Você está na página 1de 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan peradaban manusia telah memacu peningkatan kebutuhan
dan keinginan baik dalam jumlah, variasi jenis, dan tingkat mutu.
Perkembangan ini menimbulkan tantangan untuk dapat memenuhi keinginan
tersebut dengan cara meningkatkan kemampuan menyediakan dan
menghasilkannya peningkatan kemampuan penyediaan atau produksi barang
merupakan usaha yang harus dilakuakan oleh perusahaan untuk dapat
memenuhi kebutuhan secara efektif dan efesien. Usaha ini dilakukan agar
dicapai tingkat keuntungan yang diharapkan demi menjamin kelangsungan
perusahaan.. Said ( 1980 ) Fachrurozi ( 2002 ) menyatakan bahwa mesin-
mesin produksi merupakan factor produksi yang berfungsi mengkonfersi
bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Mesin merupakan
pesawat pengubah energi yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip logis,
rasiomal dan matematis.Ditinjau dari usaha pemeliharaan dan perbaikan yang
dilakukan terhadap fasilitas produksi, dapat dikatakan bahwa tujuan dari
pemeliharaan dan perbaikan adalah untuk mempertahankan suatu tingkat
produktivitas tertentu tanpa merusak produk akhir.

B. Rumusan Masalah
1. Tuliskan definisi dan fungsi dari manajemen!
2. Apa saja langkah-langkah prosedur pemeliharaan mesin-mesin produksi ?
3. Bagaimana pengorganisasian pemeliharaan mesin-mesin produksi?
4. Bagaimana peroduktivitas dan efisiensi dalam pemeliharaan mesin?

1
BAB II

PEMBAHASAN

MANAJEMEN

A. Definisi Manajemen

Pengertian manajemen begitu luas, sehingga dengan kenyataanya tidak ada


definisi yang digunakan secara konsisten oleh semua orang. Berikut ini
beberapa definisi manajemen yang dikemukakan oleh para ahli dalam
Handoko (1989) :

1. Marie Parker mendefinisikan manajemen sebagai seni dalam


menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
2. Stoner menyatakan definisi manajemen yang lebih kompleks, yaitu
manajemen adalah proses perencanaan , pengorganisasian, pengarahan,
dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan
sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.
3. Luther Gillick mendefinisikan sebagai manajemen sebagai suatu bidang
ilmu pengetahuan (sciene) yang berusaha secara sistematis untuk
memahami mengapa dan bagaiman manusia bekerja bersama untu
mencapai hasil tujuan dan membuat system kerja sama ini bermanfaat bagi
kemanusiaan.

Berdasarkan uraian diatas , dapat disimpulkan bahwa definisi manajemen


adalah bekerja dengan orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan,
dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi
perencanaan ( planning ), pengorhanisasian (organizing ), penyusunan
personalia/ pegawaian ( staffing ), pengarahan dan kepemimpinan ( leading ),
dan pengawasan (controlling) (Handoko,1989)

2
B. Fungsi Manajemen

Menurut Manullang ( 2002 ), fungsi manajemen dapat didefinisikan


sebagai aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Bila
dilihat dari sudut proses atau urutan pelaksanaan aktivitas tersebut, maka
fungsi –fungsi manajemen-manajemen itu dibedakan menjadi perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan.

