Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun oleh:
YOGYAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENELITIAN
PIROLISIS SAMPAH PLASTIK JENIS HIGH DENSITY
POLYETHYLENE (HDPE) DENGAN KATALIS ZEOLIT ALAM
SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
Disusun oleh:
Dosen Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji dan syuku kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan penelitian ini dengan baik. Adapun hasil laporan penelitian ini merupakan
salah satu syarat bagi mahasiswa Teknik Kimia Universitas Ahmad Dahlan untuk
menyelesaikan mata kuliah Penelitian. Pada kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih kepada :
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................... 23
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 23
5.2 Saran ...................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN..................................................................................................................... 26
v
INTISARI
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
konduktifitas panas yang rendah sehingga tidak digunakan untuk pemakaian
pada suhu tinggi, atau misalnya pada makanan yang panas, dan beberapa jenis
plastik lainnya.
Salah satu upaya pengolahan limbah plastik yaitu dengan pembakaran.
Dengan pembakaran limbah plastik dapat membantu mengurai rantai karbon,
namun hal ini dapat menyebabkan polusi udara di lingkungan sekitar apabila
pembakaran dilakukan dengan tidak benar. Oleh karena itu perlu suatu alat yang
tertutup untuk membakar limbah plastik tersebut agar tidak menimbulkan polusi
untuk lingkungan, dan alat tersebut disebut reaktor. Proses pembakaran didalam
reaktor ini dapat dikatakan proses pirolisis limbah plastik. Dalam reaktor dapat
ditambahkan katalis baik sintetik maupun katalis alam, untuk mempercepat
reaksi pada proses pirolisis.
Katalis sangat berguna dalam proses kimia. Katalis dapat mempercepat
reaksi kimia tanpa mengubah hasil akhir proses tersebut. Katalis banyak
digunakan di industri maupun penelitian untuk mengoptimalkan produk dan
mengefisiensikan energi. Ketika katalis digunakan, ia akan menurunkan
aktivasi energi dari suatu bahan sehingga mempercepat reaksinya, dengan
demikian temperatur optimum akan menurun dan akan tercapai dengan lebih
cepat dan lebih mudah, sehingga tidak mengeluarkan banyak energi dimana
energi adalah sesuatu yang sangat berharga.
Dekomposisi suatu bahan pada suhu tinggi tanpa adanya udara atau dengan
udara terbatas untuk merubah rantai karbon yang panjang menjadi rantai karbon
yang pendek disebut Pirolisis. Hasil atau keluaran dari proses pirolisis ini adalah
minyak yang diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk mengganti
bahan bakar fosil yang semakin menipis. Metode pirolisis ini memerlukan panas
yang besar dengan waktu yang singkat dan tanpa ada oksigen (Shafferina
Dayana A.S, dkk). Metode pyrolysis banyak dipilih oleh para peneliti untuk
mengatasi masalah bahan bakar karena dapat menghasilkan sekitar 80% minyak
cair (oil) dari berat bahan dalam rentang suhu sekitar 500°C. Mtode ini masih
dalam tahapan penelitian agar dapat menghasilkan bahan bakar yang lebih
3
sempurna dengan cara yang lebih efisien, sehingga perlu adanya keberlanjutan
dan juga kebaharuan dalam pengolahannya.
Pada penelitian ini jenis plastik yang digunakan sebagai bahan adalah High
Denstiy Poly Ethlyene (HDPE ) seperti botol-botol shampo, sabun cair, dan
sejenisnya yang memiliki sifat dan karakter yang sudah dijelaskan.
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik sampah plastik yang dapat diolah menjadi bahan
bakar pirolisis ?
2. Bagaimana pengaruh variasi katalis dan bahan terhadap proses pirolisis ?
3. Bagaimana proses pengolahan pirolisis dengan jenis plastik HDPE dengan
katalis Zeolit alam ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui karakterisitik sampah plastik yang dapat diolah menjadi bahan
bakar dengan proses pirolisis.
2. Mengetahui pengaruh variasi suhu, katalis, dan bahan terhadap proses
pirolisis.
3. Mengetahui proses pengolahan pirolisis dengan jenis plastik HDPE dengan
katalis alam.
1.4 Batasan masalah
Mengingat begitu luas ruang lingkup pada penelitian ini, maka peneliti
membatasi permasalahan tersebut pada :
1. Proses Awal
Diawali dengan pengumpulan dan pengecilan ukuran sampah plastik.
