Você está na página 1de 5

AKSIOMA SISTEM SITEM ETIKA (4)

UKURAN MORAL BUKAN AKIBAT/ HASILNYA

Ada orang yang melakukan sesuatu dengan niat jahat, namun dampaknya malah baik,
demikian juga sebaliknya.

Akibat/ hasil dari perbuatan kita tidak berada dalam kekuasaan kita. Kita hanya bisa
menguasai motif/niat dari tindakan kita, dan bukan hasilnya. Oleh karena itu, baik atau
tidaknya perilaku kita tergantung motif/keinginan/kehendak baik kita, bukan akibatnya. Maka
peilaku moral itu kehendak baik kita itu adalah titik awalnya.

ASAS DEONTOLOGI

1. personal autonomy/otonomi personal:

 Seseorang yang bermoral adalah orang yang bisa mengatur dan menata hidupnya
sendiri.

2. respect/penghormatan:

 Setiap orang harus diperlakukan sebagai “tujuan”, bukan sebagai “alat” sebagaimana
dalam utilitaianisme “no persons should be used”

3. duty/ kewajiban:

 Perilaku moral adalah sesuatu yang harus dilakukan berdasarkan prinsip nilai tertentu,
bukan karena konsenkuensinya.

KEWAJIBAN

Pemenuhan kewajiban itu:

 Tuntutan akalsehat
 Tuntutan kebenaran: harus ada untuk melestarikan akal sehat
 Tuntutan kebebasan:harus ada untuk melestarikan akal sehat,kebenaran
 Tuntutan hidup kehidupan:harus ada untuk meestarikan akal sehat, kebenaran dan
“kehidupan”

Mereka menyatakan penuhi kewajiban tuntutan suara hati,suara nurani,akal sehat.


Kenapa disebut kewajiban karena kewajiban itu kalau di bahasakan dalam bahasa segi
prakteknya yaitu perintah berarti jujur dan rendah hati dalam bahasa inggris yaitu
imperatif.
IMPERATIF HIPOTETIS & IMPERATIF KATEGORIS

Ciri dari satu kewajiban adalah bisa diterjemahkan dalam bahasa perintah (imperatif).

Imperatif hipotesis itu biasanya bukan moralitas yang murni tetapi moralitas yang
bersyarat.
 Imperatif hipotesis: ‘ kalau kamu ingin A, maka lakukan B.’ Kalau kamu ingin
pintar,maka belajarlah.
Imperatif jenis ini tidak menunjukkan perilaku moral yang sejati, karena bersyarat,
adasyarat lain dan tujuan lain diluar perilaku moral.

Imperatif kategoral meruppaka benar- benarmooralitas.


 Imperatif kategoris : ‘lakukan A’/jujuerlah, rendah hatilah,rajinlah.

Cara membuat imperatif kategoris adalah:


 Dasarnya adalah kebebasan, maxim dan universalitas
 Maxim adalah prinsip subyektif dari suatu perbuatan: dapat pula diartikan sebagai
satu pemikiran yang memotifasi tindakan seseorang.
 Dari maxim menjadi imperatif kategoris harus melalui proses universalisasi.
Contohnya: “aku jujur untuk mendapatkan kepercayaan dari orang lain”
Universalisasi: “setiap orang harus jujuruntuk mendapatkan kepercayaan dari orang
lain”.
AKSIOMA SISTEM SITEM ETIKA (5)

KRITIK DEONTOLOGI

Menghadapi dilema moral?

Yang pertama Hidup itu tidak selurus yang kita jalani tetapi punya dilema. Mengabaikan
rasa,karena terlau fokus padaakal sehatnya. Dalam banyak hal sering yang dirasakan adalah
rasa yang bermain kadang-kadang gak selau akal sehat yang bermain. Ada dalam konteks
tertentu kita main rasa jtidak cuma memainkan akal. Ini merupakan kritik kedua dalam
deontogi.

Dan yang ketiga karena dasarnya akal sehat kadang-kadang bagaimana dengan mereka yang
daya pikirnya rendah.

Perbedaan deontologi dan teleologi:

DEONTOLOGIS TELEOLOGIS
Tujuan perilaku moral: terpenuhi prinsip- Tujuan perilaku moral: mencari kesenangan dan
prinsip moralitas. menghindari kesusahan.

