Você está na página 1de 17

STANDAR AUDIT

Standar audit adalah pedoman umum untuk membantu para auditor dalam memenuhi
tanggung jawab profesional mereka dalam pengauditan laporan keuangan historis. Standar
tersebut mencakup pertimbangan kualitas profesional antara lain persyaratan kompetensi dan
independensi, pelaporan, dan bukti.
Seperti telah dikemukakan pada bab yang lalu, Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI) sebagai organisasi profesi berkewajiban untuk menetapkan standar auditing. Umtuk
melaksanakan tugas tersebut IAPI membentuk Dewan Standar yang ditetapkan sebagai badan
teknis senior dari IAPI untuk menerbitkan pernyataan-pernyataan tentang standar auditing.
Sejalan dengan perkembangan yang terjadi dalam era globalisasi, IAPI telah memutuskan
untuk mengadopsi International Auditing and Assurance Standarts (ISA) yang diterbitkan oleh
International Auditing and Assurance Standarts Boards (IAASB) dan dengan demikian tidak
memberlakukan lagi standar auditing yang selama ini berlaku. Sebagai langkah pertama IAPI
menerjemahkan ISA ke dalam Bahasa Indonesia dan diberi judul Standar Profesi Akuntan
Piblik (SPAP) dan menetapkan memberlakukan SPAP terhitung mulai 1 Januari 2013 untuk
emiten.

ISI DAN STRUKTUR STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK

Isi dan struktur SPAP wajib dipahami oleh para auditor dan calon auditor, karena SPAP
merupakan paduan utama yang wajib dilaksanakan dalam pengauditan laporan keuangan
historis berdasarkan standar audit. Walaupunisinya mengandung banyak persamaan,
sistematika, dan struktur SPAP yang sekarang berlaku sangat berbeda bila dibandingkan
dengan SPAP yang berlaku sebelumnya.

AUDIT INFORMASI KEUANGAN HISTORIS

200-299 Prinsip-Prinsip Umum Dan Tanggungjawab


SA 200 Tujuan Keseluruhan Auditor Independen Dan Pelaksanaan Audit Berdasarkan
Standar Audit
SA210 Persetujuan Atas Ketentuan Perikatan Audit
SA220 Pengendalian Mutu Untuk Audit Atas Laporan Keuangan
SA230 Dokumentasi Audit
SA240 Tanggungjawab Auditor Terkait Dengan Kecurangan Dalam Suatu Audit Atas
Laporan Keuangan
SA250 Pertimbangan Atas Peraturan Perundang-Undangan Dalam Audit Atas Laporan
Keuangan
SA260 Komunikasi Dengan Pihak Yang Bertanggungjawab Atas Tata Kelola
SA 265 Pengomunikasian Defisiensi Dalam Pengendalian Internal Kepada Pihak Yang
Bertanggungjawab Atas Tata Kelola Dan Manajemen
300-499 Penilaian Resiko Dan Respons Terhadap Risiko Yang Telah Dinilai
SA 300 Perencanaansuatu Suatu Audit Atas Laporan Keuangan
SA 315 Pengidentifikasian Dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material Melalui
Pemahaman Atas Entitas Dan Lingkungannya
SA 320 Materialitas Dalam Tahap Perencanaan Dan Pelaksanaan Audit
SA 330 Respons Auditor Terhadap Risiko Yang Telah Dinilai
SA 402 Pertimbangan Audit Terkait Dengan Entitas Yang Menggunakan Suatu
Organisasi Jasa
SA 450 Pengevaluasian Atas Kesalahan Penyajian Yang Diidentifikasi Selama Audit
500-599 Bukti Audit
SA 500 Bukti Audit
SA 501 Bukti Audit – Pertimbangan Spesifik Atas Unsur Pilihan
SA 505 Konfirmasi Eksternal
SA 510 Perikatan Audit Tahun Pertama – Saldo Awal
SA 520 Prosedur Analitis
SA 530 Sampling Audit
SA 540 Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar, Dan
Pengungkapan Yang Bersangkutan
SA 550 Pihak Berelasi
SA 560 Peristiwa Kemudian
SA 570 Kelangsungan Usaha
SA 580 Representasi Tertulis
600-699 Penggunaan Pekerjaan Pihak Lain
SA 600 Pertimbangan Khusus – Audit Atas Laporan Keuangan Grup (Termasuk
Pekerjaan Auditor Komponen)
SA 610 Penggunaan Pekerjaan Auditor Internal
SA 620 Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor
700-799 Kesimpulan Audit Dan Pelaporan
SA 700 Perumusan Suatu Pendapat Dan Pelaporan Atas Laporan Keuangan
SA 705 Modifikasi Atas Opini Dalam Laporan Auditor Independen
SA 706 Paragraf Penekanan Suatu Hal Dan Paragraf Hal Lain Dalam Laporan Auditor
Independen
SA 710 Informasi Komparatif – Angka-Angka Yang Berkaitan Dan Laporan Keuangan
Komparatif
SA 720 Tanggungjawab Auditor Terkait Dengan Informasi Lain Dalam Dokumen-
Dokumen Yang Berisi Laporan Keuangan Auditan
800-899 Area-Area Khusus
SA 800 Pertimbangan Khusus – Audit Atas Laporan Keuangan Yang Disusun Sesuai
Dengan Kerangka Bertujuan Khusus
SA 805 Pertimbangan Khusus – Audit Atas Laporan Keuangan Tunggal Dan Suatu
Unsur, Akun, Atau Pos Tertentu Dalam Laporan Keuangan
SA 810 Periklanan Untuk Melaporkan Ikhtisar Laporan Keuangan

