Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1. Bimo Azhar
2. M. Rafly Satya
3. M. Rayyan Ramdhani
4. Wildan Mujtahid
Kelas: X.IIS 3
Mata pelajaran: SJI (Sejarah Indonesia)
TUGAS KELOMPOK
1. Tuliskan kerajaan Islam yang ada di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Maluku,dan
Sulawesi!
Sumatera: Samudera Pasai, Perlak, Aceh Darussalam, Malaka
Jawa: Demak, Cirebon, Banten, Pajang, Mataram, Ngayogyakarta Hadiningrat, Surakarta
Hadiningrat
Kalimantan: Pasir, Banjar, Kotawaringin, Pagatan, Sambas, Kutai Kartanegara, Berau,
Sambaliung, Gunung Tabur, Pontianak, Tidung, Bulungan
Sulawesi: Gowa Tallo, Bone, Wajo, Sopeng, Buton
Maluku: Ternate, Tidore, Jailolo, Bacan, Tanah Hiu
Sulawesi:
Kesultanan Gowa (awal abad 16 - 1667)
Kesultanan Buton (1332 - 1911)
Kesultanan Bone (abad 17)
Kerajaan Banggai (abad 16)
Kalimantan:
Kesultanan Pasir (1516)
Kesultanan Banjar (1526-1905)
Kerajaan Pagatan (1750)
Kesultanan Sambas (1671)
Kesultanan Pontianak (1771)
Kerajaan Tidung (1076-1916)
Kerajaan Tidung Kuno (1076-1551)
Dinasti Tengara (1551-1916)
Kesultanan Bulungan (1731)
Maluku:
Kesultanan Ternate (1257 - .....?)
Kesultanan Tidore (1110 - 1947)
Kesultanan Jailolo
Kesultanan Bacan
Kerajaan Loloda
Kerajaan Sahulau
Kerajaan Tanah Hitu (1470-1682)
4. Apa yang kamu ketahui tentang Sultan Iskandar Muda, Sultan Badaruddin, Pangeran
Antasari, Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, Sultan
Baabullah, Sultan Nuku dan Sultan Hasanuddin!
a. Sultan Iskandar Muda: Sultan iskandar muda merupakan sultan yang paling besar dalam
masa kesultanan aceh yang berkuasa dari tahun 1607-1636. Aceh mencapai kejayaan pada
masa kepemimpinan iskandar muda, dimana daerah kekuasaannya yang semakin besar dan
reputasi internasional sebagai pusat dari perdagangan dan pembelajaran tentang islam.
Namanya kini diabadikan pada bandar udara internasional sultan iskandar muda di aceh.
b. Sultan Badaruddin: Sultan Mahmud Badaruddin II (26 September 1852) adalah pemimpin
kesultanan Palembang-Darussalam selama dua periode (1803-1813, 1818-1821), setelah
masa pemerintahan ayahnya, Sultan Muhammad Bahauddin (1776-1803). Nama aslinya
sebelum menjadi Sultan adalah Raden Hasan Pangeran Ratu.
c. Pangeran Antasari: Pangeran Antasari (lahir di Kayu Tangi, Banjar, Kabupaten Banjar,
Provinsi Kalimantan Selatan, 1797 atau 1809 – meninggal di Bayan Begok, Kabupaten
Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah, 11 Oktober 1862 pada umur 53 tahun) adalah
seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Sebagai seorang pangeran, ia merasa prihatin
menyaksikan kesultanan Banjar yang ricuh karena campur tangan Belanda pada kesultanan
semakin besar. Gerakan-gerakan rakyat timbul di pedalaman Banjar. Pangeran Antasari
diutus menyelidiki gerakan-gerakan rakyat yang sedang bergolak. Ia meninggal karena
penyakit paru-paru dan cacar di pedalaman sungai Barito, Kalimantan Tengah.
Kerangkanya dipindahkan ke Banjarmasin dan dimakamkan kembali di Taman Makam
Perang Banjar Banjarmasin Utara, Banjarmasin. Perjuangan beliau dilanjutkan oleh
puteranya Sultan Muhammad Seman dan mangkubumi Panembahan Muda (Pangeran
Muhammad Said) serta cucunya Pangeran Perbatasari (Sultan Muda) dan Ratu Zaleha. Pada
14 Maret 1862, beliau dinobatkan sebagai pimpinan pemerintahan tertinggi di Kesultanan
Banjar (Sultan Banjar) dengan menyandang gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul
Mukminin dihadapan para kepala suku Dayak dan adipati (gubernur) penguasa wilayah
Dusun Atas, Kapuas dan Kahayan yaitu Tumenggung Surapati Tumenggung Yang Pati Jaya
Raja.
d. Sultan Ageng Tirtayasa: Sultan Ageng Tirtayasa (Banten, 1631 – 1683) adalah putra Sultan
Abdul Ma'ali Ahmad dan Ratu Martakusuma yang menjadi Sultan Banten periode 1640-
1650. Ketika kecil, ia bergelar Pangeran Surya. Ketika ayahnya wafat, ia diangkat
menjadi Sultan Muda yang bergelar Pangeran Ratu atau Pangeran Dipati. Setelah kakeknya
meninggal dunia, ia diangkat sebagai sultan dengan gelar Sultan Abdul Fathi Abdul
Fattah.Nama Sultan Ageng Tirtayasa berasal ketika ia mendirikan keraton baru di dusun
Tirtayasa (terletak di Kabupaten Serang). Ia dimakamkan di Mesjid Banten.
g. Sultan Baabullah: Sultan Baabullah adalah sultan Ternate terbesar. Ia bertahta pada 1570-
1583. Ia menggantikan ayahny Sultan Khairun, yg dibunuh oleh Portugis. Sultan Baabullah
membalas dengan menyerang dan membuat Portugise menyerah tanpa syarat pada 26
Desember 1575. Portugis kemudian diusir dari Maluku. Pada masa pemerintahan Sultan
Baabullah, kekuasaan Ternate berkembang luas. Selain berkembang ke seluruh wilayah
kepulauan Maluku, kekuasaannya juga mencakup ke Bulton dan Pulau Selayar di Sulawesi
Selatan. Sultan Baabullah diberi gelar " Heer van twee en zeventig eilanden " atau "
Penguasa atas 72 pulau ".
h. Sultan Nuku: Pangeran nuku adalah seorang sultan dari Kesultanan Tidore yang
dinobatkan pada tanggal 13 April 1779, dengan gelar “Sri Paduka Maha Tuan Sultan Saidul
Jehad el Ma’bus Amiruddin Syah Kaicil Paparangan” [1] Selama masa perang dengan
VOC, Nuku disebut juga sebagai Jou Barakati, artinya Panglima Perang.
i. Sultan Hasanuddin: Sultan hasanuddin merupakan raja dari kerajaan islam gowa - tallo di
makassar, sulawesi selatan. Oleh belanda ia di juluki ayak jantan dari timur karena
kegigihan dan keberanianya melawan belanda. ia selalu mementingkan kepentingan
rakyatnya di bandingkan kepentinganya sendiri.