Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
I. Pendahuluan
Modalitas pengobatan hepatitis B terdiri dari dua kelompok obat yaitu berbasis
imunuomodulator (interferon) dan antiviral (NA) nukleosid/tid analog
(Pegylated interferon dan lamivudin, telbivudin, entecavir, tenofovir). Kedua
kelompok obat tersebut dapat dipilih sesuai dengan preferensi pasien, stadium
penyakit, dan aksesabilitas obat yang tersedia.
Berbagai pedoman terapi dari asosiasi para ahli hati dan studi yang sudah
dilakukan terdapat beberapa cara untuk menskoring pasien secara individu
untuk prediksi terjadi nya kanker hati. Tiga model prediksi KHS yag sering
digunakan dalam praktek klinis berbasis pada informasi klinik dan laboratorik
yaitu; REACH-B, CU-HCC, and GAG- HCC. (Tabel 1)
Tabel 1. Model Skoring prediksi karsinoma hepatoselular pasien hepatitis B
Pedoman tersebut menekankan bahwa usia pasien, riwayat keluarga HCC, persyaratan
pekerjaan, rencana untuk memulai sebuah keluarga (untuk wanita), dan preferensi
pasien juga harus dipertimbangkan dalam membuat keputusan pengobatan. Ada
banyak pengaturan ketika keadaan medis atau sosial pasien memerlukan pendekatan
personal yang mungkin "bertentangan" dengan pedoman namun sesuai untuk pasien
tersebut.
III. Prediktor Respons Terapi Analog Nukleos(t)ida
Untuk terapi dengan analog nukleos(t)ida, secara umum prediktor respon yang telah
terbukti mencakup kadar DNA VHB <2 x 109 IU/mL, ALT >2-5 kali batas atas normal, dan
tingkat kerusakan hati yang tinggi pada pemeriksaan histopatologis (minimal A2). Genotip
virus tampaknya tidak memiliki pengaruh terhadap hasil akhir terapi dengan analog
nukleos(t)ida. Khusus untuk terapi lamivudin dan telbivudin, terapi bisa mencapai hasil
maksimal bila pasien memenuhi kriteria yang ketat, yaitu DNA VHB <109 kopi/mL (2 x 108
IU/mL), status HBeAg positif, dan ALT >2x batas atas normal. Selain itu, bila pada minggu
ke-4 pasien tidak mencapai DNA VHB <104 kopi/mL (2 x 103 IU/mL) atau pada minggu ke-
24 tidak mencapai DNA VHB <103 kopi/mL (2 x 102 IU/mL), maka penggantian terapi harus
dipertimbangkan. Dalam kasus pemberian adefovir, adanya kegagalan respon primer dan
tidak tercapainya DNA VHB tidak terdeteksi pada minggu ke-24 terapi merupakan prediktor
respon yang buruk.
Kriteria penghentian terapi analog nukleos(t)ida pada pasien dengan HBeAg positif tanpa
sirosis adalah serokonversi HBeAg dengan DNA VHB tidak terdeteksi yang dipertahankan
paling tidak 12 bulan. (A1)
Pada pasien HBeAg positif dengan sirosis yang sudah mencapai serokonversi HBeAg, terapi
direkomendasikan untuk dilanjutkan seumur hidup.(C2)
Pada pasien dengan HBeAg negatif tanpa sirosis, terapi bisa dihentikan bila tercapai
hilangnya HBsAg.
Pada pasien HBeAg negatif dengan sirosis, terapi direkomendasikan untuk dilanjutkan
seumur hidup. (B1)
Kesimpulan
Daftar Reference
2. European Association for the Study of the Liver. EASL 2017 Clinical Practice
Guidelines on the management of hepatitis B virus infection. Journal of
Hepatology 2017 vol. 67 j 370–398
8. Liaw YF1, Brunetto MR, Hadziyannis S. The natural history of chronic HBV
infection an geographical differences.Antivir Therapy, 2010.