Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Artikel Ilmiah
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai derajat Sarjana S-1 JurusanTeknik Sipil
oleh :
Yuyun Yunita
F1A 012 152
ABSTRAK
Terowongan Mila di Rababaka Kompleks adalah bagian dari mega proyek
infrastruktursumber daya air yang berfungsi sebagai saluran air (water way) yang secara
umum mega proyekinfrastruktur ini dibangun pada batuan gunungapi yang
dikategorikan lunak. Proses peledakan (blasting) mengakibatkan batuan disekitar
terowongan terganggu sehingga diperlukan penyangga, sistem penyangga yang
digunakan yaitu beton semprot (shotcrete), baut batuan (rockbolt), penyangga baja
(steel support), concrete lining dan grouting.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan perhitungan matematis dan
simulasi menggunakan software SAP2000 V.17 dalam menganalisis tegangan yang
terjadi pada sistem penyangga terowongan Mila. Analisis yang dilakukan meliputi
tegangan maksimum dari sistem penyangga shotcrete, rockbolt, steel support, concrete
lining dan grouting.
Berdasarkan hasil perhitungan matematis didapatkan nilai tegangan maksimum
yang diberikan oleh sistem penyangga shotcrete yaitu 0,27 MPa dan kekakuannya yaitu
542,85 MPa/m. Tegangan maksimum sistem penyangga rockbolt yaitu 0,67 MPa dan
kekakuannya yaitu 7,49 MPa/m. Tegangan maksimum sistem penyangga steel dengan
jarak spasi 1 m yaitu 0,17 MPa dan kekakuannya 517,50 MPa/m. Tegangan maksimum
sistem penyangga concrete lining yaitu 4,92 MPa dan kekakuannya yaitu 3085,42
MPa/m. Tegangan maksimum sistem penyangga grouting yaitu 0,67 MPa dan
kekakuannya 31,64 MPa/m. Hasil analisis tegangan maksimum menggunakan software
SAP2000 V.17 pada sistem penyangga shotcrete pada sisi inlet dan outlet yaitu 0,73
MPa dan 0,68 MPa. Tegangan maksimum sistem penyangga steel pada sisi inlet dan
outlet yaitu 0,020 MPa dan 0,018 MPa. Tegangan maksimum sistem penyangga
concrete lining pada sisi inlet dan outlet yaitu 1,17 MPa dan 0,85 MPa.
Kata Kunci: Tegangan maksimum, sistem penyangga, shotcrete, rock bolt, steel
support, concrete lining, grouting, SAP2000 V.17
Utuh Keterangan:
𝑠 = Parameter Massa Batuan psmax = Tegangan Maksimum
𝑅𝑀𝑅 = Rock Mass Rating Penyangga (MPa)
σcc = Uniaxial compressive
Tegangan Pada Atap (Crown) dan strength of the concrete (MPa)
Dinding (Wall) Terowongan ri = Radius terowongan (m)
Dalam menganalisis tegangan tc = Tebal shotcrete (m)
pada atap (crown) dan dinding (wall) ksc = Kekakuan shotcrete
terowongan terhadap batuan dapat (MPa/m)
dilakukan perhitungan berdasarkan Ec = Modulus Elastisitas
persamaan sebagai berikut (Brady dan shotcrete (MPa)
Brown, 1993): v = Poison rasio (m)
Tegangan vertikal 𝑝𝑣 = 𝛾 ℎ 3) Tegangan dan kekaua maksimum
sistem penyangga baja (steel
Tegangan horizontal 𝑝ℎ = 𝐾 𝑝𝑣
support), menggunakan persamaan
