Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
DI PT SEMEN PADANG
OLEH :
Mengetahui,
Pembimbing Lapangan :
MULFAROZA
NIP. 6600019
Disahkan Oleh.
Pembimbing Khusus
Muhammad Thariq, ST
NIP. 9214049
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan pelaksanaan dan penyusunan Laporan Kerja Praktek
dengan judul “Efisiensi Sepax Separator Di Unit Cement Mill 5Z1 dan
Penulis
v
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Tujuan Kerja Praktek ..................................................................................... 2
1.3 Manfaat Kerja Praktek ................................................................................... 2
1.3.1 Manfaat Kerja Praktek Bagi Perusahaan ............................................... 2
1.3.2 Manfaat Kerja Praktek Bagi Perguruan Tinggi ..................................... 2
1.3.3 Manfaat Kerja Praktek Bagi Mahasiswa................................................ 2
1.4 Waktu dan Lokasi Pelaksanaan ...................................................................... 3
1.5 Metodologi Pengumpulan dan Pengolahan Data ........................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 4
2.1 Pengertian Semen ........................................................................................... 4
2.2 Bahan Pembuatan Semen ............................................................................... 6
2.2.1 Bahan Baku Pembuatan Semen ............................................................. 6
2.2.2 Bahan Aditif Pembuatan Semen .......................................................... 11
2.3 Metode Pembuatan Semen ........................................................................... 13
2.3.1 Proses Basah ........................................................................................ 13
2.3.2 Proses Kering ....................................................................................... 13
2.4 Sifat Fisika dan Kimia Semen ...................................................................... 15
2.4.1 Sifat Fisika Semen ............................................................................... 15
2.4.2 Sifat Kimia Semen ............................................................................... 18
BAB III URAIAN PROSES ............................................................................ 21
3.1 Tahap Proses Pembuatan Semen .................................................................. 21
3.1.1 Tahap Penyediaan dan Persiapan Bahan Baku..................................... 22
3.1.2 Tahap Penggilingan Awal Bahan Baku (Pembentukan Raw Mix) ....... 29
3.1.3 Proses Pengolahan Batu Bara .............................................................. 34
3.1.4 Tahap Pembakaran Raw Mix (Pembakaran Klinker) ............................ 35
3.1.5 Penyimpanan Klinker di dalam Silo .................................................... 43
3.1.6 Tahap Penggilingan Clinker (Pembuatan Semen) ............................... 44
3.1.7 Tahap Pengantongan Semen ................................................................ 48
3.2 Spesifikasi Alat ............................................................................................ 48
3.2.1 Spesifikasi Alat Utama ......................................................................... 48
3.2.2 Alat Pendukung Operasi ....................................................................... 53
3.2.3 Alat Penarikan Material........................................................................ 58
3.2.4 Alat Transportasi .................................................................................. 59
3.2.5 Alat Sensor ............................................................................................ 62
BAB IV UTILITAS .......................................................................................... 64
4.1 Unit Utilitas .................................................................................................. 64
vi
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
fasa ferrite. Selain itu juga ditambahkan sedikit kalsium sulfat dalam bentuk
gypsum pada proses pengeringan untuk mengontrol setting time (waktu
pengikatan) dan meningkatkan kekuatan semen.
Klinker (material keluaran kiln) terdiri dari sejumlah komponen yang
membentuk fasa solid solution (campuran fasa padat). Fasa yang dapat terbentuk
pada klinker semen portland antara lain terlihat dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1 Fasa Klinker Semen Portland
Nama Fasa Nama Kimia Notasi
Free lime Calcium Oksida C
Periscale (magnesia) Magnesium Oksida M
Alite Tricalcium Silikat C3 S
Betite Dicalcium Silikat C2 S
C3A Tricalcium Oksida C3 A
Ferrite Tetracalcium Aluminoferrite C4AF
Dicalcium Ferrite C2 F
Mayenite 12-Calcium 7-Aluminat C12A7
Geblenit Dicalcium Aluminno Monosilikat C2AS
Anhydrite Calcium Silikat CS
Kalsium sulfoaluminat Tetracalcium Trialuminat Monosilikat C2A3S
Komponen penyusun semen berubah menjadi senyawa komplek saat
melewati sistem kiln yang mengalami perubahan kimia dan fisika. Secara kimia
burnability (kemudahan terbakar) bahan baku merupakan aspek yang paling
berpengaruh. Burnability ditentukan oleh jumlah free lime (CaO bebas), senyawa
besi, dan alumina bahan baku. Sedangkan proses fisika yang terjadi adalah proses
pembentukan nodule (butiran) klinker. Reaksi yang terjadi di dalam kiln adalah:
1. Penguapan air bebas
2. Pembebasan air yang terikat pada tanah liat
3. Dekomposisi magnesium karbonat dan Dekomposisi kalsium karbonat atau
proses kalsinasi
4. Kombinasi oksida-oksida lime dan tanah liat, besi, dan alumina. Reaksi ini
terjadi pada suhu tinggi di akhir kiln
6
Karakteristik fasa solid solution pada klinker semen portland terlihat dalam
Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Karakteristik Fasa Solid Klinker Semen Portland
Nama Fasa Sistem Kristal Densitas (g/cm3)
Alite Triclinic 3,14 – 3,25
Monoclinic
Triagonal
Betite Hexagonal 3,04
Arthurhombic 3,4
Monoclinic 3,28
Orthorhombic 2,97
C3 A Cubic 3,04
Monoclinic
Orthorhombic
Ferrite Orthorhombic 3,74 – 3,77
Free lime Cubic 3,08 – 3,32
Magnesia Cubic 3,58
hidroksida pada suhu kamar membentuk senyawa yang mempunyai sifat seperti
semen. Pozzolan yang digunakan dapat dilihat pada gambar 2.5.
B. High Grade Limestone
HNO3. Warna yang dimiliki gypsum mulai dari putih, kekuning-kuningan sampai
abu-abu.
D. Fly Ash
1. Proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller
meal.
14
E. Panas Hidrasi
Panas hidrasi adalah panas yang dilepaskan selama semen mengalami
proses hidrasi. Jumlah panas hidrasi yang dilepaskan semen bergantung pada jenis
semen, kehalusan semen, dan perbandingan antara air dan semen. Kekerasan awal
semen yang tinggi dan panas hidrasi besar kemungkinan terjadi retak-retak pada
beton. Hal ini disebabkan oleh fosfor yang timbul sukar dihilangkan sehingga
terjadi pemuaian pada proses pendinginan. Faktor yang mempengaruhi hidrasi
semen antara lain :
1. Jumlah air yang ditambahkan
2. Temperatur
3. Kehalusan semen
4. Bahan aditif
5. Kandungan senyaea C3S, C2S, C3A, C4AF
Faktor-faktor tersebut mengakibatkan terbentuknya pasta semen yang pada
waktu tertentu mengalami proses pengerasan. Proses kristalisasi pada hidrasi
adalah sebagai berikut :
1. Secara kimia yaitu mineral semen bereaksi dengan air membentuk senyawa
hidrat
2. Secara fisika yaitu pembentukan Kristal karena kejenuhan larutan
3. Secara mekanis yaitu pengikatan secara adhesi dan kohesi Kristal sehingga
membentuk struktur yang kokoh.
F. Penyusutan
Ada tida macam penyusutan yang terjadi di dalam semen yaitu :
1. Drying shringkage (penyusutan karena pengeringan)
2. Hidration shringkage (penyusutan karena hidrasi)
3. Carbonation shringkage (penyusutan Karena karbonasi)
Paling berpengaruh pada permukaan beton adalah drying shringkage,
penyusutan ini terjadi karena penguapan selama proses setting dan hardening.
Bila besaran kelembabannya dapat dijaga, maka keretakan beton dapat dihindari.
Penyusutan ini dipengaruhi juga olh kadar C3A yang terlalu tinggi.
18
G. False set
False set yaitu gejala terjadinya pengembangan sifat kekakuan dari adonan
semen, mortar, beton tanpa terjadinya pelepasan panas yang banyak. Gejala
tersebut akan hilang dan sifat plastis akan dicapai kembali bila dilakukan
pengadukan lebih lanjut tanpa penambahan air. False set terjadi karena pada
operasi penggilingan klinker dan gypsum dilaksanakan pada suhu operasi yang
terlalu tinggi sehingga terjadi dehidrasi dari CaSO4.2H2O menjadi
CaSO4.1,5H2O.CaSO4.0,5H2O. Inilah yang menyebabkan terjadinya false set.
False set Pabrik Indarung V min (50%).
