Você está na página 1de 10

INTRODUCTION TO ENVIRONMENTAL

ENGINEERING

KELOMPOK 1
• Aldhia Refita Putri (155060700111054)
• Agyl Tri Pramesti (155060701111076)
• Ainindya Syafitri (155060707111031)
Pengantar Rekayasa Lingkungan

a. Definisi Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang mempengaruhi
perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Lingkungan terbagi
menjadi lingkungan biotik dan abiotik.

 Lingkungan biotik

Lingkungan biotik adalah komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup. Pada
pokoknya makhluk hidup dapat digolongkan berdasarkan jenis-jenis tertentu, misalnya golongan
manusia, hewan dan tumbuhan. Makhluk hidup berdasarkan ukurannya digolongkan menjadi
mikroorganisme dan makroorganisme. Manusia merupakan faktor biotik yang mempunyai
pengaruh terkuat di bumi ini, baik dalam pengaruh memusnahkan dan melipatkan, atau
mempercepat penyebaran hewan dan tumbuhan. Berdasarkan peran dan fungsinya, makhluk
hidup dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

 Produsen adalah makhluk hidup yang mampu mengubah zat anorganik menjadi zat organik
(organisme autotrof). Proses tersebut hanya bisa dilakukan oleh tumbuhan yang berklorofil
dengan cara fotosintesis. Contoh produsen adalah alga, lumut dan tumbuhan hijau.
 Konsumer adalah organisme heterotrof yang tidak bisa membuat makanannya sendiri dan
tergantung kepada organisme lain, baik yang bersifat heterotrof maupun yang autotrof.
Konsumer biasanya merupakan hewan. Hewan yang memakan tumbuhan secara langsung
(herbivora) dinamakan konsumer primer. Hewan yang memakan konsumer primer
dinamakan konsumer II dan seterusnya sehingga terbentuk suatu rantai makanan. Konsumer
terakhir disebut konsumer puncak. Contoh konsumer puncak adalah manusia.
 Dekomposer adalah organisme yang menguraikan bahan organik menjadi anorganik untuk
kemudian digunakan oleh produsen. Dekomposer dapat disebut juga sebagai organisme
detritivor atau pemakan bangkai. Contoh organisme dekomposer adalah bakteri pembusuk
dan jamur
 Lingkungan Abiotik

Lingkungan abiotik adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut sesuatu yang tidak
hidup (benda-benda mati). Komponen abiotik merupakan komponen penyusun ekosistem yang
terdiri dari benda-benda tak hidup. Secara terperinci, komponen abiotik merupakan keadaan fisik
dan kimia di sekitar organisme yang menjadi medium dan substrat untuk menunjang
berlangsungnya kehidupan organisme tersebut. Beberapa contoh komponen abiotik adalah air,
udara, cahaya matahari, tanah, topografi ,dan iklim.
b. Elemen dari Lingkungan

Kehidupan manusia dikelilingi oleh lingkungan, yang terdiri dari unsur-unsur dasar seperti
air, iklim, udara, tanah, dll. Elemen dari lingkungan adalah sebagai berikut:

1. Iklim

Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca pada suatu daerah yang luas dan ditentukan berdasarkan
perhitungan dalam waktu yang lama (kurang lebih 30 tahun).

Tipe-tipe iklim terbagi atas dua antara lain.

1. Iklim Darat
Iklim darat dibedakan sebagai berikut
1). Daerah tropis dan subropis sampai lintang 40° memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Amplitudo suhu hariannya sangat besar, tetapi amplitudo suhu tahunannya kecil
b. Curah Hujan sedikit, jatuh hanya sebenar, dan disertai topan.
2). Daerah sedang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Amplitudo suhu tahunan besar, suhu rata-rata pada musim panas cukup tinggi, dan musim
dingin cukup rendah.
b. Curah hujan sangat sedikit dan jatuh pada musim panas.
2. Iklim Laut
Iklim laut dibedakan sebagai berikut.
1). Daerah tropis dan subtropis sampai garis lintang 40° memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Suhu rata-rata tahunannya rendah
b. Amplitudo suhu hariannya rendah
c. Banyaknya awan dan sering terjadi hujan lebat disertai badai.
2). Daerah sedang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Amplitudo suhu hariannya dan tahunannya kecil.
b. Banyaknya awan dan hujan di musim dingin
c. Pergantian musim panas dan dingin terjadi tidak mendadak

2. Tanah

Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh &
berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air
dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa
organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn,
Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang
berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi)
bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk
menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industri
perkebunan, maupun kehutanan.

