Você está na página 1de 21

ANALISIS SISTEM PENYANGGA PADA TEROWONGAN MILA

DI RABABAKA KOMPLEKS KABUPATEN DOMPU

Analysis of The Support System of Mila Tunnel


at Rababaka Complex in Dompu District

Artikel Ilmiah
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai derajat Sarjana S-1 JurusanTeknik Sipil

oleh :
Yuyun Yunita
F1A 012 152

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2016
ANALISIS SISTEM PENYAGGA PADA TEROWONGAN MILA
DI RABABAKA KOMPLEKS KABUPATEN DOMPU

Yuyun Yunita1, Didi S. Agustawijaya2, Tri Sulistyowati2


1
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram.
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram.
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram.
Email: yuyunyunita136@gmail.com

ABSTRAK
Terowongan Mila di Rababaka Kompleks adalah bagian dari mega proyek
infrastruktursumber daya air yang berfungsi sebagai saluran air (water way) yang secara
umum mega proyekinfrastruktur ini dibangun pada batuan gunungapi yang
dikategorikan lunak. Proses peledakan (blasting) mengakibatkan batuan disekitar
terowongan terganggu sehingga diperlukan penyangga, sistem penyangga yang
digunakan yaitu beton semprot (shotcrete), baut batuan (rockbolt), penyangga baja
(steel support), concrete lining dan grouting.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan perhitungan matematis dan
simulasi menggunakan software SAP2000 V.17 dalam menganalisis tegangan yang
terjadi pada sistem penyangga terowongan Mila. Analisis yang dilakukan meliputi
tegangan maksimum dari sistem penyangga shotcrete, rockbolt, steel support, concrete
lining dan grouting.
Berdasarkan hasil perhitungan matematis didapatkan nilai tegangan maksimum
yang diberikan oleh sistem penyangga shotcrete yaitu 0,27 MPa dan kekakuannya yaitu
542,85 MPa/m. Tegangan maksimum sistem penyangga rockbolt yaitu 0,67 MPa dan
kekakuannya yaitu 7,49 MPa/m. Tegangan maksimum sistem penyangga steel dengan
jarak spasi 1 m yaitu 0,17 MPa dan kekakuannya 517,50 MPa/m. Tegangan maksimum
sistem penyangga concrete lining yaitu 4,92 MPa dan kekakuannya yaitu 3085,42
MPa/m. Tegangan maksimum sistem penyangga grouting yaitu 0,67 MPa dan
kekakuannya 31,64 MPa/m. Hasil analisis tegangan maksimum menggunakan software
SAP2000 V.17 pada sistem penyangga shotcrete pada sisi inlet dan outlet yaitu 0,73
MPa dan 0,68 MPa. Tegangan maksimum sistem penyangga steel pada sisi inlet dan
outlet yaitu 0,020 MPa dan 0,018 MPa. Tegangan maksimum sistem penyangga
concrete lining pada sisi inlet dan outlet yaitu 1,17 MPa dan 0,85 MPa.

Kata Kunci: Tegangan maksimum, sistem penyangga, shotcrete, rock bolt, steel
support, concrete lining, grouting, SAP2000 V.17