STRUKTUR STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK


Struktur setiap standar audit yang tercakup dalam Standar Profesional Akuntan Publik
mengikuti struktur yang terdapat dalam ISA yang mengelompokkan informasi dalam seksi
yang berbeda, yaitu: Pengantar, Tujuan, Definisis, Ketentuan, dan Materi Penerapan dan
Penjelasan Lain.
Pengantar
Materi pengantar bisa mencakup informasi yang berhubungan dengan tujuan, lingkup, dan
pokok bahasan dari standar audit yang bersangkutan, disamping itu dimuat pula tanggungjawab
auditor dan pihak lainnya dalam konteks standar audit yang bersangkutan.
Tujuan
Setiap standar audit (SA) berisi pernyataan yang jelas tentang tujuan auditor mngenai hal-hal
yang dibahas dalam SA tersebut.
Definisi
Agar diperoleh pemahaman yang lebih baik tentang SA, istilah-istilah terkait didefinisikan
dalam setiap SA.
Ketentuan
Setiap tujuan didukung dengan ketentuan yang jelas. Ketentuan selalu dinyatakan dengan frasa
“auditor harus”.
Materi Penerapan dan Penjelasan Lain
Materi penerapan dan penjelasan lain menjelaskan secara lebih tepat makna dari suatu
ketentuan atau apa yang dimaksudkan untuk dicakup, atau menyertakan contoh-contoh
prosedur yang mungkin cocok dalam situasi yang dihadapi.

LAPORAN AUDITOR
Laporan auditor sangat penting dalam penugasan audit dan asurans karena laporan
mengomunikasikan temuan auditor. Pengguna laporan keuangan dapat mengandalkan pada
laporan auditor untuk mendapatkan asurans tentang laporan keuangan entitas (perusahaan).
Laporan auditor adalah tahapan terakhir dari keseluruhan proses audit.