H. Soundness
Selama proses hidrasi, akan terjadi ekspansi abnormal yang menyebabkan
keretakan beton. Eksansi terjadi apabila kadar free line, MgO, Na2O dan K2O
terlalu tinggi atau gypsum yang terlalu banyak.
BAB III
DESKRIPSI PROSES
(a) (b)
Gambar 3.2 (a) Chevron Stacking (b) Front Reclaiming
Pencampuran yang bagus dapat diperoleh dengan menarik tumpukan dari
depan (front reclaiming). Alat yang digunakan adalah bridge scrapper yang
bekerja dengan dua pile. Satu pile ditumpuk saat pile yang lain ditarik.
B. Penambangan Batu Silika (Silika Stone)
Pada gambar 3.5 merupakan tanah liat yang dipakai pada proses produksi
semen. Tanah liat ini diambil dari Gunung Sarik dan Jambi. Penambangan tanah
liat dilakukan dengan pengerukan pada lapisan permukaan tanah dengan
excavator. Pertama hal yang dilakukan adalah pembuatan jalan dengan sistem
selokan selang-seling. Penambangan dilakukan pada lokasi paling jauh dari jalan
utama sekalgus membentuk jalan baru. Jika sedang musim hujan, ada area-area
tanah liat yang sedikit menyerap air. Dengan pembuatan jalan terlebih dahulu
maka penambangan dapat dilakukan apda area-area yang tanah litany sedikit
menyerap air. Tanah liat yang dikeruk dengan excavator kemudian diangkut
degan menggunakan dump truck ke storage pabrik. Tanah liat yang ditumpuk dan
alat penarikannya dapat dilihat pada gambar 3.7.
F. Pengadaan Pozzolan
Pozzolan merupakan bahan yang mengandung silika atau senyawanya dan
alumina, yang tidak meiliki sifat mengikat seperti semen, tetapi dengan bentuknya
yang halus dan adanya air dapat menjadi suatu masa padat yang tidak larut dalam
air. Jumlah pozzolan yang digunakan adalah sebanyak ±12%. Pozzolan yang
dipakai berasal dari Lubuk Alung.
G. Pengadaan Fly Ash
Fly Ash merupakan pozzolan buatan yang mengandung silika atau alumina
yang tidak memiliki sifat seperti semen namun karena halus dan dengan adanya
air, maka senyawa-senyawa ini akan bereaksi secara kimiawi dengan kalsium
hidroksida Fly ash adalah bagian dari sisa pembakaran batu bara pada boiler
pembangkit listrik tenaga uap yang berbentuk partikel halus amorf dan bersifat
silika reaktif. Fly Ash yang dipakai didatangkan dari Dumai. Fly Ash dari hopper
dialirkan menuju elevator menggunakan screw conveyor. Fly Ash tersebut
kemudian akan dicampur dengan hasil keluaran tube mill.
H. High Grade Limestone
Limestone ini memiliki kemurnian 94-98%. Limestone ini berfungsi sebagai
bahan pengisi untuk menambah jumlah kapasitas produksi pada semen. Kadar
limestone yang digunakan adalah sebanyak ±10%.
29
Tabel 3.2 Jenis Storage, Metode Stacking dan Penarikan Bahan Baku
Storage Stacking
Material Alat Penarikan
Type Kapasitas (Ton) Metode
Batu Kapur Closed 2 x 35.000 Chevron Bride Scrapper
Batu Silika Closed 2 x 5.500 Cone Shell Side Reclaimer
Pozzolan Closed
Bucket Chain
Tanah Liat Closed 2 x7.500 Windrow
Excavator
Pasir Besi Open 7000
Batu Bara Closed 2 x 8000 Chevron Bridge Scrapper
Gypsum Closed
menggunakan belt conveyoryang sama, sehingga pengisian pasir besi dan silika
dilakukan secara bergantian yang diatur dengan menggunakan belt carry..
Proses pemisahan terjadi pada classifier, dimana material yang kasar akan
dipisahkan dengan material yang halus. Parameter yang digunakan dalam
pemisahan classifier adalah kecepatan classifier dan kecepatan hisapan fan.
vortex. Akibat adanya gaya gravitasi material dan momentum dengan dinding
cyclone maka material kehilangan kecepatan, sehingga material akan jatuh ke
bawah sedangkan udara melalui center tube menuju gas conditioning tower
(GCT).
(a) (b)
Gambar 3.13 (a) Belt Conveyor pengangkutan material (b) Electrostatic
Presipitator
Udara yang keluar dari cyclone mengandung partikel halus atau debu akan
diproses selanjutnya di GCT dan berakhir di Elecrostatic Presipitator (EP).
Elecrostatic Presipitator yang digunakan pada Indaung V dapat dilihat pada
gambae 3.13 (b). GCT digunakan untuk menurunkan temperatur gas panas yang
terlalu tinggi dari aliran cyclone dan suspension preheater. Hal ini perlu dilakukan
karena EP dapat bekerja dengan baik pada suhu 100ºC dan menghindari
kerusakan pada collecting plate pada EP. Raw mix dari air sluice cyclone
selanjutnya akan dibawa menuju control flow silo (CF Silo) dengan menggunakan
air slide.
35
kalsinasi yang akan terjadi di dalam kiln beralih ke dalam kalsiner sehingga proses
kalsinasi yang akan terjadi di kiln tinggal sedikit.
Raw mix akan masuk dari bagian atas (riser duct) dan gas panas masuk dari
bagian bawah karena pengaruh dari arus udara pemanas, maka material tersebut
terbawa ke atas dan masuk pada bagian samping cyclone. Proses perpindahan
terjadi pada bagian riser duct secara konveksi dengan mekanisme co-current dan
kemudian masuk ke cyclone bersamaan dan terjadi pemisahan material dengan
udara pemanas di dalam cyclone. Karena menyerap panas maka sebagian material
akan terurai dan menguap, diantaranya akan melepaskan H2O dan CO2.
Material masuk dimulai dari A51 dan B51, kemudian menuju A52 dan B52
selanjutnya ke A53 dan B53, kedua keluaran dari A53 dan B53 akan langsung
masuk ke SLC untuk kalsinasi awal. Setelah itu ke B54, kemudian material masuk
ILC untuk kalsinasi lanjutan dan masuk ke A54. Dari A54 material masuk ke
dalam kiln. Dengan adanya kalsiner ini, maka proses kalsinasi yang dulunya
terjadi di kiln secara keseluruhan sekarnag dibantu oleh kalsiner sehingga proses
kalsinasi di kiln tinggal sedikit. Pada kalsiner terjadi proses kalsinasi sebesar 92-
95% dimana proses ini terjadi pada temperatur 800-850ºC. Tahapan reaksi yang
terjadi pada suspension preheater adalah sebagai berikut :
1. Pada temperatur 100ºC terjadi penguapan air. Sedangkan pada temperatur
500ºC terjadi pelepasan air hidrat pada tanah liat.
Al2O3xH2O Al2O3H2O + xH2O........................................................ (3.1)
SiO2xH2O SiO2 + xH2O ................................................................... (3.2)
2. Pada temperatur 700-800ºC terjadi proses kalsinasi awal. Persamaan
reaksinya dapat dilihat sebagai berikut :
CaCO3 CaO + CO2.............................................................................................................. (3.3)
MgCO3 MgO + CO2 .......................................................................................................... (3.4)
3. Pada temperatur 800-900ºC terjadi reaksi pembentukan C2S sebagian.
Persamaan reaksinya adalah :
2CaO + SiO2 2CaO.SiO2................................................................ (3.5)
B. Proses Pembakaran (Rotary Kiln)
Proses pembakaraan dilakukan dalam sebuah alat yaitu rotary kiln yang
dapat dilihat pada gambar 3.16. Alat ini berbentuk silinder dengan diameter 5,6
meter dan panjangnya ±80 m dengan kemiringan 3º. Bahan bakar yang digunakan
39
adalah batu bara, sedangkan untuk pemanasan awal (heating up) digunakan
Industrial Diesel Oil (IDO). Pemanasan di burner, udara sekunder diperoleh dari
grate cooler dan udara primer yang diperoleh dari udara luar. Pada dasarnya batu
bara digunakan sebagai bahan bakar karena :
1. Biaya produksi lebih murah
2. Menghemat biaya untuk pembelian bahan bakar itu sendiri dibandingkan
menggunakan bahan bakar diesel.
yang kan diumpankan ke cemen mill untuk digiling menjadi semen dengan
kapasitas penyimpanan 70.000 ton, sedangkan unburn silo digunakan untuk
penyimpanan klinker yang tidak terbakar sempurna selama proses pemakaran di
kiln dan bisa sebagai penyimpanan sementara klinker yang akan ekspor. Pada
bagian bawah unburn silo terdapat jalur truk yang akan membawa klinker,
sehingga pada unburn silo lebih mudah dalam transportasi untuk ekspor dan juga
mempermudah untuk pengosongannya.
akan lebih banyak yang beralih ke verticall mill karena beberapa kelebihannya
seperti kapasitas lebih besar dan specific power consumption lebih rendah. Pada
cement mill, klinker digiling bersama dengan gypsum serta bahan aditif lain
seperti batu kapur dan pozzolan tergantung dari tipe semen yang akan diproduksi
(Tipe I atau PCC). Tube mill sendiri adalah peralatan berbentuk silinder yang di
dalamnya terdapat steel ball sebagai media grinding/penggilingan.
