainan Jantung Bawaan menurut (Madiyono, Bambang, dkk.2005) :
1. PJB Asianotik
a. Duktus Arteriosus Paten (PDA), yaitu duktus arterious tidak menutup setelah lahir
b. Defek Septum Ventrikel (VSD) Yaitu hubungan antara ventrikel kanan dan kiri
ukurannya bervariasi dapat disertai kelainan yang lain. Menurut ukurannya VSD
dibagi menjadi VSD lubang besar, VSD lubang sedang, VSD lubang kecil
c. Defek Septum Atrium (ASD), adanya hubungan antara atrium kanan dan kiri.
Klasifikasi ASD ada 3 :
 Ostium Secundum: kerusakan terjadi terletak pada bagian tengah septum atrial
& fossa ovalis
 Ostium primum : Kerusakan pada bagian bawah septum atrial
 Sinus venosus : Kerusakan terjadi pada bagian atas septum atrial
d. Stenosis Pulmonal (SP), adanya penyempitan muara arteri pulmonal
e. Stenosis Aorta (SA), adanya penyempitan aorta
2. PJB Sianotik, penyebab :
a. Peredaran darah janin
b. Aliran darah pulmonal berkurang yaitu pada Tetralogi of Fallot (TOF) dan TA
(Trikuspid Atresia)
c. Aliran darah pulmonal meningkat yaitu pada TGA (transposition ot the great
arteries)
Terdapat berbagai cara penggolongan penyakit jantung congenital. Penggolongan
yang sangat sederhana adalah penggolongan yang didasarkan pada adanya sianosis serta
vaskuiarisasi paru, menurut (Mansjoer Arif:1999) :
1. Penyakit Jantung bawaan (PJB) non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah,
misalnya defek septum (DSV), defek septum atrium (DSA), dan duktus arteriousus
persisten (DAP)
2. PJB non sianotik dengan vaskularisasi paru normal. Pada penggolongan ini
termasukstenosis aorta(SA),stenosis pulmonal (SP) dan koarktasio aorta
3. PJB sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang. Pada penggolongan ini yang paling
banyak adalah tetralogi fallot (TF)
4. PJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, misalnya transposisi arteri besar
(TAB)

C. Etiologi
Terjadinya penyakit jantung bawaan belum Penyebab dapat diketahui secara pasti,
tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka
kejadian penyakit jantung bawaan :
1. Faktor Prenatal :
· Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
· Ibu alkoholisme.
· Umur ibu lebih dari 40 tahun.
· Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
· Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
2. Faktor Genetik :
· Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
· Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
· Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
· Lahir dengan kelainan bawaan yang lain

