Você está na página 1de 15

HIDUNG

Hidung (nasal) merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagi alat pernapasan (respirasi) dan indra
penciuman (pembau). Bentuk dan struktur hidung menyerupai piramid atau kerucut dengan
alasnya pada prosesus palatinus osis maksilaris dan pars horizontal osis palatum. Dalam keadaan
normal, udara masuk dalam sistem pernapasan, melalui rongga hidung. Vestibulum rongga hidung
berisi serabut-serabut halus. Epitel vestibulum berisi rambut-rambut halus yang mencegah
masuknya benda-benda asing yang mengganggu proses pernapasan.

Struktur Hidung

Tulang rawan epitelium dan lamina propia keduanya saling berkaitan, dianggap sebagai bagian
fungsional mukosa terbanyak yang berasal dari rongga hidung. Lamina propia mengandung
banyak arteri, vena, dan kapiler yang

membawa nutrisi dan air yang dikeluarkan oleh sel. Rangka hidung dibentu

oleh:

1. Bagian atas oleh laminan kribosa ossis etmoidalis dan pars nasalis Ossi fljontalis.

2. Dinding lateral oleh tulang keras dan tulang rawan.

3. Sekat hidung (septum nasi) oleh tulang karang dan tulang rawan. Di samping itu terdapat celah
(kavum nasi):

1. Prosessus spenoetmoidalis terletak antara konka suprima dan konka superior.

2. Meatus nasi superior antara konka superior dan konka media.

3. Meatus nasi media antara konka media dan konka inferior.

3…

Pintu depan kavum nasi dibentuk oleh tepi bawah 05 maksi!aris dan

insisura nasalis ossis maksilaris. Sekeliling dinding sebelah dalam terdapar

…ang-ruang udara di dalam tulang-tulang kepala yang disebut sinus paranasalis, terdiri dari:

1.

5“
Sinus sfenoidalis, terletak di bagian belakang kranial hidung di dalam

korpus sfenoidalis, bermuara ke rongga hidung bagian belakang.

Sinus etmoidalis, terdapat dalam pars labirinitus ossis etmoidalis.

Sinus frontalis, terletak pada infundibulum meatus nasi media. t Sinus maksilaris (antrum
hiqmori), terdapat pada dinding lateral hidung._ Korpus makqilaris bermuara di hiatus maksilaris“
lw rongga hidung _hiatu5 semilunaris media. ' &

Bagian-bagian dari hidung: 1. Batang hidung: Dinding depan hidung yang d ibontuk Oleh ussa
nasalis.}. 2. Cuping hidung: Bagian bawah dinding lateral hidung yang dibentuk oltulang rawan.
_,?

3. Septum nasi: Dinding yang membatasi dua rongga hidung. 4. Dinding lateral rongga hidung,
(kavum nasi).

_ '4

Pada dinding hidung terdapat alat-alat km il yang berfungsi untuk menggerakkan hidung dan
menghirup …lam, meliputi;

1. M. piramidalis mm: Otut berbentuk piramid pada hidung.

2. M. levator labii superiur alagucnasi: ()lot bibir mug dapat menggenkkan hidung.

3. M. dllalamr narcs POS‘tDl'IOTZ Otot memanjang bagian beluk

_ _ ang hxdung. 4. M. Dilatator nam» antcrn'or: Utut memanjang bagian dep

an hidung,

M. kompresor nasi. M. kompresor narium minor. M. depressor alaris nasi.

rmukaan dorsal clan lateral rangka depan hidung yang ditutupi oleh ringan ikat, melekat pada
puncak hidung dan mengandung folikel dan landula sebasea.

Fossa nasalis terdiri dari ruangan hidung (kavum nasi), merupakan _ agian dalam hidung.
Dindingnya dilapisi oleh tunika mukosa yang disebut

ituitari, mengeluarkan sekret mukosa. Selaput lendir hidung dilanjutkan

leh jaringan kulit melekat pada perikondrium lamina. Batas atap atas vesti
ulum krista disebut linea nasi, bagian belakang selaput lendir hidung me

njut menjadi membran mukosa nasofaring. Membran mukosa kavum nasi . eliputi dinding dari
sinus paranasalis dan melanjutkan diri ke daerah sekelilingnya. Pada sinus maksilaris melalui
hiatus maksilaris kavum nasi yang 'uga diliputi membran mukosa.