Klinker yang telah dipipih hasil keluaran roller press diangkut dengan belt
conveyor menuju mill. Selain itu material tambahan dan gypsum, pozzolan, dan
highgrade limestone dari storage diumpankan ke masing-masing hopper dan
komposisi masing-masing diatur oleh dosimat feeder. Lalu setelah komposisi
diatur maka bersama dengan klinker diumpanan ke belt conveyor untuk
diumpankan ke dalam mill. Tailing yang merupakan reject dari sepax separator
akan masuk kembali ke dalam mill dan digabungkan dengan fresh feed untuk
digiling kembali.
Prinsip kerja dari sepax separator yaitu material masuk dari bagian tengah
separator dan akan jatuh ke bagian bawah, material yang terjatuh akan
terdistribusi karena adanya spreader plate, kemudian udara masuk ke classifier, di
dalam classifier material yang kasar akan terlempar dan masuk ke reject cone
sedangkan material yang halus dibawa oleh udara masuk ke dalam cyclone untuk
dipisahkan antara material dengan gasnya untuk selanjutnya akan
ditranspotrasikan dengan air slide ke bucket elevator menuju cement silo,
sedangkan material kasarnya (tailing) akan dikembalikan ke cement mill dengan
air slide untuk digiling kembali.
5. Penyimpanan Semen
Fine product dari sepax separator dan telah dipisahkan dengan gas di
cyclone selanjutnta akan dialirkan ke cement silo menggunakan air slide dan
dilanjutkan dengan bucket elevator untuk dialirkan ke silo berdasarkan tipenya.
Sedangkan produk semen yang tertangkap oleh EP dibawa oleh screw conveyor
dan jatuh ke air slide yang sama dengan fine product dari sepax separator dan
dialirkan bersama menuju cement silo.
Pada pabrik Indarung V dengan kapasitas 14.000 ton untuk setiap silonya.
Masing-masing silo digunakan untuk penyimpanan dengan jenis semen yang
berbeda. Untuk mengatur masuknya semen ke dalam tiap-tiap silo, maka
digunakan bottom gate yang digerakkan secara pneumatic. Di dalam silo, terdapat
satu cone besar yang akan mengatur keluaran semen tersebut. Pada bagian dasar
cone, diberi aerasi untuk menghindari penyumbatan aliran semen dan dapat
mengalir lancer ke tengah silo. Semen ditari menuju truck, kereta api atau
langsung menuju tempat pengantongan semen di PPI.
C. Unit Kiln
Rotary kiln yang dipakai memiliki spesifikasi sebagai berikut :
Tipe : FLS-SLEC-1 (Separator Line Calciner)
Kapasitas : 7.800 ton/hari
Heat Consumption : 750 kcal/kg clinker
Dimensi : 5,6 x 84 m
Inklinasi : 4º
Drive : 2 x 600 kW rpm
Suspension Preheater : Tipe LP
Klin String : (1m x 7,2 m) + (3m x 7,5 m) + calciner (5,7 m x
28 m)
Calciner String : (1m x 7,2 m) + (3m x 7,5 m) + calciner (5,7 m x
18 m)
Burner : Dduoflax Burner (batu bara dan minyak)
Putaran : 3,2 rpm
Bagian-bagian dari kiln adalah sebagai berikut :
1. Main driver
Penggerak pada kiln yang menggunakan sistem gear rim dalam
konstruksinya dipasang didekat supporting yang tidak banyak mengalami
deformasi agar kontak antara pinion dan gear rim tidak mudah mengalami
perubahan.
2. Kiln shell
Kiln shell merupakan bagian utama dari rotary kiln yang terbuat dari boiler
plate dengan ketebalan yang bervariasi. Pada bagian tertentu dipasang tyre (live
ring) yang bertumpu pada supporting roller.
3. Supporting roller
Supporting roller merupakan tempat bertumpunya tyre sekaligus sebagai
penumpu dari kiln. Masing-masing tyre ditumpu oleh dua buah supporting roller.
Dalam konstruksinya titik sumbu dari supporting roller dan tyre membentuk sudut
60o dan garis sumbunya diatur sejajar dengan sumbu kiln.
4. Trust roller
52
Trust roller dipasang dengan tujuan sebagai penahan dan indikator naiknya
kiln, pemasangan posisi outlet pada live ring dengan menggunakan sistem
hidrolik.
5. Refractory (Batu tahan api)
Refractory merupakan material yang tahan terhadap temperatur tinggi dan
perubahan yang drastis. Pengolahan semen yang terjadi pada reaktor kiln dilapisi
dengan batu tahan api (refractory) untuk melindungi shell kiln dari panas yang
tinggi, bahan kimia, dan abrasi mekanik. Fungsi dari refractory (batu tahan api)
dalam pembuatan semen antara lain sebagai proteksi (pengaman operasi) kiln
shell terhadap temperatur tinggi, sebagai bahan untuk memperpanjang umur
teknis shell kiln atau melindungi bagian metal agar tidak langsung kontak dengan
nyala api atau padatan yang sangat panas, dan sebagai isolator panas (peredam
panas).
6. Burner
Burner merupakan alat untuk membakar bahan bakar ke dalam area
pembakaran. Jenis burner yang digunakan adalah multi channel burner dimana
dapat digunakan bahan bakar yang berbeda secara bersamaan serta bentuk api
yang dihasilkan dapat diatur dengan mengatur laju udara radial dan udara axial.
D. Grate Cooler
Keluaran dari kiln yang mempunyai suhu ±1250ºC akan mengalami
pendinginan dengan menggunakan cooler. Jenis cooler yang dipakai adalah grate
cooler. Cooler ini terdiri dari bagian yang bergerak dan bagian yang diam. Bagian
yang bergerak (moving part) akan bergerak maju mundur secara hidrolik. Gerakan
grate plate mentranspotasikan klinker. Sementara itu udara dialirkan dari fan
dibawah klinker.
Tipe : Grate Cooler
Nominal Production : 7.800 ton/hari
Diameter : 5,6 m
Grate Width : 4.800 mm
Grate Area : 180,6 m2
Grade Load : 43,2 ton/m2/hari
53
E. Cement Mill
Cement mill merupakan alat yang digunakan untuk menggiling clinker
bersama dengan material lainnya seperti gypsum, pozzolan, high grade limestone,
dan fly ash. Keluaran dari cement mill merupakan semen. Jenis cement mill yang
dipakai adalah tube mill. Berikut merupakan spesifikasi dari cement mill yang
dipakai pada Indarung V :
Tipe : UMS 5,4 x 14
Fabrikasi : PT-SP/FLS
Kapasitas : 215 ton/jam
Fineness : 3.120 cm2/g
Kapasitas Alat Transport : 412 ton/jam
Kapasitas Separator : 215 ton/jam
Power Consumption : 31,5 kWh/ton
Kapasitas Roller Press : 250 ton/jam
Power Mill Motor : 6.140 kW
Pada tube mill, memiliki 2 compartment. Compartment I memiliki panjang
3,05 meter sedangkan compartment II memiliki panjang 10,16 meter dikarenakan
proses penggilingan di dalam compartment II memerlukan waktu yang lebih lama.
Compartment I memiliki ukuran grinding ball 50-80 mm sedangkan pada
compartment II memiliki ukuran grinding ball 17-30 mm.
yang teremisi debu dapat merusak lingkungan dan kedua Karena kandungan
material di dalam gas yang teremisi debu dapat diproses kembali menjadi produk.
Berikut ini merupakan beberapa jenis alat penangkap debu :
1. Cyclone
Cyclone merupakan peralatan yang memanfaatkan gaya sentrifugal dan
tekanan rendah yang disebabkan gerakan spin (pusaran) untuk memisahkan
padatan yang mempunyai bentuk, ukuran, dan densitas yang berbeda dari fluida
yang membawanya. Gerakan spin dalam cyclone timbul karena gerakan fluida
secara tangensial memasuki siklon. Ukuran padatan yang dapat terpisahkan di
dalam cyclone umumnya berukuran lebih besar dari 10 mikron (10 µm).
