Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh:
1. Sayyida F.D. Iqlima (17070785037)
2. Akhmad Syaiful Bahri (17070785046)
Pendidikan Matematika 2017B
A. Analisis Siswa
Andaikan, Anda tidak pernah mendengar tentang proses perencanaan pengajaran,
dan Anda mulai memberikan pembelajaran pada pertemuan pertama. Anda telah bekerja
keras untuk menyiapkan pembelajaran baru dengan tujuan agar siswa terkesan dengan
pelajaran. Pembelajaran mencakup informasi rincian statistik dari hasil penelitian mutakhir
dan penjelasan yang kompleks.
Ketika pembelajaran sedang berlangsung, Anda merasakan adanya reaksi
diantaranya: beberapa siswa mendengarkan dengan cermat dan membuat catatan dengan
cepat; yang lain terlihat bingung; dan beberapa siswa tampak acuh tak acuh. Padahal, ini
merupakan kesempatan langkah bagi mereka untuk memperoleh informasi penting itu.
Apakah ada yang tidak sesuai?
Mungkin dalam persiapan, Anda telah sedikit mengabaikan sifat kelompok siswa,
bakat dan tingkat kesiapan, tingkat motivasi, atau ciri lainnya yang berpengaruh terhadap
ketertarikan dan keberhasilan siswa dalam pembelajaran.
Salah satu unsur penting dalam proses perancangan pengajaran yang telah
disebutkan sebelumnya (Bab 1) adalah kebutuhan untuk mempertimbangkan siswa dari
sebuah rancangan pembelajaran. Secara jelas, ukuran kesuksesan sebuah perencanaan
pengajaran akan bergantung pada terlaksananya level pembelajaran oleh siswa-siswa yang
terlibat. Populasi siswa, terdiri dari berbagai macam tipe siswa, dari level dasar hingga
sekolah menengah dan perguruan tinggi. Oleh karena itu, pada awal perencanaan sangat
penting memperhatikan karakteristik – karakteristik, kemampuan – kemampuan, dan
pengalaman – pengalaman siswa, baik sebagai kelompok maupun sebagai individu-individu.
Setiap orang berbeda dalam berbagai hal, termasuk cara dimana mereka belajar.
Beberapa perbedaan tersebut tampak dalam berbagai macam pengalaman yang diperlukan
seseorang dalam belajar. Dan jika kompetensi suatu keterampilan yang ingin dicapai,
perbedaan akan juga tampak pada jumlah waktu dan praktek yang seseorang perlukan.
Untuk mengajar sebuah kelas akademik, seorang guru pengajaran harus memperoleh
informasi tentang kemampuan, kebutuhan, dan minat siswa. Informasi ini pasti
mempengaruhi elemen tertentu dalam perencanaan, seperti pembahasan suatu topik (dan
tingkat dimana topik diajarkan), pemilihan dan urutan tujuan, kedalaman pemberian topik,
dan variasi kegiatan pembelajaran. Terkait dengan analisis pembelajar adalah analisis
lingkungan, yaitu variabel apa dalam lingkungan belajar yang dapat atau akan
mempengaruhi desain dan penyampaian pengajaran.
Sehingga ketika mendesain sebuah rencana pengajaran, tentukan terlebih dahulu
tahap-tahap persiapan awal dimana karakteristik siswa atau peserta pelatihan akan mudah
diidentifikasi. Kemudian tentukan bagaimana memperoleh informasi penting tersebut.
1. Tipe karakteristik siswa
Karakter siswa adalah aspek aspek atau kualitas perseorangan siswa yang
terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berfikir, dan
kemampuan awal yang dimiliki (B Unon. 2012). Banyak ciri yang membedakan siswa.
Dalam memulai analisis siswa, tugas penting untuk seorang guru adalah
mengidentifikasi karakteristik yang paling penting untuk pencapaian tujuan
pembelajaran. Juga dalam konteks yang diterapkan, informasi siswa yang dapat diakses
adalah faktor utama dalam menentukan karakteristik yang dipertimbangkan. Sebagai
contoh, umumnya kemampuan intelektual dianggap sebagai variabel penting yang
berkaitan dengan keberhasilan proses pembelajaran, pemberian tes IQ individu. Di sisi
lain, variabel seperti jenis kelamin mudah diakses tetapi memiliki sedikit pengaruh
dengan keputusan desain pembelajaran.
