Você está na página 1de 13

AKUNTANSI KLIRING

Kliring merupakan sarana atau cara perhitungan hutang piutang dalam bentuk surat-surat
berharga atau surat dagang dari suatu bank peserta yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia
atau pihak lain yang ditunjuk. Dalam perkembangannya, kliring tidak hanya dilakukan secara
manual tapi juga secara otomasi maupun elektronik. Oleh karena itu kliring didefinisikan juga
sebagai pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antar bank atas nama bank maupun
nasabah yang hasil perhitungannya diselesaikn pada waktu tertentu.

A. SISTEM KLIRING
Berdasarkan sistem penyelenggaraannya, kliring dapat menggunakan :
1. Sistem manual, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan
perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring, serta pemilahan warkat dilakukan secara
manual oleh setiap peserta.
2. Sistem semi otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam
pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring dilakukan secara otomasi,
sedangkan pemilahan warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta.
3. Sistem otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan
perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring, dan pemilahan warkat dilakukan oleh
penyelenggara secara otomasi.
4. Sistem elektronik, yaitu penyelenggaraan kliring lokal secara elektronik yang
selanjutnya disebut kliring elektronik adalah penyelenggaraan kliring lokal yang dalam
pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring didasarkan pada Data
Keuangan Elektronik yang selanjutnya disebut DKE disertai dengan penyampaian
warkat peserta kepada penyelenggara untuk diteruskan kepada peserta penerima.

B. PESERTA KLIRING
Peserta kliring adalah bank atau Bank Indonesia yang terdaftar pada penyelenggara untuk
mengikuti kliring. Peserta kliring dikelompokkan menjadi :
a. Peserta Langsung
Peserta langsung adalah peserta yang turut serta dalam pelaksanaan kliring secara
langsung dengan menggunakan identitasnya sendiri. Untuk menjadi peserta langsung
harus memenuhi syarat :
1. Kantor bank yang dapat menjadi peserta langsung adalah :
1) Kantor cabang yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank
Indonesia
2) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan diluar
negeri, yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank Indonesia
3) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan
didalam negeri yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia untuk
beroperasi diwilayah kliring yang berbeda dari kantor induknya.
2. Kantor bank mempunyai kantor lain yang memiliki rekening giro di salah satu
kantor Bank Indonesia
3. Lokasi kantor bank memungkinkan bank tersebut untuk mengikuti kliring secara
tertib sesuai jadwal kliring lokal yang ditetapkan. Dalam hal ini yang perlu
dipertimbangkan adalah waktu tempuh dari lokasi kantor bank ke lokasi
penyelenggara maksimal 45 (empat puluh lima) menit.
b. Peserta Tidak Langsung
Peserta tidak langsung adalah peserta yang turut serta dalam pelaksanaan kliring melalui
dan menggunakan identitas peserta langsung yang menjadi induknya yang merupakan
bank yang sama. Untuk menjadi peserta tidak langsung harus memenuhi persyaratan :

1. Kantor bank yang dapat menjadi peserta tidak langsung adalah :


1) Kantor cabang yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank
Indonesia
2) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan diluar
negeri yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank Indonesia
3) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan didalam
negeri yang telah dilaporkan kepada Bank Indonesia
2. Kantor bank sebagaimana dimaksud pada huruf a menginduk kepada kantor lain yang
merupakan bank yang sama yang telah menjadi peserta langsung diwilayah kliring
yang sama