Keterangan: sebagai berikut (Hoek dan Brown,
𝑝𝑣 = Tegangan Vertikal (MPa) 1980):
𝑝ℎ = Tegangan Horizontal (MPa) 𝑝𝑠𝑠𝑚𝑎𝑥 =
𝛾 = Berat Isi Batuan (MN/m³) 3𝐴𝑠 𝐼𝑠 𝜎𝑦𝑠
ℎ = Kedalaman (m) 1
2𝑆 . 𝑟 〱 . 𝜃[3𝐼𝑠 + 𝑋𝐴𝑠 (𝑟𝑖 −(𝑡𝐵+2𝑋))(1−cos 𝜃)]
𝐾 = Koefisien Tegangan Lateral 𝐸𝑠 𝐴𝑠
𝑘𝑠𝑐 = 𝑆𝑟2𝑖
Analisis Perilaku Tegangan Keterangan:
Persamaan tegangan maksimum 𝜎𝑦𝑠 = Uniaxial compressive strength
dari masing-masing sistem penyangga of the steel (MPa)
terowongan: 𝐼𝑠 = Momen inersia steel (m4)
1) Tegangan dan kekakuan maksimum
sistem penyangga rockbolt, 𝐸𝑠 = Modulus elastisitas steel
menggunakan persamaan sebagai (MPa)
berikut (Hoek, 2008): 𝐴𝑠 = Luasan penampang steel
𝑇
𝑝𝑠𝑏𝑚𝑎𝑥 = 𝑠 𝑏𝑓 section (m2)
𝑠 𝑙 𝑐
𝐸𝑠𝑏 𝜋 𝑑2𝑏
𝑆= Spasi antara steel (m)
𝑘𝑠𝑏 = 4𝑙 𝑠𝑙 𝑠𝑐 𝑟𝑖 = Radius terowongan (m)
𝜃 = Setengah sudut diameter titik
Keterangan: 𝑋 = Tinggi baja/ kedalaman baja (m)
𝑑𝑏 = diameter rockbolt (m)
𝑡𝐵 = Ketebalan blok (m)
𝑙= panjang rockbolt (m)
𝑊= Lebar blok (m) 𝑘𝑒𝑘𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛
𝑆𝐹 = 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
4) Tegangan dan kekuan maksimum
Keterangan:
sistem penyangga concrete lining,
Umumnya, faktor aman lebih besar
menggunakan persamaan sebagai
atau sama dengan 1,2-1,5 (SF ≥ 1,5)
berikut (Hoek dan Brown, 1980):
1 (𝑟𝑖−𝑡𝑐 )2
(Hardiyatmo, 2010).
psmax = 2 𝜎𝑐𝑐 [1 − 𝑟𝑖 2
]
𝐸 (𝑟 2 −(𝑟 −𝑡 )2 ) Pengaruh beban gempa
𝑐 𝑖 𝑖 𝑐
ksc = 2(1−𝑣𝑐2 )(𝑟 −𝑡 )𝑟 2
𝑖 𝑐 𝑖 Berdasarkan SNI 1726:2012
Keterangan: ketentuan umum gempa rencana, faktor
psmax = Tegangan Maksimum keutamaan dan kategori risiko struktur
Penyangga (MPa) terowongan dapat dilihat di bawah ini:
σcc = Uniaxial compressive 1) Gempa rencana
strength of the concrete (MPa) 2) Faktor keutamaan dan katergori
ri = Radius terowongan (m) risiko struktur bangunan
tc = Tebal concrete lining (m) Geser dasar seismik (V) ditentukan
ksc = Kekakuan dari Concrete sesuai dengan persamaan berikut:
Lining V = 𝐶𝑠 . W
Ec = Modulus Elastisitas 𝑆 .𝐼
concrete (MPa) = 𝐷𝑆𝑅 𝑒 . 𝑊
vc = Poison rasio concrete (m) Keterangan:
5) Tegangan dan kekauan maksimum V= Geser Dasar
sistem penyangga grouting, 𝑆𝐷𝑆 = Parameter percepatan spectrum
menggunakan persamaan sebagai respons desain dalam rentang
berikut (Hoek, 2008): perioda pendek
𝑇
psgmax= 𝑆 𝑔𝑓 𝑅 = Faktor modifikasi respon
𝑆 𝑙 𝑐
𝐸𝑔 𝜋 𝑔2
𝐼𝑒 = Faktor keutamaan gempa
ksg = 4 𝑙 𝑆𝑙 𝑆𝑐
Keterangan: METODE PENELITIAN
Tgf= Kuat tekan grouting (MPa) Lokasi Penelitian
Sc= Jarak antar grouting menurut Studi ini dilaksanakan pada
permukaan (m) terowongan Mila di Rababaka Kompleks
Sl= Jarak grouting menurut sumbu Kabupaten Dompu, Provinsi Nusa
memanjang penggalian (m) Tenggara Barat. Secara geografis
ksg= Kekauan dari Grouting Rababaka kompleks terletak pada
Eg= Medulus Elastisitas grouting 118°41’ - 118°27’ Bujur Timur dan
(MPa) 8°28’ - 8°36’ Lintang Selatan.