Bagian frontal hiatus maksilaris tertutup oleh membran mukosa, bagian oksipital ditutupi oleh
tunika mukosa, terdapat lubang yang terbuka pada hiatus maksilaris tempat bermuara kavum nasi.
Kavum nasi ini terletak di sebelah atas. Bila terjadi infeksi, cairan menumpuk di dasar sinus
maksilaris.

Pada daerah kranial, konka nasalis superior mempunyai selaput lendir yang epiteliumnya
merupakan neuroepitelium. Bagian ujung terdapat sel saraf dendrit, bagian ini meruncing, berakhir
seperti filia ke permukaan mem' brana mukosa. Sel nervus olfaktorius menuju ke bagian dalam
membrana mukosa, berhubungan dengan ujung filia olfaktorius dari N. olfaktorius, meninggalkan
kavum nasi melalui lubang kribosa ossis etmoidalis menuju ke rongga tengkorak.

Pembuluh darah hidung:

1. Arteri palatina, bercabang dua yaitu A. nasalis posterior lateralis dan A. nasalis posterior septi.

2. A. nasalis anterior, berasal dari A. oftalmika, mempunyai cabang A. anteriores lateralis dan A.
nasalis anteriores septi.

3. Vena hidung: Terdapat kribosa jaringan pada daerah konka, dikelilingi oleh serabut otot krikuler
dan longitunal, bermuara ke pleksus venosus pterigoideus vena kanalis.

Perdarahan hidung (kavum nasi) disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah vena di hidung yang
disebut epistaksis.

Persarafan hidung:

1. Nervus olfaktorius: Sebagai saraf sensibel (saraf pembau), masuk melalui lubang-lubang dj
lamina kribosa etmoidalis.

2. Nervus trigeminus: Mempunyai cabang N. oftalmikus dengan ranting N_ nasalis posterior


superior dan N. nasalis anterior superior, untuk dinding lateralis kavum nasi superior dan konka
nasalis media.

3. Nervus etmoidalis anterior: Cabang dari oftalrnikus masuk ke dalam kavum nasi melalui lubang
frontal di lamina kribosa ossis etmoidalis.

4. Nervus palatinus anterior: Masuk ke dalam kavum nasi melalui lubang dalam pars
perpendikularis ossis palatini.
Pembuluh limfe hidung membentuk pleksus pada bagian permukaan membran mukosa. Aliran
limfe hidung dari subdural dan mangan subaraknoid dari rongga tengkorak. Aliran limfe dari
hidung sebagian bermuara ke nodus servikalis retrofaringeal yang terletak di dekat kornu mayor
hioideum.

Fungsi Hidung

Fungsi hidung dalam proses pernapasan meliputi:

1. Udara dihangatkan, Uleh permukaan konka dan septum nasalis. setelah melewati faring, suhu
lebih kurang 36°C. 2. Udara dilembapkan. Sejumlah b99211 udara vang melewati hidung bila

mencapai faring kelcmbapannya lebih kurang 75%.

Kotoran disaring oleh bulu-bulu hidung. Partikel di rongga disaring oleE rambut vestibular,
lapisan muknsiliar, dan Iisnzim (protein dalam a1; mata). Fungqi ini dinamakan fungsi m'r
amditiuninaq jalan pernapasan atas Kenaikan suhu tidak 111clcbil1123'n. dari suhu tubul1.Uap air
mencap ' trakea bagian bawah bila seseorang bernapas melalui tabung langs » masuk trakea.
Pendingin dan pengeringan bcr rpcngaruh pada bagi

3-”

bawah paru echingga mudah terjadi infeksi paru

4. Pmciuman. Pada pornapdsan, biasa 5-10'5» udara pernapasan melallll celah Olfaktnri. Dalam
nu nghirup udara dengan kcms‘, 20".. udara per napasan melalui Celah ulfakturi.

Refleks Batuk

Batuk merupakan cara paru mempertahankan diri bebas dari benda asin Bronkus dan trakea begitu
sensitif sehingga setiap benda asing atau pcnyeb ' iritasi lain merangsang retieks batuk. impuls
aferens berasal dari jalan

napasan melalui nervus vagus ke medula oblongata. Kejadian rangkaian otomatis dicetuskan oleh
sirkuit neuron medula oblongata yang menyebabkan efek:

l. Sekitar 2,5 liter udara diinspirasikan. 2. Epiglotis menutup dan pita suara menutup rapat untuk
udara di dalam

paru. 3. Otot perut berkontraksi kuat mendorong diafragma sementra otot ekspi

rasi lain berkontrasi kuat. Akibat tekanan dari dalam paru meningkat
setinggi 100 mmHg atau lebih. 4. Pita suara dan epiglotis tiba-tiba terbuka lebar sehingga udara
yang ter

tekan dalam paru terdorong keluar. Biasanya udara yang bergerak cepat membawa benda asing
yang terdapat dalam bronkus dan trakea.