C. WARKAT DAN DOKUMEN KLIRING


Warkat dan dokumen kliring yang digunakan dalam kliring otomasi wajib memenuhi
spesifikasi teknis sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai warkat,
dokumen kliring, dan pencetakannya pada perusahaan percetakan dokumen sekuriti.
a. Warkat
Warkat adalah alat pembayaran bukan tunai yang diperhitungkan atas beban atau untuk
untung rekening nasabah atau bank melalui kliring. Warkat yang dapat diperhitungkan
dalam kliring otomasi adalah :
1. Cek adalah cek sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD) termasuk cek dividen, cek perjalanan, cek cinderamata, dan jenis cek
lainnya yang penggunaannya dalam kliring disetujui oleh Bank Indonesia.
2. Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk
memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada rekening
pemegang yang disebutkan namanya, termasuk Bilyet Giro Bank Indonesia (BGBI)
3. Wesel Bank Untuk Transfer adalah wesel sebagaimana diatur dalam KUHD yang
diterbitkan oleh bank khusus untuk sarana transfer.
4. Surat Bukti Penerimaan Transfer adalah surat bukti penerimaan transfer dari luar kota
yang dapat ditagihkan kepada bank peserta penerima dana transder melalui kliring
lokal.
5. Nota Debet adalah warkat yang digunakan untuk enagih dana pada bank lain untuk
untung bank atau nasabah bank yang menyampaikan warkat tersebut.
6. Nota Kredit adalah warkat yang digunakan untuk menyampaikan dana pada bank lain
untuk untung bank atau nasabah bank yang menerima warkat tersebut.
b. Dokumen Kliring
Dokumen Kliring merupakan dokumen yang berfungsi sebagai alat bantu dalam proses
perhitungan kliring ditempat penyelenggara. Dokumen kliring yang digunakan dalam
penyelenggaraan kliring lokal dengan sistem manual berupa daftar warkat kliring
penyerahan (pengembalian) yang berfungsi sebagai bukti penyerahan (pengembalian)
warkat baik pada kliring penyerahan maupun kliring pengembalian. Daftar warkat klirng
penyerahan/pengembalian ini disediakan oleh masing-masing peserta.
c. Formulir Kliring
Formulir yang digunakan untuk proses perhitungan kliring lokal dengan sistem manual
meliputi :
1. Neraca kliring penyerahan/pengembalian gabungan formulir ini disediakan oleh
penyelenggara dan digunakan oleh penyelenggara untuk menyusun rekapitulasi
neraca kliring penyerahan (pengembalian) dari seluruh peserta.
2. Neraca kliring penyerahan/pengembalian. Formulir ini disediakan oleh peserta dan
digunakan oleh peserta untuk menyusun neraca kliring penyerahan/pengembalian
atas dasar daftar warkat kliring penyerahan/pengembalian.
3. Bilyet Saldo Kliring. Formulir ini disediakan oleh peserta dan digunakan oleh
peserta untuk menyusun bilyet saldo kliring berdasarkan neraca kliring penyerahan
dan neraca kliring pengembalian.