BAGIAN-BAGIAN DALAM LAPORAN AUDITOR


Suatu laporan auditor wajar tanpa pengecualian berisi sembilan bagian sebagai berikut:
1. Judul laporan. Standar audit mewajibkan bahwa laporan auditor harus memiliki
sebuah judul yang mengindikasikan secara jelas bahwa laporan tersebut adalah laporan
seorang auditor independen. Suatu judul yang mengindikasikan bahwa laporan auditor
independen, sebagai contoh, “Laporan Auditor Independen” yang di dalamnya auditor
telah memenuhi seluruh ketentuan etika yang relevan tentang independensi dan, oleh
karena itu, membedakan laporan auditor independen dari laporan-laporan yang
diterbitkan oleh pihak lain.
2. Pihak yang Dituju. Laporan auditor harus ditujukan kepada pihak sebagaimana yang
diharuskan menurut ketentuan perikatan. Peraturan perundang-undangan seringkali
menentukan kepada siapa laporan auditor ditujukan dalam yuridiksi tersebut. Laporan
auditor pada umumnya ditujukan kepada pihak-pihak yang untuk mana laporan tersebut
disusun, seringkali kepada pemegang saham atau pihak bertanggungjawab atas tata
kelola keuangannya diaudit.
3. Paragraf Pendahuluan. Paragraf pendahuluan dalam laporan auditor harus:
(a) Mengidentifikasi entitas yang laporan keuangannya diaudit;
(b) Menyatakan bahwa laporan keuangan telah diaudit;
(c) Mengidentifikasi judul setiap laporan keuangan yang menjadi bagian dari laporan
keuangan;
(d) Merujuk pada ikstisar kebijakan akuntansi signifikan dan informasi penjelasan
lainnya; dan
(e) Menyebutkan tanggal atau periode yang dicakup oleh setiap laporan yang menjadi
bagian dari laporan keuangan.
Paragraf pendahuluan menyatakan, sebagai contoh, bahwa auditor telah mengaudit
laporan keuangan terlampir dari entitas, yang terdiri dari (sebutkan judul setiap laporan
keuangan yang membentuk suatu laporan keuangan lengkap menurut kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku, yang menyebutkan tanggal atau periode yang
dicakup oleh setiap laporan keuangan tersebut), serta ikhtisar kebijakan akuntansi
signifikan dan informasi penjelasan lainnya.
Opini auditor mencakup laporan keuangan lengkap sebagaimana didefinisikan oleh
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Sebagai contoh, dalam kebanyakan kasus
kerangka pelaporan keuangan yang bertujuan umum, laporan keuangan mencakup:
laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas,
laporan arus kas, dan ikhtisar kebijakan akuntansi signifikan dan informasi penjelasan
lainnya. Dalam beberapa yurisdiksi, informasi tambahan dapat juga dipertimbangkan
sebagai suatu bagian integral dari laporan keuangan.
4. Tanggungjawab Manajemen atas Laporan Keuangan. Laporan auditor harus
mencakup suatu bagian dengan judul “Tanggungjawab Manajemen (atau istilah
semestinya yang lainnya) atas laporan keuangan. Bagian dari laporan auditor ini
menjelaskan tanggungjawab pihak-pihak dalam organisasi yang bertanggungjawab atas
penyusunan laporan keuangan. Laporan auditor tidak perlu merujuk secara khusus pada
“manajemen”, tetapi harus menggunakan istilah yang tepat dalam konteks kerangka
hukum dalam yurisdiksi tertentu. Dalam beberapa yurisdiksi, pengacuan yang tepat
dapat menggunakan “pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola”.
SA 200 menjelaskan premis, yang berkaitan dengan tanggungjawab manajemen dan,
jika relevan, pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola, yang terhadapnya suatu
audit berdasarkan SA dilakukan. Manajemen dan, jika relevan, pihak yang
bertanggungjawab untuk menyusun laporan keuangan menurut kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku. Manajemen juga menerima tanggungjawab atas pengendalian
internal yang dipandang perlu oleh manajemen untuk memungkinkan penyusunan
laporan keuangan yang bebas dari keslahan penyajian material, baik yang disebabkan
karena kecurangan maupun kesalahan. Penjelasan tentang tanggungjawab tersebut,