3. Air

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi
ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang
utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini terutama untuk
mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh manusia itu sendiri. Di dalam tubuh manusia, air
diperlukan untuk transportasi zat – zat makanan dalam bentuk larutan dan melarutkan berbagai
jenis zat yang diperlukan tubuh. Misalnya untuk melarutkan oksigen sebelum memasuki
pembuluh-pembuluh darah yang ada disekitar alveoli.

4. Udara

Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengitari bumi dan
komponen campuran gas tersebut tidak selalu tetap. Dalam udara terdapat oksigen untuk
bernafas, fungsi karbondioksida-nya untuk proses fotosintesis klorofil serta ozon-Nya untuk
perisai sengat sinar ultraviolet.

Udara bumi yang kering mengandungi 1% uap air, 21% oksigen, 78%nitrogen, karbon
dioksida, dan gas-gas lain. Kandungan elemen senyawa gas dan partikel dalam udara bersifat
konstan sesuai ketinggian dari permukaan tanah. Demikian juga massanya, akan berkurang
bersama dengan ketinggian. Semakin dekat dengan lapisan troposfer, maka udara semakin
kurang keberadaanya, sampai melangkahi batas gravitasi bumi, maka udara akan hampa sama
sekali.

Jika makhluk hidup bernapas, maka kandungan oksigen berkurang, sementara kandungan
karbon dioksida bertambah. Ketika tumbuhan melakukan sistem fotosintesa, oksigen kembali
lepas.
c. Natural Cycle
1. Siklus Air

 Evaporasi
Siklus hidrologi diawali oleh terjadinya penguapan air yang ada di permukaan bumi. Air-
air yang tertampung di badan air seperti danau, sungai, laut, sawah, bendungan atau waduk
berubah menjadi uap air karena adanya panas matahari. Penguapan serupa juga terjadi pada
air yang terdapat di permukaan tanah. Penguapan semacam ini disebut dengan istilah
evaporasi.
Evaporasi mengubah air berwujud cair menjadi air yang berwujud gas sehingga
memungkinkan ia untuk naik ke atas atmosfer bumi. Semakin tinggi panas matahari
(misalnya saat musim kemarau), jumlah air yang menjadi uap air dan naik ke atmosfer bumi
juga akan semakin besar.

 Transpirasi
Penguapan air di permukaan bumi bukan hanya terjadi di badan air dan tanah. Penguapan
air juga dapat berlangsung di jaringan mahluk hidup, seperti hewan dan tumbuhan.
Penguapan semacam ini dikenal dengan istilah transpirasi.
Sama seperti evaporasi, transpirasi juga mengubah air yang berwujud cair dalam jaringan
mahluk hidup menjadi uap air dan membawanya naik ke atas menuju atmosfer. Akan tetapi,
jumlah air yang menjadi uap melalui proses transpirasi umumnya jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah uap air yang dihasilkan melalui proses evaporasi.

 Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah penguapan air keseluruhan yang terjadi di seluruh permukaan
bumi, baik yang terjadi pada badan air dan tanah, maupun pada jaringan mahluk hidup.
Evapotranspirasi merupakan gabungan antara evaporasi dan transpirasi. Dalam siklus
hidrologi, laju evapotranspirasi ini sangat mempengaruhi jumlah uap air yang terangkut ke
atas permukaan atmosfer.
 Sublimasi
Selain lewat penguapan, baik itu melalui proses evaporasi, transpirasi, maupun
evapotranspirasi, naiknya uap air dari permukaan bumi ke atas atmosfer bumi juga
dipengaruhi oleh proses sublimasi.
Sublimasi adalah proses perubahan es di kutub atau di puncak gunung menjadi uap air
tanpa melalui fase cair terlebih dahulu. Meski sedikit, sublimasi juga tetap berkontribusi
terhadap jumlah uap air yang terangkut ke atas atmosfer bumi melalui siklus hidrologi
panjang. Akan tetapi, dibanding melalui proses penguapan, proses sublimasi dikatakan
berjalan sangat lambat.

 Kondensasi
Ketika uap air yang dihasilkan melalui proses evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi, dan
proses sublimasi naik hingga mencapai suatu titik ketinggian tertentu, uap air tersebut akan
berubah menjadi partikel-partikel es berukuran sangat kecil melalui proses kondensasi.
Perubahan wujud uap air menjadi es tersebut terjadi karena pengaruh suhu udara yang
sangat rendah di titik ketinggian tersebut.
Partikel-partikel es yang terbentuk akan saling mendekati dan bersatu satu sama lain
sehingga membentuk awan. Semakin banyak partikel es yang bergabung, awan yang
terbentuk juga akan semakin tebal dan hitam.