PENDAHULUAN Terowongan yang akan dibahas pada


Latar Belakang tugas akhir ini adalah terowongan Mila
Terowongan merupakan sebuah di Rababaka Kompleks yang berfungsi
tembusan di bawah permukaan tanah sebagai saluran air (water way) untuk
atau gunung. Terowongan umumnya menghubungkan saluran interbasin yang
tertutup di seluruh sisi kecuali di kedua terhalang bukit. Terowongan ini
ujungnya yang terbuka pada lingkungan merupakan saluran air tertutup karena
luar. Terowongan di bangun dengan saluran terhalang oleh bukit sehingga
berbagai macam tujuan dan fungsi, tidak mungkin dilakukan penggalian
seperti untuk keperluan lalu lintas, untuk saluran terbuka (Agustawijaya,
pertambangan dan saluran air. 2016).
Terowongan Mila di Rababaka (structural analysis program) SAP2000
Kompleks adalah bagian dari mega V.17.
proyek infrastruktur sumber daya air Dari berbagai latar belakang yang
yang sedang dibangun di Kabupaten telah dijelaskan di atas, maka diangkat
Dompu. Secara umum mega proyek menjadi judul tugas akhir yaitu
infrastruktur ini dibangun pada batuan “Analisis Sistem Penyangga Pada
gunung api yang dikategorikan lunak Terowongan Mila di Rababaka
(Agustawijaya, 2016). Sebuah Kompleks Kabupaten Dompu”.
terowongan memerlukan penyangga
manakala terowongan tersebut Permasalahan
dikategorikan tidak aman. Penyangga Secara umum mega proyek
tersebut dipasang untuk menopang atau infrastruktur ini dibangun pada batuan
menyangga masa batuan disekeliling gunung api yang dikategorikan lunak,
terowongan. Menurut Hardjomuljadi sebuah terowongan memerlukan
(2010), penyangga dipasang untuk penyangga manakala terowongan
mencegah terjadinya rock loosening, tersebut dikategorikan tidak aman.
karena sekali batuan mengalami Penyangga tersebut dipasang untuk
loosening, maka keruntuhan akan sangat menopang atau menyangga masa batuan
sulit untuk dicegah lagi, oleh karena itu disekeliling terowongan. Maka dari itu
perlu dipasang penyangga utama yang perlu diketahui tegangan maksimum dari
disesuaikan dengan stand up time dari masing-masing sistem penyangga
masing-masing jenis batuan sebelum terowongan yaitu beton semprot
secondary support berupa concrete (shotcrete), baut batuan (rockbolt),
lining. Material penyangga utama penyangga baja (steel support), concrete
(primary support) berupa beton semprot lining dan grouting. Sehingga dapat
(shotcrete), baut batuan (rockbolt) dan diperkirakan besar tegangan yang
penyangga baja (steel support). dibutuhkan untuk menopang konstruksi
Pelaksanaan pembuatan terowongan terowongan agar dapat dikategorikan
Mila dilaksanakan dengan peledakan konstruksi aman.
(blasting), dimana blasting adalah suatu
proses untuk memecahkan batuan untuk Batasan Masalah
mendapatkan lubang terowongan. Proses Untuk menghindari meluasnya
tersebut akan mengakibatkan batuan lingkup bahasan, maka perlu adanya
disekitarnya akan terganggu, seperti batasan-batasan masalah antara lain:
mengalami retak dan perubahan bentuk 1) Penelitian dilakukan hanya pada
sehingga diperlukan penyangga untuk terowongan Mila, Rababaka
menjaga kestabilan terowongan pada Kompleks.
terowongan Mila, sistem penyangga 2) Pada penelitian ini hanya
yang digunakan yaitu beton semprot menganalisis sistem penyangga pada
(shotcrete), baut batuan (rockbolt), terowonagan Mila.
penyangga baja (steel support) dan 3) Gaya yang bekerja sesuai kondisi di
concrete lining. lapangan menggunakan bantuan
Untuk mengetahui tegangan yang perangkat lunak SAP2000 V.17 yang
terjadi pada masing-masing sistem hanya memperhitungkan gaya statis
penyangga maka dilakukan analisis (beban mati) dan gempa dinamis.
untuk memodelkan prilaku sistem 4) Kebutuhan tulangan pada concrete
penyangga tersebut. Sehubungan dengan lining berdasarkan data
itu untuk memudahkan analisis dalam perencanaan.
tugas akhir ini digunakan software 5) Tidak memperhitungkan
perencanaan struktur.
Tujuan Penelitian inlet adalah 1,4 MPa sampai 3,1 MPa
Adapun tujuan utama dilakukan dan pada sisi outlet yaitu 1,4 MPa
penelitian ini adalah untuk memperoleh sampai 3,1 MPa. Sedangkan kekauan
tegangan sistem penyangga yang yang diberikan oleh sistem penyangga
merupakan gabungan dari masing- grouting pada sisi inlet adalah antara 475
masing penyangga sehingga MPa/m sampai 1044 MPa/m dan pada
mendapatkan faktor aman untuk outlet adalah 285 MPa/m sampai 1044
mengetahui apakah konstruksi MPa/m. Tegangan maksimum dan
terowongan memerlukan penyangga atau kekakuan sistem penyangga concrete
tidak. lining secara berurutan adalah 5,0418
MPa/m dan 4002 MPa/m, baik pada sisi
Manfaat Penelitian inlet dan outlet.
Adapun beberapa manfaat yang Munawar (2007) melakukan
dapat diambil dari penelitian ini adalah: penelitian “Analisa Numeris Tegangan-
1) Memberi informasi perilaku Regangan Pada Batuan di Sekitar Ujung
tegangan sistem penyangga pada Terowongan”. Pada awal terowongan
terowongan Mila. umumnya dijumpai kondisi kedalaman
2) Sebagai evaluasi stabilitas dari batuan yang relatif dangkal, sehingga
sistem penyangga dalam tegangan horizontal batuan yang terjadi
meningkatkan faktor keamanan lebih besar dibanding dengan tegangan
terowogan. vertikalnya. Kondisi topografi
permukaan batuan dan kondisi batuan
Hipotesis yang lemah akan menjadi pertimbangan
Penyangga dipasang untuk mencegah dalam desain, termasuk untuk memilih
terjadinya rock loosing, karena sekali metode galian dan sistem penyangga
batuan mengalami loosening, maka (support) yang efektif. Hasil penelitian
keruntuhan akan sangat sulit untuk menunjukkan bahwa deformasi pada
dicegah lagi, oleh karena itu perlu lereng mempengaruhi perilaku
dipasang penyangga utama yang terowongan dan penggunaan diafragma
disesuaikan dengan stand up time dari tengah memberikan kestabilan
masing-masing jenis batuan sebelum konstruksi yang lebih baik dibanding
secondary support berupa concrete metode galian yang lain. Penggunaan
lining. Pemasangan sistem penyangga support berupa beton setebal 40m
akan meningkatkan keamanan memberikan pengaruh positif terhadap
terowongan. kestabilan terowongan.
Goshtasbi dan Dehghan (2001),
DASAR TEORI melakukan penelitian “Stability Analysis
Tinjauan Pustaka and Support Design of Glandround Coal
Aeni (2014) melakukan penelitian Mine Tunnel”. Penelitian ini telah
“Perilaku Tegangan Pada Massa Batuan menunjukkan bahwa element method
yang Menggunakan Sistem Penyangga bisa menganalisis stabilitas terowongan
Grouting Pada Terowongan Pengelak di tambang batu bara. Analisis numerik
Bendungan Pandan Duri Swangi di menunjukkan bahwa stress ratio k=1,5.
Lombok Timur”, mendapatkan nilai Maksimal displacements yang terjadi di
tegangan vertikal antara 0,283 MPa atap adalah48 m. Tebal sistem
sampai 0,625 MPa pada masing-masing penyangga shotcrete yang direncanakan
blok, tegangan horizontal 0,122 MPa adalah 20 m diperkuat dengan rockbolt
sampai 0,67 MPa dan nilai tegangan di atap dan dinding terowongan. Sistem
penyangga internal sebesar 0,01 MPa. penyangga terbukti cocok dalam
Tegangan maksimum grouting pada sisi mengendalikan displacement
terowongan. Oleh karena itu, sistem Keterangan:
penyangga ini dianjurkan untuk σ1 = Tegangan Utama Mayor (kN/m2)
menstabilkan terowongan di tambang σ3 = Tegangan Utama Minor (kN/m2)
batu bara Glandround. σci = Kuat Tekan dari Material Batuan
(Unconfined Compressive Strength of
Landasan Teori Intact Rock Material) (kN/m2)
Sifat Batuan σci = 2c tan θ
1) Sifat Fisik Batuan tan θ = (1 + tan2 ϕ)1/2 + tan ϕ
Sifat fisik batuan adalah sifat yang Untuk mengembangkan kriteria
terdapat pada suatu batuan setelah kekuatan batuan lunak, maka akan lebih
dilakukan pengujian tanpa melakukan tepat untuk mempertimbangkan
pengerusakan. persamaan di bawah yang diusulkan oleh
2) Sifat Mekanik Batuan (Kuat tekan Agustawijaya (2011). Persamaan
batuan) tersebut menunjukkan hubungan linier
Kekuatan batuan dirumuskan: antara σ1 dan σ3, dimana kemiringan
𝑃 linier adalah tan2α.
𝜎𝑐 = 𝐴
𝜎1 = 𝜎𝑐𝑚 + 𝜇 𝜎3
Keterangan:
𝜎𝑐𝑚 = 𝜌. 𝜎𝑐𝑖
𝜎𝑐 = Kekuatan Tekan (kg/cm2) 1+𝑠𝑖𝑛𝜙
𝑃 = Beban Aksial (kg) 𝜇 = 𝑡𝑎𝑛 2 𝛼 = 1−𝑠𝑖𝑛𝜙𝑏
𝑏
𝐴 = Luas Awal Sampel (m2) Keterangan:
σ1 = Tegangan Utama Mayor (kN/m2)
NATM (New Austrian Tunneling σ3 = Tegangan Utama Minor (kN/m2)
Method) 𝜇 = Kemiringan Linier antara σ1 dan
Dalam NATM, penyangga yang σ3
dipakai adalah penyangga yang flexible, 𝜙𝑏 = Sudut Gesek Dasar (o)
bukan penyangga yang kaku (rigid). σcm = Kuat Tekan Massa Batuan
Berikut adalah material penyangga awal (kN/m2)
(primary support) dan penyangga kedua σci = Kuat Tekan Material Batuan
(secondary support) (Hardjomuljadi, (kN/m2)
2010): ρ = Rasio Kuat Tekan
1) Beton Semprot (Shotcrete) Dalam mengembangkan
2) Baut Batuan (Rockbolt) persamaan ini, Hoek dan Brown (1980,
3) Penyangga Baja (Steel Support) 1994) dalam Agustawijaya (2016) telah
4) Dinding Beton (Concrete Lining) merekam banyak data keteguhan dari
5) Grouting berbagai jenis batuan dan kedalaman.
Melalui metode trial and error, Hoek
Kuat Massa Batuan dan Brown memformulasikan persamaan
Agustawijaya (2011) menyatakan empiris sebagai berikut:
persamaan Coulomb biasanya digunakan 𝜎1 = 𝜎3 + √𝑚𝜎𝑐 𝜎3 + 𝑠𝜎𝑐 2
untuk material tanah lepas, material dimana m dan s adalah konstanta yang
granular lunak, yang biasanya bergeser tergantung pada sifat-sifat batuan, dan
ketika terjadi kegagalan. Kuat geser dari untuk material batuan utuh s = 1, untuk
material ini yang kemudian membentuk material agregat s = 0. Konstanta m
garis keruntuhan linier yang berkisar dari 7 untuk batuan karbonat
menunjukkan hubungan tegangan hingga 25 untuk batuan beku dan
normal dengan kuat geser, bentuk metamorf (Brady dan Brown, 1993).
persamaan Coulomb dapat dilihat dalam Kontanta m dan s dapat diperoleh
persamaan berikut: dari klasifikasi batuan system RMR yang
𝜎1 = 𝜎𝑐𝑖 + 𝜎3 𝑡𝑎𝑛2 θ diusulkan oleh Bieniawski (1973, 1989)
dalam persamaan seperti berikut (Brady 𝐸𝑠𝑏 = Modulus elastisitas rockbolt
dan Brown, 1993): (MPa)
Untuk massa batuan terganggu: 𝑠𝑐 = Jarak pemasangan rockbolt (m)
𝑚 𝑅𝑀𝑅−100 𝑠𝑙 =
𝑚
= 𝑒𝑥𝑝 ( 14 ) Jarak rockbolt secara
捜 longitudinal (m)
𝑅𝑀𝑅−100
𝑠 = 𝑒𝑥𝑝 ( 6 ) 𝑇𝑏𝑓 = Kuat tekan rockbolt (MPa)
Untuk massa batuan tidak terganggu: 2) Tegangan dan kekakuan maksimum
𝑚 𝑅𝑀𝑅−100
sistem penyangga shotcrete,
𝑚𝑖
= 𝑒𝑥𝑝 ( 28
) menggunakan persamaan sebagai
𝑅𝑀𝑅−100 berikut (Hoek dan Brown, 1980):
𝑠 = 𝑒𝑥𝑝 ( 9 ) (𝑟𝑖−𝑡𝑐 )2
1
Keterangan: psmax = 2 𝜎𝑐𝑐 [1 − 𝑟𝑖 2
]
2 − (𝑟 )2 )
𝑚 = Parameter Massa Batuan 𝐸 (𝑟 −𝑡
ksc = 2(𝑐1−𝑣𝑖2 )(𝑟 𝑖−𝑡𝑐)𝑟 2
𝑚𝑖 = Nilai m Untuk Material Batuan 𝑖 𝑐 𝑖