Heinich, Molenda, Russell, dan Smaldino (1999) mengemukakan bahawa
perancang (guru) awalnya mempertimbangkan 3 kategori karakteristik siswa :
karakteristik umum, karakteristik entri tertentu (keterampilan prasyarat untuk instruksi),
dan gaya belajar. Selain 3 kategori tersebut, kami akan menjelaskan 5 kategori
tambahan yang mencakup informasi akademik, karakterikstik pribadi dan sosial, siswa
dengan keberagaman budaya, siswa dengan ketodakmampuan, dan siswa dewasa.
a. Karakteristik umum
Karakteristik umum adalah pengidentifikasian variabel secara luas, seperti jenis
kelamin, umur, pengalaman kerja, pendidikan, dan etnis. Contohnya, misal di suatu
kelas X SMK terdiri dari laki-laki dan perempuan, umur siswa antara 16 - 17 tahun,
latar belakang pendidikan mereka besalah dari SMP dan Mts.
b. Karakteristik Dasar Tertentu
Kompetensi entri tertentu adalah kemampuan prasyarat dan sikap siswa
harus memiliki manfaat dari pembelajaran tersebut. Contohnya, misal ketika guru
akan memberikan materi persamaan kuadrat di SMK, maka guru harus mengetahui
bahwa materi tersebut sudah pernah diajarkan saat mereka SMP. Jadi siswa sudah
mempunyai kemampuan atau pengetahuan awal tentang materi persamaan kuadrat.
c. Gaya Belajar
Gaya belajar adalah sifat-sifat yang mengacu pada bagaimana pendekatan
tugas pembelajaran individu dan memproses informasi. Sederhananya, seorang
pelajar menemukan metode-metode belajar tertentu yang lebih menarik dari yang
lain. Dahulu, beberapa individu belajar lebih baik dengan pendekatan pembelajaran
visual, dan aktivitas fisik serta pemanipulasian obyek-obyek daripada mengikuti
pelajaran verbal dan membaca teks. Mengidentifikasi kecenderungan gaya belajar
yang khas seseorang dapat membantu perencanaan pengajaran untuk kelompok
kecil atau instruksi individual.
Macam-macam gaya belajar ditinjau dari modalitas yang digunakan siswa
dalam memproses informasi dibagi 3, yaitu visual, auditori, dan kinestetik.
1) Ciri gaya belajar visual
a) Rapi dan teratur
b) Berbicara dengan cepat
c) Teliti terhadap detail
d) Mementingkan penampilan baik dalam pakaian dan presentasi
e) Mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar
f) Mengingat dengan asosiasi visual
g) Jarang terganggu oleh keributan
h) Pembaca cepat dan tekun
i) Lebih suka membaca daripada dibacakan
2) Ciri gaya belajar auditori
a) Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja
b) Mudah terganggu oleh keributan
c) Menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
d) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
e) Merasa kesulitan dalam menulis tetapi hebat dalam bercerita
f) Belajar dengan mendengarkan dan mengingat yang didiskusikan daripada
yang dilihat
g) Suka berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu panjang lebar
3) Ciri gaya belajar kinestetik
a) Berbicara dengan perlahan
b) Menyentuh orang untuk mendapat perhatian mereka
c) Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang
d) Selalu berorientasi dengan fisik dan banyak bergerak
e) Belajar melalui memanipulasi dan praktik
f) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
g) Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca
h) Banyak menggunakan isyarat tubuh
i) Tidak dapat duduk diam dalam waktu yang lama
d. Informasi Akademik
Informasi akademik merupakan kategori informasi pribadi siswa yang
paling mudah diperoleh dan paling sering digunakan. Catatan ini meliputi sebagai
berikut :
1) Nilai sekolah (school grade) atau tingkat pelatihan yang pernah diikuti dan
mata pelajaran utama yang telah dipelajari.
2) Rata-rata nilai angka (point-grade average) atau nilai huruf (letter grades)
studi akademik.
3) Skor dari tes standar pencapaian kecerdasan (standardized achievement test of
intelligence) dan keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan
matematika.