l= Panjang grouting (m)
dg= Diameter lubang grouting (m)
Faktor Aman
Faktor aman menurut Coulomb
menyatakan perbandingan keadaan
kekuatan batuan terhadap tegangan yang Gambar 1 Lokasi Penelitian
bekerja pada batuan tersebut, dapat (Sumber: www.googleearth.com, 2016)
dirumuskan sebagai berikut (Wisafri,
2011):
Bagan Alir Analisis
Untuk memudahkan dalam menganalisis dan lebih terarahnya pembahasan maka
dibuat bagan alr analisa studi, selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.
𝑝𝑣 = 𝛾 ℎ 𝐸 𝐴
𝑘𝑠𝑠 = 𝑆𝑠 𝑟2𝑠
- Tegangan horizontal: 𝑖
𝑝ℎ = 𝐾 𝑝𝑣 - Penyangga concrete lining:
1 (𝑟𝑖−𝑡𝑐 )2
psmax = 2 𝜎𝑐𝑐 [1 − 𝑟𝑖 2
]
𝐸 (𝑟 2 −(𝑟 −𝑡 )2 )
𝑐 𝑖 𝑖 𝑐
ksc=2(1−𝑣𝑐2 )(𝑟 −𝑡 )𝑟 2
𝑖 𝑐 𝑖
SAP2000 V.17 input:
- Penyangga grouting:
- Pemodelan struktur 𝑇 𝐸𝑠 𝜋 𝑑𝑔2
penyangga psgmax=𝑆 𝑔𝑓𝑆 ;ksg = 4 𝑙 𝑆𝑙 𝑆𝑐
𝑙 𝑐
- Pembebanan struktur
penyangga
- Analisis struktur penyangga
Angka keamanan:
SAP2000 V.17 output: 𝑘𝑒𝑘𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛
Tegangan (Momen, Lintang 𝐹=
𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
dan Normal)
Selesai
Gambar 3 Grafik Hasil Analisis Kuat Massa Batuan Pada Inlet dan Outlet Terowongan
Kuat massa batuan merupakan dilakukan untuk menentukan kuat
salah satu parameter yang digunakan massa batuan dengan memodifikasi
untuk menentukan faktor aman pada rumus Coulomb untuk menganalisis
terowongan. Kuat massa batuan ini keruntuhan massa batuan lunak.
dianalisis menggunakan persamaan Perbedaannya adalah faktor skala massa
Mohr-Coulomb, persamaan batuan di lapangan.
Agustawijaya serta persamaan Hoek Parameter yang digunakan pada
dan Brown. persamaan Hoek dan Brown yaitu kuat
Parameter yang berperan dalam tekan batuan (𝜎𝑐𝑖 ) dan confining stress,
persamaan Mohr-Coulomb yaitu kuat persamaan ini juga dipengaruhi oleh
tekan batuan (𝜎𝑐𝑖 ), yaitu nilai seberapa hasil klasifikasi massa batuan dengan
besar kemampuan batuan menerima metode RMR system dalam mencari
tekanan, nilai ini diperoleh dari hasil besarnya nilai konstanta m dan s untuk
pengujian kuat tekan batuan. Parameter menghitung kuat massa batuan.