Utuh Keterangan:
𝑠 = Parameter Massa Batuan psmax = Tegangan Maksimum
𝑅𝑀𝑅 = Rock Mass Rating Penyangga (MPa)
σcc = Uniaxial compressive
Tegangan Pada Atap (Crown) dan strength of the concrete (MPa)
Dinding (Wall) Terowongan ri = Radius terowongan (m)
Dalam menganalisis tegangan tc = Tebal shotcrete (m)
pada atap (crown) dan dinding (wall) ksc = Kekakuan shotcrete
terowongan terhadap batuan dapat (MPa/m)
dilakukan perhitungan berdasarkan Ec = Modulus Elastisitas
persamaan sebagai berikut (Brady dan shotcrete (MPa)
Brown, 1993): v = Poison rasio (m)
Tegangan vertikal 𝑝𝑣 = 𝛾 ℎ 3) Tegangan dan kekaua maksimum
sistem penyangga baja (steel
Tegangan horizontal 𝑝ℎ = 𝐾 𝑝𝑣
support), menggunakan persamaan
Keterangan: sebagai berikut (Hoek dan Brown,
𝑝𝑣 = Tegangan Vertikal (MPa) 1980):
𝑝ℎ = Tegangan Horizontal (MPa) 𝑝𝑠𝑠𝑚𝑎𝑥 =
𝛾 = Berat Isi Batuan (MN/m³) 3𝐴𝑠 𝐼𝑠 𝜎𝑦𝑠
ℎ = Kedalaman (m) 1
2𝑆 . 𝑟 〱 . 𝜃[3𝐼𝑠 + 𝑋𝐴𝑠 (𝑟𝑖 −(𝑡𝐵+2𝑋))(1−cos 𝜃)]
𝐾 = Koefisien Tegangan Lateral 𝐸𝑠 𝐴𝑠
𝑘𝑠𝑐 = 𝑆𝑟2𝑖
Analisis Perilaku Tegangan Keterangan:
Persamaan tegangan maksimum 𝜎𝑦𝑠 = Uniaxial compressive strength
dari masing-masing sistem penyangga of the steel (MPa)
terowongan: 𝐼𝑠 = Momen inersia steel (m4)
1) Tegangan dan kekakuan maksimum
sistem penyangga rockbolt, 𝐸𝑠 = Modulus elastisitas steel
menggunakan persamaan sebagai (MPa)
berikut (Hoek, 2008): 𝐴𝑠 = Luasan penampang steel
𝑇
𝑝𝑠𝑏𝑚𝑎𝑥 = 𝑠 𝑏𝑓 section (m2)
𝑠 𝑙 𝑐
𝐸𝑠𝑏 𝜋 𝑑2𝑏
𝑆= Spasi antara steel (m)
𝑘𝑠𝑏 = 4𝑙 𝑠𝑙 𝑠𝑐 𝑟𝑖 = Radius terowongan (m)
𝜃 = Setengah sudut diameter titik
Keterangan: 𝑋 = Tinggi baja/ kedalaman baja (m)
𝑑𝑏 = diameter rockbolt (m)
𝑡𝐵 = Ketebalan blok (m)
𝑙= panjang rockbolt (m)
𝑊= Lebar blok (m) 𝑘𝑒𝑘𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛
𝑆𝐹 = 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
4) Tegangan dan kekuan maksimum
Keterangan:
sistem penyangga concrete lining,
Umumnya, faktor aman lebih besar
menggunakan persamaan sebagai
atau sama dengan 1,2-1,5 (SF ≥ 1,5)
berikut (Hoek dan Brown, 1980):
1 (𝑟𝑖−𝑡𝑐 )2
(Hardiyatmo, 2010).
psmax = 2 𝜎𝑐𝑐 [1 − 𝑟𝑖 2
]
𝐸 (𝑟 2 −(𝑟 −𝑡 )2 ) Pengaruh beban gempa
𝑐 𝑖 𝑖 𝑐
ksc = 2(1−𝑣𝑐2 )(𝑟 −𝑡 )𝑟 2
𝑖 𝑐 𝑖 Berdasarkan SNI 1726:2012
Keterangan: ketentuan umum gempa rencana, faktor
psmax = Tegangan Maksimum keutamaan dan kategori risiko struktur
Penyangga (MPa) terowongan dapat dilihat di bawah ini:
σcc = Uniaxial compressive 1) Gempa rencana
strength of the concrete (MPa) 2) Faktor keutamaan dan katergori
ri = Radius terowongan (m) risiko struktur bangunan
tc = Tebal concrete lining (m) Geser dasar seismik (V) ditentukan
ksc = Kekakuan dari Concrete sesuai dengan persamaan berikut:
Lining V = 𝐶𝑠 . W
Ec = Modulus Elastisitas 𝑆 .𝐼
concrete (MPa) = 𝐷𝑆𝑅 𝑒 . 𝑊
vc = Poison rasio concrete (m) Keterangan:
5) Tegangan dan kekauan maksimum V= Geser Dasar
sistem penyangga grouting, 𝑆𝐷𝑆 = Parameter percepatan spectrum
menggunakan persamaan sebagai respons desain dalam rentang
berikut (Hoek, 2008): perioda pendek
𝑇
psgmax= 𝑆 𝑔𝑓 𝑅 = Faktor modifikasi respon
𝑆 𝑙 𝑐
𝐸𝑔 𝜋 𝑔2
𝐼𝑒 = Faktor keutamaan gempa
ksg = 4 𝑙 𝑆𝑙 𝑆𝑐
Keterangan: METODE PENELITIAN
Tgf= Kuat tekan grouting (MPa) Lokasi Penelitian
Sc= Jarak antar grouting menurut Studi ini dilaksanakan pada
permukaan (m) terowongan Mila di Rababaka Kompleks
Sl= Jarak grouting menurut sumbu Kabupaten Dompu, Provinsi Nusa
memanjang penggalian (m) Tenggara Barat. Secara geografis
ksg= Kekauan dari Grouting Rababaka kompleks terletak pada
Eg= Medulus Elastisitas grouting 118°41’ - 118°27’ Bujur Timur dan
(MPa) 8°28’ - 8°36’ Lintang Selatan.
l= Panjang grouting (m)
dg= Diameter lubang grouting (m)