4) Kursus/pelatihan khusus yang telah diselesaikan yang berhubungan dengan
yang akan dipelajari.
Sebagian besar informasi ini dapat diperoleh dari catatan siswa pada arsip
di kantor administrasi sekolah. Jika Anda memerlukan informasi khusus tentang
siswa dan tidak tersedia, tes khusus dapat dilakukan dan diselenggarakan melalui
sebuah lembaga khusus atau pribadi.
Yang erat hubungannya dengan informasi akademik siswa adalah
pengetahuan dan keterampilan-keterampilan, yang mungkin telah dikuasai siswa
dan secara langsung berhubungan dengan isi materi atau keterampilan yang
dipelajari. Mengumpulkan informasi keterampilan dan pengetahuan merupakan
salah satu tujuan unsur pretesting dari proses perancangan pengajaran (lihat Bab
10) . Oleh karena itu, informasi yang diperoleh tentang karakteristik siswa dengan
data yang ingin dicapai dari pretest memiliki hubungan yang dekat.
e. Karakteristik Personal dan Sosial
Sebagai tambahan informasi akademik, diperlukan kesadaran terhadap
karakteristik sosial dan personal siswa dari sebuah program yang direncanakan.
Untuk merancang sebuah prosedur pengajaran, seorang instruktur (guru) perlu
beberapa pengetahuan tentang siswa berikut ini :
1) Usia dan tingkat kedewasaan.
2) Motivasi dan sikap terhadap mata pelajaran.
3) Harapan dan keinginan (jika sesuai).
4) Pekerjaan sekarang atau sebelumnya dan pengalaman kerja (jika ada).
5) Bakat khusus.
6) Keterampilan mekanis.
7) Kemampuan bekerja dalam berbagai kondisi lingkungan – gaduh, berada di
luar ruangan
Melihat dari daftar di atas, variabel mana yang anda rasakan paling penting
untuk pembelajaran? Hal ini tergantung pada situasi dan kondisi dari aktivitas
pembelajaran. Bagi banyak guru, motivasi pelajar sebenarnya di anggap sebagai
penentu paling penting dari keberhasilan (Driscoll, 2005; Keller, 2007; Pintrich, Roeser,
& De Groot, 1994). Siswa yang tidak memiliki motivasi cenderung acuh atau tidak
peduli dengan pembelajaran, sehingga desain strategi pembelajaran harus dapat
menciptakan minat dan menjaga perhatian siswa.
Sikap siswa berbeda dengan motivasi siswa. Contohnya, siswa mungkin
tertarik dengan pelajaran matematika, tetapi dia merasa ragu bahwa dia akan lulus
dengan kemampuannya yang buruk. Jika perancang menemukan sikap negatif semacam
itu, umumnya untuk sasaran kelompok siswa, dia mungkin menggunakan strategi
khusus yang ditujukan untuk membangun kepercayaan dalam kemampuan para siswa
sebagai proses pembelajaran (Jonassen & Grabowski, 1993). Salah satu kemungkinan
adalah untuk memulai pembelajaran dengan konten yang sangat mudah dan secara
bertahap meningkatan kesulitannya.
Analisis siswa juga dapat mengungkapkan karakteristik fisik potensi siswa,
seperti kesehatan, kebugaran fisik, berat badan yang relevan dengan keputusan
pelatihan. Sebagai contoh, sebuah contoh program pelatihan yang ditawarkan sekolah
termasuk, seperti ekpedisi (outbond). Untuk beberapa peserta, kegiatan ini terbukti
sangat berat dan menghasilkan perasaan negatif tentang pelatihan tersebut (belum lagi
rasa sakit dan otot sakit keesokan harinya sebagai pengingat terus!)
Data penting tentang karakteristik pribadi dan sosial dapat diperoleh dari
observasi, wawancara, dan angket informal, serta melalui survei sikap yang telah
dilaksanakan siswa (lihat bab 12 dan 13 untuk diskusi lebih lanjut tentang metode
pengumpulan informasi). Jika kelompok khusus terdiri dari sebagian besar kelompok
siswa, karakteristik sosial yang khas untuk setiap kelompok harus dipertimbangkan.