Prinsip kerja dari cyclone ini adalah gas/fluida bercampur padatan masuk ke
dalam silinder secara tangensial, dan berputar seperti vortex. Pada daerah cone
(kerucut), diameter vortex mengecil hingga arah aliran berbalik dan berputar ke
atas melalui inner tube. Pada saat fluida berbalik arah, padatan terpisah dari fluida
pembawanya dan ditambah oleh gaya gravitasi bumi, padatan menumpuk di
bagian bawah cone untuk selanjutnya disalurkan melalui down pipe menuju
tempat lain .
Penerapan siklon di industri semen yang lazim digunakan adalah :
a. Fungsi utamanya adalah meningkatkan temperatur material dan penyaringan
material.
b. Di saluran menuju raw mill dari suspension preheter. Fungsi utamanya
adalah mengurangi debu klinker yang menuju raw mill agar komposisi raw
mill tidak terganggu.
2. Jet Pulse Filter
Alat ini termasuk alat pemisah material. Jet Pulse Filter biasanya terdiri dari
atau beberapa modul yang memiliki luas penyaringan antara 24 hingga 240 m2.
Udara bermuatan debu masuk ke kolektor, kemudian disebarkan dan
didistribusikan ke bag filter, partikel yang berat akan hingga disebarkan dan
terlepas dari aliran udara dan jatuh menuju hopper. Udara terus mengalir melalui
kolektor, mengumpulkan partikel dari bag keluar melewati venturi. Saluran keluar
biasanya digunakan untuk membawa udara bersih menjauhi kolektor.
55
Pengumpulan debu berada di sisi luar bag filter sebagai hasil dari udara kotor
yang melewatinya, menyebabkan pengurangan pori-pori bag. Akibatnya terjadi
perbedaan tekanan antara udara bersih dan udara kotor pada kolektor, maka
diberikan udara bertekanan dalam arah yang berlawanan terhadap aliran udara
normal. Automatic timing devices digunakan untuk mengatur solenoid valves
dalam interval tertentu guna membersihkan bag filter. Setiap solenoid valve ini
akan membuka diaphragm valve yang berada antara main air line dan blow tube.
Udara bertekanan akan dikeluarkan darı blow tube melalui orifis dengan
kecepatan tinggi. Karena adanya orifis ini maka terjadi kenaikan tekanan tiba-tiba,
yang menyebabkan udara keluar bertekan tnggi dan masuk ke bag filter
mendorong material yang terkumpul di sisi lunya sehingga terjatuh ke hopper.
3. Bag House Filter
Alat ini merupakan alat pemisah debu yang terdiri dari kantong kantong
(bag) sebagai media pemisah antara debu dengan udara, yang terbuat dari bahan
polyester yang tahan terhadap temperatur dan kelembaban gas.
Prinsip kerja Bag house filter Campuran udara dan partikel debu ditarik
memasuki ruangan filter yang berisi bag filter. Udara akan melewati bag,
sementara itu debu yang terbawa akan menempel pada bagaian luar bag. Debu
yang menempel pada bag dibersihkan secara berkala dengan mengalirkan udara
yang berasal dari jet cleaning system. Udara akan memasuki setiap bag pada arah
yang berlawanan dengan udara yang mengandung debu, dan menekan setiap bag,
sehingga merontokkan debu yang menempel pada dinding bag Debu akan jatuh ke
dalam hopper untuk dibawa dengan alat transport berikutnya. Pembersihan debu
ini dilakukan dalam interval tertentu. Komponen-komponen utama alat: ,
4. Electrostatic Presipitator
Electrostatic preciptator (EP) adalah salah satu alternatif penangkap debu
dengan efisiensi tinggi (diatas 90%) dan rentang partikel yang didapat cukup
besar. Dengan menggunakan electrostatic precipitator (EP) ini, jumlah limbah
debu yang keluar dari cerobong diharapkan hanya sekitar 0.16 % (dimana
efektivitas penangkapan debu mencapai 99,84%). Electrostatic precipitator
adalah peralatan penangkap debu yang berdasarkan pada efek ionisasi gas di
56
dalam medan listrik yang kuat. Medan listrik ini dibentuk oleh discharge
electroda (elektroda negatif) dan clektroda pengumpul (elektroda positif) dengan
beda tegangan yang cukup tinggi diantara kedua elektroda (40.000-80.000 V DC)
discharge elektroda akan memancarkan ion-ion dan memuati molekul-molekul
gas di sekitar elektroda dengan ion positif dan ion negative. Karena pengaruh
medan listrik yang sangat kuat, ion negatif bergerak ke collecting electrode. Jika
dalam gas terdapat debu, ion negatif akan memberikan muatannya ke partikel
debu yang kemudian ditarik oleh elektroda positif.
Prinsip kerja dari alat ini yaitu dengan melewatkan gas buang (flue gas)
melalui suatu medan listrik yang terbentuk antara discharge elektroda dan
collector plate. Flue gas yang mengandung butiran debu pada awalnya bermuatan
netral dan pada saat melewati medan listrik, partikel debu tersebut akan terionisasi
sehingga partikel debu tersebut menjadi bermuatan negatif (-). Partikel debu yang
bermuatan negative (-) selanjutnya menempel pada pelat-pelat pengumpul
(collecting plate). Debu yang dikumpulkan di collecting plate dipindahkan
kembali secara periodik dari collector plate melalui suatu getaran (rapping) oleh
hammer.
Debu ini kemudian jatuh ke bak penampung (ash hopper) dan
ditransportasikan dengan screw conveyor ke bucket elevator menuju silo semen.
Efisiensi EP tergantung kepada disain filter, sifat-sifat debu dan komposisi gas
sebagaimana dinyatakan dengan persamaan berikut :
E = 1-e-(A/V)w ....................................................................................................... (3.1)
Keterangan :
E = Efisiensi collecting
A = Total luas permukaan collecting
V = Kecepatan alıran gas
w = Kecepatan migrasi
Efisisensi EP sangat dipengaruhı oleh temperatur, dimana temperatur ini
akan mempengaruhi harga humidity dan resivity debu. Selain itu, temperatur akan
mempengaruhi densitas gas, dimana menurunnya densitas gas akan menurunkan
sparking potensial. Sparking potensial ini akan menciptakan corona pada electric
57
field disekitar collecting dan discharge electrode. Temperatur gas yang masuk EP
sebaiknya 105-140ºC.
Komponen-komponen Electrostatic Precipitator EP terdiri dari komponen
mekanikal dan komponen elektrikal. Komponen utama mekanikal terdiri dari:
1. Casing, bottom hopper dan distribusi gas
2. Sistem collecting dan discharge
3. Drive dan rapping sytem
4. Alat transport
5. Support, akses fasilitas dan insulasi
Komponen utama elektrikal terdiri dari :
1. Insulator, lead insulator dan kabel tegangan tinggi
2. Transformer, rectifier
3. Rapping system dan grounding system
4. Panel control
B. Gas Conditioning Tower (GCT)
Gas Conditioning Tower (GCT) berfungsi untuk mengkondisikan
temperatur gas sebelum masuk EP (110-130ºC). Gas didinginkan dengan water
spray lance (campuran air dan udara tekan) yang ditembakkan melalui nozzle
yang terdapat pada spay lance yang bejumlah 30 buah sehingga terjadi direct
cooling secara co-current. Lance tersebut terdiri dari 15 buah berukuran pendek,
10 buah berukuran sedang dan 5 buah berukuran panjang.
Spray air yang terjadi dalam GCT akan membentuk kabut yang bertujuan
untuk meningkatkan luas permukaan total air sehingga kecepatan perpindahan
panasnya juga akan meningkat. Sebagian debu akan tertangkap butiran air dan
ditampung di dalam dust hopper untuk ditransport kembali ke sistem.
C. Cerobong (Stack)
Cerobong asap (stack) adalah alat yang digunakan untuk mentransfer gas
udara buang dari EP ke atmosfer dengan suhu yang rendah.
58
D. Hopper
Hopper adalah alat yang digunakan sebagai tempat penampungan sementara
material yang akan digunakan untuk pembuatan semen, seperti limestone, clay,
silica stone, dan iron sand. Prinsip kerja dari alat ini yaitu sebagai penampung
sebelum material masuk kedalam unit raw mill dan didukung dengan alat dosimat
feeder sebagai alat penimbang berapa banyak material yang akan masuk kedalam
raw mill dengan perbandingan yang telah ditentukan pada set point di CCR 525.