keduanya yaitu confining stress (𝜎3 ) Berdasarkan Gambar 3 terlihat
merupakan tekanan samping yang perbedaan hasil analisis kuat massa
besarnya dipengaruhi oleh kohesi (c), batuan dari ketiga persamaan di atas,
koefisien tegangan lateral (k) dan hal ini disebabkan oleh perbedaan
tegangan vertikal (𝑝𝑣 ). Koefisien material yang ditinjau. Persamaan
tegangan lateral dipengaruhi oleh sudut Mohr-Coulomb hanya meninjau
geser dalam batuan (∅), sedangkan keteguhan material batuan yang diuji di
tegangan vertikal dipengaruhi oleh berat laboratorium, persamaan Agustawijaya
isi batuan (𝛾) dan kedalaman (h). meninjau kuat massa batuan lunak di
Persamaan Agustawijaya lapangan dengan memodifikasi rumus
merupakan pengembangan yang Coulomb sedangkan persamaan Hoek
dan Brown meninjau kuat massa batuan Tegangan pada Atap (Crown) dan
keras dengan memasukkan parameter Dinding (Wall) Terowongan
klasifikasi massa batuan berdasarkan Analisis pada atap (crown) dan
metode RMR system. Karena batuan di dinding (wall) terowongan. Perhitungan
lapangan termasuk kategori batuan dilakukan dengan meninjau arah
lunak, sehingga lebih disarankan untuk vertikal dan horizontal.
menggunakan persamaan Agustawijaya
(Coulomb Modifikasi).
Gambar 4 Grafik Besar Tegangan Vertikal Pada Sisi Inlet dan Outlet
Gambar 5 Grafik Besar Tegangan Horizontal Pada Sisi Inlet dan Outlet
Gambar 7 Grafik Faktor Aman Sistem Penyangga Keseluruhan Sisi Inlet dan Outlet
Gambar 8 Output Tegangan Maksimum Sistem Penyangga Shotcrete Sisi Inlet dan
Outlet
Gambar 9 Output Tegangan Maksimum Sistem Penyangga Baja (Steel Support) Sisi
Inlet dan Outlet
Gambar 10 Output Tegangan Maksimum Sistem Penyangga Concrete Lining Sisi Inlet
dan Outlet
Gambar 13 Output Tegangan Maksimum Sistem Penyangga Shotcrete Sisi Inlet dan
Outlet Kondisi Gempa
Gambar 14 Output Tegangan Maksimum Sistem Penyangga Steel Support Sisi Inlet
dan Outlet Kondisi Gempa
Gambar 15 Output Tegangan Maksimum Sistem Penyangga Concrete Lining Sisi Inlet
dan Outlet Kondisi Gempa
Gambar 17 Grafik Faktor Aman Sistem Penyangga pada Sisi Inlet dan Outlet
Gambar 6 merupakan grafik horizontal kondisi gempa dipengaruhi
output hasil analisis pada penyangga oleh geser dasar seismik (V) dan berat
shotcrete, steel support dan concrete seismik efektif (W). Semakin besar
lining kondisi gempa. Analisis pada berat seismik efektif (W) maka semakin
kondisi gempa dipengaruhi oleh geser besar geser dasar seismik (V) dan
dasar seismik (V) dan berat seismik semakin besar pula tegangan horizontal
efektif (W). Semakin besar berat yang terjadi pada terowongan.
seismik efektif (W) maka semakin besar
geser dasar seismik (V), namun pada
kondisi gempa membuat bekurangnya PENUTUP
tegangan sehingga massa batuan Kesimpulan
berkurang, maka diperoleh faktor aman Berdasarkan analisis data yang
setelah penyangga shotcrete, steel dan telah dilakukan, maka dapat
concrete lining sisi inlet yaitu 8,73 pada disimpulkan:
atap dan 10,32 pada dinding sedangkan 1) Tegangan total yang dihasilkan
pada outlet 6,82 pada atap dan 8,16 oleh penyangga terowongan adalah
pada dinding. Faktor aman yang telah 6,40 MPa dengan kekakuan
dihasilkan ≥ 1,5 sehingga terowongan maksimum sebesar 4184,89
dikategorikan aman dalam keadaan MPa/m, sehingga didapatkan faktor
gempa. aman inlet 31,68 pada atap dan
36,89 pada dinding sedangkan
Analisis Perilaku Tegangan Pada outlet 31,23 pada atap dan 36,42
Terowongan Mila Pemodelan pada dinding, dimana faktor aman
Analisis dengan SAP2000 V.17 terowongan ≥ 1,5 sehingga
terowongan Mila dikatakan aman.
2) Sistem penyangga diperlukan di
terowongan Mila karena batuan
pada terowonan Mila dikategorikan
batuan lunak sehingga memerlukan
sistem penyangga keseluruhan
seperti yang telah dijelas pada
metode NATM (New Austrian
Tnneling Method).