FARING
Faring (tekak) adalah suatu saluran otot selaput kedudukannya tegak lurus antara basis kranii dan
vertebrae servikalis VI.

Struktur Faring

Di antara basis kranii dan esofagus berisi jaringan ikat digunakan Untu tempat lewat alat-alat di
daerah faring:

1.

2.

2.

Celah antara basis kranii dan M. konstriktor faringeus superior ditembus tuba faringoauditiva
palatina asendens cabang M. levator volipalatini. Celah antara M. konstriktor faringeus superior
dan M. konstriktor faringeus media ditembus N. glosofaringeus, ligamentum stilofaringeus, dan
M. stilofaringeus.

Celah antara M. konstriktor faringeus media clan M. konstriktor faringeus inferior ditembus N .
laringikus superior.

Celah di bawah M. konstriktor faringikus inferior ditembus oleh N. lari-' ngikus inferior dan N.
rekurens.

Daerah faring dibagi atas tiga bagian:

Nasofaring. Bagian faring terdapat di dorsal kavum nasi berhubungan dengan kavum nasi melalui
konka dinding lateral dibentuk oleh otot: a. M. tensor vili palatini.

b. M. levator vili palatini yang membentuk palatum mole. c. M . konstriktor peringis superior.

Bagian lateral dinding nasofaring terdapat dua lubang: _ a. Osteumfaring. Antara nasofaring
dengan orofaring dibatasi oleh ist_ mus faringis, suatu penyempitan faring yang dibentuk oleh
permukaan kranial, palatum mole, arkus faringeopalatinus, dinding belakang nasofaring ke bawah
dengan orofaring. Dalam nasofaring dan orofaring dilapisi oleh mukosa sehingga permukaannya
akan didapat tonjolan oleh otot dan tulang. l’alatum mole dapat mencegah makanan dan minuman
masuk ke rongga hidung, waktu menelan.

b. Lubang medial (tuba faringeotimpanika eustachii). Pada dinding latera

terdapat penonjolan, yang terlihat seperti lipatan ke dalam lumen faring otot. lni dianggap sebagai
bagian dorsal M. faringeopalatinus: Pembesaran tonsil faring akan memperkecil konka,
menyebabkan" gangguan bernapas melalui hidung atau keluhan tuli.

()rofaring, mempunyai dua hubungan: a. Ventral dcngan kavum aris, melalui batas istmus fausium.
Terdiri dari

palatum mole, arkus glosopalatinus dekqtra, arkus glosopalatinus sinistra, dan dOl'Sle lingua. Di
antara kedua arkus ini terdapat jaring an limfoid yaitu tonsil palatina atau amandel yang terdapat
di dalam

suatu lekuk, disebut fossa tonsilaris. Fossa ini ditempati seluruhnya oleh tonsil. Tonsil palatina
penting untuk mencegah masuknya kuman melalui rongga mulut ke faring. Radiks lingua
merupakan lanjutan dari dorsum lingua, merupakan dinding ventral orofaring. Kauda radiks lingua
terletak pada tulang rawan, dihubungkan dengan epi

' glotis oleh tiga lipatan yaitu dua plika glosoepiglotika lateralis dan satu plika glosoepiglotika
mediana. Di antara kedua lipatan ini terletak bagian yang cekung, disebut valekula epiglotika.

b. Kaudal terhadap radiks lingua, terdapat lubang yang merupakan batas antara laring clan faring,
terdapat suatu lipatan antara faring dan epiglotis yang merupakan batas antara oral dan faring.