B. Analisis Kontekstual
Penelitian ilmu kognitif telah menemukan bahwa menanamkan pembelajaran dalam
konteks familiar meningkatkan baik prestasi siswa dan sikap siswa ( Boyd & Jackson , 2004;
Ku & Sullivan , 2000; Papadopoulos , Demetriadis , & : Stamelos , 2009; PT3 Group di
Vanderbilt , 2003). Konteks memainkan peran penting dalam desain dan pengembangan
berbasis masalah pembelajaran ( Barrows 8c Kelson , 1996; Morrison & Lowther , 2002;
Spronken Smith , 2005) dan instruksi berlabuh ( Bransford , Brown , & Cocking, 1999) .
Sebagai contoh, ketika guru akan mengajarkan siswa tentang perkalian, guru akan
mengaitkan dengan kehidupan nyata. Misalnya guru mengajak siswa keluar kelas dan
melihat sepeda di parkiran. Kemudian guru bertanya kepada siswa berapa roda dari sepeda
itu?.
Analisis konteks pembelajaran memberikan data yang kaya untuk merancang
contoh-contoh dunia nyata dan skenario (Tessmer & Richey , 1997). Mengapa seorang
perancang harus peduli dengan lingkungan yang lebih besar ini? Pertama , instruksi dan
pembelajaran tidak terjadi dalam ruang hampa. Konteksnya mempengaruhi setiap aspek dari
pengalaman belajar. Kedua, konteks adalah kumpulan dari faktor-faktor yang dapat
menghambat atau memfasilitasi instruksi dan pembelajaran. Sebagai contoh, sebuah kelas
berdekatan dengan bengkel praktek sepeda motor mungkin akan memiliki kebisingan dan
gangguan lainnya dari siswa yang praktek di bengkel yang dapat mengganggu pembelajaran.
Namun, kelas yang dilengkapi dengan proyektor video dan komputer untuk setiap siswa,
dapat memfasilitasi proses pembelajaran. Ketiga, satu kelas dapat memerlukan beberapa
konteks. Misalnya, kelas X dengan menggunakan pendekatan pembelajaran misalnya materi
Statistika dalam jumlah siswa perempuan dan laki-laki tiap jurusan pertahunnya mulai dari
2010-2014, siswa mungkin melakukan survei di tiap kelas dan bertanya di TU . Masing-
masing konteks ini menyediakan lingkungan belajar yang unik untuk kursus. Sebuah analisis
konteks menyeluruh memastikan instruksi yang direncanakan sesuai dengan lingkungan
pembelajaran ( Hannafin , 2005; Tessmer 8c Harris , 1992).
1. Jenis Konteks
Ada tiga jenis konteks seorang perancang instruksional harus menganalisis
ketika merancang instruksi (Tessmer & Richey, 1997). Pertama adalah konteks
berorientasi, yang berfokus terutama pada peserta didik. Kedua adalah konteks
pembelajaran, yang memberikan informasi tentang lingkungan fisik dan penjadwalan
pembelajaran. Ketiga adalah konteks perpindahan, yang menganggap peluang untuk
mentransfer pengetahuan dan keterampilan untuk situasi baru. Berikut ini adalah
penjelasan dari masing-masing jenis konteks tersebut.
a. Orientasi Konteks
Bagian pertama dari bab ini berfokus pada karakteristik siswa, yaitu,
pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa yang membawa ke pembelajaran.
Orientasi konteks mengidentifikasi mengenai tujuan siswa mengikuti suatu
pembelajaran, manfaat memahami pembelajaran dan pandangan pertanggung
jawaban mengenai materi yang telah dipelajari. Sebagai contoh pada materi persegi
panjang tujuan siswa mempelajari materi tersebut yaitu mengenal persegi panjang
dan menghitung luas dan keliling persegi panjang. Manfaatnya dapat menghitung
luas dan keliling persegi panjang, materi ini digunakan untuk memecahkan masalah
luas dan keliling persegi panjang.
b. Instruksional Konteks
Instruksional konteks mengidentifikasi lingkungan pembelajaran misalnya
mengenai pencahayaan, kebisingan, suhu, tempat duduk,dan perlengkapan. Sebagai
contoh, saat mengajar diperoleh data mengenai instruksional konteks sebagai
berikut :