D. MEKANISME KLIRING
Pertemuan kliring dilakukan dalam dua tahap yaitu :
1. Kliring Penyerahan
Kliring Penyerahan adalah bagian dari suatu siklus Kliring guna
memperhitungkan warkat dan atau DKE yang disampaikan oleh Peserta. Dalam kliring
penyerahan, peserta kliring akan menyerahkan warkat-warkat/DKE kliringnya baik
warkat/DKE debet maupun warkat/DKE kredit kepada penyelenggara/peserta lawan
transaksinya (lazimnya disebut dengan warkat/DKE keluar (outward clearing) serta
menerima warkat/DKE debet maupun kredit dari penyelenggara/peserta lawan
transaksinya (lazimnya disebut warkat/DKE masuk (inward clearing).
Atas dasar penyerahan warkat/DKE kliring dimaksud, Penyelenggara akan
melakukan perhitungan kliring sehingga dapat menghasilkan Bilyet Saldo Kliring dan
berbagai bentuk laporan kliring yang dapat berguna bagi penyelesaian akhir transaksi
kliring ke rekening giro bank di Bank Indonesia dan pembukuan transaksi kliring ke
rekening nasabah bank.
Kegiatan yang perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum kliring penyerahan adalah :
Warkat di cap yang memuat sebutan “kliring” dan dicantumkan nomor kode kelompok
peserta Persetujuan penyelenggara dan peserta lain
Langkah-langkah selanjutnya adalah :
1) Warkat-warkat dikelompokkan sesuai peserta. Warkat-warkat tersebut dapat
digolongkan menjadi :
· Warkat kliring yang diserahkan oleh masing-masing peserta, yaitu :
a. Nota Debet Keluar yaitu warkat yang disetorkan oleh nasbah suatu bank untuk
keuntungan rekening nasbah tersebut.
b. Nota Kredit Keluar yaitu warkat pembebanan ke rekening nasabah yang
menyetorkan untuk keuntungan rekening nasabah bank lain.
· Warkat kliring yang diterima dari peserta lain, yaitu :
a. Nota Debet Masuk yaitu warkat yang diserahkan oleh peserta lain atas beban
nasabah bank yang menerima warkat.
b. Nota Debet Keluar yaitu warkat yang diserahkan oleh peserta lain untuk keuntungan
nasabah bank yang menerima warkat.
2) Warkat debet dan kredit dirinci nilai nominalnya dalam suatu daftar.
3) Nilai nominal dan banyaknya warkat dalam daftar kliring di jumlahkan.
4) Serah terima warkat kliring yang telah ditandatangani oleh wakil peserta kliring
5) Apabila terjadi perbedaan pendapat mengenai dapat tidaknya warkat diperhitungkan
dalam kliring, maka keputusan akhir diserahkan kepada penyelenggara.
6) Penyusunan neraca kliring penyerahan yang ditandatangani dan dibubuhi nama
peserta kliring dengan jelas.
7) Wakil peserta kliring kembali ke bank masing-masing untuk menentukan layak
tidaknya warkat-warkat yang diterima dari bank lain untuk diselesaikan.

2. Kliring Pengembalian (Retur)


Kliring Pengembalian adalah bagian dari suatu siklus kliring guna
memperhitungkan warkat dan atau DKE debet kliring penyerahan yang ditolak
berdasarkan alasan yang ditetapkan dalam ketentuan Bank Indonesia atau karena tidak
sesuai dengan tujuan dan persyaratan penerbitannya.
Contoh Mekanisme Kliring :
Terdapat 2 buah bank umum nasional yaitu SITIBANK dan KARMANBANK. Keduanya
memiliki asset yang sama-sama disimpan disuatu tempat yakni Bank Indonesia. Seluruh asset
yang di simpan di BI disebut Rekening Koran (R/K pada BI). BI mencatat R/K SITIBANK dan
R/K KARMANBANK pada kolom Liability(kredit). Kedua bank pun memiliki pembukuan
yakni R/K pada BI dicatat di sisi Asset dan disisi Liability terdapat tabungan, giro, deposito, dan
simpanan masyarakat lainnya.
Sebuah kasus misalnya : SITIBANK memiliki seorang nasabah yang bernama Gino, ia
mengirimkan cek sebesar Rp. 10 jt kepada Atun nasabah KARMANBANK. Atun mencairkan
cek tersebut di KARMANBANK, lalu KARMANBANK melakukan perubahan pembukuan
menjadi R/K pada BI dicatat di kolom debet dan tabungan Atun Rp. 10 jt dikolom kredit. Begitu
pula SITIBANK melakukan perubahan pembukuan pada rekening Gino menjadi Giro Gino pada
kolom Debet danR/K pada BI dikolom Kredit. Proses pemindahn giro berupa cek dari bank lain
disebut Pinbuk Kredit. PadaBI R/K SITIBANK danR/K KARMANBANK dicatat disisi
Liability. Lalu karena KARMANBANK mengirimkan surat ke SITIBANK melalui BI yang
disebutNota Debet Keluar, maka terjadi perubahan jumlahR/K KARMANBANK di BI menjadi
bertambah, kemudian SITIBANK menerima surat dari KARMANBANK melalui BI yang
menyatakan bahwa sudah terjadi transaksi pencairan cek sebesar Rp. 10 jt dari nasabah Gino
kepada Atun nasabah KARMANBANK, surat tersebut adalah Nota Debet Masuk, lalu
SITIBANK melakukan perubahan rekening pada BI menjadi berkurang.
Kasus lain misalnya : Atun mengambil tabungan sebesar Rp.20 jt pada KARMANBANK, lalu
KARMANBANK melakukanperubahan pembukuan menjadi Tab. Atunpada sisi Debet Rp.20 jt
dan R/K pada BI disisi Kredit Rp.20 jt. Lalu KARMANBANK mengirimkan surat yaitu Nota
Kredit Keluar yang menyatakan bahwa telah terjadi transaksi pada rekening Atun maka BI
melakukan perubahan pembukuan R/K KARMANBANK menjadiR/K KARMANBANK pada
sisi Debet dan R/K SITIBANK pada sisi Kredit sebesar Rp.20 jt. Lalu BI mengirimkan Nota
Kredit Masuk pada SITIBANK ini menjadi tolakan kliring, lalu SITIBANK melakukan
perubahan pembukuan menjadi R/K pada BI pada sisiDebet Tab. Gino pada sisi Kredit sebesar
Rp. 20 jt
E. JADWAL KLIRING LOKAL DAN PELIMPAHAN HASIL KLIRING
Jadwal penyelenggaraan kliring manual serta jadwal pelimpahan hasil kliring ditetapkan
oleh penyelenggara dengan persetujuan Bank Indonesia yang mewilayahi. Jadwal kliring
lokal yang ditetapkan merupakan rentang waktu bagi wakil peserta diperkenankan untuk
hadir dan mendistribusikan warkat pada proses penyelenggaraaan kliring
penyerahan/pengembalian, sebagai contoh :
1. Jadwal kliring penyerahan ditetapkan pada pukul 10.30 s/d 11.00
2. Jadwal kliring pengembalian ditetapkan pukul 13.00 s/d 13.30. Hal ini berarti bahwa
kehadiran wakil peserta dan proses pendistribusian warkat debet tolakan dapat dimulai
pada pukul 13.00 dengan batas akhir kehadiran wakil peserta pukul 13.30