,3. Laringofaring, mempunyai hubungan dengan laring melalui mulut laring yaitu aditus laringues.
Dinding depan Iaringofaring terdapat plika laringiepiglotika. Lekuk ini mempunyai dinding
medial dan lateral. Kedua dinding ini bersatu di daerah ventral, dapat dilihat penonjolan yang
disebut plika nervus laringisi. Spasium parafaringeal mempunyai hubungan ke ventral spatium
sublingualis dan submaksilaris. Batas lateral ruangan ini

* dibentuk oleh sarung pembuluh saraf. Antara arkus glosopalatinus dan arkus faringopalatinus
terdapat tonsil palatina. Pada atap nasofaring berhadapan dengan tonsila faringeal. Pada radiks
lingua terdapat bangunan seperti lingkaran. Bila tonsil palatina membesar akan memperkecil
istmus fausium.

Fungsi Faring

Lipatan-lipatan vokal suara mempunyai elastisitas yang tinggi dan dapat


memproduksi suara yang dihasilkan oleh pita suara. Lipatan-Iipatam vokal

memproduksi suara melalui jalan udara, glotis, serta lipatan produksi gelom

bang suara. Faktor yang menentukan frekuensi puncak bunyi dan produksi bergantung pada
panjang dan ketegangan regangan yang membangkitkan frekuensi dan getaran yang diproduksi.
Ketegangan dari pita suara dikontrol oleh otot kerangka di bawah kontrol korteks.

LARIN G

Laring atau pangkal tenggorok merupakan jalinan tulang rawan yang dilengkapi dengan otot,
membran, jaringan ikat, dan ligamentum. Sebelah atas pintu masuk laring membentuk tepi
epiglotis, lipatan dari epiglotis aritenoid dan pita interaritenoid, dan sebelah bawah tepi bawah
kartilago krikoid. Tepi tulang dari pita suara asli kiri dan kanan membatasi daerah epiglotis.
Bagian atas disebut supraglotis dan bagian bawah disebut subglotis.

Struktur Lari g kangka faring terairi dari:

1. 2.

pw

Kattilago tiroidea: Terdiri dari dua. _ Kartilago krikoidea: Berbentuk cincin bagian ventral, yang
sempit diseb _ arkus, bagian yang _lebar disebut lamina. ' Kartilago aritenoidea: Sepasang
berbentuk segitiga dengan apeks di kr. nial, terdapat kartilago komikulata dan kartilago epiglotika.
Kartilago epiglotika: Berbentuk kaudal meruncing, disebut peptiolus. Os hioid dan kartilaines:
Laring (tulang lidah) bentuknya seperti tapak kuda dan terdiri dari: a Korpus ossis hioid: Bagian
tengah. b. Komuminus: Tiga tonjolan tulang kecil yang mengecil ke kranialis di pertengahan
tulang. c. Kornu mayus: Bagian belakang tulang yang mulai dari bagian latera1_ korpus hioid.

Pada laring terdapat artikulasio (persendian):

Artikulasio krikoitiroidea: Suatu sumbu hampir tegak lurus pada fasis artikularis, terletak dalam
bidang frontal.

Artikulasio krikoariteniodea: Pergerakan artikulasio ini ke medioventrokaudal dan


laterodorsokranial, pergerakan menggeser dengan jurusan yang sama.

Pada laring terdapat ligamentum:

Ligamentum krikoiduem medium/ventral: Antara kartilago tiroid dengan krikoid pada garis
tengah, merupakan suatu bagian yang kuat disebut konus klastikus. , .

Ligamnetum krikoaritenoideum: Antara permukaan dorsal kartilag'. aritenoidea dan tepi dorsal
kartilago tiroidea.

Ligamentum komikulofaringikum: Antara puncak kartilago aritenoidga dan dorsal kartilago


aritenoidea. » "

Ligamentum hioitiroideum lateral: Antara kornu superior kartilago tirai, dea dan kamu mayus
ossis hioid.

Ligamentum hiotiroideum: Antara korpus ossis hioideus dan insisur kartilaginis tiroidea.

Membran hiotiroidea, merupakan tepi lateral dorsal dan ventral mem brana hiotiroidea yang
terletak di antara kedua tulang ini

;. Ligamentum hioepiglotikum: Antara korpus ossis hioidea dan puncak epiglotis. & Membrana
kuadrangularis, terbentang antara tepi lateral kartilago epi

glotis dan tepi ventral kartilago aritenoidea.

' Fungsi Laring

Vokalisasi adalah berbicara melibatkan sistem respirasi yang meliputi pusat khusus pengaturan
bicara dalam korteks serebri, pusat respirasi di dalam

batang otak, dan artikulasi serta struktur resonansi dari mulut dan rongga hidung.

