Você está na página 1de 13

TINJAUAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENGGELAPAN

Analisis Kasus Penggelapan Sulasmi


Sebagai Tugas Mata Kuliah Hukum Pidana
Dosen Pengampu: Syarif Nurhidayat, S.H., M.H.

Disusun Oleh:

Kirana Azzahra Ahmawana


NIM: 17410528

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil ‘Alami, Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam. Atas
segala karunia nikmat-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-
baiknya. Makalah yang berjudul “Tinjauan Hukum dalam Tindak Pidana Penggelapan”
disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Pidana yang diampu
oleh Bapak Syarif Nurhidayat, S.H., M.H.

Makalah ini berisi tentang Analisis Kasus tentang Tindak Pidana Pencurian atau
Penggelapan. Meski telah disusun secara maksimal, namun penulis sebagai manusia biasa
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karenanya penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian.

Besar harapan saya makalah ini dapat memberikan manfaat dan juga ilmu pagi pembaca
khususnya tentang tindak pidana pencurian atau penggelapan.

Demikian apa yang bisa saya sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil manfaat dari
karya ini

Yogyakarta, 25 Desember 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 5
2.1 Pengertian Tindak Pidana Penggelapan ................................................................. 5
2.2 Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Bhayangkari ........................................ 9
BAB II PENUTUP ................................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan teknologi, saat ini
kejahatan pun semakin merajalela, dimulai dari kalangan atas hingga yang paling rendah
sekalipun. Dimulai dari kejahatan ringan hingga kejahatan yang paling berat. Manusia
pada masa kini sudah tidak pandang bulu lagi dalam menjalankan aksinya. Banyak
diantara mereka yang sama sekali tidak memiliki rasa takut dan tidak berpikir kedepan
untuk melakukan kejahatan.
Salah satu kejahatan yang sering dilakukan ialah tindak pidana penggelapan
(verduistering) sebagaimana yang diatur dalam Bab XXIV Pasal 372 sampai dengan pasal
377 KUHP. Menurut Lamintang, tindak pidana tersebut sebagai “penyalahgunaan
kepercayaan”. Sebab, inti dari tindak pidana yang diatur dalam Bab XXIV tersebut adalah
“penyalahgunaan hak” atau “penyalahgunaan kepercayaan”.
Dari kasus yang dibahas ini, sudah seharusnya kita prihatin terhadap kejahatan
yang terus terjadi. Bahkan, istri polisi yang seharusnya terpandang dan terhormat pun bisa
melakukan kejahatan. Sebagai istri dari penegak hukum seharusnya memberikan contoh
yang baik bagi masyarakat, namun yang dilakukannya malah hal yang tidak patut untuk
ditiru.
Dalam penyidikan petugas, Sulasmi ditetapkan sebagai terdakwa kasus
penggelapan uang milik rekan bisnisnya senilai Rp 386 juta. Sulasmi telah menipu ketiga
rekan kerjanya yakni Elok Kusuma Wardani, Yulianti, dan Siti Jaridin.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah perbuatan tersebut melawan hukum?
2. Apakah pelaku memenuhi unsur dalam delik?
3. Pasal apa yang sesuai untuk kasus tersebut?