F. SISTEM KLIRING WARKAT LUAR WILAYAH


Kliring warkat luar wilayah adalah penyelenggaraan kliring atas cek dan BG yang
diterbitkan oleh kantor bank yang bukan peserta diwilayah kliring dimana cek dan BG
tersebut dikliringkan. Penerapan kliring warkat luar wilayah akan memberikan manfaat
berupa efisiensi dalam penyelesaian pembayaran cek/BG luar kota, baik efisiensi maupun
biaya.

G. PRINSIP – PRINSIP UMUM KLIRING WARKAT LUAR WILAYAH


Prinsip – prinsip umum dalam penyelenggaraan kliring warkat luar wilayah adalah sebagai
berikut:

1. Cek dan BG yang diterbitkan oleh suatu kantor bank dapat dikliringkan di wilayah kliring
manapun sepanjang :
1) Cek dan BG tersebut diterbitkan oleh bank yang sudah terdaftar sebagai peserta kliring
warkat luar wilayah.
2) Di wilayah kliring di mana warkat tersebut dikliringkan terdapat kantor cabang dari bank
penerbit yang menjadi peserta kliring.
2. Kepesertaan :
1) Saat ini kepesertaan bank dalam kliring warkat luar wilayah tidak bersifat wajib,
tergantung pada kebutuhan dan kesiapan masing-masing bank.
2) Pendaftaran untuk menjadi peserta kliring warkat luar wilayah cukup dilakukan oleh
kantor pusat bank dan berlaku bagi seluruh kantor bank yang bersangkutan.
3) Bank wajib menetapkan satu kantor koordinator disetiap wilayah kliring dimana bank
tersebut menjadi peserta.
4) Bank Indonesia tidak mengatur mekanisme internal bank dalam melakukan validasi cek
dan BG luar kotanya.
5) Dalam penyelenggaraan kliring, proses dan perhitungan atas cek dan BG luar kota tidak
dipisahkan dari proses warkat lokal lainnya, sehingga efektivitas dana cek/BG luar kota
tersebut sama dengan jadwal kliring lokal dimana cek/BG tersebut dikliringkan.
6) Perhitungan antar kantor dari bank tertarik diselesaikan secara internal oleh masing-
masing bank.
Penerapan kliring warkat luar wilayah memberi implikasi bagi seluruh bank, baik yang
mendaftar maupun yang tidak mendaftar menjadi peserta kliring warkat luar wilayah karena :