karena hal ini membantu untuk menjelaskan kepada pengguna yang dituju premis yang
melandasi suatu audit.
5. Tanggungjawab Auditor. Laporan auditor harus mencakup suatu bagian dengan judul
“Tanggungjawab Auditor”. Laporan auditor menyatakan bahwa tanggungjawab auditor
adalah untuk menyatakan suatu opini atas laporan keuangan berdasarkan audit untuk
mengontraskannya dengan tanggungjawab manajemen atas penyusunan laporan
keuangan.
Laporan auditor harus menyatakan bahwa audit dilaksanakan berdasarkan Standar
Audit yang ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia. Pengacuan pada standar
digunakan untuk menyampaikan kepada pengguna laporan auditor bahwa standar
tersebut mengharuskan auditor untuk mematuhi ketentuan etika dan bahwa auditor
merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang
apakah laporan keuangan bebas dari kesalahan penyajian material.
6. Opini Auditor. Laporan auditor harus mencakup suatu bagian dengan judul “Opini”.
Ketika menyatakan suatu opini tanpa modifikasi atas laporan leuangan yang disusun
berdasarkan suatu kerangka penyajian wajar, laporan auditor harus, kecuali
jikadiharuskan lain oleh peraturan perundang-undangan, menggunakan frasa di bawah
ini:
“Laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, ….,
sesuai dengan standar Akuntansi Keuangan di Indonesia”
Jika rujukan pada kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dalam opini auditor
bukan pada Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia yang ditetapkan oleh Dewan
Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia atau Standar Akuntansi
Pemerintahan yang ditetapkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
Kementrian Keuangan Republik Indonesia, maka opini auditor harus mengidentifikasi
yurisdiksi asal kerangka tersebut.
7. Tanggungjawab Pelaporan Lainnya. Jika auditor menyatakan tanggungjawab
pelaporan lainnya dalam laporan auditor atas laporan keuangan yang merupakan
tambahan terhadap tanggungjawab auditor berdasarkan SA untuk melaporkan laporan
keuangan, maka tanggungjawab pelaporan lain tersebut harus dinyatakan dalam suatu
bagian terpisah dalam laporan auditor yang diberi judul “Pelaporan Lain atas Ketentuan
Hukum dan Regulasi”, atau judul lain yang dianggap tepat menurut isi bagian ini.
Jika laporan auditor mengandung suatu bagian terpisah atas tanggungjawab pelaporan
lainnya, maka judul, pernyataan, dan penjelasan tersebut dalam butir 1 sampai dengan
6 di atas harus diberi subjudul “Pelaporan atas Laporan Keuangan”. “Pelaporan Lain
atas Ketentuan Hukum dan Regulasi” harus disajikan setelah “Pelaporan atas Laporan
Keuangan”.
8. Tanda Tangan Auditor. Laporan auditor harus ditandatangani. Tanda tangan auditor
dilakukan dalam nama kantor akuntan publik (KAP) dan nama rekan. Setelah itu,
laporan auditor harus mencantumkan nomor izin KAP dan nomor izin rekan yang
menandatangani laporan auditor.
9. Tanggal Laporan Audit. Laporan auditor harus diberi tanggal tidak lebih awal dari
tanggal ketika auditor telah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang
mendasari opini auditor atas laporan keuangan, termasuk bukti bahwa:
(a) Seluruh laporan yang membentuk laporan keuangan, termasuk catatan atas
keuangan terkait, telah disusun; dan
(b) Pihak-pihak dengan wewenang yang diakui telah menyatakan bahwa mereka telah
mengambil tanggungjawab atas laporan keuangan tersebut.
Tanggal laporan auditor menginformasikan kepada pengguna laporan auditor bahwa
auditor telah mempertimbangkan pengaruh peristiwa dan transaksi yang disadari oleh
auditor dan yang terjadi sampai dengan tanggal tersebut. Tanggungjawab auditor atas
peristiwa dan transaksi setelah tanggal laporan auditor diatur dalam SA 560. Tanggal
laporan auditor adalah tanggal ketika prosedur audit telah selesai dilaksanakan secara
substansial dan kesimpulan berdasarkan bukti audit yang cukup dan tepat telah ditarik.