E. Ducting
Ducting merupakan sistem pemipaan pada pabrik semen yang digunakan
untuk mengalirkan fluida gas panas.
B. Side Reclaimer
Side reclaimer merupakan salah satu alat penarikan material yang biasa
digunakan di pabrik semen. Peralatan ini bergerak di jalur rel yang terletak di
sepanjang pile/ tumpukan material. Side reclaimer dilengkapi oleh satu scrapper
chain yang digunakan untuk menarik tumpukan material untuk selanjutnya
diangkut oleh belt conveyor yang terletak disepanjang tumpukan material tersebut.
Side reclaimer diguakan pada storage silika.
C. Bucket Chain Excavator
Bucket chain excavator didesain untuk sticky bulk material. Storage terdiri
dari dua atau lebih longitudinal stock pile yang ditumpuk dengan metode
windrow. Keuntungan bucker chain excavator adalah :
1. Cocok untuk material yang sangat sticky
2. Sistem ekonomis untuk storage yang besar yang didisain untuk
pengumpulan langsung pada mill
3. Penggunaan ruangan yang optimum dan atap mudah dipasang
3.2.4 Alat Transportasi
Pemilihan alat transportasi (conveying equipment) material padatan antara
lain tergantung pada kapasitas material yang ditangani, jarak perpindahan
material, kondisi pengangkutan, ukuran (size), bentuk (shape), sifat material
(properties) dan harga peralatan. Pada pabrik Indarung V PT Semen Padang
menggunakan beberapa alat transport antara lain :
A. Belt Conveyor
Belt Conveyor menggunakan ban karet untuk menggerakkan bahan-bahan
dari satu tempat ke tempat yang lain. Bahan-bahan ditransfer langsung baik secara
teratur digunakan pada material yang berbentuk granular. Penggunaannya lebih
mudah untuk pemindahan material jarak jauh serta pemeliharaannya mudah,
namun kelemahannya tidak bias digunakan pada material yang terlalu panas
(>200ºC). Prinsip kerjanya yaitu material masuk melalu inlet chte dan diangkut
dengan belt. Drive pulley digerakkan oleh motor sehingga belt akan bergeak
akibat adanya gaya gesek belt dengan drive pulley.
B. Bucket Elevator
60
akan mirip dengan skrup. Pisau berpilin ini disebut flight. Prinsip kerjanya yaitu
material masuk pada bagian feed chute. Material terdorong ke depan akibat
adanya putaran pada screw flight, screw flight berputar dikarenakan adanya
putaran pada shaft yang berasall dari motor
F. Drag Chain
Alat ini digunakan untuk mentransportasikan material powder maupun
granular. Penggunaannya pada jarak pendek dan tahan terhadap material dengan
temperatur tinggi hingga 650ºC. Drag chain biasanya dipasangkan casing tertutup
sehingga leebih cocok untuk penggunaan material berupa powder. Kelemahannya
adalah sifatnya yang mudah aus karena serimng terjadi gesekan baik antara
material dengan chain, chain dengan bottom liner dan wear block atau rail.
Penggunaan chain biasanya pada material dengan densitas yang rendah.
Tabel 3.5 Perbandingan Pemakaian Chain dengan Belt Bucket Elevator
Chain Elevator Belt Conveyor
1. Center Distance terbatas dan 1. Center distance tergantung pada
sangan bergantung pada chain, carcass belt
biasanya lebih rendah dari belt 2. Mudah rusak akibat tusukan /sobek
conveyor 3. Bolt mudah lepas saat menggali
2. Dapat menyerap beban impact (jenis centrifugal)
dan lebih tangguh 4. Material dapat menempel dibalik
3. Bolt pada bucket lebih kokoh bucket sehingga bucket lepas
sehingga tahan pada saat 5. Penyambungan belt cukup sulit dan
menggali (jenis centrifugal) makan waktu
4. Material tidak dapat menempel 6. Tidak direkomendasikan operasi
dibalik bucket melebihi 300ºF (149ºC)
5. seluruh sambungan chain dapat 7. Dapat digunakan untuk material
dengan mudah dilepas atau lebih dari 7 moh
disambung 8. Belt speed sampai 1000 FPM
6. kekuatan chain tidak berkurang 9. Belt mudah miss aligment jika
pada suhu operasi 400-600ºF material menempel dipulley
(204-315ºC) 10. Takeup tergantung carcass,
7. Dapat digunakan untuk material biasanya 4”-5”
keras sampai 7 moh
8. Kecepatan chain sampai 500
FPM
9. Dapat berjalan lurus dengan
adanya sprocket dan whell
62
D. Sensor Level
Sensor level digunakan untuk mengetahui level material (solid ataupun
liquid) yang terdapat di dalam tempat penyimpanan baik berupa silo, bin, storage
material ataupun tempat penyimpanan lainnya. Pada industri semen, sensor level
untuk material solid digunakan di storage, CF silo, dome silo, dan cement silo.
E. Sensor Vibrasi
Sensor vibrasi digunakan untuk memonitoring besarnya nilai vibrasi dari
suatu alat biasanya untuk tujuan safety dan proteksi terhadap peralatan itu sendiri.
Pada pabrik semen, sensor vibrasi biasanya digunakan pada bearing fan (ID fan,
raw mill fan, EP cooler fan, EP raw mill fan).
F. Flame Detector
Flame detector merupakan peralatan instrumentasi yang digunakan untuk
mendeteksi nilai intensitas dan frekuensi api dalam suatu proses pembakaran
biasanya menggunakan sebuah sensor optic seperti ultraviolet (UV), infra red
(IR) spectroscopy, dan pencitraan visual flame untuk mendeteksi spektrum
gelombang yang dihasilkan dari api. Sensor ini digunakan untuk memonitoring
panas dari shell kiln, serta memonitor bentuk api dari burner.
64
BAB IV
UTILITAS DAN LIMBAH
BAB V
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
6. Tahun 1961-1972
Pada 17 april 1961 dalam rangka menciptakan ekonomi terpimpin,
perusahaan ini dijadikan perusahaan Negara dengan nama PN.Semen Padang.
Kemudian tanggal 4 juli 1972 berubah menjadi PTSemen Padang yang disetujui
oleh presiden dan seluruh saham dimiliki oleh Republik Indonesia.
7. Tahun 1972-1995
Rehabilitasi tahap pertama diresmikan oleh presiden soekarno. Rehabilitasi
tahap kedua di resmikan mentri pertambangan dan Energi M.yusuf. Pada 18 maret
1980 presiden soeharto meresmikan pabrik indarung II dengan produksi
660.000ton/ tahun, kemudian indarung III A diresmikan menjadi Indarung III
tanggal 29 desember 1983 sedangakn indarung III B menjadi indarung IV
diresmikan 23 Juli 1987.
8. Tahun 1995- 1998
Berdasarkan surat menteri keuangan Republik Indonesia No. S-
326/MK/016/1995 tanggal 5 Juni 1995, pemerintah melakukan konsolidasi atas
tiga buah pabrik semen milik pemerintah, yaitu PT Semen Padang, PT Semen
Gresik dan PT Semen Tonasa menjadi Semen Gresik Grup (SGG) yang terealisai
pada 15 September 1995.
9. Tahun 2013
Pemerintah mengalihkan sahamnya dari PT Semen Padang ke PT Semen
Gresik Grup Tbk (persero) bersamaan dengan pembangunan pabrik Indarung V.
Pada tanggal 7 Januari 2013, PT Semen Gresi Grup bertransformasi menjadi PT
Semen Indonesia Grup, Tbk (Persero) dengan anak perusahaan PT Semen Padang,
PT Semen Gresik, PT Semen Tonasa, dan Tthang Long Cement Company (TLCC
Vietnam). Saat sekarang, PT Semen padang memiliki 6 indarung. Namun, hanya
5 Indarung yang aktif, yaitu Indarung I, II, III, IV, V, dan VI. Pabrik Indarung I
memiliki proses produksi basah. Sehingga dengan pertimbangan efidiensi dan
polusi pabrik ini tidak dioperasikan lagi.
Berikut merupakan kapasitas produksi dari masing-masing Indarung di PT
Semen Padang :
Indarung I : 660.000 ton/tahun
70
5.3.3 Meaning
“Giving The Best To Build A Better Life”
(Kepulauan Riau), Tanjung Priok, Lampung (Packing Plant) dan Jakarta. Daerh
Pemasaran PT Semen Padang yaitu :
1. Dalam Negeri
Daerah pemasaran PT Semen Padang saat ini adalah meliputi seluruh
wilayah Sumatera dan sebagian daerah Pulau Jawa.