 Adveksi
Awan yang terbentuk dari proses kondensasi selanjutnya akan mengalami adveksi.
Adveksi adalah proses perpindahan awan dari satu titik ke titik lain dalam satu horizontal
akibat arus angin atau perbedaan tekanan udara. Adveksi memungkinkan awan akan
menyebar dan berpindah dari atmosfer lautan menuju atmosfer daratan. Perlu diketahui
bahwa, tahapan adveksi tidak terjadi pada siklus hidrologi pendek.

 Presipitasi
Awan yang mengalami adveksi selanjutnya akan mengalami proses presipitasi. Proses
prepitasi adalah proses mencairnya awan akibat pengaruh suhu udara yang tinggi. Pada
proses inilah hujan terjadi. Butiran-butiran air jatuh dan membasahi permukaan bumi.
Apabila suhu udara di sekitar awan terlalu rendah hingga berkisar < 0 derajat
Celcius, presipitasi memungkinkan terjadinya hujan salju. Awan yang mengandung banyak
air akan turun ke litosfer dalam bentuk butiran salju tipis seperti yang dapat kita temui di
daerah beriklim sub tropis.

 Run Off
Setelah presipitasi terjadi sehingga air hujan jatuh ke permukaan bumi, proses run off pun
terjadi. Run off atau limpasan adalah suatu proses pergerakan air dari tempat yang tinggi ke
tempat yang rendah di permukaan bumi. Pergerakan air tersebut misalnya terjadi melalui
saluran-saluran seperti saluran got, sungai, danau, muara, laut, hingga samudra. Dalam
proses ini, air yang telah melalui siklus hidrologi akan kembali menuju lapisan hidrosfer.
 Infiltrasi
Tidak semua air hujan yang terbentuk setelah proses presipitasi akan mengalir di
permukaan bumi melalui proses run off. Sebagian kecil di antaranya akan bergerak ke dalam
pori-pori tanah, merembes, dan terakumulasi menjadi air tanah. Proses pergerakan air ke
dalam pori tanah ini disebut proses infiltrasi. Proses infiltrasi akan secara lambat membawa
air tanah kembali ke laut.

2. Daur Hidup Energi

d. Polusi dan Polutan

Berikut ini merupakan penjelasan dari polusi dan polutan.

1. Polusi

Polusi merupakan proses terjadinya pencemaran lingkungan sehingga mengakiabtkan


turunnya kualitas lingkungan dan terganggunya kesehatan serta ketenangan dari makhluk hidup.
Polusi terjadi biasanya karena kemajuan teknologi, dimana dalam usaha untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup.

Unsur-unsur yang menyebabkan terjadinya polusi di golongkan dalam 2 hal:

1. Bersifat kuantitatif, yaitu terdiri dari unsur-unsur yang secara ilmiah terdapat di alam akan
tetapi jumlahnya semakin bertambah. Biasanya disebabkan oleh bencana alam, perbuatan
manusia dan lain – lain, contohnya karbon, nitrogen, fosfor, dan lain-lain.

2. Bersifat Kualitatif, yaitu terdiri dari unsur yang terjadi karena berlangsungnya persenyawaan
yang dibuat secara sintetis seperti, detergen, pertisida, dan lain – lain.
2. Polutan

Polutan merupakan bahan atau benda yang menyebabkan pencemaran baik secara langsung
maupun tidak langsung.

Secara sifatnya polutan dibagikan menjadi empat, yaitu:

1. Polutan fisik, merupakan polutan yang dengan fisiknya dapat mencemarkan lingkunagn
seperti pecahan kramik, pecahan kaca, dan besi tua.

2. Polutan Kimiawi, merupakan polutan yang berbentuk senyawa kimia baik senyawa sintetis
ataupun yang alami, yang karena konsentrasinya cukup tinggi sehingga menimbulkan
pencemaran, seperti Gas, CO2, Logam Pb atau timbal, merkuri, CO, dan SO4.

3. Polutan Biologis, merupakan polutan yang berbentuk makhluk hidup yang dapat
menimbulkan pencemaran, seperti tumbuhan gulma, bakteri, ecoli, dan lainnya.