D. Patofisiologi
Menurut Madiyono, Bambang, dkk.(2005), Kelainan jantung congenital
menyebabkan dua perubahan hemodinamik utama. Shunting atau percampuran darah
arteri dari vena serta perubahan alirandarah pulmonal dan tekanan darah. Normalnya,
tekanan pada jantung kanan lebih besar daripada sirkulasi pulmonal. Shunting terjadi
apabila darah mengalir melalui lubang abnormal pada jantung sehat dari daerah yang
bertekanan lebih tinggi ke daerah yang bertekanan rendah, menyebabkan darah yang
teroksigenisasi mengalir ke dalam sirkulasi sistemik.
Aliran darah pulmonal dan tekanan darah meningkat bila ada keterlambatan penipisan
normal serabut otot lunak pada arteriola pulmonal sewaktu lahir.
Penebalan vascular meningkatkan resistensi sirkulasi pulmonal, aliran darah pulmonal
dapat melampaui sirkulasi sistemik dan aliran darah bergerak dari kanan
ke kiri.
Perubahan pada aliran darah, percampuran darah vena dan arteri, serta kenaikan
tekanan pulmonal akan meningkatkan kerja jantung. Menifestasi dari penyakit jantug
congenital yaitu adanya gagal jantung,perfusi tidak adekuat dan kongesti pulmonal.
Perkembangan jantung fetus terjadi pada usia kehamilan antara 3 dan 8 minggu.
Pembentukan septum yang tidak sempurna menyebabkan defek septum atrium (ASD)
dan defek septum ventrikel (VSD) yang bervariasi. Kelainan pada proses septasi dari
bulbus kordis primitive menyebabkan trunkus arteriosus dan kelainan lain. Dari 6 cabang
arkus aorta, hanya cabang ke 4 dan ke-6 yang tetap ada. Mereka berturut-turut menjadi
arkus aorta dan duktus arteriosus. Sisa-sisa dari cabang arkus aorta yang lain membentuk
malformasi cincin vaskuler.
VSD (Ventrikular Septal Defect). Secara harfiah VSD berarti terdapat lubang pada
sekat bilik jantung. Merupakan PJB yang paling sering di jumpai. VSD yang besar
menyebabkan lebih banyak darah yang bocor dari bilik kiri ke kanan sehingga akan
meningkatkan aliran serta tekanan pada sirkulasi paru-paru. Hal ini akan menimbulkan
beban kerja pada jantung sehingga terjadi gejala-gejala gagal jantung pada anak yang
menderitanya, yaitu; nafas cepat, berkeringat banyak dan tidak kuat menghisap susu.
Apabila dibiarkan pertumbuhan anak akan terganggu dan sering menderita batuk disertai
demam. Pembedahan merupakan cara pengobatan yang terbaik, dan biasanya dilakukan
pada usia 3 atau 4 bulan. VSD ukuran sedang dapat diobati dan diamati sampai beberapa
tahun, dengan harapan dapat mengecil atau menutup spontan. Operasi perlu dilakukan
apabila VSD tetap ada, biasanya pada usia prasekolah yaitu 3-5 tahun.
ASD (Atrial Septal Defect). Ada beberapa macam ASD, namun prinsipnya adalah
adanya lubang pada sekat serambi jantung. Terjadilah kebocoran darah “bersih” dari
serambi kiri ke kanan sehingga bilik kanan membesar dan aliran darah ke paru paru
meningkat. ASD biasanya tidak menimbulkan masalah pada masa kanak-kanak, tetapi
akan terjadi gagal jantung dikemudian hari pada dekade ke 2 atau 3, terutama bila
lubangnya cukup besar. Operasi biasanya dianjurkan pada usia prasekolah, kecuali
apabila lubangnya besar sehingga menimbulkan gejala gagal jantung lebih dini. Selain
operasi ASD yang kecil dapat ditutup dengan intervensi non bedah dengan menggunakan
ASO (Atrial septal occluder).
Kelebihan
volume cairan

Gangguan
pemenuhan
Gangguan spiritual
citra tubuh
E. Manifetasi klinis
PJB pada umumnya dapat menyebabkan hal-hal sebagai berikut (Mansjoer Arif:1999)
1. Peningkatan kerja jantung dengan gejala :
a. Kadiomegali
b. Hipertropi
c. Takikardi
2. Curah jantung rendah dengan gejala :
a. Gangguan pertumbuhan
b. Intoleransi aktivitas
c. Hipertensi Pulmonal
3. Dengan gejala Dispneu dan Tachipneu : Penurunan saturasi oksigen arteri
4. Dengan gejala Polisitemia, asidosis dan sianosis.
Transposisi pembuluh-pembuluh darah ini tergantung pada adanya kelainan atau
stenosis. Stenosis kurang tampak apabila kelainan merupakan PDA atau ASD atau VSD,
tetapi kegagalan jantung akan terjadi.
Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas.
Mungkin ditemukan adanya murmur jantung. Pada foto rongent ditemukan adanya
pembesaran jantung dan diagnosa dipastikan dengan kateterisasi jantung
Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur, tacipnea
dan retraksi. Sejalan dengan pertumbuhan anak, maka anak akan mengalami dispnea,
jantung membesar, hipertropi ventrikuler kiri akibat penyesuaian jantung terhadap
penigkatan volume darah, adanya tanda machinery type murmur
Pada pemeriksaan selain didapat pertumbuhan terhambat, anak terlihat pucat, banyak
keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik. Diameter dada bertambah, sering
terlihat pembonjolan dada kiri. Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi
pada jugulum, intrakostal dan region epigastrium. Pada anak yang kurus terlihat impuls
jantung yanghiperdinamik.