2. Luar Negeri
Selain memasarkan produk di wilayah Indonesia, PT Semen Padang juga
mengekspor produknya ke luar negeri untuk memenuhi permintaan konsumen luar
negeri. Negara-negara yang mengimpor semen dari PT Semen Padang adalah
Bangladesh, Taiwan, Papua Nugini, Maldives, Maurius, Philipina, Srilangka, dan
lain-lain.
PT Semen Padang hamper 63% mendistribusikan semen melalui angkutan
laut dalam kemasan sak,dan curah. Sedangkan selebihnya menggunakan angkutan
darat seperti ke daerah Sumatera Barat, Tapanuli Selatan, Riau, Bengkulu dan
Jambi dikantongkan di pabrik pengantongan Teluk Bayur. Selain itu, PT Semen
Padang juga memiliki pabrik pengantongan di beberapa wilayah, diantaranya
Belawan, Batam, Lampung, dan Tanjung Priok.
5.7 Laboraturium
Laboraturium berfungsi untuk menjaga dan meningkatkan kualitas dari
produknya maka PT Semen Padang mempunyai 2 laboraturium yang terdiri dari :
5.7.1 Laboraturium Proses
Laboraturium proses ini berada dibawah Departmen Produksi, dimana tugas
dari laboraturium ini adalah :
1. Mengendalikan proses pembakaran raw mix agar mencapai target kualitas
yang telah ditentukan
2. Melakukan analisa mulai dari bahan mentah, bahan setengah jadi dan bahan
jadi, serta bahan pembantu yang menginformasikan pada bidang terkait.
Laboraturium proses menangani pengontrolan bahan yang digunakan
maupun bahan hasil olahan dari indarung lain, untuk memperlancar kegiatannya
bagian ini bekerjasama dan disatukan dengan pusat pengendalian produksi
(CCP/CCR)
84
laboraturium ini juga dilengkapi dengan suatu alat untuk menganalisa komposisi
raw material yang disebut X-RAY atau disebut denga (Quality Control).
BAB VI
TUGAS KHUSUS
6.4 Tujuan
Adapun tujuan menghitung efisiensi sepax separator untuk mengetahui
efisiensi dari sepax separator 5Z1 dan 5Z2 produk di cement mill Indarung V PT
Semen Padang.
6.5 Permasalahan
Permasalahan yang diambil pada tugas khusus ini adalah mengitung dan
menganalisa efisiensi sepax separator di cement mill 5Z1 dan 5Z2 yang
merupakan salah satu unit pemisah material semen yang dapat mempengaruhi
kualitas dan kuantitas semen yanh diproduksi.
melalui bawah mill dan dibawa oleh air slide untuk selanjutnya dimasukkan ke
dalam sepax separator. Sedangkan gas dari milll yang ditarik fan masuk ke
electrostatic precipitator dan gas buang menuju cerobong. Debu yang tertangkap
pada electrostatic precipitator ditransportasikan menggunakan screw conveyer ke
air slide.
6.7.2 Sepax Separator
Separator merupakan suatu alat yang digunakan untuk memisahkan fraksi
kasar dan fraksi halus sesuai dengan ukuran yang dikehendaki Bedasarkan prinsip
kerjanya, separator dibagi menjadi dua macam yaitu:
1. Static Separator
Static Separator yaitu separator yang efek pemisahannya terjadi tanpa
adanya komponen yang bergerak dari separator. Pada static separator, tidak ada
pergantian peralatan pemisah yang berputar/bergerak dalam proses pemisahan
partikel. Beberapa contoh static separator, yaitu Cyclone, Grit separator, dan VS
Separator.
2. Dynamic Separator
Dynamic Separator yaitu separator yang efek pemisahannya terjadi karena
adanya komponen yang bergerak dani separator Beberapa contoh Dynamic
separator, yaitu Classifer dengan Counterblade dan Internal Fan, Classifer
dengan Counterblade dan Eksternal Fan, serta Classifer dengan Rotor Cage dan
Eksternal Fan (Hgh Eficiency Separator).
Spesifikasi Peralatan Separator:
Type : Sepax-475-222
Kapasitas : 350 Ton/jam
Speed : 64 %
Power : 5744 kW
Pemisahan antara produk dan non-produk dilakukan dalam sepax
separator Sepax separator yang digunakan pada unit Cement Mill Indarung V
adalah termasuk jenis dynamic separator yaitu separator yag memerlukan alat
penggerak/pemutar dalam pemisahannya Alat pemutar pada separator disebut
rotor. Sepax separator merupakan suatu alat yang berfungsi untuk memisahkan
91
material yang kasr dan halus. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan ukuran
partikel yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan persyaratan kualitas material
Separator yang digunakan pada penggilingan semen adalah separator dengan
sistem tertutup, dimana material yang telah digiling oleh mill diumpankan ke
menggunakan air slide menuju bucket elevator dan masuk ke air slide kembali
menuju separator.. Pada separator terjadi pemisahan antara fraksi kasar dan
fraksi halus pada material. Fraksi kasar akan kembali ke mill sebagai reject (R),
sedangkan material yang halus akan dibawa ke cyclone untuk memisahkan
material dengan gas pembawanya dan an ke Cement silo sebagai produk (FD).
Sepax separator ini sendiri dilengkapi dengan rotor yang berputar. Prinsip
dari rotor ini sendiri hampir sama dengan prinsip kerja dari classifer yang ada
kerja vertikal raw mill Sedangkan prinsip kerja dari sepax separator yaitu material
masuk dan bagian tengah separator dan akan jatuh ke bagian bawah, material yang
jatuh akan terdistribusi karena adanya spreading table, kemudian udara masuk
dari bawah separator membawa material yang ringan menuju rotor, di dalam rotor
material halus dibawa oleh udara masuk ke dalam cyclone umtuk dipisahkan
antara material halus dan gasnya.
Cyclone yang terdapat pada sepax separator disebut dengan planetary
separatory supporting cyclone Umpan masuk bagian atas siklon bersamaan
dengan udara pembawa secara tangensial sehingga membentuk aliran
putar/pusaran. Bagian bawah siklon berbentuk kerucut sehingga pusaran akan
bergerak kearah tengah Karena ada desakan dari umpan yang masuk, pusaran
yang tadinya berada disisi luar tertarik kebagian dalam dan keluar dari siklon.
Pada saat udara membentuk pusaran (baik pusaran dalam/luar) material akan
terlempar dan menumbuk dinding cyclone Akibatnya partikel material menumbuk
dinding sıklon, maka partikel tersebut akan kehilangan kecepatan dan gaya
sentrifugal. Sehingga partikel akan turun ke bawah cyclone akibat gaya gravitasi,
dan keluar dari bagian bawah cyclone. Selanjutnya akan dibawa menggunakan air
slide ke bucket elevator menuju cement silo, sedangkan material kasarnya (talling
reject product) akan dikembalikan ke mill untuk digiling kembali hingga menjadi
fine product.
92
Kinerja dari sepax separator dapat diketahui dari beberapa kriteria sebagai
berikut :
1. Circukation Load (CL/U)
Circulation Load adalah perbandingan antara jumlah umpan yang masuk
separator dengan jumlah fraksi halus atau produk. Circulation Load menunjukkan
seberapa sering material penggilingan tersebut tersirkulasi di mill (standar 2-3
kali) Nilai CL dapat di hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑝
CL =
𝑓
Persamaan diatas dipakai secara langsung jika aliran massa produk halus
dan umpan diketahui. Jka tidak, maka nilai CL ditentykan menggunakan data dan
persamaan analisis ukuran partikel.
𝑝−𝑟
CL =
𝑓−𝑟
Nilai CL berguna untuk mengetahui kondisi di dalam mill. Nilai CL pada
kondisi normal adalah 2-2,5. Jika CL kurang dari 2 berarti material dalam mill
cenderung kosong sehingga feeding perlu ditambah untuk mencegah over
grinding. Sebaliknya, jika nilai CL lebih dari 2,5, berarti kondisi di dalam mill
penuh yang mungkin disebabkan oleh penggilingan yang tidak baik sehingga
perlu dilakukan pengecekan di dalam mill sendiri (Cement Seminar, 2000)
2. Efisiensi Sepax Separator
Efisiensi Sepax Separator adalah perbandingan antara jumlah faksi halus
yang terdapat di dalam produk dengan jumlah fraksi halus yang terdapat di dalam
umpan. Nilai efisiensi sepax separator dapat dihitung dengan menggunakan
rumus :
𝑓.𝐹 𝑓
η= x 100% atau η = x 100%
𝐴.𝑎 𝑢.𝑎
Perhitungan efisiensi sepax separator berguna untuk menentukan kinerja
dan kemampuan dari separator untuk memisahkan fraksi kasar dan fraksi halus.