2. Proses pirololisis
Memasukkan sampah plastik ke dalam reaktor dan menghidupkan
kondensor sebagai pendingin.
3. Kondisi Suhu
Mengatur alat pengontrol suhu reactor pada 300-500 oC
4. Pengujian Hasil
Hasil dari pirolisis sampah plastik dianalisis menggunakan metode Gas
Chromatography – Mass Spectrometry (GC-MS), Uji Karakteristik dan Uji
Kalor.
1.5 Hipotesis
1. Sampah plastik dapat dijadikan sebagai bahan bakar alternatif
2. Bahan bakar yang akan dihasilkan berupa solar
3. Penggunaan suhu tinggi akan membuat hasil pirolisis semakin baik
5
1.6 Manfaat
1. Dapat mengolah limbah plastik menjadi energi terbarukan berupa minyak
yang dapat digunakan sebagai bahan bakar.
2. Dapat mengurangi limbah plastik yang tidak terolah dengan baik di
lingkungan sekitar.
3. Dapat mendukung program pemerintah dalam kemajuan energi
lingkungan yang renewable sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomi
masyarakat.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
1. Pemotongan random rantai polimer yang menyebabkan terbentuknya
rantai polimer yang lebih pendek,
2. Pemotongan pada ujung rantai dimana molekul kecil dan rantai panjang
polimer akan terbentuk,
3. Pemisahan rantai polimer membentuk molekul-molekul kecil.
Sedangkan menurut Aprian dan Ali (2009) faktor-faktor atau kondisi yang
mempengaruhi proses pirolisis adalah sebagai berikut:
1. Waktu
Waktu berpengaruh pada produk yang akan dihasilkan karena, semakin
lama waktu proses pirolisis berlangsung. produk yang dihasilkannya (residu
padat, tar, dan gas) makin bertambah. Pertambahan itu sampai dengan waktu
tak hingga (τ) yaitu waktu yang diperlukan sampai hasil padatan residu, tar,
dan gas mencapai konstan. Nilai τ dihitung sejak proses isothermal
berlangsung. Tetapi jika melebihi waktu optimal maka karbon akan teroksidasi
oleh oksigen (terbakar), menjadi karbondioksida dan abu. Untuk itu pada
proses pirolisis penentuan waktu optimal sangatlah penting.
2. Suhu
Suhu sangat mempengaruhi produk yang dihasilkan karena sesuai dengan
persamaan Arhenius, suhu makin tinggi nilai konstanta dekomposisi termal
makin besar akibatnya laju pirolisis bertambah dan konversi naik.
3. Ukuran Partikel
Ukuran partikel berpengaruh terhadap hasil,semakin besar ukuran partikel.
Luas permukaan per satuan berat semakin kecil,sehingga proses akan menjadi
lambat.
4. Berat Partikel
Semakin banyak bahan yang dimasukkan,menyebabkan hasil bahan bakar
cair (tar) dan arang meningkat.
Komposisi rantai karbon dan fraksi diunjukkan pada Tabel 2.1 berikut :
8
Tabel 2.1 Komposisi rantai karbon dan fraksi
9
Sifat-sifat High density polyethylene (HDPE):
1. Bersifat keras hingga semifleksibel
2. Tahan terhadap bahan kimia dan kelembapan
3. Dapat ditembus gas
4. Permukaan berlilin dan buram
5. Mudah diwarnai, diproses dan dibentuk
6. Melunak pada suhu 75oC
7. Biasanya digunakan untuk botol minuman,wadah plastik, dll
8. Tidak berbau, tidak berbintik, dan tidak mudah jebol
9. Melekat satu sama lain
10. Tahan terhdap suhu dari -100oC hingga 200oC
11. Ketahanan yang baik terhadap sebagian larutan
2.3 Katalis
Katalis adalah suatu bahan yang digunakan untuk membantu reaksi yang
terjadi dan bahan tersebut tidak berubah karena reaksi yang dialaminya. Prinsip
kerja dari katalis yaitu membantu reaksi yang terjadi tetapi ketika reaksi telah
selesai, katalis tidak mengalami perubahan komposisi kimia sama sekali. Katalis
dapat mempercepat reaksi dan menurunkan temperatur kerja dari suatu reaksi.
Hal inilah yang menyebabkan penambahan katalis merupakan langkah yang
cukup effisien untuk proses pirolisis.