Berbicara mempunyai dua fungsi mekanisme yang terpisah:

' 1. Fonasi, disesuaikan dengan vibrator atau pita suara yang merupakan lipatan-lipatan sepanjang
dinding lateral laring yang diregangkan dan diatur posisinya oleh beberapa otot khusus dalam
batas laring. Struktur dasar laring memperlihatkan bahwa setiap pita suara diregangkan antara
kartilago tiroidea dan kartilago aritenoidea. Otot-otot khusus ini mengatur tingkat posisi dan
tingkat peregangan pita suara yang diperlihatkan. Getaran pita suara bergetar ke arah lateral.
Penyebab getaran ini adalah apabila pita suara satu sama lain berdekatan dan udara dihembuskan.
Tekanan udara dari bawah mendorong pita suara sehingga terpisah satu sama lain. Aliran udara
cepat di antara tepi-tepi pita suara menciptakan suatu ruang hampa parsial. Pita suara terbuka
meneruskan suatu pola getaran. Tinggi nada suara diciptakan oleh laring dan dapat diubah dalam
dua cara, peregangan atau pengenduran pita suara dan mengubah bentuk dan massa tepi-tepi pita
suara. Bila dipancarkan suara berfrekuensi sangat tinggi, M. tiroaritenoideus berkontraksi
sedemikian rupa sehingga tepi pita suara meruncing dan menipis. Sewaktu frekuensi rendah
dipancarkan, M. tiroaritenoideus berkontraksi dengan pola berbeda posisi-menebal dan agak
tumpul, bentuk pita suara dapat diubah dengan berbagai jenis fonasi.

2. Artikulasi dan resonansi. Ada tiga organ utama yang berfungsi dalam
artikulasi, yaitu bibir, lidah, dan palatum. Resonasi terdiri dari mulut,

hidung (paranasalis), faring, dan rongga dada. Sifat resonasi berbagai struktur dilukiskan oleh
perubahan kualitas.

Teori fibrasi pita suara:

1. Aerod'mamik: Fibrasi pita suara palsu bergantung pada tinggi tekanan l udara subglotik.

_U'l

Neuromuskular: Variasi pita suara sebagai akibat kontraksi otot inking, meskipun tidak mungkin.

Gangguan bicara meliputi:

Disfasia: Kesukaran untuk mengerti suatu pembicaraan atau bcrbiCara_ Terjadi karena kerusakan
sebagian besar hemisfer serebri, penyakit sere brovaskuler, atau tumor.

Disartria: Kerusakan artikulasi atau mengucapkan kata dengan tidak benar. Terjadi karena
kelainan kontrol neuromuskular dari otot artikulasi.

Dislalia: Artikulasi abnormal yang disebabkan oleh kelainan lidah, bibir, gigi, dan palatum atau
alat bicara perifer.

Disritmia (gagap): Kerusakan ritme dan bicara dengan interupsi tiba-tiba dari kecepatan bicara dan
pengeluaran suara, jarang dapat ditemukan. Kelainan neurologik kadang-kadang merupakan tanda
disfasia ringan. Lesi serebral dapat memengaruhi otot pernapasan, otot artikulasi mengacaukan
irama bicara. '_ Disfonia: Kelainan tinggi nada, kualitas., dan tingginya suara yang disebabkan
Uleh kelainan di dalam laring, incrvasi .sarafnya, kelainan psi: kogenik termasuk suara parau. Bila
tidak ada suara sama sekali disebut afonia dan dapat menimbulkan batuk.

TRAKEA 'l'rakua (batang tonggoruk) adalah tabung lwrbuntuk pipa svpcrti huruf C

vang dibentuk oleh tulang-tulang rawan yang diwmpurnakan nich selaput,

terletak di antara vortvbrac svrvikalis VI sampai ke tvpi bawah kartilago

krikoidca vertebra torakalis V. Panjangnya sekitar H cm dan diamvtvr 2,5 cm,;

dilapisi oleh mot polns, nwmpunyai dinding fibnwlastis mug tm‘tanam dalam

balok-balok hialin yang mempertahankan trakea tetap terbuka.