3. Tromp Curve
Tromp curve menggambarkan kemampuan separator untuk memisahkan
partikel dengan ukuran tertentu. Kurva trump yang dibuat dengan menggunakan
93
Ini dapat juga diartikan sebagai jumlah luas permukaan total dibagi dengan berat
sampel.
Pengertian dari satuan blaine adalah setiap gram semen apabila ditebar
diatas permukaan neraca akan membentuk luasan seluas 1 cm. Syarat untuk
semen OPC adalah minimal 340-380 cm/g sedangkan PCC adalah minimal 360-
400 cm/g. Sedangkan sieving merupakan sisa semen yang berada di atas ayakan.
Sieving semen yang digunakan di PT Semen Padang sebesar 45 mikron dengan
kadar sieving untuk semen OPC maksimal 15% begitu juga dengan PCC.
6.8 Data Kondisi Operasi
6.8.1 Data Kondisi Operasi Cement Mill dan Sepax Separator
Data diambil pada tanggal 20 Februari 2019 pukul 13.30 WIB.
Table 6.1 Kondisi Operasi
No Kondisi Operasi Unit Z1 Unit Z2
1 Power Mill 5623 Kw 5529 kW
2 Total Fresh Feed 180 tph 215 tph
3 Reject 140 tph 125 tph
4 Speed Separator 63% 62%
5 Open Damper Mill Fan 40% 60%
6 Current Sepax 46% 54%
7 Sepax Oil Cooling 72ºC 76 ºC
8 Open Damper S12 89,1 92
9 Tekanan Roller Press 160 156
10 Water Injection K9 0 3,6
11 Water Injection K10 0 0
12 Suhu Mill Compartmen I 88 100
13 Suhu Mill Compartmen II 126 125
14 Daya Mill Fan 401 506
(Sumber : Central Control Room Iindarung V, 2019)
96
Tabel 6.4 Perhitungan Nilai Tromp dan Efisiensi Sepax Separator dari Analisa
PSD 5Z1
Ukuran Partikel Nilai Tromp Efisiensi Sepax Separator (%)
(%)
0,496 10,91 89,09
0,954 11,75 88,32
2,92 15,36 85,80
5,111 12,78 86,34
9,819 10,79 86,84
97
Tabel 6.5 Perhitungan Nilai Tromp dan Efisiensi Sepax Separator dari Analisa
PSD 5Z2
Ukuran Partikel Nilai Tromp Efisiensi Sepax Separator
(%) (%)
0,496 9,0 91,00
0,954 11,5 88,60
2,92 15,8 86,05
5,111 12,9 86,53
9,819 10,0 87,70
20,71 7,3 89,27
30,07 8,5 89,36
43,67 13,1 89,38
69,6 33,2 85,44
92,1 60,7 89,16
111 97,37 95,98
146,8 100 99,96
1.6
1.5
Circulating Load
1.4
1.3
5Z1
1.2 5Z2
1.1
1
0 20 40 60 80 100
Ukuran Partikel (µm)
Gambar 6.1 Grafik Hubungan Antara Ukuran Partikel terhadap Circulating Load
98
semakin banyak material yang tidak terpisahkan oleh separator karena langsung
melewati aliran tailing.
95.00
94.00
93.00
Efisiensi Sepax Separator
92.00
91.00
90.00
89.00 5Z1
88.00 5Z2
87.00
86.00
85.00
84.00
0 20 40 60 80 100
Particle Size (μm)
Gambar 6.2 Grafik Hubungan Antara Ukuran Partikel terhadap Efisiensi Sepax
Separator
Berdasarkan grafik 6.2, dapat dilihat bahwa efisiensi dari sepax separator
5Z1 maupun 5Z2, rata-rata mencapai efisiensi diatas 85%, Hal ini dapat diartikan
bahwa kinerja dari sepax separator sangat baik. Efisiensi separator dihitung
untuk mengetahui seberapa besar kemampuan separator untuk memisahkan fraksi
yang diinginkan. Jadi, semakin tinggi efisiensi, maka semakin baik kinerja dari
separator itu sendiri.
100
100
80
Nilai Tromp (%)
60
40
20
0
1 10 100
Particle Size (μm)
Gambar 6.3 Hubungan Antara Ukuran Partikel terhadap Nilai Tromp Pada 5Z1
101
100
80
Nilai Tromp (%)
60
40
20
0
1 10 100
Particle Size (μm)
Gambar 6,2 Hubungan Antara Ukuran Partikel terhadap Nilai Tromp Pada 5Z2
102
6.10 Kesimpulan
1. Bilangan Circulating Load yang didapat <2, Nilai ini menunjukkan bahwa
material di dalam mill cenderung kosong sehingga feeding perlu
ditambahkan agar tidak terjadi over grinding.
2. Semakin kecil nilai tromp, maka efisiensi yang didapat akan semakin besar
3. Sepax Separator memiliki kinerja yang baik dapat dilihat dari nilai
sharpness separation 1,8 (5Z1) dan 1,9 (5Z2) serta untuk imperfection
factor didapat 0,287 (5Z1) dan 0,295 (5Z2), Berdasarkan nilai tersebut,
maka sepax separator dapat digolongkan sebagai good separator.
Sedangkan untuk sharpness separation 5Z1 digolongkan sebagai good
separation sedangan 5Z2 digolongkan sepagai fair separation.
4. Efisiensi sepax separataor yang didapat, rata-rata mencapai angka lebih
dari 85%, Hal ini membuktikan bahwa kinerja sepax separator sangat
baik.
103
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
1. Proses produksi semen di PT Semen Padang menggunakan proses kering.
Pada proses kering digunakan teknik penggilingan dan blending kemudian
dibakar dengan bahan bakar fine coal.
2. Bahan baku utama pembuatan semen adalah bau kapur (limestone), batu
silika (silica stone), tanah liat (clay), dan pasir besi (iron sand). Bahan aditif
pembuatan semen adalah pozzolan, gypsum dan high grade limestone.
3. Proses pembuatan semen diawali dari pengolahan di raw mill-suspension
preheater-kiln-cement mill.
4. Circulating load yang didapat <2. Hal ini mengindikasikan bahwa material
di dalam mill cenderung kosong sehingga feeding perlu ditambahkan agar
tidak terjadi over grinding.
5. Efisiensi yang didapat pada alat sepax separator rata-rata mencapai >85%.
Hal ini membuktikan bahwa kinerja sepax separator sangat baik untuk
melakukan proses pemisahan komponen halus dan komponen kasar.
7.2 Saran
1. Memperhatikan komponen-komponen yang berhubungan langsung dengan
sirkulasi udara dan jalur pemisah antara material yang masih kasar dengan
yang sudah halus dengan cara pengecekan komponen secara berkala
2. Menghindari terjadinya kerusakan terhadap komponen pemisah terhadap
ukuran partikel material pada sepax separator, karena nantinya hal tersebut
dapat mempengaruhi kualitas produksi pada industri semen.
3. Melakukan perawatan berkala pada seluruh komponen sepax separator
untuk menghindari kerusakan yang parah.
4. Mencari informasi tentang perkembangan dari sepax separator, serta
mencari inovasi baru agar kinerja dari sepax separator lebih efisien dari
sebelumnya.