1. Perencanaan ( Planning )
Perencanaan merupakan fungsi menyusun serangkaian tindakan yang
ditentukan sebelumnya agar tercapai tujuan-tujuan organisasi. Perencanaan
dilakukan untuk menghindari pekerjaan rutin supaya kejadian mendadak
dapat diperkecil.
2. Organisasi ( Organizing )
Definisi oraganisasi dapat dibedakan menjadi dua, tergantung dari sudut
pandangannya. Organisasi dalam arti badan adalah sekelompok orang
yang berkerjasama untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan, sementara
dalam arti bagan atau struktur , organisasi merupakan gambaran secara
skematis tentang hubungan-hubungan, kerjasama dari hubungan–
hubungan , kerjasama dari orang-orang yang terdapat dalam rangka usaha
untuk mencapai suatu tujuan.
3. Penyusunan ( Staffing )
Fungsi penyusunan (staffing) disebut juga dengan fungsi personalia
meliputi tugas-tugas memperoleh pegawai, menunjukkan pegawai , dan
memanfaatkan pegawai. Fungsi adalah fungsi setiap manajer yang
berhubungan dengan para pegawai dilingkungan pimpinannya agar para
pegawai terdorong untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya
untuk merealisasikan dengan tujuan perusahaan atau tujuan aktivitas yang
didampinginya.

3
4. Pengarahan (directing)
Bila rencana pekerjaan sudah tersusun, sturuktur organisasi sudah
ditetapkandan posisi atau jabatan dalam struktur organisasi tersebut sudah
diisi, maka kegiatan yang harus dilakukan pimpinan selanjutnya adalah
menggerakkan bawahan, mengkoordinasi agar apa yang menjadi tujuan
perusahaan dapa diwujudkan. Menggerakkan bawahan milah yang
dimaksud dengan mengarahkan (directing) bawahan.
5. Pengawasan (controlling)
Pengawasan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menerapkan
pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan,menilainya, dan bila perlu
mengkoreksi dengn maksud supaya peaksanaan sesuai dengan rencana
semula. Menurut Reksohadiprodjo dan Gitosudarmo (1992), fungsi
pengawasan kegiatan produksi dapat dibagi dalam :
a. Supervisi, yang menjamin agar kegiatan-kegiatan dilaksanakan
dengan baik.
b. Pembandingan, berusaha mengecek apakah hasil kerja sesuai
dengan yang dikehendaki
c. Koreksi, berusaha untuk menghilangkan kesulitas-kesulitan/
penyimpangan-penyimpangan baik pekerjaan maupun merubah
rencana yang terlalu berlebihan.

4
PEMELIHARAAN (MAINTENANCE)

A. Definisi Pemeliharaan

Pemeliharaan merupakan fungsi yang pentin dalam suatu pabrik. Sebagai


suatu usaha menggunakan fasilitas/peraltan produksi agar kontinuitas produksi
dapat terjamin dan menciptakan suatu keadaan operasi produksi yang
memuaskan sesuai dengan rencana. Selain itu, fasilitas/peralatan produksi
tersebut tidak mengalami kerusakan selama dipergunakan sebelum jangka
waktu tertentu yang direncanakan tercapai. Pemeliharaan (maintenance),
menurut The American Management Association, Inc. (1971), adalah kegiatan
rutin pekerjaan berulang yang dilakukan untuk menjaga kondisifasilitas
produksi agar dapat dipergunakan sesuai dengan fungsi dan kapasitas
sebenarnya secar efesien ini berbeda dengan perbaikan. Pemeliharaan atau
mantaince juga didefinisikan untuk menjaga suatu barang dalam, atau
memperbaikinya sampai suatu kondisi yang bisa diterima (BS3811,1974
dalam Corder,1992)

Di Indonesia, istilah pemeliharaan itu sendiri telah dimodifikasi oleh


Kementrian Tekhnologi (sekarang Departemen Perdagangan dan Industri)
pada bulan april 1970, menjadi teroteknologi. Kata teroteknologi ini diambil
dari bahasa Yunani Terein yang berarti merawat, memelihara, dan menjaga.
Teroteknologi adalah kombinasi dari manajemen, keuangan, perekayasaan dan
kegiatan lain yang diterapkan bagi asset fisik untuk mendapatkan biaya siklus
hidup ekonomis. Hal ini berhubungan dengan spesifikasi dan rancangan untuk
keandalan serta mampu pemelihara dari pabrik, mesin-mesin, peralatan,
bangunan, dan struktur dan instalasinya, pengetesan, pemeliharaan modifikasi,
dan penggantian, dengan umpan balik informasi untuk rancangan, untuk kerja
dan biaya (Corder,1992)