Struktur Trakea
Pada ujung, bawah trakea, setinggi angulus stcrni tepi bawah trakea wrtobrae torakaiis W, trakva
bercabang dua mvmadi bronkus kiri dan bronku'» kanan. 'I'rakea dibentuk Uleh tulang-tulang
rawan yang, berbentuk cincin _xang terdiri

dari 15-20 cincin. Diameter trakea tidak sama pada seluruh bagian. Pada daerah survikal agak
%empit, bagian pertengahan .wdikit melebar, dan menge cil lagi dekat percabangan bronkus.
Bagian dalam trakea terdapat wptum

g disebut karina, terletak agak ke kiri dari bidang median. Bagian dalam i trakea terdapat sel-sel
bersilia, berguna untuk mengeluarkan benda asing g masuk bersama udara ke jalan pernapasan.

Hubungan trakea dengan alat di sekitarnya:

Sebelah kanan terdapat N. vagus dekstra, A. anonima, dan V. azigos. Sebelah kiri terdapat aorta
dan nervus rekuren sinistra.

Bagian depan menyilang V. anonima sinistra, dan fleksus kardiakus profundus.

Bagian belakang terdapat esofagus, pada sisi trakea berjalan cabangcabang N. vagus dan trunkus
simpatikus ke arah pleksus kardiakus.

ngsi Trakea

ukosa trakea terdiri dari epitel keras seperti lamina yang berisi jaringan ';rabut-serabut elastis.
Jaringan mukosa ini berisi glandula mukosa yang , mpai ke permukaan epitel menyambung ke
pembuluh darah bagian luar. ubmukosa trakea menjadikan dinding trakea kaku dan melindungi
serta encegah trakea mengempis. Kartilago antara trakea dan esofagus lapisannya 'rubah menjadi
elastis pada saat proses menelan sehingga membuka jalan . akanan dan makanan masuk ke
lambung. Rangsangan saraf simpatis mem

. u lebar diameter trakea dan mengubah besar volume saat terjadinya proses -rnapasan.

RONKUS

ronkus (cabang tenggorok) merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus ter

apat pada ketinggian vertebrae torakalis I V dan V. Bronkus mempunyai struktur Sama dengan
trakea dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan trakea dan berjalan ke bawah ke arah
tampuk paru. Bagian bawah trakea mempunyai tabang dua kiri dan kanan yang dibatasi oleh garis
pembatas. Setiap perjalanan cabang utama tenggorok ke sebuah lekuk yang panjang di tengah
permukaan

“paru.
Bronkus prinsipalis terdiri dari dua bagian:

1. Bronkus prinsipalis dekstra: Panjangnya sckitar 2,5 cm masuk ke hilus pulmonalis paru kanan,
mempercabangkan bronkus lubaris superior. Pada waktu masuk ke hilus bercabang tiga menjadi
bronkus lobaris medius, bronkus lobaris inferior, dan bronkus lobaris superior, di atasnya terdapat
V. azigos, di bawahnya A. pulmonalis dekstra.

2, Bronkus prinsipalis sinistra: Lebih sempit dan lebih panjang ge… horizontal dibandingkan
bronkus dekstra, panjangnya sekitar 5 cm,

jalan ke bawah aorta dan di depan esofagus, masuk ke hilus pum

kiri, bercabang menjadi dua (bronkus lobaris superior dan bronkus loba

inferior).

Bronkus lobaris atau bronkioli (cabang bronkus) merupakan caban yang lebih kecil dari bronkus.
Pada ujung bronkioli terdapat gelembung Pam atau alveoli. Percabangan bronkus lobaris meliputi
bronkus lobaris superior dekstra, bronkus lobaris media dekstra, bronkus lobaris inferior dekstra‘
bronkus lobaris superior sinistra, dan bronkus lobaris inferior sinistra.

Bronkus mengadakan pendekatan pada lobus pernapasan. Struktur dalam bronkus berbeda dengan
di luar bronkus. Seluruh gabungan otot me nekan bagian yang melalui cabang-cabang tulang
rawan yang makin sempi '

dan makin kecil yang disebut bronkiolus. Dari tiap-tiap bronkiolus masuk ke dalam lobus dan
bercabang lebih banyak dengan diameter kira-kira 0,5 mm. Bronkus yang terakhir membangkitkan
pernapasan dan melepaskan udara ke permukaan pernapasan di paru. Pernapasan bronkiolus
membuka deng. . cara memperluas ruangan pembuluh alvioli tempat terjadinya pertukaran udara
antara (oksigen dan karbon dioksida).