KONDISI-KONDISI UNTUK PERUMUSAN OPINI WAJAR TANPA


PENGECUALIAN
Auditor harus merumuskan suatu opini tentang apakah laporan keuangan disusun, dalam semua
hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Untuk merumuskan opini tersebut, auditor harus menyimpulkan apakah auditor telah
memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas
dari kesalahn penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun keslahan.
Kesimpulan tersebut harus memperhitungkan:
(a) Kesimpulan auditor, berdasarkan SA 330, bahwa bukti audit yang cukup dan tepat telah
diperoleh;
(b) Kesimpulan auditor, berdasarkan SA 450, bahwa kesalahan penyajian yang tidak
dikoreksi adalah tidak material, baik secara individual maupun secara kolektif; dan
(c) Evaluasi yang diharuskan oleh paragraf 12-15 SA700 sebagai berikut:
 Auditor harus mengevaluasi apakah laporan keuangan disusun, dalam semua
hal yang material, sesuai dengan ketentuan dalam kerangka pelaporan
keuangannya yag berlaku. Pengevaluasian tersebut harus mencakup
pertimbangan atas aspek kualitatif praktik akuntansi entitas, termasuk indikator
kemungkinan penyimpangan dalam pertimbangan manajemen (SA 700. 12)
 Secara khusus, auditor harus mengevaluasi apakah, dari sudut pandang
ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku:
(a) Laporan keuangan mengungkapkan kebijakan akuntansi signifikan yang
dipilih dan diterapkan secara memadai;
(b) Kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan konsisten dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku dan sudah tepat;
(c) Estimasi akuntansi yang dibuat oleh manajemen adalah wajar;
(d) Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah relevan, dapat
diandalkan, dapat diperbandingkan, dan dapat dipahami;
(e) Laporan keuangan menyediakan pengungkapan yang memadai untuk
memungkinkan pengguna laporan keuangan yang dituju memahami
pengaruh transaksi dan peristiwa material terhadap informasi yang
disampaikan dalam laporan keuangan; dan
(f) Terminologi yang digunakan dalam laporan keuangan, termasuk judul
setiap laporan keuangan sudah tept (SA 700. 13)
 Ketika laporan keuangan disusun berdasarkan suatu kerangka penyajian wajar,
suatu pengevaluasian yang diharuskan oleh SA 700.12-13 sebelumnya juga
harus mencakup apakah laporan keuangan mencapai penyajian wajar.
Pengevaluasian auditor tentang apakah laporan keuangan mencapai penyajian
wajar harus mencakup pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
(a) Penyajian, struktur, dan isi laporan keuangan secara keseluruhan; dan
(b) Apakah laporan keuangan, termasuk atas catatan atas laporan keuangan
terkait mencerminkan transaksi dan peristiwa yang mendasarinya dengan
suatu cara yang mencapai penyajian wajar.
 Auditor harus mengevaluasi apakah laporan keuangan merujuk secara memadai
pada, atau menjelaskan, kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Apabila semua persyaratan sebelumnya terpenuhi, suatu laporan audit dengan opini wajar
tanpa pengecualian dapat diterbitkan untuk laporan keuangan bertujuan umum yang disusun
berdasarkan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku (kerangka pelaporan wajar).