5
B. Tujuan Pemeliharaan

Menurut Corder (1992 ), tujuan pemelihraan yang utama dapat didefinisikan


dengan jelas sebagai berikut :

1. Memperpanjang usia kegunaan assets (yaitu setiap bagian dari suatu


tempat kerja, bangunan dan isinya)
2. Menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi
(atau jasa) dan mendapatkan laba investasi (return of investment)
maksimum yang mungkin.
3. Menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.

C. Jenis Pemeliharaan
Corder, (1992) membagi kegiatan pemeliharaan kedalam dua bentuk, yaitu
pemeliharaan terencana (planned maintenance) dan pemeliharan tak
terencana (unplanned maintenance), dalam bentuk pemeliharaan darurat
(breakdown maintenance). Pemeliharaan terencana (planned maintenance)
merupakan kegiatan perawatan yang dilaksanakan berdasarkan
perencanaan terlebih dahulu. Pemeliharaan terencana ini terdiri dari
pemeliharaaan pencegahan (preventive maintenance) dan pemeliharan
korektif (corrective maintenance)

1. Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance)


Preventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan
yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang
tidak terduga dan menentukan kondisi atau keadaan yang
menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu
digunakan dalam proses produksi. Preventive maintenance ini sangat
efektif digunakan dalam menghadapi fasilitas produksi yang termasuk
dalam “critical unit”. Sebuah fasilitas atau peralatan produksi termasuk
dalam “critical unit “apbila kerusakan fasilitas atau peralatan tersebut
akan membahayakan kesehatan atau keselamatan para pekerja,

6
mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan, menyebabkan
kemacetan pada seluruh produksi, dan modal yang ditanamkan dalam
fasilitas tersebut cukup besar atau harganya mahal ( Assauri, 2004 ).
Dalam prakteknya, preventive maintenance yang dilakuakn oleh suatu
pabrik dapat dibedakan menjadi routine maintenance dan periodic
maintenance. Routine maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan
perawatan yang dilakukan berdasarkan lamanya jam kerja mesin
sebagai jadwal kegiatan, misalnya seratus jam sekali, dan seterusnya.
Kegiatan periodic maintenance ini jauh lebih berat dari routine
maintenance (Assauri, 2004)

2. Pemeliharaan Korektif (corrective maintenance)


Menurut Prawirosentono (2000 ), pemeliharaan korektif ( corrective
maintenance adalah peralatan yang dilaksanakan karena adanya hasil
produk yang tidak sesuai dengan rencana. Kegiatan ini dimaksudkan
agar fasilitas/ peralatan tersebut dapat digunakan kembali dalam
operasi, sehingga proses produksi dapat berjalan lancer kembali.
Sedikit berbeda dengan pendapat sebelumnya, selain preventive
maintenance dan corrective maintenance, Patton ( 1983 )
menambahkan satu jenis pemeliharaan lagi, yaitu “ pemeliharaan
kemajuan “ ( Improvement maintenance ), yang berfungsi untuk
memodifikasi, mendisain ulang, dan merubah mesin ataupun pesanan.
Disamping pemeliharaan terencana ( planned maintenance ) yang telah
dijelaskan sebelumnya, terdapat pula pemeliharaan tidak terencana
(unplanned maintenance ). Pemeliharaan tidak terencana didefinisikan
sebagai pemeliharaan yang dilakukan karena adanya indikasi atau
petunjuk bahwa adanya tahap kegiatan proses produksi yang tiba-tiba
memberikan hasil yang tidak layak.