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tindak Pidana Penggelapan


1. Pengertian Penggelapan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Penggelapan diartikan sebagai
proses, cara dan perbuatan menggelapkan (penyelewengan) yang menggunakan
barang secara tidak sah.
Menurut R. Soesilo (1968.258), penggelapan adalah kejahatan yang hampir
sama dengan pencurian dalam pasal 362. Bedanya ialah pada pencurian barang yang
dimiliki itu belum berada di tangan pencuri dan masih harus “diambilnya” sedangkan
pada penggelapan waktu dimilikinya barang itu sudah ada di tangan si pembuat tidak
dengan jalan kejahatan.
Menurut Lamintang, tindak pidana penggelapan adalah penyalahgunaan hak
atau penyalahgunaan kepercayaan oleh seorang yang mana kepercayaan tersebut
diperolehnya tanpa adanya unsur melawan hukum.
Pengertian yuridis mengenai penggelapan diatur pada Bab XXIV (buku II)
KUHP, terdiri dari 5 pasal (372 s/d 376). Salah satunya yakni Pasal 372 KUHP,
merupakan tindak pidana penggelapan dalam bentuk pokok yang rumusannya
berbunyi: "Barang siapa dengan sengaja menguasai secara melawan hukum sesuatu
benda yang seharusnya atau sebagian merupakan kepunyaan orang lain yang berada
padanya bukan karena kejahatan, karena bersalah melakukan penggelapan, dipidana
dengan pidana penjara selama-lamanya 4 (empat) tahun atau dengan pidana denda
setinggi-tingginya 900 (sembilan ratus) rupiah."
Jadi, penggelapan dalam tindak pidana tersebut dapat diartikan sebagai suatu
perbuatan yang menyimpang/menyeleweng, menyalahgunakan kepercayaan orang
lain dan awal barang itu berada ditangan bukan merupakan perbuatan yang melawan
hukum, bukan dari hasil kejahatan.
2. Jenis-Jenis Tindak Pidana Penggelapan
Berikut jenis-jenis tindak pidana penggelapan berdasarkan Bab XXIV Pasal
372 sampai dengan 377 KUHP.
1) Penggelapan biasa
Yang dinamakan penggelapan biasa adalah penggelapan yang diatur
dalam Pasal 372 KUHP: “Barangsiapa dengan sengaja dan melawan hukum

5
mengaku sebagai milik sendiri (zich toeegenen) barang sesuatu yang seluruhnya
atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya
bukan karena kejahatan, diancam karena penggelapan dengan pidana penjara
paling lama empat tahun.
2) Penggelapan Ringan
Pengelapan ringan adalah penggelapan yang apabila yang digelapkan
bukan ternak dan harganya tidak lebih dari Rp.25. Diatur dalam Pasal 373 KUHP.
3) Penggelapan dengan Pemberatan
Penggelapan dengan pemberatan yakni penggelapan yang dilakukan oleh
orang yang memegang barang itu berhubungan dengan pekerjaannya atau
jabatannya atau karena ia mendapat upah (Pasal 374 KUHP).
4) Penggelapan dalam Lingkungan Keluarga
Penggelapan dalam lingkungan keluarga yakni penggelapan yang
dilakukan dilakukan oleh orang yang karena terpaksa diberi barang untuk
disimpan, atau oleh wali, pengampu, pengurus atau pelaksana surat wasiat,
pengurus lembaga sosial atau yayasan, terhadap barang sesuatu yang
dikuasainya. (Pasal 375 KUHP).
3. Unsur-Unsur Pasal Tindak Pidana Penggelapan
Penggelapan terdapat unsur-unsur Objektif meliputi perbuatan memiliki,
sesuatu benda, yang sebagian atau seluruhnya milik orang lain, yang berada dalam
kekuasaannya bukan karena kejahatan, dan unsur-unsur Subjektif meliputi
penggelapan dengan sengaja dan penggelapan melawan hukum. Pasal-Pasal
penggelapan antara lain :
1) Pasal 372 KUHP Penggelapan Biasa
a. Dengan sengaja memiliki.
b. Memiliki suatu barang.
c. Barang yang dimiliki seluruhnya atau sebagian termasuk milik orang lain.
d. Mengakui memiliki secara melawan hukum.
e. Barang yang ada dalam kekuasaan bukan karena kejahatan.
Hukuman : Hukuman penjara selama-lamanya 4 tahun.
2) Pasal 373 KUHP Penggelapan Ringan
a. Dengan sengaja memiliki.
b. Memiliki suatu bukan ternak.
c. Barang yang dimiliki seluruhnya atau sebagian termasuk milik orang lain.