MODIFIKASI TERHADAP OPINI AUDITOR


Auditor harus memodifikasi opini dalam laporan auditor ketika:
(a) Auditor menyimpulkan bahwa, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, laporan
keuangan secara keseluruhan tidak bebas dari kesalahpahaman penyajian material; atau
(b) Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menyimpulkan
bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari penyajian material.
Sifat Kesalahan Penyajian Material
SA 700 mengharuskan auditor, untuk merumuskan suatu opini atas laporan keuangan, untuk
menyimpulkan apakah keyakinan memadai telah diperoleh tentang laporan keuangan secara
keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material. Kesimpulan ini memperhitungkan
pengevaluasian auditor atas keslahan penyajian yang tidak dikoreksi, jika ada, dalam laporan
keuangan berdasarkan SA 450.
SA 450 mengidentifikasi suatu kesalahan penyajian sebagai suatu selisih antara angka,
klasifikasi, penyajian, atau pengungkapan dari suatu pos yang dilaporkan dalam laporan
keuangan beserta angka, klasifikasi, penyajian, atau pengungkapan yang diharuskan untuk pos
tersebut sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Oleh karena itu, suatu
kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan dapat timbul dalam kaitannya dengan:
(a) Ketetapan kebijakan akuntansi yang dipilih;
(b) Penerapan kebijakan akuntansi yang dipilih;
(c) Ketetapan atau kecukupan pengungkapan dalam laporan keuangan.
Ketetapan Kebijakan Akuntansi Dipilih
 Dalam hubungannya dengan ketetapan kebijakan akuntansi yang dipilih oleh
manajemen, kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan dapat timbul
ketika:
(a) Kebijakan akuntansi yang dipilih tidak konsisten dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku; atau
(b) Laporan keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan, tidak
mencerminkan transaksi dan peristiwa dalam suatu cara untuk mencapai
penyajian wajar.
 Kerangka pelaporan keuangan seringkali mengandung ketentuan akuntansi
untuk, dan pengungkapan tentang, perubahan dalam kebijakan akuntansi.
Ketika entitas telah mengubah kebijakan akuntansi signifikan yang dipilihnya,
suatu kesalahan timbul ketika entitas tidak mematuhi ketentuan tersebut.
Penerapan Kebijakan Akuntansi yang Dipilih
 Dalam hubungannya dengan penerapan kebijakan akuntansi yang dipilih,
kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan dapat timbul:
(a) Ketika manajemen tidak menerapkan kebijakan akuntansi yang dipilih secra
konsisten sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan, termasuk ketika
manajemen tidak menerapkan kebijakan akuntansi yang dipilih secara
konsisten antar periode atau terhadap transaksi dan peristiwa serupa
(konsisten dalam penerapan); atau
(b) Karena metode penerapan kebijakan akuntansi yang dipilih (seperti suatu
kesalahan dalam penerapan yang tidak disengaja).
Ketetapan Kecukupan Pengungkapan dalam Laporan Keuangan
Dalam kaitannya dengan ketepatan atau kecukupan pengungkapan dalam laporan keuangan;
kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan dapat timbul ketika:
(a) Laporan keuangan tidak mencantumkan seluruh pengungkapan yang diharuskan oleh
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku;
(b) Pengungkapan dalam laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku; atau
(c) Laporan keuangan tidak menyajikan pengungkapan yang diperlukan untuk mencapai
penyajian wajar.
Sifat Ketidakmampuan auditor untuk Memperoleh Bukti Audit yang Cukup dan Tepat
Ketidakmampuan auditor untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat (disebut juga
sebagai pembatasan ruang lingkup audit) dapat timbul dari:
(a) Kondisi di luar pengendalian entitas;
(b) Kondisi yang berkaitan dengan sifat atau waktu dari pekerjaan auditor; atau
(c) Pembatasan yang dilakukan oleh manajemen.
Contoh-contoh kondisi di luar pengendalian entitas, mencakup sebagai berikut:
 Catatan akuntansi entitas telah musnah
 Catatan akuntansi suatu komponen signifikan disita oleh otoritas pemerintahan
hingga waktu yang tidak dapat ditentukan.
Contoh-contoh kondisi yang berkaitan dengan sifat atau waktu pekerjaan auditor,
mencakup:
 Entitas diharuskan untuk menggunakan metode akuntansi ekuitas untuk suatu entitas
teraosiasi, dan auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang
informasi keuangan entitas terasosiasi tersebut untuk mengevaluasi apakah metode
ekuitas tersebut telah diterapkan dengan tepat.
 Waktu penunjukan auditor menyebabkan auditor tidak dapat mengobservasi
penghitungan fisik persediaan.
 Auditor menentukan bahwa pelaksanaan prosedur substantif saja adalah tidak cukup,
tetapi pengendalian entitas tidak efektif.
Contoh-contoh pembatasan yang dilakukan oleh manajemen
 Manajemen mencegahauditor untuk mengobservasi penghitungan fisik persediaan.
 Manajemen mencegah auditor untuk melakukan konfirmasi eksternal atas saldo akun-
akun tertentu.
PENENTUAN TIPE MODIFIKASI TERHADAP OPINI AUDITOR
Modifikasi yang harus dilakukan terhdapa opini auditor, tergantung pada materialitas dan
seberapa pervasif dampak dari faktor penyebab modifikasi tersebut terhadap kewajaran laporan
keuangan sebagai keseluruhan. Pengertian pervasif dalam konteks kesalahan penyajian, untuk
menggambarkan pengaruh keslahan penyajian terhadap laporan keuangan atau pengaruh
kesalahan penyajian yang mungkin timbul terhadap laporan keuangan, jika ada, yang tidak
dapat terdeteksi karena ketidakmampuan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat.
Pengaruh pervasif terhadap laporan keuangan adalah pengaruh yang, menurut pertimbangan
auditor:
(i) Tidak terbatas pada unsur, akun, atau pos tertentu laporan keuangan;
(ii) Jika dibatasi, merupakan atau dapat merupakan suatu proporsi yang substansial
dalam laporan keuangan; atau
(iii) Dalam hubungannya dengan pengungkapan, adalah fundamental bagi pemahaman
pengguna laporan keuangan.
Tipe modifikasi terhadap opini auditor terdiri dari:
(1) Opini wajar tanpa pengecualian
(2) Opini tidak wajar
(3) Opini menyatakan pendapat
Opini Wajar dengan Pengecualian
Auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian ketika:
(a) Auditor, setelah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, menyimpulkan bahwa
kesalahan penyajian, baik secara individual maupun secara agregasi, adalah material,
tetapi tidak pervasif, terhadap laporan keuangan; atau
(b) Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang mendasari
opini, tetapi auditor menyimpulkan bahwa pengaruh kesalahan penyajian yang tidak
terdeteksi yang mungkin timbul terhadap laporan keuangan, jika ada, dapat menjadi
material, tetapi tidak pervasif.
Opini Tidak Wajar
Auditor harus menyatakan suatu opini tidak wajar ketika auditor, setelah memperoleh bukti
audit yang cukup dan tepat, menyimpulkan bahwa kesalahn penyajian, baik secara individual
maupun secara agregasi, adalah material dan pervasif terhadap laporan keuangan.
Opini Tidak Menyatakan Pendapat
Auditor harus menyatakan pendapat ketika auditor tidak dapat memperoleh bukti yang cukup
dan tepat yang mendasari opini, dan auditor menyimpulkan bahwa pengaruh kesalahan
penyajian materialyang tidak terdeteksi mungkin timbul terhadap laporan keuangan, jika ada,
dapat bersifat material dan pervasif.
Auditor harus tidak menyatakan pendapat ketika, dalam kondisi yang sangat jarang melibatkan
banyak ketidakpastian, auditor menyimpulkan bahwa, meskipun telah memperoleh bukti audit
yang cukup dan tepat tentang setiap ketidakpastian tersebut, adalah tidak mungkin untuk
merumuskan suatu opini atas laporan keuangan karena interaksi yang potensial dari
ketidakpastian tersebut dan pengaruh kumulatif ketidakpastian tersebut yang mungkin timbul
terhadap laporan keuangan.