Faktor Aman
Faktor aman menurut Coulomb
menyatakan perbandingan keadaan
kekuatan batuan terhadap tegangan yang Gambar 1 Lokasi Penelitian
bekerja pada batuan tersebut, dapat (Sumber: www.googleearth.com, 2016)
dirumuskan sebagai berikut (Wisafri,
2011):
Bagan Alir Analisis
Untuk memudahkan dalam menganalisis dan lebih terarahnya pembahasan maka
dibuat bagan alr analisa studi, selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2a Bagan Alir Penelitian


A B

Kuat Massa Batuan: Tegangan maksimum masing-masing


- Coulomb: sistem penyangga:
𝜎1 = 𝜎𝑐𝑖 + 𝜎3 𝑡𝑎𝑛2 θ - Penyangga rock bolt:
- Agustawijaya: 𝑇 𝐸 𝜋 𝑑2𝑏
𝑝𝑠𝑏𝑚𝑎𝑥 =𝑠 𝑏𝑓𝑠 ;𝑘𝑠𝑏 = 4𝑙𝑠 𝑠
𝜎1 = 𝜎𝑐𝑚 + 𝜇 𝜎3 𝑙 𝑐 𝑙 𝑠𝑐

- Hoek dan Brown: - Penyangga shotcrete:


1 (𝑟𝑖−𝑡𝑐 )2
𝜎1 = 𝜎3 + √𝑚𝜎𝑐 𝜎3 + 𝑠𝜎𝑐 2 psmax = 2 𝜎𝑐𝑐 [1 − 𝑟𝑖 2
]
𝐸 (𝑟 2 − (𝑟 −𝑡 )2 )
ksc=2(𝑐1−𝑣𝑖 2 )(𝑟 𝑖−𝑡 𝑐)𝑟 2
𝑖 𝑐 𝑖
- Penyangga baja (steel support):
Tegangan pada atap (crown) dan
𝑝𝑠𝑠𝑚𝑎𝑥 =
dinding (wall) terowongan: 3𝐴𝑠 𝐼𝑠 ó𝑦𝑠
- Tegangan vertikal: 2𝑆 . 𝑟𝑖 . 𝜃[3𝐼𝑠 + 𝑋𝐴𝑠 (𝑟𝑖 −(𝑡𝐵 +2𝑋) )(1−cos 𝜃)]
1