6
d. Mengakui memiliki secara melawan hukum
e. Barang yang ada dalam kekuasaan bukan karena kejahatan.
f. Harganya tidak lebih dari Rp. 25,-
Hukuman : Hukuman penjara selama-lamanya 3 bulan.
3) Pasal 374 dan KUHP Penggelapan dengan Pemberatan
a. Dengan sengaja memiliki.
b. Memiliki suatu barang.
c. Barang yang dimiliki seluruhnya atau sebagian termasuk milik orang lain.
d. Mengakui memiliki secara melawan hukum.
e. Barang yang ada dalam kekuasaan bukan karena kejahatan.
f. Berhubung dengan pekerjaan atau jabatan.
Hukuman : Hukuman penjara selama-lamanya 5 tahun.
4) Pasal 375 KUHP Penggelapan oleh Wali dan Lain-lain
a. Dengan sengaja memiliki.
b. Memiliki suatu barang.
c. Barang yang dimiliki seluruhnya atau sebagian termasuk milik orang lain.
d. Barang yang ada dalam kekuasaan bukan karena kejahatan.
e. Terpaksa disuruh menyimpan barang.
f. Dilakukan oleh wali, atau pengurus atau pelaksana surat wasiat, atau pengurus
lembaga sosial atau yayasan.
Hukuman : Hukuman penjara selama-lamanya 6 tahun.
Penggelapan yang ada pada pasal 375 ini adalah beradanya benda objek
Penggelapan di dalam kekuasaan pelaku disebabkan karena: Terpaksa disuruh
menyimpan barang itu, ini biasanya disebabkan karena terjadi kebakaran, banjir
dan sebagainya. Kedudukan sebagai seorang wali (voogd); Wali yang
dimaksudkan di sini adalah wali bagi anak-anak yang belum dewasa. Kedudukan
sebagai pengampu (curator); Pengampu yang dimaksudkan adalah seseorang
yang ditunjuk oleh hakim untuk menjadi wali bagi seseorang yang sudah dewasa,
akan tetapi orang tersebut dianggap tidak dapat berbuat hukum dan tidak dapat
menguasai atau mengatur harta bendanya disebabkan karena ia sakit jiwa atau
yang lainnya.
Kedudukan sebagai seorang kuasa (bewindvoerder); Seorang kuasa
berdasarkan BW adalah orang yang ditunjuk oleh hakim dan diberi kuasa untuk
mengurus harta benda seseorang yang telah ditinggalkan oleh pemiliknya tanpa

7
menunjuk seorang wakil pun untuk mengurus harta bendanya itu. Kedudukan
sebagai pelaksana surat wasiat; Yang dimaksud adalah seseorang yang ditunjuk
oleh pewaris di dalam surat wasiatnya untuk melaksanakan apa yang di
kehendaki oleh pewaris terhadap harta kekayaannya. Kedudukan sebagai
pengurus lembaga sosial atau yayasan.
5) Pasal 376 KUHP Penggelapan dalam Keluarga
a. Dengan sengaja memiliki.
b. Memiliki suatu barang.
c. Barang yang dimiliki seluruhnya atau sebagian termasuk milik orang lain.
d. Mengakui memiliki secara melawan hukum.
e. Barang yang ada dalam kekuasaan bukan karena kejahatan.
f. Penggelapan dilakukan suami (isteri) yang tidak atau sudah diceraikan atau
sanak atau keluarga orang itu karena kawin.
Hukuman : Hanya dapat dilakukan penuntutan, kalau ada pengaduan dari
orang yang dikenakan kejahatan itu.
Tindak pidana penggelapan dalam keluarga disebut juga delik aduan relatif
dimana adanya aduan merupakan syarat untuk melakukan penuntutan terhadap
orang yang oleh pengadu disebutkan namanya di dalam pengaduan. Dasar hukum
delik ini diatur dalam pasal 376 yang merupakan rumusan dari tindak pidana
pencurian dalam kelurga sebagaimana telah diatur dalam pembahasan tentang
pidana pencurian, yang pada dasarnya pada ayat pertama bahwa keadaan tidak
bercerai meja dan tempat tidur dan keadaan tidak bercerai harta kekayaan
merupakan dasar peniadaan penuntutan terhadap suami atau istri yang bertindak
sebagai pelaku atau yang membantu melakukan tindak pidana penggelapan
terhadap harta kekayaan istri dan suami mereka. Pada ayat yang kedua, hal yang
menjadikan penggelapan sebagai delik aduan adalah keadaan di mana suami dan
istri telah pisah atau telah bercerai harta kekayaan.
Alasannya, sama halnya dengan pencurian dalam keluarga yang dilakukan
oleh suami atau istri terhadap harta kekayaan suami mereka, yaitu bahwa
kemungkinan harta tersebut adalah harta bersama yang didapat ketika hidup
bersama atau yang lebih dikenal dengan harta gono-gini yang mengakibatkan
sulitnya membedakan apakah itu harta suami atau harta istri.
Oleh karena itu, perceraian harta kekayaan adalah yang menjadikan tindak
pidana penggelapan dalam keluarga sebagai delik aduan. Tindak

8
pidana penggelapan dalam lingkungan keluarga dapat diadili jika kejahatan
tersebut diadukan oleh keluarga yang bersengketa.