Gambar 18 Grafik Besar Tegangan
Horizontal Kondisi Gempa Pada Sisi Saran
Inlet Sebaiknya pemilihan spesifikasi
menggunakan sistem penyangga yang
disesuaikan dengan kebutuhan
terowongan serta memperhatikan nlai
ekonimis.
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 19 Grafik Besar Tegangan Aeni, Quratu’, 2014, Perilaku
Horizontal Kondisi Gempa Pada Sisi Tegangan Pada Massa Batuan
Outlet yang Menggunakan Sistem
Tegangan horizontal kondisi gempa Penyangga Grouting Pada
memiliki tegangan yang lebih besar Terowongan Pengelak
daripada kondisi normal. Tegangan Bendungan Pandan Duri Swangi
di Lombok Timur, Fakultas Hardiyatmo, C. H., 2010, Mekanika
Teknik Universitas Mataram, Tanah II, Gajah Mada University
Mataram. Press, Yogyakarta.
Agustawijaya, D.S., 2011, The Hardjomuljadi, Sarwono. 2010,
Influence of Rock Properties and Terowongan Dengan NATM
Size into Strength Criteria: A (New Austrian Tunneling
Proposed Criterion for Soft Rock Method). PT. MEDISA.
Masses, Civil Engineering Jakarta.
Dimention, Vol 13, No.2. Hoek, E. and Brown, E.T., 1980,
Agustawijaya, D.S., 2016, Mekanika Underground Excavation in
Batuan Untuk Terowongan dan Rock. Institution of Mining
Struktur Bawah Permukaan, and Metallurgy, London, UK.
Fakultas Teknik Sipil Hoek, Evert. 2008, Rock-Support
Universitas Mataram. Interaction Analysis For
Anonim, 2002, Pedoman Pekerjaan Tunnels In Weak Rock Mass.
Terowongan Pegunungan, http:/www.rocscience.com/ (5
Clinical Institute for Tunnels April 2016).
and Tunneling-Yamaguchi Munawar, Rais, 2007, Tesis Analisa
University (CITY-YU), Jakarta. Numeris Tegangan-Regangan
Anonim, 2012, Google Earth, pada Batuan di Sekitar Ujung
http://www.google.com/ (25 Terowonngan, Fakultas Teknik
April 2016). Universitas Gadjah Mada,
Anonim, 2012, Model Test dan Yogyakarta.
Penyempurnaan Desain Satyarno, I, Nawangalam, P., dan
Bendungan Tanju dan Pratomo, R. I., 2012, Belajar
Bendungan Mila Untuk SAP2000 Edisi Kedua, Zamil
Rababaka Kompleks, Publishing, Yogyakarta.
PT.INDRA KARYA Wally, Junaida, 2014, Pemodelan
(Persero), Malang. Terowongan pada Batuan
Anonim, 2012, Pedoman Tugas Akhir. dengan Metode Finite Element,
Mataram: Fakultas Teknik Fakultas Teknik Universitas
Universitas Mataram. Komputer Indonesia, Bandung.
Anonim, 2012, SNI 1726 (Tentang Tata Wisafri, 2011, Stabilitas Lereng dan
Cara Perencanaan Ketahanan Penanggulangan Longsoran di
Gempa untuk Struktur Gedung Daerah Berbatu, Jurusan Teknik
dan Non Gedung), Badan Sipil Poloteknik Negeri Padang,
Standar Nasional Indonesia. Sumatera Barat.
Arifin, H.S, 2009, Terowongan Dalam Yulianto, Didik, 2012, Analisis Dinding
Pelaksanaan, PT.MEDISA, Jakarta. Penahan Tanah dan Stabilitas
Brady, B.H.G. and Brown, E.T., 1993, Lereng dengan Struktur Counter
Rock Mechanics for Weight Menggunakan Program
Underground Mining, Chapman Plaxis 8.5, Jurusan Teknik Sipil
& Hall, London, UK. FTSP-UII, Yogyakarta.
Goshtasbi, K.G., dan Dehghan, S.F.,
2001, Stability Analysis and
Support Design of Glanroud
Coal Mine Tunnel, Tarbiat
Modares University, Iran.