𝑝𝑣 = 𝛾 ℎ 𝐸 𝐴
𝑘𝑠𝑠 = 𝑆𝑠 𝑟2𝑠
- Tegangan horizontal: 𝑖
𝑝ℎ = 𝐾 𝑝𝑣 - Penyangga concrete lining:
1 (𝑟𝑖−𝑡𝑐 )2
psmax = 2 𝜎𝑐𝑐 [1 − 𝑟𝑖 2
]
𝐸 (𝑟 2 −(𝑟 −𝑡 )2 )
𝑐 𝑖 𝑖 𝑐
ksc=2(1−𝑣𝑐2 )(𝑟 −𝑡 )𝑟 2
𝑖 𝑐 𝑖
SAP2000 V.17 input:
- Penyangga grouting:
- Pemodelan struktur 𝑇 𝐸𝑠 𝜋 𝑑𝑔2
penyangga psgmax=𝑆 𝑔𝑓𝑆 ;ksg = 4 𝑙 𝑆𝑙 𝑆𝑐
𝑙 𝑐
- Pembebanan struktur
penyangga
- Analisis struktur penyangga

Angka keamanan:
SAP2000 V.17 output: 𝑘𝑒𝑘𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛
Tegangan (Momen, Lintang 𝐹=
𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
dan Normal)

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 2b Bagan Alir Penelitian


HASIL DAN PEMBAHASAN Kuat Massa Batuan
Analisis kuat massa batuan pada
Data Hasil Pengujian di terowongan Mila diberikan berdasarkan
Laboratorium persamaan Coulomb, Agustawijaya
Tabel 1 Data batuan hasil serta Hoek dan Brown adalah sebagai
pengujian di Laboratorium berikut:
Parameter Inlet Outlet
Berat isi batuan
19,82 23,38
(KN/m3)
Kuat tekan
2,3 18,4
batuan (MPa)

Gambar 3 Grafik Hasil Analisis Kuat Massa Batuan Pada Inlet dan Outlet Terowongan
Kuat massa batuan merupakan dilakukan untuk menentukan kuat
salah satu parameter yang digunakan massa batuan dengan memodifikasi
untuk menentukan faktor aman pada rumus Coulomb untuk menganalisis
terowongan. Kuat massa batuan ini keruntuhan massa batuan lunak.
dianalisis menggunakan persamaan Perbedaannya adalah faktor skala massa
Mohr-Coulomb, persamaan batuan di lapangan.
Agustawijaya serta persamaan Hoek Parameter yang digunakan pada
dan Brown. persamaan Hoek dan Brown yaitu kuat
Parameter yang berperan dalam tekan batuan (𝜎𝑐𝑖 ) dan confining stress,
persamaan Mohr-Coulomb yaitu kuat persamaan ini juga dipengaruhi oleh
tekan batuan (𝜎𝑐𝑖 ), yaitu nilai seberapa hasil klasifikasi massa batuan dengan
besar kemampuan batuan menerima metode RMR system dalam mencari
tekanan, nilai ini diperoleh dari hasil besarnya nilai konstanta m dan s untuk
pengujian kuat tekan batuan. Parameter menghitung kuat massa batuan.
keduanya yaitu confining stress (𝜎3 ) Berdasarkan Gambar 3 terlihat
merupakan tekanan samping yang perbedaan hasil analisis kuat massa
besarnya dipengaruhi oleh kohesi (c), batuan dari ketiga persamaan di atas,
koefisien tegangan lateral (k) dan hal ini disebabkan oleh perbedaan
tegangan vertikal (𝑝𝑣 ). Koefisien material yang ditinjau. Persamaan
tegangan lateral dipengaruhi oleh sudut Mohr-Coulomb hanya meninjau
geser dalam batuan (∅), sedangkan keteguhan material batuan yang diuji di
tegangan vertikal dipengaruhi oleh berat laboratorium, persamaan Agustawijaya
isi batuan (𝛾) dan kedalaman (h). meninjau kuat massa batuan lunak di
Persamaan Agustawijaya lapangan dengan memodifikasi rumus
merupakan pengembangan yang Coulomb sedangkan persamaan Hoek
dan Brown meninjau kuat massa batuan Tegangan pada Atap (Crown) dan
keras dengan memasukkan parameter Dinding (Wall) Terowongan
klasifikasi massa batuan berdasarkan Analisis pada atap (crown) dan
metode RMR system. Karena batuan di dinding (wall) terowongan. Perhitungan
lapangan termasuk kategori batuan dilakukan dengan meninjau arah
lunak, sehingga lebih disarankan untuk vertikal dan horizontal.
menggunakan persamaan Agustawijaya
(Coulomb Modifikasi).

Gambar 4 Grafik Besar Tegangan Vertikal Pada Sisi Inlet dan Outlet

Gambar 5 Grafik Besar Tegangan Horizontal Pada Sisi Inlet dan Outlet

Besar tegangan yang berarah Pada Gambar 4 merupakan grafik


vertikal pada sebuah titik dibawah tegangan vertikal pada sisi inlet dan
permukaan, merupakan fungsi dari outlet terowongan terlihat perbedaan
densitas batuan diatas titik tersebut dan tegangan yang terjadi pada masing-
kedalaman. Karena batuan dianggap masing stationing hal ini disebabkan
homogen (densitasnya dianggap oleh kedalaman yang berbeda pada
konstan) maka tegangan vertikal masing-masing stationing sehingga
bervariasi hanya terhadap kedalaman, tegangan yang dihasilkan berbeda-beda,
semakin besar kedalaman maka semakin tinggi kedalaman maka
semakin besar tegangan yang diterima tegangan yang dihasilkan semakin
oleh terowongan. besar. Pada Gambar 5 merupakan
Tegangan horizontal ditentukan grafik tegangan horizontal pada sisi
oleh parameter koefisien tegangan inlet dan outlet, dengan nilai tegangan
lateral (k) dan tegangan vertikal (𝑝𝑣 ) vertikal yang berbeda-beda maka
dimana semakin besar tegangan vertikal tegangan yang dihasilkan juga berbeda-
yang dihasilkan oleh terowongan maka beda semakin besar tegangan vertikal
semakin besar pula tegangan horizontal semakin besar pula tegangan horizontal
yang terjadi pada terowongan. yang terjadi, namun pada kondisi ini
tegangan horizontal bernilai lebih kecil Analisis Perilaku Tegangan Pada
dari pada tegangan vertikal hal ini Terowongan Mila
dikarenakan tegangan horizontal
dipengaruhi oleh koefisien tegangan Analisis Perilaku Tegangan dan
lateral (k) sehingga tegangan yang Faktor Aman Pada Terowongan Mila
terjadi pada dinding (wall) atau Perhitungan Matematis
tegangan horizontal lebih kecil dari
pada tegangan pada atap (crown) atau
tegangan vertikal.