104
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN I
PERHITUNGAN
1. Circulating Load
𝑝−𝑟
CL =
𝑓−𝑟
A. 5Z1
1,4−0,4
CL0,496 = = 1,429
1,10−0,4
10,7−3,2
CL0,954 = = 1,442
8,4−3,2
23,4−7,9
CL2,92 = = 1,49
18,3−7,9
33,30−10,9
CL5,111 = = 1,483
26−10,9
48,30−14,6
CL9,819 = = 1,507
37,3−14,6
65,7−17,8
CL20,71 = = 1,511
49,5−17,8
85,7−23,7
CL30,07 = = 1,528
65,5−23,7
98,9−38,7
CL43,67 = = 1,483
81,4−38,7
100−54,2
CL69,6 = = 1,409
95,43−54,2
100−64,9
CL92,1 = = 1,111
99,69−64,9
100−78,6
CL111 = = 1,009
100−100
B. 5Z2
1,3−0,3
CL0,496 = = 1,429
1−0,3
107
10,10−2,5
CL0,954 = = 1,52
7,50−2,5
21,80−6,60
CL2,92 = = 1,535
16,50−6,60
31,00−9,20
CL5,111 = = 1,524
23,50−9,20
46,00−12,40
CL9,819 = = 1,520
34,50−12,40
62,40−15,00
CL20,71 = = 1,5
46,60−15,00
71,70−16,70
CL30,07 = = 1,511
53,10−16,70
83,30−20,20
CL43,67 = = 1,488
62,40−20,20
97,49−35,6
CL69,6 = = 1,467
77,8−35,6
99,89−52,10
CL92,1 = = 1,233
90,92−52,10
100−63,3
CL111= = 1,066
97,72−63,3
100−77,60
CL146,8= =1
99,99−77,60
2. Fraksi Produk
p = 100-rp
A. 5Z1
p0,496 = 100-98,60 = 1,40
p0,954 = 100-89,30 = 10,70
p2,92 = 100-76,60 = 23,40
p5,111 = 100-66,70 = 33,30
p9,819 = 100-51,20 = 48,80
p20,71 = 100-34,40 = 65,70
p30,07 = 100-25,00 = 75,00
p43,67 = 100-14,30 = 85,70
108
B. 5Z2
r0,496 = 100-99,70 = 0,30
r0,954 = 100-97,50 = 2,50
r2,92 = 100-93,40 = 6,60
r5,111 = 100-90,80 = 9,20
r9,819 = 100-87,60 = 12,40
r20,71 = 100-85,00 = 15,00
r30,07 = 100-83,30 = 16,70
r43,67 = 100-79,80 = 20,20
r69,6 = 100-64,40 = 35,60
r92,1 = 100-47,90 = 52,10
r111 = 100-36,70 = 63,30
r146,8 = 100-36,70 = 77,60
4. Fraksi Feed
f = 100-Rf
A. 5Z1
f0,496 = 100-98,90 = 1,10
f0,954 = 100-91,60 = 8,40
f2,92 = 100-81,70 = 18,30
f5,111 = 100-74,00 = 26,00
f9,819 = 100-62,70 = 37,30
f20,71 = 100-50,50 = 49,50
f30,07 = 100-44,10 = 55,90
f43,67 = 100-34,50 = 65,50
f69,6 = 100-18,60 = 81,40
f92,1 = 100-4,57 = 95,43
f111 = 100-0,31 = 99,69
B. 5Z2
f0,496 = 100-99,00 = 1,00
f0,954 = 100-92,50 = 7,50
f2,92 = 100-83,50 = 16,50
110
A. 5Z1
1
Vf = = 0,7
1,42
Vr = 1- 0,7 = 0,3
0,3 x 0,4
Tr0,496 = = 10,91%
0,3 x 0,4 + 0,7 x 1,40
1
Vf = = 0,69
1,44
Vr = 1- 0,69 = 0,31
0,31 x 2,8
Tr0,954 = = 11,75%
0,31 x 2,8+ 0,69 x 9,3
1
Vf = = 0,67
1,49
Vr = 1- 0,67 = 0,33
0,33x 2,80
Tr2,92 = = 15,36%
0,33x 2,80+ 0,67 x 12,70
1
Vf = = 0,67
1,48
Vr = 1- 0,66 = 0,33
0,33 x 4,7
Tr5,111 = = 12,78%
0,33x 2,80+ 0,67 x 9,9
1
Vf = = 0,66
1,51
Vr = 1- 0,66 = 0,34
0,34 x 3
Tr9,819 = = 10,79%
0,34 x 3+ 0,66 x 15,5
113
1
Vf = = 0,65
1,53
Vr = 1- 0,65 = 0,35
0,35 x 3,7
Tr20,71 = = 8,82%
0,35 x 3,7+ 0,65 x 16,9
1
Vf = = 0,67
1,48
Vr = 1- 0,67 = 0,33
0,35 x 3,2
Tr30,07 = = 9,73%
0,35 x 3,2+ 0,67 x 9,3
1
Vf = = 0,71
1,41
Vr = 1- 0,71 = 0,29
0,33 x 1,9
Tr43,67 = = 15,30%
0,33 x 1,9+ 0,71 x 10,7
1
Vf = = 0,90
1,11
Vr = 1- 0,9 = 0,01
0,29 x 4
Tr69,6 = = 31,78%
0,29 x 4+ 0,9 x 13,19
1
Vf = = 0,99
1,008
Vr = 1- 0,99 = 0,008
0,09 x 15
Tr92,1 = = 60,75%
0,09 x 15+ 0,99 x 1,11
1
Vf = =1
1
Vr = 1- 1 = 0
0,008 x 15,50
Tr111 = = 100%
0,008 x 15,50+ 1 x 0
B. 5Z2
1
Vf = = 0,7
1,43
114
Vr = 1-0,7 = 0,3
0,3 x 0,3
Tr0,496 = = 19%
0,3 x 0,3 + 0,7 x 1,30
1
Vf = = 0,66
1,52
Vr = 1- 0,66 = 0,34
0,34 x 2,20
Tr0,954 = = 11,5%
0,34 x 2,20+ 0,66 x 8,8
1
Vf = = 0,65
1,54
Vr = 1- 0,65 = 0,35
0,35x 4,10
Tr2,92 = = 15,8%
0,35x 4,10 + 0,65 x 11,70
1
Vf = = 0,66
1,52
Vr = 1- 0,66 = 0,34
0,34 x 2,60
Tr5,111 = = 12,91%
0,34 x 2,60+ 0,66 x 9,20
1
Vf = = 0,66
1,52
Vr = 1-0,66 = 0,34
0,34 x 3,20
Tr9,819 = = 9,99%
0,34 x 3,20+ 0,66 x 15
1
Vf = = 0,67
1,5
Vr = 1-0,67 = 0,33
0,33 x 2,60
Tr20,71 = = 7,34%
0,33 x 2,60+ 0,67 x 16,40
1
Vf = = 0,66
1,51
Vr = 1- 0,66 = 0,34
0,34 x 1,70
Tr30,07 = = 8,54%
0,34 x 1,70+ 0,66 x 9,3
115
1
Vf = = 0,67
1,48
Vr = 1- 0,67 = 0,33
0,33 x 3,50
Tr43,67 = = 13,13%
0,33 x 3,50 + 0,67 x 11,30
1
Vf = = 0,68
1,47
Vr = 1- 0,68 = 0,32
0,32 x 15,40
Tr69,6 = = 13,15%
0,32 x 15,40+ 0,68 x 14,49
1
Vf = = 0,81
1,23
Vr = 1- 0,81 = 0,19
0,19 x 16,50
Tr92,1 = = 60,73%
0,19 x 16,50+ 0,81 x 2,49
1
Vf = = 0,94
1,07
Vr = 1- 0,94 = 0,06
0,06 x 11,20
Tr111 = = 90,37%
0,06 x 11,20+ 0,94 x 0,02
1
Vf = = 0,9996
1,0004
Vr = 1- 1 = 0,0004
0,0004 x 14,30
Tr146,8 = = 100%
0,0004 x 14,30+ 0,99 x 0
23,40
η2,92 = x 100% = 85,8%
1,49 x 18,3
33,30
η5,111 = x 100% =86,34%
1,48 x 26
48,80
η9,819 = x 100% = 86,84%
1,51 x 37,3
65,70
η20,71 = x 100% = 87,84%
1,51 x 49,5
75
η30,07 = x 100% = 87,83%
1,53 x 55,9
85,7
η43,67 = x 100% = 88,21%
1,48 x 65,5
98,89
η69,6 = x 100% = 86,18%
1,41x 81,4
100
η92,1 = x 100% = 94,33%
1,11x 95,43
100
η111 = x 100% = 99,43%
1,008 x 99,69
B. 5Z2
1,3
η0,496 = x 100% = 91%
1,43 x 1
10,10
η0,954 = x 100% = 88,6%
1,52 x 7,5
21,8
η2,92 = x 100% = 86,05%
1,54 x 16,5
31
η5,111 = x 100% =86,53%
1,52 x 23,5
46
η9,819 = x 100% = 87,7%
1,52 x 34,5
62,4
η20,71 = x 100% = 89,27%
1,5 x 46,6
71,7
η30,07 = x 100% = 89,36%
1,51 x 53,1
117
83
η43,67 = x 100% = 89,38%
1,49 x 62,4
97,49
η69,6 = x 100% = 85,44%
1,47x 77,8
99,98
η92,1 = x 100% = 89,16%
1,23x 90,92
100
η111 = x 100% = 99,98%
1,07 x 97,72
100
Tr146,8 = = 99,97%
1,0004 x 99,99
118
LAMPIRAN II
DOKUMENTASI
LAMPIRAN III
FLOWSHEET PABRIK INDARUNG V PT SEMEN PADANG
Gambar 6. Kiln
123