7
D. Organisasi Pemeliharaan

Menurut Taylor dalam Suharto ( 1991 ), organisasi adalah pengintegrasian


sumber-sumber , seperti persoalan tekhnik, kondisi alam, serta keterlibatan
personal. Untuk mendukung aktivitas produksi agar lebih berhasil dan berdaya
guna, maka keberadaan suatu organisasi perawatan mesin cukup dibutuhkan.
Pada dasarnya organisasi perawatan mesin yang baik ialah bila tetap
memperhatikan problem-problem setempat dengan memperhatikan jenis
operasi, kontinuitas operasi, situasi geografis, ukuran pabrik, lingkup
perawatan mesin dan kondisi tenaga kerja. Konsep organisasi yang baik harus
didasari beberapa pemikiran yang dimaksud berupa adanya deskripsi kerja
yang jelas dan tidak tumpang tindih untuk menghindari konflik, konsistensi
kekuasaan, membatasi jumlah orang dalam kepegawaian, serta kejelasan
individu yang terlibat dalam suatu organisasi ( Suharto,1991 )

1. Struktur Organisasi

Struktur adalah pola hubungan komponen atau bagian organisasi. Struktur


merupakan susunan subsistem dan komponen dalam ruang tiga dimensi
pada suatu waktu . dapat dikatakan bahwa struktur organisasi itu sifat
relative stabil, statis, berubah lambat, dan memerlukan waktu untuk
penyesuaian-penyesuaian (Reksohadiprodjo,1993) Pada suatu perusahaan,
struktur organisasi yang dipakai sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya
perusahan. Perkembangan suatu perusahaan akan merubah struktur
organisasi untuk menampung perubahan yang diperlukan oleh manajemen.
Dilapangan , salah satu yang diambil agar bagian perawatan dapat
berfungsi dengan baik dipengaruhi oleh diagram susunan organisasi.
Diagram ini penting untuk dipublikasikan kepada seluruh karyawan dalam
lingkup kerjanya dengan tidak mengabaikan rasa tanggung jawab serta
kerja sama yang kompak dari semua personel yang terlibat di dalam
diagram tersebut, sehingga semakin jelas kepada siapa seorang pegawai

8
harus bertanggung jawab, menanyakan haknya, dan lain-lain. ( Suharto,
1991)

2. Tipe Organisasi

Siagian ( 1998 ) memaparkan bahwa ada lima tipe organisasi yang umum
dikenal yaitu , organisasi lini, organisasi lini dan staf, organisasi
fungsional, organisasi matriks, dan kepanitiaan.

a. Organisasi lini
Pengalaman menunjukkan bahwa tipe organisasi ini digunakan untuk
organisasi yang masih kecil dengan jumlah karyawan yang sedikit dan
produk dihasilkan tidak bervariasi. Pengetahuan dan keterampilan
yang dituntut dari para anggotanya dalam rangka penyelesaian tugas
pekerjaan belum spesifik serta masih dimungkinkan hubungan
langsung antara pimpinan dengan bawahannya.
b. Organisasi lini dan staf
Organisasi tipe ini sering disebut pula dikenal dengan istilah birokrasi
mesin. Tipe ini cocok digunakan oleh organisasi besar yang memiliki
jumlah karyawan banyak dengan produk yang dihasilkan bervariasi
dimana para anggota oraganisasi sudah dituntutmemiliki pengetahuan
dan keterampilan yang spesialistik. Pada tipe lini dan staf ini telah
terdapat stratifikasi dalam hubungan atasan dan bawahan.
c. Organisasi Fungsional
Nama lain untuk tipe ini adalah birokrasi professional atau teknokrasi.
Penyebab timbulnya tipe ini adalah karena tuntutan tugas yang
semakin spesialistik yang pada gilirannya memerlukan tenaga
pelaksana yang memahami segi teknologikal penyelesaian pekerjaan
yang menjadi tanggung jawabnya. Cirri utama organisasi funsional
adalah kompleksitas yang tinggi disertai oleh standarisasi pekerjaan
dengan pola penyebaran ( desentralisasi ) dalam pengambilan
keputusan. Kekuatan tipe ini terletak pada tersedianya tenaga-tenaga