Gambar 6 Grafik Tegangan dan Kekakuan Maksimum Sistem Penyangga pada


Terowongan

Gambar 7 Grafik Faktor Aman Sistem Penyangga Keseluruhan Sisi Inlet dan Outlet

Perhitungan sistem penyangga pada terowongan pada bentuk tapal kuda


inlet terowongan biasanya adalah bagian terlemah pada
Tegangan maksimum shotcrete terowongan. Pada bagian ini terjadi
adalah tegangan yang terdiri atas tegangan kompresi, berbeda dengan
beberapa parameter yaitu kuat tekan atap yang terjadi penyebaran tegangan
concrete, radius atau jari-jari tarik di seluruh permukaan lengkung
terowongan dan tebal shotcrete dari atap terowongan. Pada bagian dinding
terowongan. Perhitungan penyangga rawan terjadi keruntuhan geser,
shotcrete pada atap dengan dengan jari- sehingga massa batuan sangat
jari terowongan 2 m dan ketebalan tergantung pada kuat geser massa
shotcrete 10 cm menghasilkan tegangan batuannya. Perhitungan penyangga
penyangga yaitu sebesar 0,27 MPa. shotcrete pada dinding memberikan
Tegangan penyangga shotcrete ini keteguhan massa batuan menjadi 0,58
memberikan tambahan tegangan pada MPa maka faktor aman yang diperoleh
keteguhan massa batuan sehingga adalah 3,07.
menjadi 0,54 MPa maka faktor aman Setelah pemasangan penyangga
yang diperoleh adalah 2,47. Dinding shotcrete kemudian dipasang
penyangga rockbolt yang menghasilkan Penyangga V yaitu penyangga
tegangan penyangga yaitu sebesar 0,67 grouting, dimana grouting adalah suatu
MPa, diperoleh kuat massa batuan aspek penting dalam pelaksanaan
sebesar 1,21 MPa pada atap dan 1,25 konstruksi bangunan air pada
MPa pada dinding sehingga umumnya, terlebih pada pekerjaan
memperoleh faktor aman 5,50 pada atap pembangunan terowongan. Tujuan
dan 6,58 pada dinding. Faktor aman utama dari consolidation graouting
naik 55% setelah adanya peyangga adalah untuk meningkatkan
rockbolt. karakteristik batuan dalam kaitannya
Pemasangan penyangga III yaitu dengan kemungkinan deformasi dan
steel support yang menghasilkan kebocoran, dengan cara penyuntikan
tegangan yaitu 0,17 MPa pada jarak pasta semen atau mortar kedalam
spasi baja 1 m sehingga memberikan rekahan (fissure atau joint), dari massa
keteguhan massa batuan menjadi 1,38 batuan disekeliling penampang galian
MPa pada atap dan 1,42 MPa pada terowongan. Tegangan maksimum
dinding sehingga faktor aman yang grouting ditentukan berdasarkan kuat
diperoleh adalah 6,27 pada atap dan tekan, dimana kuat tekan ditentukan
7,47 pada dinding. Faktor aman oleh volume campuran semen dan air
terowongan naik 12% setelah yang digunakan. Selain parameter kuat
pemasangan penyangga steel support. tekan, jarak grouting menurut
Pemasangan penyangga steel support permukaan juga mempengaruhi
dengan spasi baja 1,2 dan 1,5 m penggalian, dan jarak antar grouting
memberikan keteguhan massa batuan menurut permukaan juga
menjadi 1,35 MPa pada atap 1,39 MPa mempengaruhi tegangan maksimum
pada dinding dan 1,32 MPa pada atap grouting. Penyangga grouting
1,36 MPa pada dinding. Pemasangan memberikan tegangan penyangga
baja dengan spasi 1,2 dan 1,5 m hanya sebesar 0,67 MPa sehingga kuas massa
menurunkan faktor aman sebesar 2 dan batuan setelah pemasangan penyangga
4,5% terhadap penyangga baja dengan keseluruhan adalah 6,97 MPa pada atap
spasi 1,0 m sehingga diperoleh faktor dan 7,01 MPa pada dinding
aman masing-masing adalah 6,14 pada terowongan. Faktor aman yang
atap 7,32 pada dinding dan 6,00 pada diperoleh setelah pemasangan
atap 7,16 pada dinding. Sehingga yang penyangga keseluruhan dapat dilihat
dipergunakan yaitu baja dengan spasi pada Gambar 7 yaitu sebesar 31,68
1,0 m untuk meningkatkan faktor aman pada atap dan 36,89 pada dinding
terowongan. terowongan. Sehingga faktor aman naik
Penyangga IV yaitu penyangga 10%.
concrete lining, pemasangan concrete Telah dijelaskan faktor aman lebih
lining kualitas 22,5 MN/m2 dengan besar atau sama dengan 1,2-1,5 (SF ≥
ketebalan concrete 0,5 m memberikan 1,5), pada terowongan sisi inlet
tegangan penyangga sebesar 4,92 MPa diperoleh faktor aman adalah 31,68
sehingga kuat massa batuan setelah pada atap dan 36,89 pada dinding,
pemasangan penyangga concrete lining faktor aman ≥ 1,5 sehingga terowongan
adalah 6,97 MPa pada dinding dan 7,01 dikategorikan aman.
MPa pada atap sehingga diperoleh
faktor aman 28,64 pada atap dan 33,37 Perhitungan sistem penyangga pada
pada dinding. Pada pemasangan outlet terowongan
penyangga concrete lining faktor aman Perhitungan penyangga untuk
naik hingga 78%. outlet terowongan menerapkan urutan
perhitungan yang sama dengan inlet 𝑝𝑠𝑚𝑎𝑥 𝑖𝑗𝑖𝑛 = 0,33 MPa
terowongan, yang membedakan antara
inlet dan oulet terowongan yaitu 𝑝 𝑖𝑗𝑖𝑛
𝑆𝐹 dinding= 𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
𝑠𝑚𝑎𝑥
𝐻𝑜𝑟𝑖𝑧𝑜𝑛𝑡𝑎𝑙
kondisi massa batuan yang berbeda, 𝑝 𝑖𝑗𝑖𝑛
kondisi massa batuan yang lebih baik 1,5= 𝑠𝑚𝑎𝑥
0,19
memberikan perhitungan penyangga 𝑝𝑠𝑚𝑎𝑥 𝑖𝑗𝑖𝑛 = 0,29
yang lebih baik. Begitu juga sebaliknya
kondisi massa batuan yang tidak baik Tabel 2 Hasil perhitungan tegangan ijin
memberikan pehitungan penyangga
yang tidak baik. Setelah pemasangan
penyangga grouting diperoleh faktor
aman dapat dilihat pada Gambar 7
yaitu 31,23 pada atap dan 36,42 pada
dinding. SF ≥ 1,5 sehingga penyangga Yulianto (2012), 𝑝𝑠𝑚𝑎𝑥 𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 ≥
dikategorikan aman.
𝑝𝑠𝑚𝑎𝑥 𝑖𝑗𝑖𝑛 oleh karena itu terowongan
Perhitungan-perhitungan sistem
dikategorikan aman. Namun dalam hal
penyangga ini menerapkan mutu-mutu
ini pada sistem penyangga shotcrete
penyangga standar, baik shotcrete,
dikategorikan tidak aman, hal ini
rockbolt, steel upport, concrete lining
dikarenakan penampang atau ketebalan
maupun grouting. Jika mutu-mutu
shotcrete yang kecil, oleh karena itu
penyangga ini berkurang dari mtu
penampang shotcrete yang diperbesar
standar, maka tegangan penyangga yang
menjadi 15cm sehingga tegangan yang
diberikan oleh masing-masing
dihasilkan menjadi 0,41 MPa sehingga
penyangga akan berkurang. Hal ini akan
𝑝𝑠𝑚𝑎𝑥 𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 ≥ 𝑝𝑠𝑚𝑎𝑥 𝑖𝑗𝑖𝑛 oleh karena
memberikan faktor aman yang
berkurang. itu terowongan dikategorikan aman.