Menurut Atkins (1999) dalam bukunya yang berjudul Kimia Fisika, Dalam
pemilihan katalis, ada beberapa karakteristik yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Pori
Besarnya pori yang terdapat pada katalis akan menyediakan tempat untuk
melakukan reaksi. Semakin banyak jumlah pori pada permukaan katalis
maka akan semakin mempercepat suatu reaksi. Kesamaan ukuran pori pada
katalis akan menghasilkan ikatan rantai karbon yang seragam. Hal inilah
10
yang menyebabkan katalis memiliki kemampuan selektivitas dalam
menghasilkan produk.
b. Ketahanan panas
c. Tingkat kristalisasi
d. Luas permukaan
Luas permukaan berkaitan dengan pori yang dimiliki oleh katalis. Semakin
luas permukaan dari katalis, maka akan semakin banyak juga pori yang
disediakan oleh katalis.
e. Sisi aktif
a. Aktivitas
Aktivitas diukur dari seberapa banyak hasil produk yang didapatkan setelah
terjadinya reaksi dengan adanya penambahan dari katalis.
11
b. Selektivitas (Karima, 2012)
Di Indonesia sendiri yang merupakan negara yang kaya akan sumber daya
alam memiliki beberapa jenis katalis alam dan dapat digunakan untuk
mempercepat reaksi. Kelemahan katalis yang ada di Indonesia adalah
banyaknya zat pengotor sehingga perlu dilakukan pencucian terlebih dahulu
sebelum digunakan dan lalu dipanaskan. Selain itu proses ini dapat
meningkatkan keasaman dari katalis yang mana keasaman ini dapat membantu
mempercepat reaksi yang terjadi (Lestari, 2012).
a. Zeolit
1) Zeolit Alam
12
2) Zeolit Sintetik
Zeolit sintetik merupakan zeolit yang dimodifikasi dari susunan atom
atau komposisi penyusunnya agar sesuai dengan yang diinginkan.
Zeolit sintetik dibuat dengan proses termal dari senyawa – senyawa
alumina silika, dan logam alkali.
b) Sifat Adsorpsi
Dalam kondisi normal, ruang kosong pada pori – pori zeolit diisi oleh
molekul air. Namun jika dipanaskan molekul air akan menguap dan
zeolit dapat berfungsi sebagai penyerap gas atau cairan.
d) Sifat katalis
13
Zeolit dapat digunakan sebagai katalis pada reaksi katalitik. Zeolit
memiliki ruang kosong yang membentuk saluran di dalamnya. Jika
zeolit digunakan pada proses katalisis maka akan terjadi proses difusi
molekul ke dalam ruang bebas antara kristal dan reaksi kimia juga
terjadi di permukaan tersebut.
2.4 Kondensasi
Kondensasi merupakan proses yang terjadi ketika uap jenuh bersentuhan
dengan suatu permukaan yang suhunya lebih rendah (Kreith, 1991: 524). Dalam
proses kondensasi terjadi proses pelepasan kalor dari suatu sistem yang
menyebabkan uap (vapor) berubah menjadi cair (liquid). Kondensor merupakan
alat penukar kalor (heat exchanger) yang berfungsi sebagai media terjadinya
proses kondensasi.
Proses kondensasi di dalam kondensor terjadi dengan cara penurunan
temperature dari salah satu fluida kerjanya. Di dalam kondensor terjadi proses
perpindahan panas dari uap yang berperan sebagai fluida panas dan air yang
berperan sebagai fluida dingin. Kinerja kondensor dipengaruhi oleh beberapa hal
antara lain desain kondensor, nilai konduktivitas bahan, kerapatan lapisan isolasi
pada 2 kondensor, suhu lingkungan pengoprasian, fouling factor (faktor
pengotoran), jenis fluida pendingin, debit aliran air pendingin dan arah aliran
fluida. Desain yang dipilih akan banyak memberikan pengaruh terhadap hasil
kondensasi, karena bentuk geometri dari suatu kondensor berpengaruh terhadap
proses transfer panas yang terjadi didalamnya. Nilai konduktivitas bahan suatu
kondensor memberikan pengaruh besar terhadap efektivitas proses transfer
panas yang terjadi di dalam kondensor, karena semakin tinggi nilai konduktivitas
bahan maka proses transfer panasnya akan semakin baik dan efisiensi akan
meningkat. Hasil kondensasi dipengaruhi oleh seberapa besar efektivitas kerja
14
kondensor. Efektivitas kondensor dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
teridentifikasi pada latar belakang masalah di atas. Faktor-faktor yang
mempengaruhinya antara lain adalah: desain kondensor, nilai konduktivitas
bahan, kerapatan isolasi kondensor, suhu lingkungan pengoperasian, jenis fluida
pendingin, arah aliran fluida, debit air pendingin dan fouling factor (faktor
pengotoran). (Rebeiro, 1984)
2.5 Reaktor
Reaktor adalah suatu alat proses tempat di mana terjadinya suatu reaksi
berlangsung, baik itu reaksi kimia atau nuklir dan bukan secara fisika. Dengan
terjadinya reaksi inilah suatu bahan berubah ke bentuk bahan lainnya,
perubahannya ada yang terjadi secara spontan alias terjadi dengan sendirinya
atau bisa juga butuh bantuan energi seperti panas (contoh energi yang paling
umum). Perubahan yang dimaksud adalah perubahan kimia, jadi terjadi
perubahan bahan bukan fase misalnya dari air menjadi uap yang merupakan
reaksi fisika. Dalam penelitian ini reaktor yang digunakan adalah reaktor semi
batch.
