Você está na página 1de 2

Atasi Kesenjangan di Indonesia Timur dengan

Pembangunan Budaya
July 11, 2018

Pembicara sesi khusus bertajuk "Reducing Disparity by Optimising the Role of Culture in
Eastern Indonesia berswafoto bersama. Dari kiri ke kanan; Dirjen Kebudayaan
Kemendikbud Hilmar Farid; Musisi Glenn Fredly; Pakar DNA dari Eijkman Institute
Herawati Sudoyo; pendiri Ganara Art dan Mari Berbagi Seni Tita Djumaryo; dan pendiri
sekaligus Direktur Heka Leka Peduli Pendidikan Maluku Stanley Ferdinandus.
Jakarta 11 Juli 2018,-- Jawa dan Sumatera menjadi penyumbang besar PDB nasional.
Wilayah Indonesia timur yang kaya sumber daya dan keanekaragaman budaya justru
menjadi daerah yang tertinggal. Kesenjangan pembangunan di wilayah barat dan timur
Indonesia ini, menurut Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Hilmar Farid, bisa diatasi dengan pembangunan kebudayaan.

"Pembangunan ekonomi memang berjalan terus. Tapi kalau budaya diabaikan, akan
menjadi problematika," kata Hilmar di sesi khusus Indonesia Development Forum 2018
bertajuk "Reducing Disparity by Optimising the Role of Culture in Eastern Indonesia,
Rabu, 11 Juli 2018.

Hilmar mengatakan pembangunan infrastruktur konektivitas memang mengatasi


kesenjangan pembangunan. Namun bila tak disertai aspek kultural, masyarakat di
daerah sukar merasakan dampak pembangunan.

Dengan pembangunan kebudayaan, upaya mengatasi kesenjangan di daerah justru


berbasis pada potensi yang ada. Hilmar menyontohkan pembangunan di Belitung yang
dimulai dari meledaknya cerita anak-anak Belitung setelah adai novel serta film Laskar
Pelangi. Film dan novel tersebut berhasil mengajak wisatawan berbondong-bondong
datang berkunjung ke Belitung.

"Bupati Belitung akhirnya mengalihkan pendapatan dari sektor pertambangan yang tak
berkelanjutan ke pembuatan objek-objek wisata baru," kata Hilmar.

Hilmar yakin masih banyak lokasi lain di Indonesia yang mempunyai potensi budaya
yang setara dengan Belitung. Optimalisasi budaya di daerah ini menjadi salah satu
upaya pemerintah melakukan pengarusutamaan kebudayaan.

Di Indonesia timur, pembangunan kebudayaan dilakukan dengan mengekspolrasi


potensi seni dan budaya yang ada. Musisi keturunan Maluku, Glenn Fredly mengatakan
penetapan Ambon sebagai kota musik oleh pemerintah pusat menjadi peluang
pembangunan Indonesia timur.

Menurut Glenn, musik menjadi tiga alat bagi pembangunan yaitu berupa kebudayaan itu
sendiri, sarana pendidikan, dan perbaikan ekonomi. Mewujudkan ini, sejumlah
pemangku kebijakan mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta, pegiat
seni, sampai masyarakat setempat mau duduk bersama untuk mewujudkan komunitas
seni di Kota Ambon.

Menambahkan pernyataan Glenn, pendiri Ganara Art dan Mari Berbagi Seni Tita
Djumaryo mengatakan seni dan budaya menjadi salah satu sarana pendidikan yang
tentunya menopang pembangunan di daerah. Tentu saja, pendidikan yang diberikan
melalui seni dan budaya mesti memperhatikan potensi dan kondisi lokal.

"Anak-anak yang telah kami (Komunitas Mari Berbagi Seni) ajari seni, mereka lebih
mampu berkpikir kritis, berpandangan terbuka, tidak tergesa-gesa mengambil
keputusan dibanding sebelumnya," kata Tita, masih di seminar yang sama.

Tita mengatakan ada empat aspek yang patut dilakukan di pembangunan kebudayaan.
Empat tersebut adalah pengembangan masyarakat berbasis aset akan meningkatkan
pembangunan; meningkatkan kualitas pendidikan; memberdayakan potensi daerah;
dan mendorong kerja sama antar-pihak.

Pembangunan kebudayaan menjadi salah satu topik yang sering dibahas di Indonesia
Development Forum 2018. Forum ini mendorong percepatan pembangunan di
Indonesia yang lebih merata dan berkelanjutan berbasiskan ilmu pengetahuan,
pengalaman, dan fakta.

IDF 2018 mengambil tema “Terobosan untuk Mengatasi Ketimpangan antar-Wilayah


di Seluruh Nusantara”. Forum ini digelar oleh Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas) dan didukung Pemerintah Australia melalui Knowledge Sector
Initiative (KSI). Hasilnya akan digunakan untuk bahan penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah 2020-2024.**

Você também pode gostar