1. Seluruh bank, baik yang mendaftar atau tidak mendaftar menjadi peserta kliring warkat luar
wilayah dapat mengkliringkan cek/BG yang diterbitkan oleh bank peserta kliring warkat luar
wilayah di wilayah kliring manapun sepanjang di wilayah kliring tersebut ada kantor cabang
dari bank penerbit.
2. Nasabah tentu lebh memilih agar cek/BG luar kota diklringkan melalui kliring lokal, karena
akan lebih cepat dan efisien daripada harus melalui mekanisme inkaso.

Implikasi bagi bank secara umum sebagai berikut :


1. Sistem dan prosedur penerimaan dan pemrosesan cek/BG luar kota, untuk memilah
mana yang sudah dapat dikliringkan lokal dan mana yang belum.
2. Terkait dengan sistem kliring yang digunakan di masing-masing wilayah kliring saat ini,
terdapat implikasi yang berbeda bagi bank-bank yang menjadi peserta kliring dimasing-
masing wilayah kliring tersebut, yaitu :
1) Bank Peserta Kliring Elektronik/Otomasi
Tidak ada perubahan pada aplikasi sistem yang ada dipeserta. Namun, bank perlu
melengkapi MICR code line, apabila cek/BG tersebut berasal dari wilayah kliring
lain yang belum otomasi/elektronik.
2) Bank Peserta Kliring SOKL
Melakukan updating sandi peserta pada aplikasi SOKL setiap kali ada bank peserta
kliring warkat luar wilayah yang baru atau setiap kali ada penambahan/pengurangan
peserta langsung dari kantor bank peserta kliring warkat luar wilayah.
3) Bank Peserta Kliring Manual
Tidak terdapat implikasi teknis bagi kantor bank yang menjadi peserta kliring lokal
dengan sistem manual, mengingat semua kegiatan masih dilakukan secara manual.

Peserta kliring warkat luar wilayah adalah bank yang telah mendaftar dan disetujui oleh Bank
Indonesia untuk menjadi peserta kliring warkat luar wilayah.

1) Sistem Verifikasi Cek/BG


Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah apakah sistem dan prosedur tersebut cukup
aman dan efisien. Apabila bank menggunakan sistem validasi online maka bank perlu
menyiapkan contingency plan untuk mengatasi terjadinya gangguan pada sistem.
2) Prosedur pemberian fasilitas overdraft terkait dengan kebijaka intern bank mengenai
pemberian fasilitas overdraft kepada nasabahnya, maka bank peserta kliring warkat luar
wilayah yang menyediakan fasilitas ini perlu meninjau kembali prosedur operasional
sehubungan dengan kewenangan pemberian fasilitas overdraft tersebut oleh kantornya yang
berada diwilayah kliring lain.
3) Pencetakan Warkat
Dengan diterapkannya kliring warkat luar wilayah maka bank peserta kliring warkat luar
wilayah diwajibkan untuk mencantumkan informasi mengenai sandi peserta dan nomor
rekening pada cek/BG yang diterbitkan seluruh kantornya. Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan bank lain pada saat akan meng-encode (pada sistem otomasi/elektronik) atau
pada saat merekam data ke dalam disket (pada sistem SOKL).