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
16
3.3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan cara pengumpulan
data secara langsung yang diperoleh dengan cara melakukan observasi.
Observasi secara langsung dilakukan dengan mengamati proses pirolisis
sampah plastik dan mencatat data hasil pengamatan sehingga diperoleh data
seperti hasil cairan pirolisis dari perbandingan katalis dan variabel suhu
untuk mencapai kondisi optimum.
3.4. Bahan
1. Sampah plastik jenis High Density Poly Ethylene (HDPE).
2. Katalis Zeolit alam.
3. Air pendingin.
4. Sealer
5. Perpak
Keterangan :
1. Reaktor
2. Tempat Residu
3. Kondensor
4. Wadah Penampung
5. Termokopel
17
3.5. Cara Kerja
3.5.1. Persiapan Bahan Baku
1. Mengumpulkan sampah plastik dari pengepul plastik.
2. Memotong atau mencacah sampah plastik menjadi ukuran kecil-kecil.
3. Menimbang sampah plastik sebanyak 200 gram.
4. Mengayak zeolit alam dengan ukuran 100 mesh.
5. Menimbang zeolit alam sebanyak 2, 4, 6, 8, dan 10 gram.
6. Menampung sampah plastik pada wadah.
7. Menampung zeolit alam pada wadah.
Adapun cara kerja dalam bentuk skema dapat dilihat pada gambar 3.2 di
bawah ini :
18
Potong plastik ± 2x2cm
Pirolisis
Padatan Gas
v
Kondensasi
Cair
19
BAB IV
Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa yield paling banyak dari hasil pirolisis
yang telah dilakukan adalah 84.8928 % dengan menggunakan berat katalis 4
gram pada suhu 450oC dan waktu reaksi selama 180 menit. Kemudian berat
katalis yang paling optimal (4 gram) ini digunakan untuk penelitian dengan
variasi suhu.
20
2. Hasil pirolisis variabel suhu
Dari hasil Tabel 5, suhu yang paling optimal adalah 450°C. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang telah di lakukan oleh Jung, dimana mereka
meneliti mengenai pengaruh temperature terhadap pirolisis sampah
plastik HDPE dan PP, bahwa pada jenis plastik HDPE dan PP temperature
yang paling baik untuk dekomposisi adalah berkisar 400°C sampai dengan
500°C.
Suhu optimal 450°C juga sesuai dengan apa yang di kemukakan oleh
Marcilla bahwa suhu yang paling maksimal yang paling optimal untuk
pirolisis plastik jenis HDPE adalah 467°C.
Terdapat sedikit perbedaan mengenai suhu yang paling optimal ini
dikarenakan jenis reaktor yang digunakan berbeda. Dalam penelitian ini
lebih dekat dengan apa yang dikemukakan Marcilla karena reaktor yang
digunakan adalah sama yaitu batch reactor, sedangkan reaktor yang
digunakan pada penelitian Jung adalah fluidized reactor
21
5. Analisa karakteristik fisik minyak hasil pirolisis
Selanjutnya adalah analisa karakteristik minyak dari akumulasi
sampel berat katalis optimal variabel katalis secara fisik yang meliputi
specific gravity at 60/60 oF, viscosity kinematic at 40oC, flash point PM.cc,
pour point. Sifat fisik dari minyak hasil pirolisis sampah HDPE perlu diteliti
dalam kaitannya untuk aplikasi di mesin pembakaran dalam seperti mesin
Minyak
Karakteristik Satuan Solar Bensin
HDPE
Density gr/ml 0,7648 0,815-0,860 0,715-780
Specific Gravity at 60/60oF - 0,7834 0,820-0,870 0,720-0,780
Viscosity Kinematic at 40 oC mm2/s 1.450 4,012 0,773
o
Flash Point PM.cc C 23.5 66,5 -43
o
Pour Point C 6 6
diesel dan bensin. Karakteristik fisik minyak dan perbandingannya dengan
solar dan bensin ditunjukkan oleh tabel 8.