F. Penatalaksanaan
1. Non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah :
a. Defek septum ventrikel (DSV)
Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan utuk mengatas igagal
jantung. Biasanya diberikan digoksin dan diuretic, misalnya lasix. Bila obat dapat
memperbaiki keadaan, yang dilihat dengan membaiknya pernafasan dan
bertambahnya berat badan, rnaka operasi dapat ditunda sampai usia 2-3
tahun.Tindakan bedah sangat menolong karena tanpa tindakan tersebut harapan
hidup berkurang.
a. ASD tipe sinus venosus
Kelainan tersebut dapat ditutup dengan dijahit atau dipasang suatu graft
pembedahan jantung terbuka, dengan prognosis baik.
b. Duktus Arteriosus Persisten
Karena neonatus tidak toleransi terhadap pembedahan, kelainan biasanya diobati
dengan aspirin atau idomethacin yang menyebabkan kontraksi otot lunak pada
duktus arteriosus. Ketika anak berusia 1-5 tahun, cukup kuat untuk dilakukan
operasi.
2. Penyakit jantung bawaan non sianotik dengan vaskularisasi paru normal
a. Stenosis aorta
Stenosis dikoreksi dengan pembedahan pada katup yang dilakukan pada saat anak
berusia 2-3 tahun.
b. Stenosis pulmonal
Stenosis dikoreksi dengan pembedahan pada katup yang dilakukan pada saat anak
berusia 2-3 tahun.
c.Koarktasio Aorta
Kelainan dapat dikoreksi dengan Balloon Angioplasty, pengangkatan bagian aorta
yang berkontriksi atau anastomi bagian akhir, atau dengan cara memasukkan
suatu graf.
3. Penyakit jantung bawaan sianotik dengan vaskularisai paru berkurang :
a. Tetralogi fallot
Pembedahan paliatif dilakukan pada usia awal anak-anak, untuk mernenuhi
peningkatan kebutuhan oksigen dalam masa pertumbuhan. Pembedahan
berikutnya pada masa usia sekolah, bertujuan untuk koreksi secara permanent.
Dua pendekatan paliatif adalah dengan cara Blalock-Tausing, dilakukan pada
ananostomi ujung ke sisi sub ciavikula kanan atau arteri karotis menuju arteri
pulmonalis kanan. Secara Waterson dikerjakan pada sisi ke sisi anastonosis dari
aorta assenden, menuju arteri pulmonalis kanan, tindakan ini meningkatakan
darah yang teroksigenasi dan membebaskan gejala-gejala penyakit jantung
sianosis.
4. Penyakit jantung bawaan sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah :
Pembedahan paliatif dilakukan agar terjadi percampuran darah. Pada saat prosedur,
suatu kateter balon dimasukan ketika kateterisasi jantung, untuk memperbesar
kelainan septum intra arterial. Pada cara Blalock Halen dibuat suatu kelainan septum
atrium. Pada Edward vena pulmonale kanan. Cara Mustard digunakan untuk koreksi
yang permanent. Septum dihilangkandibuatkan sambungan sehingga darah yang
teroksigenisasi dari vena pulmonale kembali ke ventrikel kanan untuk sirkulasi tubuh
dan darah tidak teroksigenisasi kembali dari vena cava ke arteri pulmonale untuk
keperluan sirkulasi paru-paru. Kemudian akibat kelaianan ini telah berkurang secara
nyata dengan adanya koreksi dan paliatif.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama, Umur, Alamat, Perkerjaan, Tanggal masuk. Status
2. Usia.
Perlu diketahui pada usia berapa gejala mulai muncul.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat masuk. Berapa jam sesak sebelum masuk RS; Onset serangan
b. Riwayat kesehatan saat ini keluhan pasien, seperti: Sesak, Udema, Nyeri dada,
cyanosis
c. Riwayat kesehatan keluarga: tanyakan pada angota keluarganya adakah anggota
keluarganya yang mengalami penyakit yang sama dengan pasien saat ini
d. Riwayat kesehatan masa lalu: tanyakan pada pasien apakah pernah mengalami
penyakit yang sama dengan yang dialami saat ini atau penyakit lain
e. Riwayat kesehatan masa lalu: tanyakan pada pasien apakah pernah mengalami
penyakit yang sama dengan yang dialami saat ini atau penyakit lain
4. Pertumbuhan dan perkembangan .
Terjadi gangguan perkembangan fisik anak, terutama berat badan.
5. Pola aktifitas.
Tidak mampu melakukan banyak aktifitas karena akan menyebabkan sianosis.
6. Pemeriksaan penunjang, berupa :
a. Ultra Sono Grafi ( USG ) untuk menentukan besar jantung, bentuk vaskularisasi
paru, sera untuk mengetahui keadaan thymus, trachea, dan esophagus.
b. Electro Cardiografi ( ECG ), untuk menetahui adanya aritmia atau hipertropi.
c. Echo Cardiografi, untuk mengetahui hemodinamik dan anatomi jantung.
d. Kateterisasi dan Angigrafi, untuk mengetahui gangguan anatomi jantung yang
dilakukan dengan tindakan pembedahan.
f. Pemeriksaan laboratorium, berupa pemeriksaan darah untuk serum elektrolit,
Hb, packet cell volume ( PCV ) dan kadar gula.
7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik yang dilakukan
terhadap pasien yang menderita penyakit jantung pada umumnya. Secara spesifik
data yang dapat ditemukan dari hasil pengkajian fisik pada penyakit jantung
congenital ini adalah:
1. Bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang.
2. Anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik.
3. Diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri.
4. Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, selain
trakostal dan region epigastrium.
5. Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinarnik.
6. Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas
Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur,
tacipnea dan retraksi.
Anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap
O2 tidak terpenuhi ditandai dengan adanyamurmur sistolik yang terdengar pada
batas kiri sternum, Adanya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi
pada lengan daripada kaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada
popliteal dan temoral.

C. Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi


1. Gangguan pertukaran gas b.d penurunan aliran darah ke pulmonal
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi (NIC)
(NOC)
Gangguan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan NIC :
pertukaran keperawatan diharapkan pertukaran Respiratory
gas b.d penuru gas kembali lancar Monitoring
nan aliran darah NOC : Respiratory status : Gas Intervensi :
ke pulmonal Exchange a. Monitor rata-rata,
Indikator 1 2 3 4 5 kedalaman, irama
Mendemonstrasi dan usaha respirasi
kan peningkatan b. Monitor suara napas
ventilasi c. Auskultasi suara
Oksigen yang napas, catat area
adekuat penurunan/tidak
Memelihara adanya ventilasi dan
kebersihan paru suara tambahan
Bebas dari tanda d. Tentukan
distress kebutuhan suction
pernafasan dengan
TTV dalam mengauskultasi
rentang normal
S:100-130 crakles dan ronkhi
D:70-90mmHg pada jalan napas
e. Monitor kelelahan
Indicator skala : otot diafragma
1 = Selalu menunjukan (gerakan
2 = Sering menunjukan paradoksis)
3 = Kadang menunjukan f. Monitor TTV
4 = Jarang menunjukan
5 = tidak pernah menunjukan

2. Penurunan kardiak output b.d sirkulasi yang tidak efektif sekunder dengan adanya
malformasi jantung
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi (NIC)
(NOC)
Penurunan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan NIC : Regulasi
kardiak output selama proses keperawatan Hemodinamik
b.d sirkulasi diharapkan curah jantung efektif Intervensi :
yang tidak NOC : Status Sirkulasi a.Pantau denyut
efektif sekunder Indikator 1 2 3 4 5 perifer, waktu
dengan adanya Sistolik dan pengisian kapiler,
malformasi diastolik dalam dan suhu serta warna
jantung batas normal ekstremitas
S:100-130 b. Pantau dan
D:70-90mmHg dokumentasikan
Denyut jantung denyut jantung,
dalam batas irama dan nadi.
normal c. Pantau asupan/
60-90x/mnt haluaran urin, dan
Oedem perifer berat badan pasien
tidak ada dengan tepat
Gas darah dalam d.Minimalkan/
batas normal hilangkan stressor
Ph:7,35-7,45 lingkungan
PaCO2:35-45
HCO3:22-27 e. Pasang kateter jika
Be:(-2)-2 diperlukan

Indicator skala :
1 = Ekstrem
2 = Kuat
3 = Ringan
4 = Sedang
5 = Tidak ada gangguan

5. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan sirkulasi ( anoxia kronis, serangan sianotik
akut)
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi (NIC)
(NOC)
Gangguan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan NIC : Perawatan
perfusi jaringan selama proses keperawatan diharapkan sirkulasi
b.d penurunan perfusi jaringan efektif Intervensi :
sirkulasi ( anoxia Noc : Perfusi jaringan perifer a. Melakukan sirkulasi
kronis, serangan Indikator 1 2 3 4 5 perifer secara
sianotik akut) Fungsi otot utuh komprehensif
Kulit utuh, warna b. Kaji tingkat rasa
normal tidak nyaman/ nyeri
Denyut c. Pantau status cairan
proximal dan meliputi asupan dan
perifer distal haluaran
kuat dan simetris d. Rendahkan
Indicator skala : ekstremitas untuk
1 = Ekstrem menigkatkan
2 = Berat sirkulasi arteri yang
3 = Sedang tepat.
4 = Ringan e. Anjurkan latihan
5 = tidak terganggu gerak aktif/pasif
selama tirah baring
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq selama makan dan
peningkatan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi (NIC)
(NOC)
Ke tidak Tujuan : Setelah dilakukan tindakan NIC I : Nutrition
seimbangan keperawatan selama proses Management
nutrisi kurang keperawatan diharapkan BB stabil, a.Kaji BB
dari kebutuhan pasien bebas dari tanda -tanda b. Berikan makanan
tubuh b.d fatiq malnutrisi dan pasien dapat tinggi kalori untuk
selama makan mengumpulkan energi untuk peningkatan energi.
dan peningkatan beraktivitas kembali. c. Berikan makanan
kebutuhan Noc : Nutritional status:food and tinggi Na.
kalori, fluid intake. d. Tingkatkan
penurunan nafsu Indikator 1 2 3 4 5 makanan yang
makan Asupan nutrisi mengandung
Asupan protein,vitamin dan
makanan dan besi
cairan apabila dianjurkan.
BB meningkat NIC II : Nutrition terapi
Kekuatan dapat a. Berikan lingkungan
terkumpul nyaman pada saat
kembali pasien makan.
Stamina b. Lakukan perawatan

Indicator skala : mulut sebelum

1 = Tidak pernah menujukkan pasien makan.

2 = Jarang menunjukkan c. Sediakan makanan

3 = Kadang menunjukkan yang menarik untuk

4 = Sering menunjukkan pasien agar pasien

5 = Selalu menunjukan merasa tertarik.


d. Ajari pasien dan
keluarga tentang diet
yang harus
diberikan.
7. Peningkatan volume cairan tubuh b.d kongestif vena
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi (NIC)
(NOC)
Peningkatan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan NIC :
volume cairan keperawatan selama proses Fluid/Electrolyte
tubuh b.d keperawatan diharapkan terjadi management.
kongestif vena keseimbangan cairan dan tidak ada Intervensi :
oedem pada tubuh a.Kaji keadaan umum
Noc : Fluid Balance pasien.
Indikator 1 2 3 4 5 b. Kaji tanda-tanda
Tekanan darah vital.
normal c. Monitor tanda dan
Denyut nadi gejalapeningkatan
normal retensi urine.
Denyut nadi d Pantau masukan dan
teraba keluaran urine serta
Tidak terjadi hitung
acites/oedema keseimbangan
pada perut cairan.
Masukan selama e. Berikan/batasi
24 jam seimbang ciaran tergantung

Penegangan pada status volume

pada vena cairan.

jugularis tidak f. Kolaborasi medis

teraba untuk pemberian

Turgor kulit baik obat-obatan (


Diuretik)
Indicator skala :
1 = Tidak pernah menujukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukan

Você também pode gostar

  • Flacc Scale
    Flacc Scale
    Documento1 página
    Flacc Scale
    arumingtyas pawestri
    Ainda não há avaliações
  • Renpera Luka Bakar
    Renpera Luka Bakar
    Documento11 páginas
    Renpera Luka Bakar
    arumingtyas pawestri
    Ainda não há avaliações
  • Manajemen Nyeri
    Manajemen Nyeri
    Documento4 páginas
    Manajemen Nyeri
    Nurul Kurniawati
    Ainda não há avaliações
  • Bab 1 2
    Bab 1 2
    Documento20 páginas
    Bab 1 2
    arumingtyas pawestri
    100% (1)
  • Bab 1 Kwu
    Bab 1 Kwu
    Documento4 páginas
    Bab 1 Kwu
    arumingtyas pawestri
    Ainda não há avaliações
  • Pathway Atresia Ani
    Pathway Atresia Ani
    Documento19 páginas
    Pathway Atresia Ani
    arumingtyas pawestri
    Ainda não há avaliações
  • BAB 3 Gunung Meletus
    BAB 3 Gunung Meletus
    Documento20 páginas
    BAB 3 Gunung Meletus
    arumingtyas pawestri
    Ainda não há avaliações
  • Sap Kontraktur Pada Luka Bakar
    Sap Kontraktur Pada Luka Bakar
    Documento9 páginas
    Sap Kontraktur Pada Luka Bakar
    arumingtyas pawestri
    Ainda não há avaliações
  • Cover Kwu
    Cover Kwu
    Documento2 páginas
    Cover Kwu
    arumingtyas pawestri
    Ainda não há avaliações
  • LP Tumor Ginjal
    LP Tumor Ginjal
    Documento26 páginas
    LP Tumor Ginjal
    arumingtyas pawestri
    Ainda não há avaliações
  • Sap Nyeri Fix
    Sap Nyeri Fix
    Documento9 páginas
    Sap Nyeri Fix
    arumingtyas pawestri
    Ainda não há avaliações
  • LP PJB
    LP PJB
    Documento12 páginas
    LP PJB
    arumingtyas pawestri
    Ainda não há avaliações
  • Radang Otak
    Radang Otak
    Documento5 páginas
    Radang Otak
    arumingtyas pawestri
    Ainda não há avaliações
  • Pathway Atresia Ani
    Pathway Atresia Ani
    Documento2 páginas
    Pathway Atresia Ani
    arumingtyas pawestri
    Ainda não há avaliações
  • LP Tumor Ginjal
    LP Tumor Ginjal
    Documento12 páginas
    LP Tumor Ginjal
    arumingtyas pawestri
    Ainda não há avaliações
  • Sap Perawatan Kolostomi-1
    Sap Perawatan Kolostomi-1
    Documento16 páginas
    Sap Perawatan Kolostomi-1
    Siti Dyah Wahyu Dwi Roziah
    Ainda não há avaliações
  • LP Stenosis Pulmonal
    LP Stenosis Pulmonal
    Documento12 páginas
    LP Stenosis Pulmonal
    arumingtyas pawestri
    Ainda não há avaliações
  • Makalah Enchepalitis
    Makalah Enchepalitis
    Documento20 páginas
    Makalah Enchepalitis
    arumingtyas pawestri
    Ainda não há avaliações
  • Luka Dan Mimisan
    Luka Dan Mimisan
    Documento24 páginas
    Luka Dan Mimisan
    yessica
    Ainda não há avaliações
  • Contoh Kasus Apendiksitis
    Contoh Kasus Apendiksitis
    Documento1 página
    Contoh Kasus Apendiksitis
    arumingtyas pawestri
    Ainda não há avaliações
  • Sop NGT Rssa
    Sop NGT Rssa
    Documento3 páginas
    Sop NGT Rssa
    arumingtyas pawestri
    Ainda não há avaliações
  • Radang Otak
    Radang Otak
    Documento5 páginas
    Radang Otak
    arumingtyas pawestri
    Ainda não há avaliações
  • Sap PHBS
    Sap PHBS
    Documento7 páginas
    Sap PHBS
    arumingtyas pawestri
    Ainda não há avaliações
  • Pertumbuhan
    Pertumbuhan
    Documento11 páginas
    Pertumbuhan
    Buyung Tegar Aribowo
    Ainda não há avaliações
  • BB TB
    BB TB
    Documento7 páginas
    BB TB
    arumingtyas pawestri
    Ainda não há avaliações
  • Asuhan Keperawatan Nefrolithiasis
    Asuhan Keperawatan Nefrolithiasis
    Documento9 páginas
    Asuhan Keperawatan Nefrolithiasis
    MutiaraLavintang
    Ainda não há avaliações
  • Gangguan Konsep Diri (HDR)
    Gangguan Konsep Diri (HDR)
    Documento18 páginas
    Gangguan Konsep Diri (HDR)
    arumingtyas pawestri
    Ainda não há avaliações
  • Asuhan Keperawatan KB
    Asuhan Keperawatan KB
    Documento1 página
    Asuhan Keperawatan KB
    arumingtyas pawestri
    Ainda não há avaliações
  • Asuhan Keperawatan KB
    Asuhan Keperawatan KB
    Documento16 páginas
    Asuhan Keperawatan KB
    arumingtyas pawestri
    Ainda não há avaliações