Dengan diterapkannya kliring warkat luar wilayah, implikasi bagi penyelenggara kliring
perlu diperhatikan adalah kewajiban untuk melakukan updating sandi peserta kliring pada
aplikasi yang digunakannya sebagai penyelenggara.
Penyelenggaraan kliring warkat luar wilayah merupakan suatu fasilitas yang disediakan Bank
Indonesia, dimana keikutsertaan bank pada scheme ini tidak bersifat mandatori. Dalam hal
ini Bank Indonesia memberi kebebasan pada bank untuk ikut mendaftar atau tidak pada
scheme ini, sesuai dengan kebutuhan dan kesiapan masing-masing bank.

H. MENGENAL KLIRING ELEKTRONIK DAN OTOMASI


Transaksi kliring dengan menggunakan sistem ini pada prinsipnya sama dengan kliring
manual. Warkat yang digunakan juga sama, yang membedakan adalah pada penggunaan
teknologi yang lebih canggih. Dalam kliring elektronik dan otomasi, harus didukung oleh
Sistem Pusat Komputer kliring Elektronik (SPKE), Terminal Peserta Kliring (TKP), dan
Jaringan Komunikasi Data (JKD). SPKE adalah seperangkat sistem komputer pada
penyelenggara yang berfungsi menerima dan mengolah data keuangan elektronik serta
menghasilkan informasi hasil kliring dan informasi kliring lainnya. TPK adalah perangkat
sistem komputer yang dipasang di peserta untuk mengirim Data Keuangan Elektroinik
(DKE) ke SPKE serta menerima informasi hasil perhitungan kliring dan informasi kliring
lainnya. Sedangkan yang dimaksud JKD adalah seperangkat sistem yang berfungsi sebagai
sarana penghubung antara TPK dengan SPKE. Untuk mengoperasikan sistem ini, setiap
peserta memiliki password.

Dalam kliring elektronik maupun otomasi, dokumen kliring yang digunakan sebagai alat bantu
dalam proses perhitungan kliring adalah :

1. Bukti Penyerahan Warkat Debet – Kliring Penyerahan (BPWD); BPWD digunakan sebagai
tanda bukti penyerahan warkat debet untuk setiap bundel warkat dari petugas kliring kepada
penyelenggara pada kegiatan kliring penyerahan.
2. Bukti Penyerahan Warkat Kredit – Kliring Penyerahan (BPWK); BPWK digunakan sebagai
tanda bukti penyerahan warkat kredit untuk setiap bundel warkat dari petugas kliring kepada
penyelenggara pada kegiatan kliring penyerahan.
3. Lembar Substitusi; Lembar substitusi digunakan dalam kliring penyerahan sebagai tempat
menempelkan bukti penjumlahan (ad-list) nominal warkat yang diserahkan kepada
penyelenggara. Pada lembar substitusi dicantumkan jumlah nominal yang sama dengan hasil
penjumlahan seluruh warkat pada bundel warkat yang bersangkutan.
4. Kartu Batch; Kartu Batch merupakan sarana untuk mengetahui jumlah keseluruhan nominal
bundel warkat dari masing-masing peserta dan sebagai saranan kontrol dalam proses kliring
5. Bukti Penyerahan Rekaman Warkat Kliring Pengembalian BPRWKP.
Warkat ataupun dokumen kliring diisi harus memperhatikan jenis angka dan simbol MICR code
line. MICR code line pada warkat yang wajib dicantumkan dalam clear band terdiri dari : Nomor
Warkat: 6 digit, Sandi Peserta: 7 digit, Nomor Rekening: 10 digit, Sandi Transaksi: 2 digit, Nilai
Nominal Warkat: 14 digit.

Sedangkan pencantuman MICR code line pada warkat meliputi :