PULMO

Pulmo (paru) adalah salah satu organ sistem pernapasan yang berada di dalam kantong yang
dibentuk oleh pleura parietalis dan pleura viserH Kedua paru sangat lunak, elastis, dan berada
dalam rongga torak. Sifatnya ringan dan terapung di dalam air. Paru berwana biru keabu-abuan
dan berbintik-bintik karena partikel-partikel debu yang masuk termakan oleh fagosi Hal ini terlihat
nyata pada pekerja tambang.

Masing-masing paru mempunyai apeks yang tumpul menjorok ke atag, masuk ke leher kira-kira
2,5 cm di atas klavikula. Fasies kostalis yang konv,: berhubungan dengan dinding dada dan fasies
mediastinalis yang konk membentuk perikardium. Sekitar pertengahan permukaan kiri terdapat
hilus pulmonalis suatu lekukan tempat bronkus, pembuluh darah, dan saraf masuk ke paru
membentuk radiks pulmonalis.

Apeks pulmo berbentuk bundar dan menonjol ke arah dasar yang Ie melewati apertura torasis
superior 2,5-4 cm di atas ujung stemal iga [. Ba

pulmu adalah bagian yang berada di atas permukaan cembung diafrag

Oleh karena kubah diafragma lebih menonjol ke atas, maka bagian ka lebih tinggi dari paru kiri.
Dengan adanya insisura atau fisu ra pada permuka

aru dapat dibagi atas beberapa lobus. Letak insisura dan lobus duper! alam penentuan diagnosis.
Pada paru kiri terdapat suatu insisura ya tu

insisura obligus. Insisura ini membagi paru kiri atas dua lobus yaitu lobus superior (bagian yang
terletak di atas dan di depan insisura) dan lobus inferior (bagian paru yang terletak di belakang dan
bawah insisura).

1.

Pada paru kanan terdapat dua insisura:

Insisura obliqua (interlobularis primer): Mulai di daerah insisura, ke atas dan ke belakang sampai
hilus setinggi vertebrae torakalis IV, ke bawah dan ke depan searah dengan iga VI sampai linea
aksilaris media ke mangan interkostal VI, memotong margo inferior setinggi artikulasio iga IV
kembali ke hilus.

Insisura interlobularis sekunder: Mulai dari insisura obliqua pada aksilaris media, berjalan
horizontal memotong margo anterior pada artikulasio kostokondralis IV terus ke hilus. Insisura
obliqua memisahkan lobus inferior dari lobus medius dan lobus posterior. Insisura horizontal
memisahkan

lobus medius dari lobus superior.

Dari bronkus lobaris bercabang menjadi bronkus segmentorum. Bronko

pulmonari segmen adalah daerah yang diurus oleh cabang-cabang bronkus segmentorum,
mendapat darah dari arteri yang berjalan bersama bronkus segmentorum yang berdekatan, dan
darah vena yang terletak intersegmental.

Paru kanan memiliki 10 segmen:

]. 2.
3.

Lobus superior: Segmen apikal, superior, dan anterior.

Lobus medius: Segmen lateral dan medial. Lobus inferior: Segmen superior, mediobasal,
anterobasal, laterobasal,

dan posterobasal. Paru kiri terdiri dari 8 segmen:

Lobus superior: Segmen apiko posterior, anterior, superior, dan inferior. Lobus inferior: Segmen
superior, anteriomediobasal, lateral basal, dan

laterobasal.

Pleura adalah suatu membran serosa yang halus, membentuk suatu kan

tong tempat paru berada. Ada dua buah, kiri dan kanan yang masing-masing tidak berhubungan.
Pleura mempunyai dua lapisan:

1.

Lapisan permukaan disebut permukaan parietalis: Lapisan pleura yang langsung berhubungan
dengan paru dan memasuki fisura paru, memisah

kan lobus-lobus dari paru.

2. Lapisan dalam pleura viseralis: Pleura yang berhubungan dengan fasia endotorasika, merupakan
permukaan dalam dari dinding toraks. Sesuai

dengan letaknya, pleura parietalis ada empat bagian: a. Pleura kostalis: Menghadap ke permukaan
lengkung kosta dan otot

otot yang terdapat di antaranya, sebelah depan mencapai sternum, bagian belakang melewati iga di
samping vertebra. Bagian ini merupakan bagian yang paling tebal dan yang paling kuat dalam
dinding

toraks. b. Pars servikalis: Bagian pleura yang melewati apertura torasis superior

memasuki dasar lebar dan berbentuk seperti kubah, diperkuat oleh membran suprapleura. c. Pleura
diafragmatika: Bagian pleura yang berada di atas diafragma. d. Pleura mediastinalis: Bagian
pleura yang menutup permukaan lateral mediastinum serta susunan yang terletak di dalamnya.