Konsekuensidari Ketidakmampuan untuk Memperoleh Bukti Audit yang Cukup dan


Tepat yang Disebabkan oleh Pembatasan yang Dilakukan oleh Manajemen setelah
Auditor Menerima Perikatan
 Jika, setelah menerima perikatan, auditor menyadari bahwan manajemen telah
melakukan pembatasan terhadap ruang lingkup audit yang menurut auditor
kemungkinan akan menyebabkan opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak
menyatakan pendapat atas laporan keuangan, maka auditor harus meminta manajemen
untuk mencabut pembatasan tersebut.
 Jika manajemen menolak untuk mencabut pembatasan tersebut, maka auditor harus
mengomunikasikan hal tersebut kepada pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola,
kecuali jika pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola terlibat dalam pengelolaan
entitas, dan menentukan apakah terdapat kemungkinan untuk melakukan prosedur
alternatif untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat.
 Jika auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, maka auditor
harus menentukan implikasinya sebagai berikut:
(a) Jika auditor menyimpulkan bahwa pengaruh kesalahan penyajian yang tidak
terdetekdi, adalah material, tetapi tidak pervasif, maka auditor harus menyatakan
opini wajar dengan pengecualian; atau
(b) Jika auditor menyimpulkan bahwa pengaruh kesalahan penyajian yang tidak
terdeteksi yang mungkin timbul terhadap laporan keuangan, jika ada, adalah
material dan pervasif sehingga suatu opini wajar dengan pengecualian tidak akan
memadai untuk mengomunikasikan signifikan kondisi tersebut, maka auditor harus:
(i) Menarik diri dari audit, jika diperkenankan dan memungkinkan menurut
perundang-undangan yang berlaku; atau
(ii) Jika penarikan diri dari audit sebelum menerbitkan laporan auditor tidak
diperkenankan atau tidak memungkinkan, maka auditor harus tidak
menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
 Jika auditor menarik diri seperti dijelaskan sebelumnya, sebelum menarik diri, auditor
harus mengomunikasikan kesalahan penyajian yang teridentifikasi selama audit yang
dapat menyebabkan modifikasi terhadap opini dengan pihak yang bertanggungjawab
atas tata kelola.
Pertimbangan Lain yang Berkaitan dengan Opini Tidak Wajar atau Opini Tidak
Menyatakan Pendapat
Ketika menurut auditor suatu opini tidak wajar atau opini tidak menyatakan pendapat perlu
dinyatakan atas laporan keuangan secara keseluruhan, laporan auditor juga tidak
diperkenankan untuk mencantumkan opini tanpa modifikasian, berdasarkan kerangka
pelaporan keuangan yang sama, atas suatu laporan keuangan tunggal atau satu atau lebih
unsur, akun, atau pos tertentu laporan keuangan. Pencantuman opini tanpa modifikasian
tersebut dalam laporan yang sama dalam kondisi tersebut akan bertentangan dengan opini
tidak wajar atau opini tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan secara
keseluruhan.
BENTUK DAN ISI LAPORAN AUDITOR KETIKA OPINI DIMODIFIKASI
Basis Untuk Paragraf Modifikasi
 Ketika auditor memodifikasi opini atas laporan keuangan, auditor harus, sebagai
tambahan terhadap suatu unsur tertentu yang diharuskan SA 700, mencantumkan suatu
paragraf dalam laporan auditor yang menyediakan suatu penjelasan tentang hal-hal
yang menyebabkan modifikasi tersebut. Auditor harus menempatkan paragraf tersebut
persis sebelum paragraf opini dalam laporan auditor dan menggunakan judul “Basis
untuk Opini Wajar dengan Pengecualian”, “Basis untuk Opini Tidak Wajar”, atau
“Basis untuk Opini Tidak Menyatakan Pendapat”, sesuai dengan kondisinya.
 Jika terdapat suatu kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan yang
berkaitan dengan jumlah tertentu dalam laporan keuangan (termasuk pengungkapan
kuantitatif), maka auditor harus mencantumkan suatu penjelasan dan kuantifikasi
tentang dampak keuangan yang diakibatkan oleh kesalahan penyajian tersebut dalam
paragraf basis untuk modifikasi, kecuali jika tidak prkatis. Jika tidak praktis untuk
mengkuantifikasi dampak keuangan, maka auditor harus menyatakan hal tersebut
dalam paragraf basis untuk modifikasi.
 Jika terdapat suatu kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan yang
berkaitan dengan pengungkapan kualitatif (naratif), maka auditor harus mencantumkan
suatu penjelasan tentang bagaimana terjadi kesalahan penyajian dalam pengungkapan
tersebut dalam paragraf basis untuk modifikasi.
 Jika terdapat suatu kesalahan penyajian material, dalam laporan keuangan yang
berkaitan dengan tidak diungkapkannya informasi yang seharusnya diungkapkan, maka
auditor harus:
(a) Mendiskusikan informasi yang tidak diungkapkan tersebut dengan pihak yang
bertanggungjawab atas tata kelola;
(b) Menjelaskan dalam paragraf basis untuk modifikasi tentang sifat informasi yang
dihilangkan; dan
(c) Kecuali dilarang oleh peraturan perundang-undangan, mencantumkan
pengungkapan yang dihilangkan, apabila dianggap praktis dan auditor telah
memperoleh buktu audit yang cukup dan tepat tentang informasi yang dihilangkan
tersebut.
 Jika odifikasi dihasilkan dari ketidakmampuan untuk memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat, maka auditor harus mencantumkan alasan ketidak mampuan tersebut
dalam pargraf basis untuk modifikasi.
 Bahkan, ketika auditor telah menyatakan suatu opini tidak wajar atau tidak menyatakan
pendapat atas laporan keuangan, auditor harus menjelaskan dalam paragraf basis untuk
modifikasi alasan untuk setiap hal lain yang disadari oleh auditor yang memerlukan
modifikasi terhadap opini, dan pengaruh yang diakibatkannya.