4. Polutan Sosial Budaya, merupakan polutan yang berbentuk perilaku atau hasil budaya yang
tidak sesuai dengan norma sosial budaya setempat, sehingga mengganggu sosial budaya
masyarakat, seperti anak-anak yang tawuran di sekitar masyarakat.
e. Interaksi Manusia dan Alam

Manusia sebagaimana makhluk lainnya memiliki keterkaitan dan ketergantungan terhadap


alam dan lingkungannya. Namun demikian, pada akhir-akhir ini, manusia justru semakin aktif
mengambil langkah-langkah yang merusak, atau bahkan menghancurkan lingkungan hidup.
Hampir setiap hari kita mendengar berita menyedihkan tentang kerusakan alam yang timbul pada
sumber air, gunung, laut, atau udara. Bencana lumpur lapindo yang tak kunjung usai, banjir
Jakarta, Adam Air, demam berdarah, flu burung, kekeringan, dan sebagainya selalu menghiasi
berita di televisi maupun di koran-koran.

Pemanfaatan alam lingkungan secara serampangan dan tanpa aturan telah dimulai sejak
manusia memiliki kemampuan lebih besar dalam menguasai alam lingkungannya. Dengan
mengeksploitasi alam, manusia menikmati kemakmuran hidup yang lebih banyak. Namun
sayangnya, seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi, alam lingkungan malah dieksploitasi
sedemikian rupa sehingga menimbulkan kerusakan yang dahsyat.

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan masyarakat dalam peran serta dalam audit
lingkungan, yaitu prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan. Prinsip-prinsip dasar pengelolaan
lingkungan sering dikenal dengan 5 R Plus, yaitu:

1. Replace – ganti bahan baku/ teknologi proses. Hal yang berkaitan dengan upaya untuk
mencegah pencemaran atau kerusakan lingkungan akibat dari sumber kegiatan.
2. Reduce – dengan cara mengendalikan pencemaran atau sumber perusakan lingkungan
melalui cara menguurangi beban pencemaran dan/atau dengan melakukan penghematan
sumber daya.
3. Recycle – daur ulang limbah. Prinsip ini untuk mengurangi pencemaran saat proses melalui
pemanfaatan limbah.
4. Reuse – gunakan kembali limbah hasil produksi.
5. Recovery – melakukan pemulihan akibat pencemaran dan kerusakan lingkungan. Untuk itu,
ada hal lain, yaitu membuang limbah secara aman dan memenuhi peraturan.

Prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan tersebut hakekatnya mensyaratkan perubahan


perilaku manusia dalam kaitan dengan pemanfaatan sumberdaya alam. Secara teoritis empirik
kemudian dikenal langkah-langkah untuk membuat prinsip-prinsip tersebut menjadi instrumen
normatif dan prosedural, seperti pembentukan gerakan moral, pemberian insentif ekonomi,
merumuskan kebijakan dan penegakan hukum, pengembangan teknologi sampai pengupayaan
Good Governance. Dalam konteks mengusahakan perubahan perilaku ini peranserta masyarakat
menjadi penting.

Hubungan antara manusia dengan lingkungan alam ini sangat berkaitan dan
berkesinambungan terus menerus, seperti ikan yang hidup diair, jika keluar dari air, hanya
beberapa menit saja ikan akan mati. Begitu juga jika airnya tercemari oleh racun yang terus
menerus, juga dari limbah industri hasil kreasi manusia ada sebagian ikan mati, maka ekosistem
air di kolam/sungai/danau/ laut, akan terganggu, lama kelamaan produksi ikan berkurang. Jika
begitu, manusia tidak bisa makan ikan sehat lagi. Apalagi jika nelayan menangkap ikannya
dengan menggunakan bom (diledakan dalam air laut), akan sangat cepat sekali merusak
lingkungan habitat ikan di laut yang akibatnya kehidupan regenerasi ikan akan berkurang,
malahan untuk jenis ikan tertentu akan punah. Jadi terdapat budaya nelayan diamana dalam
menangkap ikan sangat merusak lingkungan hidup para ikan. Jadi, sebagai makhluk sosial, harus
hidup bermasyarakat saling mengingatkan untuk kebaikan lingkunan hidup kita ini dari
kehancuran yang kebanyakan akibat ulah kita sendiri.
Perilaku manusia khususnya terhadap lingkungan sangatlah besar, baik dari segi positif dan
negatifnya. Manusia dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman supaya tidak ketinggalan
dengan yang lain, tetapi kadang-kadang manusia itu sendiri lupa dengan lingkungan sekitar,
sehingga menyebabkan permasalahan bagi lingkungan tersebut maupun manusia lain.
Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain, kerusakan lingkungan yang meliputi krisis
energi, pemanasan global dan efek rumah kaca, penipisan ozon,pengaruh pada kualitas air,
tanah,udara, dan kerusakan ekologi dan ekosistem.

Você também pode gostar