Pada waktu inspirasi bagian paru memasuki sinus dan pada waktu ekspirasi ditarik kembali dari
rongga tersebut. Sinus pleura ada dua bagian: a. Sinus kostomediastinalis: Terbentuk pada
pertemuan pleura media

stinalis dcngan pleura kostalis. Pada waktu inspirasi hampir semua

terisi oleh paru.

b. Sinus frenikokostalis: Terbentuk pada pertemuan pleura diafragmatika dengan pleura kostalis.
Pada inspirasi yang sangat dalam bagian ini belum dapat diisi oleh pengembangan paru.

MEKANISME PERNAFASAN

Paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis, dalam keadaan normal terdapat lapisan cairan
tipis antara paru dan dinding dada. Paru dengan mudah bergeser pada dinding dada. Tekanan pada
ruangan antara paru dan dinding dada di bawah tekanan atmosfer. Paru teregang dan berkembang
pada waktu bayi baru lahir.

Pada waktu menarik napas dalam, otot berkontraksi tetapi pengeluaran pernapasan dalam prns'es
_vang pasif. Diafragma menutup ketika penarikan napas, rongga dada kembali memperbesar paru,
dinding badan bergerak, diafragma dan tulang dada menutup ke posisi semula. Aktivitas bernapas
merupakan dasar yang meliputi gerak tulang rusuk ketika bernapas dalam dan volume udara
bertambah.

Pada waktu inspirasi udara melewati hidung dan taring. Ldara dihangatkan dan diambil uap
airnya. Udara berjalan melalui trakea, bmnkum brunkiolus, dan duktus alvenlaris ke alveoli.
Alveuli dikelilingi uleh kapiler-kapiler. 'l'erdapat kira-kira “SHU juta alvenli. Luas tntal dinding
paru _vang berxentuhan dengan kapiler-kapiler pada kedua paru kira-kira 7() m".

Aktivitas bernapas merupakan dasar yang meliputi gerak tulang rusuk wwaktu bernapas dalam.
Pada waktu istirahat pernapaxan menjadi dangkal

akibat tekanan abdomen vang membatasi gerakan diairagma

Inspirasi

Inspirasi adalah prmes aktif knntraksi ntut-utnt inspirasi yang menaikan volume intratnraks.
Selama bernapas tenang tekanan intrapleura kira-ku'a 2,5 mmHg (relatif terhadap atmosfer). Pada
pernmlaan inspirasi menurun xam
poi -6 m ml ig dan paru drtank ke a rah posisi yang lebih mengembang, d: |alan

_x

udara menjadi sedikit negatif dan udara mengalir ke dalam paru. Akhir inspirasi rekoil menarik
dada kembali ke posisi ekspirasi karena tekanan rekoil paru dan dinding dada seimbang. Tekanan
dalam jalan pernapasan seimbang menjadi sedikit positif, udara mengalir keluar dari paru.

Pada saat inspirasi, pengaliran udara ke rongga pleura dan paru berhenti sebentar ketika tekanan
dalam paru bersamaan bergerak mengelilingi atmosfer. Pada waktu penguapan pernapasan,
volume sebuah paru berkurang karena naiknya tekanan udara untuk memperoleh dorongan keluar
pada sistem

pernapasan.

Ekspirasi

Pernapasan tenang bersifat pasif-tidak ada otot-otot yang menurunkan volume untuk toraks
berkontraksi -permulaan ekspirasi kontraksi ini menimbulkan kerja yang menahan kekuatan rekoil
dan melambatkan ekspirasi. Inspirasi yang kuat berusaha mengurangi tekanan intrapleura sampai
serendah 30 mmHg, ini menimbulkan pengembangan paru dengan derajat yang lebih besar. Bila
ventilasi meningkat, luasnya deflasi paru meningkat dengan kontraksi otot-otot pemapasan, yang
menurunkan volume intratoraks.

Tekanan intrapleura adalah tekanan ukuran dalam antara lapisan plaql'fg; dan lapisan pleura
dalam. Pleura parietal dan pleura viseral dlpxsahkan “let;

selaput txpms pleura yang berisx zat dan gas. ~23;

Você também pode gostar