2.2 Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Bhayangkari


1. Kronologi Kasus
Seorang anggota Bhayangkari (istri polisi) harus berurusan dengan hukum
karena menggelapkan uang milik rekan bisnisnya senilai Rp 386 juta. Kasus yang
menimpa Sulasmi (35), istri polisi yang dinas di Polres Malang ini, baru terungkap
saat untuk kali pertamanya duduk dikursi pesakitan Pengadilan Negeri (PN) Malang
sebagai terdakwa.
Dalam sidang terbuka untuk umum ini, diketahui jaksa penuntut umum (JPU)
Iwan Winarso mendakwa Sulasmi dengan pasal berlapis 379 (a), 372 dan 378 KUHP
tentang penggelapan. Ancaman yang diterima adalah hukuman penjara diatas lima
tahun. Selama penyidikan dikepolisian, Sulasmi ditahan di Polresta. Saat
disidangkan, ia menjadi tahanan titipan kejaksaan di LP Wanita Sukun.
Diketahui, kasus istri Bintara ini dilaporkan polisi pada Desember 2009 lalu.
‘’pelapornya tiga orang, yakni Elok Kusuma Wardani, Yuliati dan Siti Jaridin.’’ Kata
Iwan dipersidangan yang dipimpin oleh ketua Majelis Hakim Heri Widodo.
Ketiga korban mengaku uangnya dilarikan Sulasmi sebesar Rp 386 juta.
Kerugian terbesar dialami Elok, istri polisi yang berdinas di Polresta Malang, sebesar
Rp 300 juta. Sedangkan Yuliati sebesar Rp 54 juta dan Siti Rp 34 juta, ujar Iwan.
Dalam menjalankan aksinya, Sulasmi yang bertempat tinggal di Jl. Jaksa
Agung Suprapto, Kota Malang ini, berkedok menjalankan bisnis sembako, penjualan
kue, dan pakaian. Caranya, Sulasmi mengambil barang ketiga korban diatas dengan
cara berhutang. Barang-barang diatas langsung dijual kembali oleh Sulasmi dan sudah
memperoleh pembayaran. Sayangnya, uang pembayaran dari para pembeli itu tidak
dibayarkan ke korban.
Elok misalnya, untuk kulakan sembako yang ia jual ke Sulasmi harus
menggadaikan sertifikat rumahnya ke bank. Sehingga ketika Sulasmi
tidak membayar utang, rumah Eko disita bank. Selain pembacaan dakwaan, agenda
sidang kemarin juga langsung dilakukan pemeriksaan saksi. Elok yang bersaksi
dipersidangan itu matanya hingga berkaca-kaca ketika memberikan keterangan akibat
perbuatan terdakwa.