1) Nomor Warkat
Nomor warkat disediakan untuk nomor seri pada cek dan Bilyet Giro serta nomor urut atau
nomor registrasi pada warkat lainnya. Meskipun demikian bank dapat pula menggunakannya
untuk identitas warkat lainnya, misalnya nomor urut atau nomor registrasi dan lain-lain untuk
warkat selain cek atau Bilyet Giro.
2) Sandi Peserta
Sandi peserta disediakan untuk sandi bank dan sandi kantor penerima warkat. Untuk
keperluan sandi peserta disediakan 7(tujuh) digit angka, yang terdiri dari : 3 digit pertama
untuk sandi bank, 3 digit berikut untuk sandi kantor peserta, 1 digit terakhir untuk angka
penguji.
3) Nomor Rekening
Nomor rekening disediakan untuk nomor rekening nasabah pada peserta penerima paling
banyak 10 (sepuluh) digit angka, yang sistematikanya disesuaikan dengan kebutuhan masing-
masing peserta.
4) Sandi Transaksi
Untuk keperluan statistik bagi pihak penyelenggara, sandi transaksi diatur sebagai berikut :
a) Sandi transaksi disediakan untuk identitas jenis warkat dan atau jenis transaksi yang
terdapat didalamnya.
b) Dalam sandi transaksi disediakan 2(dua) digit angka dengan pengaturan sebagai berikut :
00 sampai dengan 09 untuk cek, 10 sampai dengan 19 untuk bilyet giro, 20 sampai dengan
29 untuk WBUT, 30 sampai dengan 29 untuk SBPT, 40 sampai dengan 49 untuk nota
debet, 50 sampai dengan 59 untuk nota kredit, dengan pengaturan sebagai berikut :
1. Sandi transaksi 50, untuk :Transaksi antar bank untuk keuntungan nasabah yang
pelaksanaannya mengacu pada surat edaran Bank Indonesia yang mengatur mengenai
jadwal kliring dan tanggal valuta penyelesaian akhir, sistem penyelenggaraan kliring
lokal serta jenis dan batasan nominal warkat atau data keuangan elektronik dan
Transaksi antar bank selain transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB), Pasar Uang
Antar Bank Syariah (PUAS), transaksi valuta asing antar bank dan atau transaksi
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) atau Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)
2. Sandi transaksi 53, untuk transaksi valuta asing antar bank
3. Sandi transaksi 55, untuk tranasksi sertifikat Bank Indonesia (SBI), SWBI, atau SBPU.
5) Nilai Nominal
Informasi mengenai nilai nominal tidak dicetak secara preprinted. Pencantumannya
dilakukan oleh peserta yang memperhitungkan warkat, dengan menggunakan peralatan
khusus yang disebut MICR encorder atau reader-encorder

I. JENIS BIAYA KLIRING


Secara umum biaya kliring terdiri dari biaya administrasi, biaya proses warkat kliring.
Biaya-biaya ini akan dikreditkan oleh Bank Indonesia dari rekening giro BI yang dimiliki
oleh peserta kliring. Mengingat dalam penyelenggaraan kliring lokal baik secara elektronik,
otomasi, maupun semi otomasi peserta dikenakan biaya oleh penyelenggara, maka untuk
mendukung kelancaran pelaksanaan kliring, peserta dapat mengenakan biaya yang wajar
kepada nasabahnya. Peserta wajib mengumumkan besarnya biaya kliring yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia serta besarnya biaya kliring yang dibebankan oleh peserta kepada
nasabahnya.
J. AKUNTANSI KLIRING ELEKTRONIK DAN OTOMASI
Perlakuan akuntansi untuk penyelenggaraan kliring dengan sistem ini tidak berbeda
dengan kliring manual. Yang membedakan proses penyelesaian kliring. Dengan demikian
perlakuan akuntansi yang dibahas dimuka sudah bisa untuk memahami akuntansi kliring
sistem ini.
DAFTAR PUSTAKA
Faud dan Rustawan (2005). Akuntansi Perbankan. Graha Ilmu.
Hermana, Budi dan Margianti, E.S. 2011. Manajemen Dana Bank Prinsip dan Regulasi di
Indonesia.
http://edywidianto.blogspot.com/2011/03/definisi-kliring.html
http://mnurisya.blogspot.com/2011/10/pengertian-kliring_26.html
http://http://www.bi.go.id
http://www.wikipedia.org
Sawitri, Peni dan Eko Hartanto, 2007, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Universitas
Gunadarma, Jakarta

Você também pode gostar