9
berkemampuan teknologikal tinggi dalam pelaksanaan tugas berkat
pendidikan dan pelatihan yang telah ditempuh dan memungkinkan
mereka menampilkan kinerja yang memuaskan asal diberi kebebasan
untuk bertindak.
d. Organisasi Matriks
Organisasi tipe matriks ini merupakan penggabungan fungsi dan
produk suatu organisasi. Keunggulan tipe ini adalah : 1) penempatan
tenaga yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang spesialistik
dalam suatu unit kerja, 2) dimungkinkannya pemanfaatan bidang-
bidang spesialisasi tertentu untuk kepentingan lintas produk, 3) mudah
untuk melakuakn koordinasi untuk kegiatan yang bersifat kompleks
dan interdependen, dan 4) komunikasi yang lebih lancar.
e. Kepanitiaan atau adhokrasi
Biasanya digunakan dalam lingkungan birokrasi pemerintahan. Cirri
utamanya adalah 1) struktur panitia tidak kompleks, 2) formalisasi
rendah atau bahkan tidak ada, 3) pola pengambilan keputusan adalah
desentralisasi, 4) diferensiasi horizontal tinggi, 5) tidak terdapat
diferensiasi vertical, 6) daya tangkap yang tinggi, dan 7) diisi oleh
tenaga-tenaga yang memiliki keahlian dan keterampilan khusus.

E. Tugas dan Kegiatan Pemeliharaan

Menurut Assauri ( 2004 ), semua tugas dan kegiatanpemeliharaan dapat


digolongkan kedalam salah satu dari lima tugas pokok, yaitu (1) inpeksi
(inspection ), (2) kegiatan teknik ( enginerring ), (3) kegiatan produksi (
production ), (4) kegiatan administrasi (clerical work ), (5) pemeliharaan
bangunan ( house keeping ).

1. Inpeksi ( inspection )

Kegiatan inpeksi meliputi kegiatan pengecekkan atau pemeriksaan secara


berkala ( routine schedule check ) bangunan dan peralatan pabrik sesuai

10
dengan rencana serta kegiatan pengecekkan atau pemeriksaan terhadap
peralatan yang mengalami kerusakan dan membuat laporan hasil
pengecekan dan pemeriksaan tersebut. Hasil laporan inpeksi harus memuat
keadaan peralatan yang diinspeksi, sebab terjadinya kerusakan ( bila ada ),
usaha perbaikan yang telah dilakukan, dan saran perbaikan atau
penggantian yang diperlukan. Maksud dari kegiatan inspeksi ini adalah
untuk mengetahui apakah pabrik selalu mempunyai peralatan/ fasilitas
produksi yang baik untuk menjamin kelancaran proses produksi.

2. Kegiatan teknik ( enginerring )

Kegiatan teknik meliputi kegiatan percobaan peralatan yang baru dibeli,


pengembangan peralatan atau komponen yang perlu diganti, serta
melakuakan penelitian terhadap kemungkinan pengembangan tersebut.

3. Kegiatan produksi ( production )

Kegiatan produksi merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya,


yaitu memperbaiki dan mereparasi mesin-mesin dan peralatan. Secara
fisik, melaksanakan pekerjaan yang disarankan dalam kegiatan inspeksi
dan teknik, melaksanakan service dan pelumasan. Kegiatan produksi ini
dimaksudkan agar kegiatan produksi dalam pabrik dapat berjalan lancar
sesuai rencana.

4. Kegiatan administrasi ( clerical work )

pekerjaan administrasi ini merupakan kegiatan yang berhubungan dengan


administrasi kegiatan pemeliharaan yang menjamin adanya catatan-catatan
mengenai kegiatan atau kejadian-kejadian yang terpenting dari bagian
pemeliharaan.