22
BAB V
5.2 Saran
Perlu adanya perbaikan pada alat pirolisis agar hasil dan tidak ada gas yang bocor
dari reaktor dan pipa air pendingin, agar gas hasil pirolisis dapat terkondensasi lebih
baik.
23
DAFTAR PUSTAKA
Aprian, R. P., & Ali, M. (2009). Pengolahan Sampah Plastik Menjadi Minyak
Menggunakan Proses Pirolisis. Jurnal Teknik Lingkungan Universitas
Pembangunan Nasional Jawa Timur.
Karima, Y. F. (2012). Signifikansi Penggunaan Zeolit Alam Pada Proses Ozonasi
Untuk Disinfeksi Hama Bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae Pada
Tanaman Padi. Depok: Universitas Indonesia.
Lestari, D. Y. (2012). Pemilihan Katalis Yang Ideal. Prosiding Seminar Nasional
Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA (hal. 6). Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Marcilla , A., Gomez, A., & Garcia , N. A. (2002). Kinetic Study of Different
Commercial Polyethylenes over an MCM-41 Catalyst. Journal of analytical
and applied pyrolisis, 64, hal. 85-101.
S, I. H., & Melyna, E. (2013). Perengkahan Sampah Plastik (HDPE, PP, PS)
Menjadi Precursor Bahan Bakar dengan Variasi Perbandingan Bahan
Baku/Katalis H-Zeolit. PROSIDING SNTK TOPI. Pekanbaru: Repository
University Of Riau.
Syamsiro, M. (2015). Kajian Pengaruh Penggunaan Katalis Tehadap Kualitas
Produk Minyak Hasil Pirolisis Sampah Plastik. Jurnal Teknik , Vol.5 No. 1.
Angga. 2013. Pembuatan Stirena dari Limbah Plastik dengan Metode Pirolisis.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember : Surabaya
Damayanthi R., Martini R. 2010. Proses Pembuatan Bahan Bakar Cair dengan
Memanfaatkan Limbah Plastik Universitas Diponegoro : Semarang
Gates, B. C., Katzer, J. R., and Schuit, G. C. 1979. (Gates, 1979). McGraw-Hill :
New York
24
Pratiwi, Reno dan Wiwiek Dahani. 2015. Pengaruh Penggunaan Katalis Dalam
Pirolisis Limbah Plastik Jenis HDPE Menjadi Bahan Bakar Cair Setara
Bensin. Universitas Trisakti : Jakarta
Rebeiro, F.R., Rodrigues, A.E. Rollman, L.D & Naccache, C. 1984. (Robeiro,
1984) Martinus Nijhoff Publisher : Denhaag
Sa’diyah, Khalimatus. 2012. Pengaruh Waktu, Suhu, dan Jumlah Katalis Pada
Produk Proses Pirolisis Limbah Plastik Polipropilen (PP). Institut
Teknologi Sepuluh Nopember : Surabaya
Undri, A., Rosi, L., Frediani, M., and Frediani, P. 2014. Efficient Disposal of Waste
Polyolefins through Microwave Assisted Pyrolisis, Fuel. 116, 662-671.
Mufrodi, Zahrul. 2016. Rancang Bangun Mesin Pencacah Plastik Sebagai Bahan
Baku Mesin Pirolisis Skala Komunal. Universitas Ahmad Dahlan :
Yogyakarta.
Marcilla A, García-Quesada JC, Sánchez S, Ruiz R. Study of the catalytic
pyrolysis behaviour of polyethylene–polypropylene mixtures. J Anal Appl
Pyrol 2005;74:387–92.
Jung S-H, Cho M-H, Kang B-S, Kim J-S. Pyrolysis of a fraction of waste
polypropylene and polyethylene for the recovery of BTX aromatics using a
fluidized bed reactor. Fuel Process Technol 2010;91:277–84.
25
LAMPIRAN
26
Gambar 9 Hasil Analisis TGA Polipropilena
27