PARAGRAF OPINI
 Ketika auditor memodifikasi opini audit, auditor harus menggunakan judul “Opini
Wajar dengan Pengecualian”, “Opini Tidak Wajar” atau “opini Tidak Menyatakan
Pendapat” sesuai dengan kondisinya, untuk paragraf opini.
 Ketika auditor menyatakan suatau opini wjaar dengan pengecualian karena terdpata
kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan, auditor haru mrnyatakan dalam
paragraf opini bahwa, menurut opini auditor, kecuali untuk dampak hal-hal yang
dijelaskan dalam laporan paragraf Basis untuk Opini Wajar dengan Pengecualian:
(a) Laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai
dengan kerangka laporan keuangan yang berlaku, ketika melaporkan berdasarkan
kerangka penyajian wajar; atau
(b) Laporan keuangan telah disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, ketika melaporkan berdasarkan
kerangka kepatuhan.
 Ketika auditor menyatakan suatu opini tidak wjara, auditor harus menyatakan
signifikansi paragraf opini bahwa, menurut opini auditor, karena signifikansi hal-hal
yang dijelaskan dalam paragraf Basis untuk Opini Tidak Wajar:
(a) Laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang belaku, ketika melaporkan berdasarkan kerangk
penyajian wajar; atau
(b) Laporan keuangan tidak disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, ketika melaporkan berdasarkan
kerangka kepatuhan.
 Ketika auditor tidak menyatakan pendapat karena ketidakmampuannya untuk
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat.
Penjelasan tentang Tanggungjawab Auditor Ketika Auditor Menyatakan suatu Opini
Wajar dengan Pengecualian atau Opini Tidak Wajar
 Ketika auditor menyatakan suatu opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak
wajar, auditor harus mengubah penjelasan tentang tanggungjawab auditor untuk
menyatakan bahwa auditor yakin bahwa bukti audit yang diperoleh oleh auditor adalah
cukup dan tepat untuk menyediakan suatu basis bagi opini modifikasian.
Penjelasan tentang Tanggungjawab Auditor Ketika Auditor Tidak Menyatakan
Pendapat
Ketika auditor tidak menyatakan pendapat karena ketidakmampuan auditor untuk memperoleh
bukti audit yang cukup dan tepat, auditor harus mengubah paragraf pendahuluan dalam laporan
auditor untuk menyatakan bahwa auditor ditugasi untuk mengaudit laporan keuangan. Auditor
juga harus mengubah penjelasan tentang tanggungjawab auditor dan ruang lingkup audit untuk
menyatakan sebagai berikut: “Tanggungjawab kami adalah untuk menyatakan suatu opini atas
laporan keuangan berdasarkan pelaksanaan audit yang sesuai dengan Standar Audit yang
ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia. Namun, oleh karena hal-hal yang dijelaskan
dalam paragraf Basis untuk Opini Tidak Menyatakan Pendapat, kami tidak memperoleh bukti
audit yang cukup dan tepat untuk menyediakan suatu basis untuk opini audit”.

KOMUNIKASI DENGAN PIHAK YANG BERTANGGUNGJAWAB ATAS TATA


KELOLA
Ketika auditor berharap untuk memodifikasi opininya dalam laporan auditor, auditor harus
berkomunikasi dengan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola tentang kondisi yang
menuntun pada modifikasi yang diharapkan tersebut dan usulan kata-kata atas modifikasi
tersebut.
 Pengomunikasian dengan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola tentang kondisi
yang menurun pada suatu modifikasi yang diharapkan terhadap opini auditor dan
susunan kata yang diusulkan atas modifikasi tersebut memungkinkan:
(a) Auditor untuk memberitahukan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola
modifikasi yang dimaksud dan alasan (atau kondisi) untuk modifikasi tersebut.
(b) Auditor untuk mencari persetujuan dari pihak yang bertanggungjawb atas tata
kelola tentang fakta-fakta dari hal-hal yang menimbulkan modifikasi tersebut, atau
mengonfirmasikan hal-hal yang terkait dengan ketidaksepakatan dengan
manajemen; dan
(c) Pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola memperoleh kesempatan, jika
relevan, untuk menyediakan bagi auditor informasi dan penjelasan lebih lanjut
sehubungan dengan hal-hal yang menimbulkan modifikasi tersebut.

Você também pode gostar