5. Pemeliharaan bangunan ( house keeping )

kegiatan pemeliharaan bangunan merupakan kegiatan untuk menjaga agar


bangunan tetap terpelihara dan terjamin kebersihannya.

11
F. Prosedur Pemeliharaan

Sebelum melakukan pemeliharaan terhadap asset atau fasilitas yang


digunakan dalam produksi, sebaiknya terlebih dahulu telah disusun rencana
akan hal-hal atau kegiatan apa saja yanga akan dilakukan terhadap mesin
tertentu. Corder ( 1992 ) memaparkan prosedur yang harus dilalui dalam
melakukan kegiatan pemeliharaan, antara lain :

1. Menentukan apa yang dipelihara. Hal ini meliputi pembuatan daftar


sarana, penyusunan bahan-bahan yang menyangkut pembiayaan, karena
ini merupakan asset fisik yang memerlukan pemeliharaan dan merupakan
salah satunya alas an yang bisa dipertanggungjawabkan dalam meminta
pengeluaran biaya
2. Menetukan bagaiman asset atau sarana tersebut dapat dipelihara. Membuat
jadwal pemeliharaan bagi setiap mesin atau peralatan yang telah
ditentukan. System ini dapat dimulai dengan melakukan pemeliharan
terencana bagi beberapa mesin “kunci” dan kemudian diikuti oleh mesin
lain sampai tercapai tingkat pemeliharaan ekonomis yang optimum.
3. Setelah mempersiapkan jadwal pemeliharaan, selanjutnya adalah
menyusun spesifikasi pekerjaan yang dihimpun dari jadwal pemeliharaan.
Spesifikasi ini disiapkan terpisah untuk masing-masing kegiatan dan
frekuensi pemeriksaan.
4. Membuat perencanaan mingguan. Rencana ini dibuat bersama-sama
dengan bagian produksi, biasanay dengan seksi perencanaan dan kemajuan
produksi. Pengaturan dan pemberhentian pabrik untuk pemeriksaan
pemeliharaan pencegahan terencana dan reparasi adalah persyaratan dasar
yang mutlak.
5. Membuat dan mengisi blanko laporan pemeriksaan yang dikutkan bersama
spesifikasi pekerjaan pemeliharaan. Setelah pemeliharaan selesai, blanko
ini dikembalikan ke kantor perencana pemeriksaan. Untuk memudahkan
pelaksanaan maintenance, maka kegiatan maintenance yang dilakukan
berdasarkan pada Pemeliharaan Dengan Pesanan ( Maintenance Work

12
Order System ), Sistem Daftar Pengecekkan ( Check List System ), dan
rencana triwulan. Work Order System yaitu kegiatan maintenance yang
dilaksanakn berdasrakan pesanan dari bagian produksi maupun bagian-
bagian lain. Check List Sytem merupakan dasar atau schedule yang telah
dibuat untuk melakuakn kegiatan maintenance dengan cara pemeriksaan
terhadap mesin berkala. Rencan kegiatan maintenance per triwulan
dilaksanakn berdasarkan pengalaman-pengalaman atau catatan-catatan
sejarah mesin, yaitu kapan suatu mesin harus dirawat atau diperbaiki (
Prawirosentono, 2000)

G. Biaya Pemeliharaan
Biasanya makin tinggi nilai pabrik, makin tinggi pula biaya
perawatannya. Umur pabrik, keterampilan para operatorrnya,perlunya
terus menjalankan pabrik tersebut memiliki peranan yang besar dalam
menentukan pentingnya perawatan dan biaya yang dapat dibenarkan.
(Walley,1987). Biaya pemeliharaan preventif terdiri atas biaya-biaya yang
timbul dari kegiatan pemeriksaan dan penyesuaian peralatan, penggantian
atau perbaikan komponen-komponen, dan kehilangan waktu produksi
yang diakibatkan oleh kegiatan-kegiatan tersebut. Biaya pemeliharaan
korektif adalah biaya-biaya yang timbul bila peralatan rusak atau tidak
dapat beroperasi, yang meliputi kehilangan waktu produksi, biaya
pelaksanaan pemeliharaan, ataupun biaya penggantian peralatan
(Handoko,1987).