Tegangan Ijin Analisis Perilaku Tegangan dan


𝑝𝑠𝑚𝑎𝑥 𝑖𝑗𝑖𝑛
𝑆𝐹atap= 𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 楷𝑒𝑟𝑡𝑖𝑘𝑎𝑙 Faktor Aman Pada Terowongan Mila
𝑝𝑠𝑚𝑎𝑥 𝑖𝑗𝑖𝑛 Pemodelan Analisis dengan SAP2000
1,5= 0,22 V.17

Gambar 8 Output Tegangan Maksimum Sistem Penyangga Shotcrete Sisi Inlet dan
Outlet
Gambar 9 Output Tegangan Maksimum Sistem Penyangga Baja (Steel Support) Sisi
Inlet dan Outlet

Gambar 10 Output Tegangan Maksimum Sistem Penyangga Concrete Lining Sisi Inlet
dan Outlet

Gambar 11 Grafik Hasil Output Tegangan Maksimum Analisis Software SAP2000


V.17
Gambar 12 Grafik Faktor Aman Sistem Penyangga pada Sisi Inlet dan Outlet
Hasil output analisis software diperoleh kuat massa batuan pada inlet
SAP2000 V.17 berupa tegangan yang sebesar 0,29 MPa pada atap dan 0,33
dihasilkan oleh masing-masing MPa pada outlet 0,19 MPa dan 0,24
penyangga. Gambar 11 merupakan MPa pada dinding sehingga
grafik output hasil analisis pada memperoleh faktor aman pada
penyangga shotcrete, steel support dan penyangga shotcrete dan steel support
concrete lining. Tegangan maksimum sisi inlet yaitu 4,64 pada atap dan 5,58
yang dihasilkan sistem penyangga pada dinding sedangkan sisi outlet yaitu
shotcrete yaitu sebesar 0,73 MPa pada 4,18 pada atap dan 4,84 pada dinding.
inlet dan 0,63 pada outlet, tegangan Faktor aman naik 1,9% setelah adanya
penyangga shotcrete ini memberikan peyangga steel support.
tambahan tegangan pada keteguhan Analisis terakhir yaitu penyangga
massa batuan sisi inlet menjadi 1,00 concrete lining yang menghasilkan
MPa pada atap dan 1,04 MPa pada faktor aman setelah penyangga
dinding sehingga faktor aman yang shotcrete, steel dan concrete lining sisi
diperoleh yaitu 4,55 pada atap dan 5,47 inlet sebesar 9,95 pada atap dan 11,74
pada dinding sedangkan pada sisi outlet pada dinding sedangkan sisi outlet
menjadi 0,85 MPa pada atap dan 0,90 sebesar 8,05 pada atap dan 9,32 pada
MPa pada dinding sehingga faktor aman dinding. Faktor aman yang telah
yang diperoleh adalah 4,09 pada atap dihasilkan ≥ 1,5 sehingga terowongan
dan 4,74 pada dinding. dikategorikan aman.
Setelah menganalisis penyangga Berikut adalah pemodelan
shotcrete kemudian steel support yang struktur sistem penyangga shotcrete,
menghasilkan tegangan penyangga steel support dan concrete lining
yaitu sebesar 0,02 MPa pada inlet dan kondisi gempa.
0,018 MPa pada outlet sehingga

Gambar 13 Output Tegangan Maksimum Sistem Penyangga Shotcrete Sisi Inlet dan
Outlet Kondisi Gempa
Gambar 14 Output Tegangan Maksimum Sistem Penyangga Steel Support Sisi Inlet
dan Outlet Kondisi Gempa

Gambar 15 Output Tegangan Maksimum Sistem Penyangga Concrete Lining Sisi Inlet
dan Outlet Kondisi Gempa