Sumber moralitas: akal budi praktis, yaitu Sumber moralitas: tinakan moral berasalmdari
berdasarkan pemahaman mengenai baik/buruk emosi dan motif pribadi, mencerminkan reaksi
yang mendahului pengalaman(aprior) emosional O(hati nurani dan perasaan) terhadap
realitas
Yangdi perhatikan : pelaksanaan perilaku moral Yang di perhatikan:
itu sendiri hasil/dampak/konsekuensidari perilaku moral

Ada nilai -nilai buruk/baik dalam perbuatan; Tidak ada nilai baik/buruk yang intristik dalam
misalnya bohong itu buruk tindakan moral; misal bohong itu berakibat
buruk
Tokoh : immanuel kant Tokoh : jeremy bentham, john stuard
mill(utilitarianisme)

Caraberpikir etis:

Aturan / hukum norma: deontologis, memberikan pegangan yang tegas dan jelas.

Tujuan dan akibat: teleologis, hukum bukan untuk diabaikan, tetapi itu bukan ukuran
terakhir.

Situasi dan kondisi: konstektual, meletakkan situasi dan kondisi tertentu sebagai
pertimbangan pokok.
Aksioma-sistem etika (2)

Kenapa kamu capek-capek kuliah, biar seseorag dimasa depan biar gak susah gitukan.
Kenapa cari ilmu biar senang,mudah dan ga susa, kenapa kamu kamu belajar itu sifat
bermoral, kenapa kamu jujur biar dipercaya orang, dipercaya kan enak tindakan bermoral,
apa kamu rajin ke mesjid kita-kita, apa pasti ada tujunnya kenapa kamu harus kuliahkenapa
kamu pake soslip, statis, senang seorang motif harus enak. Tiap malam aja melakukan
pengajian, seolh-olah zikir akhirat,dikepala kamu pikir dunia, biar besok lulus kumlot.

Dimana kesenangan terbesar perilaku termasuk tidak bermoral katanya semakin kamu
menghidari tidak enaknya tidak aa itu natural, jadi nggak usah gelisah , seperti sakit ini yang
unik tentang herdonis kalkulus, kesenangan kamu, kepingan ukur malam ini antara kepingin
ukur, malam ini antara ngaji filsafat, apa nongkrong dimal, semuanya menyenangkan, ngaji
filsafat lumayan dapat minuman, dapat timun,apel, lumayan. Karena nggak malam miggu
nggak sepi, terus nongkrong di mal, lumayan enak.

Jadi belajar itu enak, nonton tv itu enak, game itu juga enak, dan semua hal yang sering
dilakukan dan tidak membosankan itu enak.

Jadi aspek pertama :

Kamu nilai durasinya itu lamanya, main gitar itu enak, main game itu enak belajar itu enak,
nonton tv itu enak, game itu juga enak, dan semua hal yang sering dilakukan dan tidak
membosankan itu enak dan tidak perlu besrsusah payah. Mana yang menurut kamu itu lebih
bermoral maka Secara intensitas itu lebih panjang.

Kepastiannya : kalau dua-duanya intensitasnya sama kamu cek aja yang enak bukan karena
enak-enaknya saja, dan pasti jadi kamu nongkrong di mal tapi manfaatnya dimana, dan kalau
ngaji itu enak dan manfaatnya itu ada. Dan pacaran, ada enaknya ada dan ada nggak enaknya,
bagi yangragu-ragu pacaran merasakan nggak ada enaknya.

Jadi hal seperti inilah ketika durasi sama yang paling kita cari manfaatnya, mana yang paling
bermanfaat cari kemurniannya mana yang sejati biasa yang asli bukan yang palsu, karena
banyak kenikmatanyang palsu.

1. Konsekuensionalis atau teleologis


Prinsip Konsekuensionalis diihat dari Konsekuensinya, misalkan kita mengaji, diihat dari
Konsekuensinya bermoral atau tidak bermoral, hasilny dan tujuannya untuk apa, hal ini
dinamakan teleologis. Dari tujuan ini akan menentukan suatu perbuatan yang di kerjakan
bermoral atau tidak,menentukan juga setiap perbuata ada konsep kuensinya di samping
tujuan juga ada konsekuensi.
2. Prinsip hedonis
yang sering kamu ngomong sama anak-anak hedon (anak-anak yang cari kesenangan)
bedanya bermoral dari sisi idealisme,disebut juga prinsip utilitas atau prinsip kesenangannya
moral mempunyai dua tujuan maksimais klise dan minimais safre mencari ke kesenangan
yang paling besar dan menghingdari hal-hal yang menyakitkan atau kesusahan contohnya
tujuan mencari ilmu buat kita senang atau tidak susah.semua perbuatan yang di lakuka di
lihat tujuannya akan memdapat kesenangan atau kesusahan.dimana ada kesenangan atau
kesusahan dimana ada kesenangan paling besar dan terhindar dari sakit paling banyak itulah
prilaku yang bermoral ini yang di sebut prinsip hidonis.

Você também pode gostar