H. Produktivitas dan Efesiensi Pemeliharaan


Encyclopedia of Professional Management dalam Atmosoeprapto
(2000) menyebutkan bahwa produktivitas adalah suatu ukuran sejauh
mana sumber-sumber daya digabungkan dan dipergunakan dengan baik
untuk dapat mewujudkan hasil-hasil tertentu yang diinginkan.
Produktivitas dapat dijabarkan sebagai hasil penjumlahan atau merupakan
fungsi dari efektivitas dan efisiensi. Efektivitas merupakan ukuran yang

13
menggambarkan sejauh mana sasaran dapat dicapai, sedangkan efesiensi
menggambarkan bagaimana sumber-sumber daya dikelola secara cepat
dan benar. Efektivitas dan efesiensi yang tinggi akan menghasilkan
produktivitas yang tinggi (Atmosoeprapto,2000).
Dalam mencapai efektivitas pemeliharaan mesin dan seluruh
fasilitas produksi secara optimum, maka prawirosentono (2000) membagi
kegiatan maintenance menjadi lima kelompok pokok yaitu:
1. Pemeliharaan mesin (mechanical maintenance),
2. Pemeliharaan jaringan listrik (electrical maintenance),
3. Pemeliharaan instrumen (instrument maintenance),
4. Perawatan pembangkit listrik (electrical power maintenance),
5. Bengkel pemeliharaan (workshop)

Siagian (2002) menyatakan bahwa prinsip efesiensi secara sederhana


berarti menghindarkan segala bentuk pemborosan. Efesiensi mesin
merupakan rasio antara keluaran actual dan kapasitas efektif. Kapasitas
efektif adalah keluaran maksimum yang dapat dihasilkan mesin pada
kondisi nyata yang antara lain dipengaruhi oleh penjadwalan produksi,
perawatan mesin, factor kualitas, dan waktu istirahat operator. Keluaran
actual adalah laju keluaran yang benar-benar dicapai. Laju keluaran ini
dipengaruhi kerusakan mesin, adanya produk cacat dan kekurangan bahan
baku (Stevenson,1996 dalam Fachrurrozi,2002)

Masalah efesiensi dalam manajemen pemeliharaan lebih ditekankan


pada aspek ekonomi dengan memperhatikan besarnya biaya yang terjadi,
dan alternatif tindakan yang dipilih untuk dilaksanakan sehingga
perusahaan dapat memperoleh keuntungan. Di dalam persoalan ekonomis
ini, perlu diadakan analisis perbandingan biaya antara masing-masing
alternative tindakan yang dapat diambil (Assauri,2004)

14
DAFTAR PUSTAKA

Assauri, s . 2004. Manajemen Produksi dan Operasi . Penerbit Fakultas Ekonomi


Universitas Indonesia Jakarta

Atmosoeprapto, K . 2001. Produktivitas Aktualisasi Budaya Perusahaan. PT Elex


Media Komputindo Kelompok Gramedia Jakarta.

Handoko, T.H. 1989. Manajemen. Edisi Kedua. BPFE – Yogyakarta. Yogyakarta.

Manullang, M. 2002. Dasar-Dasar Mananjemen. Gajah Mada University Press.


Yogyakarta.

Prawirisentono, S. 2000. Manjemen Operasi ; Analis Studi Kasus. Edisi Kedua.


Bumi Aksara Jakarta.

Reksohadiprodjo, S. 1993. Manajemen Perusahaan ; Suatu Pengantar . BPFE-


Yogyakarta.

15

Você também pode gostar