Gambar 16 Grafik Hasil Output Tegangan Maksimum Analisis Software SAP2000


V.17 Kondisi Gempa

Gambar 17 Grafik Faktor Aman Sistem Penyangga pada Sisi Inlet dan Outlet
Gambar 6 merupakan grafik horizontal kondisi gempa dipengaruhi
output hasil analisis pada penyangga oleh geser dasar seismik (V) dan berat
shotcrete, steel support dan concrete seismik efektif (W). Semakin besar
lining kondisi gempa. Analisis pada berat seismik efektif (W) maka semakin
kondisi gempa dipengaruhi oleh geser besar geser dasar seismik (V) dan
dasar seismik (V) dan berat seismik semakin besar pula tegangan horizontal
efektif (W). Semakin besar berat yang terjadi pada terowongan.
seismik efektif (W) maka semakin besar
geser dasar seismik (V), namun pada
kondisi gempa membuat bekurangnya PENUTUP
tegangan sehingga massa batuan Kesimpulan
berkurang, maka diperoleh faktor aman Berdasarkan analisis data yang
setelah penyangga shotcrete, steel dan telah dilakukan, maka dapat
concrete lining sisi inlet yaitu 8,73 pada disimpulkan:
atap dan 10,32 pada dinding sedangkan 1) Tegangan total yang dihasilkan
pada outlet 6,82 pada atap dan 8,16 oleh penyangga terowongan adalah
pada dinding. Faktor aman yang telah 6,40 MPa dengan kekakuan
dihasilkan ≥ 1,5 sehingga terowongan maksimum sebesar 4184,89
dikategorikan aman dalam keadaan MPa/m, sehingga didapatkan faktor
gempa. aman inlet 31,68 pada atap dan
36,89 pada dinding sedangkan
Analisis Perilaku Tegangan Pada outlet 31,23 pada atap dan 36,42
Terowongan Mila Pemodelan pada dinding, dimana faktor aman
Analisis dengan SAP2000 V.17 terowongan ≥ 1,5 sehingga
terowongan Mila dikatakan aman.
2) Sistem penyangga diperlukan di
terowongan Mila karena batuan
pada terowonan Mila dikategorikan
batuan lunak sehingga memerlukan
sistem penyangga keseluruhan
seperti yang telah dijelas pada
metode NATM (New Austrian
Tnneling Method).
Gambar 18 Grafik Besar Tegangan
Horizontal Kondisi Gempa Pada Sisi Saran
Inlet Sebaiknya pemilihan spesifikasi
menggunakan sistem penyangga yang
disesuaikan dengan kebutuhan
terowongan serta memperhatikan nlai
ekonimis.

DAFTAR PUSTAKA
Gambar 19 Grafik Besar Tegangan Aeni, Quratu’, 2014, Perilaku
Horizontal Kondisi Gempa Pada Sisi Tegangan Pada Massa Batuan
Outlet yang Menggunakan Sistem
Tegangan horizontal kondisi gempa Penyangga Grouting Pada
memiliki tegangan yang lebih besar Terowongan Pengelak
daripada kondisi normal. Tegangan Bendungan Pandan Duri Swangi
di Lombok Timur, Fakultas Hardiyatmo, C. H., 2010, Mekanika
Teknik Universitas Mataram, Tanah II, Gajah Mada University
Mataram. Press, Yogyakarta.
Agustawijaya, D.S., 2011, The Hardjomuljadi, Sarwono. 2010,
Influence of Rock Properties and Terowongan Dengan NATM
Size into Strength Criteria: A (New Austrian Tunneling
Proposed Criterion for Soft Rock Method). PT. MEDISA.
Masses, Civil Engineering Jakarta.
Dimention, Vol 13, No.2. Hoek, E. and Brown, E.T., 1980,
Agustawijaya, D.S., 2016, Mekanika Underground Excavation in
Batuan Untuk Terowongan dan Rock. Institution of Mining
Struktur Bawah Permukaan, and Metallurgy, London, UK.
Fakultas Teknik Sipil Hoek, Evert. 2008, Rock-Support
Universitas Mataram. Interaction Analysis For
Anonim, 2002, Pedoman Pekerjaan Tunnels In Weak Rock Mass.
Terowongan Pegunungan, http:/www.rocscience.com/ (5
Clinical Institute for Tunnels April 2016).
and Tunneling-Yamaguchi Munawar, Rais, 2007, Tesis Analisa
University (CITY-YU), Jakarta. Numeris Tegangan-Regangan
Anonim, 2012, Google Earth, pada Batuan di Sekitar Ujung
http://www.google.com/ (25 Terowonngan, Fakultas Teknik
April 2016). Universitas Gadjah Mada,
Anonim, 2012, Model Test dan Yogyakarta.
Penyempurnaan Desain Satyarno, I, Nawangalam, P., dan
Bendungan Tanju dan Pratomo, R. I., 2012, Belajar
Bendungan Mila Untuk SAP2000 Edisi Kedua, Zamil
Rababaka Kompleks, Publishing, Yogyakarta.
PT.INDRA KARYA Wally, Junaida, 2014, Pemodelan
(Persero), Malang. Terowongan pada Batuan
Anonim, 2012, Pedoman Tugas Akhir. dengan Metode Finite Element,
Mataram: Fakultas Teknik Fakultas Teknik Universitas
Universitas Mataram. Komputer Indonesia, Bandung.
Anonim, 2012, SNI 1726 (Tentang Tata Wisafri, 2011, Stabilitas Lereng dan
Cara Perencanaan Ketahanan Penanggulangan Longsoran di
Gempa untuk Struktur Gedung Daerah Berbatu, Jurusan Teknik
dan Non Gedung), Badan Sipil Poloteknik Negeri Padang,
Standar Nasional Indonesia. Sumatera Barat.
Arifin, H.S, 2009, Terowongan Dalam Yulianto, Didik, 2012, Analisis Dinding
Pelaksanaan, PT.MEDISA, Jakarta. Penahan Tanah dan Stabilitas
Brady, B.H.G. and Brown, E.T., 1993, Lereng dengan Struktur Counter
Rock Mechanics for Weight Menggunakan Program
Underground Mining, Chapman Plaxis 8.5, Jurusan Teknik Sipil
& Hall, London, UK. FTSP-UII, Yogyakarta.
Goshtasbi, K.G., dan Dehghan, S.F.,
2001, Stability Analysis and
Support Design of Glanroud
Coal Mine Tunnel, Tarbiat
Modares University, Iran.

Você também pode gostar