9
2. Analisis Kasus
Sesuai dengan pengertian dari penggelapan yaitu menggunakan barang secara
tidak sah, penyalahgunaan hak atau penyalahgunaan kepercayaan, maka kasus
tersebut dikategorikan sebagai tindak pidana penggelapan.
Dari kasus tersebut, Sulasmi terjerat pasal berlapis, yaitu 379 (a), 372, dan 378
KUHP tentang penggelapan. Pasal 379 (a) : ‘’Barangsiapa menjadikan pencarian
atau kebiasaan membeli barang, dengan maksud mendapat barang itu untuk dirinya
atau untuk orang lain, dengan tidak membayar lunas dipidana dengan pidana
penjara selama-lamanya empat tahun’’. Dari tindakan Sulasmi tersebut yaitu
mengambil barang ketiga korban dengan cara berhutang. Kemudian barang-barang
tersebut langsung dijual kembali oleh Sulasmi dan sudah memperoleh pembayaran.
Namun, uang pembayaran dari pembeli tersebut tidak dibayarkan ke korban. Pada
saat melakukan pembelian, harus sudah ada maksud akan tidak membayar lunas.
Tindakan Sulasmi dikategorikan sebagai penggelapan ringan sesuai dengan
pasal 372 : “Barangsiapa dengan sengaja dan dengan melawan hukum memiliki
barang, yang sama sekali atau sebagian kepunyaan orang lain, dan yang ada
padanya bukan karena kejahatan, dipidana karena penggelapan, dengan pidana
penjara selama-lamanya empat tahun atau denda sebanyak-banyaknya sembilan
ratus rupiah”. Unsur-unsur yang terkandung dalam pasal ini adalah:
1. Unsur obyektif:
a. Sengaja melawan hukum. Dalam kasus ini, Sulasmi telah melakukan tindakan
melawan hukum, yaitu berkedok menjalankan bisnis sembako, penjualan kue,
dan pakaian.
b. Penggelapan. Sulasmi telah menggelapkan uang milik rekannya sebesar Rp.
386 juta.
c. Sesuatu barang. Barang tersebut ialah sembako
2. Unsur subyektifnya ialah dengan sengaja, yaitu menguasai barang yang sudah ada
ditangannya secara melawan hukum.
Dalam pasal 378, yaitu: “Barangsiapa dengan maksud hendak
menguntumgkan dirinya atau orang lain dengan melawan hukum, baik dengan
memakai nama palsu, baik dengan tipu muslihat, maupun dengan rangkaian
kebohongan, membujuk orang untuk memberikan suatu barang atau supaya membuat
utang atau menghapuskan piutang, dipidana karena penipuan dengan pidana penjara
selama-lamanya empat tahun’’. Yang dilakukan Sulasmi ialah menguntungkan

10
dirinya dengan melawan hukum, dengan tipu muslihat maupun dengan kebohongan,
membujuk orang. Sedangkan memakai nama palsu dan membuat utang atau
menghapuskan piutang tidak termasuk.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Penggelapan diartikan sebagai
proses, cara dan perbuatan menggelapkan (penyelewengan) yang menggunakan barang
secara tidak sah.
Menurut Lamintang, tindak pidana penggelapan adalah penyalahgunaan hak atau
penyalahgunaan kepercayaan oleh seorang yang mana kepercayaan tersebut diperolehnya
tanpa adanya unsur melawan hukum.
Dengan demikian, penggelapan dalam tindak pidana dapat diartikan sebagai suatu
perbuatan yang menyimpang atau menyeleweng, menyalahgunakan kepercayaan orang
lain dan awal barang itu berada ditangan bukan merupakan perbuatan yang melawan
hukum, bukan dari hasil kejahatan.
Adapun Jenis-Jenis Tindak Pidana Penggelapan dalam KUHP meliputi:
1) Penggelapan Biasa
2) Penggelapan Ringan
3) Penggelapan dengan Pemberatan
4) Penggelapan dalam Kalangan Keluarga
Analisis kasus penggelapan Sulasmi, modusnya dalam melakukan kejahatan ialah
dengan menjalankan bisnis sembako, penjualan kue, dan pakaian. Caranya, Sulasmi
mengambil barang ketiga korban diatas dengan cara berhutang. Barang-barang diatas
langsung dijual kembali oleh Sulasmi dan sudah memperoleh pembayaran. Namun uang
hasil bisnis penjualan sembako, kue, dan pakaian tersebut tidak dibayarkan kepada ketiga
korban.
Akibat perbuatannya menggelapkan uang milik tiga rekan bisnisnya senilai Rp
386 juta, ia dikenakan pasal berlapis 379 (a), 372 dan 378 KUHP tentang penggelapan.
Ancaman yang diterima adalah hukuman penjara diatas lima tahun.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bastyani, Heri. Analisis Kasus Penggelapan.


http://herybastyani.blogspot.com/2013/06/analisis-kasus-penggelapan.html

Tirana, Garin. Tindak Pidana Penggelapan. http://garintirana.blogspot.com/2014/01/tindak-


pidana-penggelapan.html

13

Você também pode gostar