Você está na página 1de 12

ANALISIS KEANDALAN SISTEM PENYALURAN DAYA OLEH GARDU INDUK

DITINJAU DARI KAPASITAS PEMBEBANAN BUSBAR 150 kV DI GARDU INDUK


KALIBAKAL PT.PLN (PERSERO) P3B JB AREA PELAKSANAN PEMELIHARAAN
PURWOKERTO

Juvena Prasetyo*), Dr. Ir. Hermawan, DEA

Program Studi Sarjana Departemen Teknik Elektro, Universitas Diponegoro


Jl. Prof. Sudharto, SH, Kampus UNDIP Tembalang, Semarang 50275, Indonesia
*)
E-mail: juvenaprasetyo28@gmail.com

Abstrak
Gardu induk merupakan salah satu bagian vital dari sistem tenaga listrik yang merupakan sebagai simpul sistem tenaga
listrik. dimana saluran-saluran transmisi dan jaringan-jaringan distribusi (distribution feeders) bersama-sama
dihubungkan melalui rel-rel daya (busbars) dan atau trafo-trafo tenaga (Power Transformers). Gardu induk merupakan
gardu listrik yang berfungsi menerima suplai dan tegangan tinggi ke sistem tegangan distribusi untuk disalurkan ke daerah
beban. Fungsi dari gardu induk yaitu menerima dan menyalurkan energi listrik setiap saat dari pembangkit ke pelanggan.
Namun pada gardu induk dapat mengalami gangguan setiap waktu yang mengakibatkan tidak dapat beroperasi. Jika
gangguan ini terjadi pada saat waktu beban puncak, maka ada kemungkinan daya tersedia dalam sistem berkurang
sehingga sistem tidak cukup dapat melayani beban dan sistem akan kehilangan beban. Untuk meminimalisir terjadinya
gangguan, maka keandalan sistem pada gardu induk sangat penting untuk diperhatikan agar sistem dapat melayani beban
dengan baik.

Kata kunci : distribution feeder, busbars, Power Transformers, keandalan sistem

Abstract
The substasion is one of the vital parts of the electric power system that is the node of the power system. in which the
transmission line and the distribution network are connected together through an electric rail (busbar) and / or power
transformer (Power Transformers). The substation is an electrical substation that serves to receive supply and high voltage
to the distribution voltage system to be channeled to the load area. The function of the substation is to receive and
distribute electrical energy at any time from the factory to the customer. However, in the substation can be interrupted at
any time that resulted in can not operate. If this disturbance occurs during peak load time, then there is a possibility that
the power available in the system is reduced so that the system is insufficient to service the load and the system will lose
the load. To minimize the occurrence of interference, the reliability of the system at the substation is very important to
note that the system can serve the load well.

Keywords : distribution feeder, busbars, Power Transformers, reliability of the system

pelanggan melalui jaringan transmisi yang dipusatkan


pada gardu induk terlebih dahulu barulah di
1. Pendahuluan transmisikan dan didistribusikan ke konsumen.
Kebutuhan akan energi listrik terus meningkat Keandalan dari gardu induk dalam mentransmisikan
setiap tahunnya seiring dengan meningkatnya pertumbuhan listrik ke konsumen merupakan hal yang harus
kesejahteraan hidup masyarakat. Dengan meningkatnya diperhatikan, karena keandalan sistem akan
permintaan akan energi listrik tersebut maka perlu mempengaruhi kepuasan pelanggan dalam produk
diimbangi dengan meningkatkan kualitas pembangkit dan listrik yang diberikan oleh penyadia listrik listrik negara
kemampuan transmisi yang ada serta infrastruktur lainnya. yakini PLN. Maka dari itu perlu bagi saya melakukan
Perkembangan sistem tenaga listrik terdiri dari pengujian dalam kerja praktik ini untuk menguji
perkembangan beban dan perkembangan pembangkitan. keandalan sistem transmisi gardu induk. Lokasi yang
Perkembangan pemakaian tenaga listrik dapat disebabkan saya ambil adalah Gardu Induk PT. PLN (Persero) P3B
karena meningkatnya perkembangan industri, JB Purwokerto.
meningkatnya pertambahan penduduk yang secara
langsung menyebabkan bertambahnya pemakaian listrik
dan banyaknya peralatan yang membutuhkan tenaga listrik. 2. Tujuan
Kerja Praktek ini bertujuan untuk mempelajari
Pada proses penyalurannya, listrik yang telah
secara langsung sistem transmisi dan distribusi daya
dibangkitkan oleh pusat-pusat pembangkitan dialirkan ke
listrik pada Gardu Induk 150 kV Kalibakal PT. PLN  On Half Busbar
(Persero) P3B JB APP Purwokerto.
A. Single Busbar
3. Batasan Masalah Single busbar adalah sistem busbar yang paling
Kerja praktek yang telah dilakukan ini penulis sederhana. Gardu induk sistem single busbar adalah
membatasi pembahasan tentang sistem busbar 150 kV pada gardu induk yang mempunyai satu (single) busbar atau
Gardu Induk Kalibakal yang dibatasi tentang busbar, PMS, rel. Pada umumnya gardu dengan sistem ini adalah
PMT dan transformator tenaga. gardu induk yang berada pada ujung (akhir) dari suatu
sistem transimisi. Dari segi ekonomis system ini sangat
4. Dasar Teori menguntungkan karena hanya memerlukan sedikit
peralatan dan ruang.Sistem ini juga digunakan oleh
4.1 Gardu Induk gardu induk skala kecil yang hanya memiliki sedikit
Gardu induk merupakan salah satu bagian vital saluran keluar dan tidak memerlukan pindah hubungan
dari sistem tenaga listrik yang merupakan sebagai simpul sistem tenaga.
sistem tenaga listrik. dimana saluran-saluran transmisi dan
jaringan-jaringan distribusi (distribution feeders) bersama-
sama dihubungkan melalui rel-rel daya (busbars) dan atau
trafo-trafo tenaga (Power Transformers). Gardu induk
merupakan gardu listrik yang berfungsi menerima suplai
dan tegangan tinggi ke sistem tegangan distribusi untuk
disalurkan ke daerah beban. Fungsi dari gardu induk yaitu
menerima dan menyalurkan energi listrik setiap saat dari
pembangkit ke pelanggan. Namun secara umum fungsi
gardu induk adalah sebagai berikut:
a. Mentransformasikan daya listrik :
o Dari tegangan ekstra tinggi ke tegangan tinggi Gambar 4.1. Single Busbar
(500 KV/150 KV).
o Dari tegangan tinggi ke tegangan yang lebih B. Double Busbar
rendah (150 KV/ 70 KV). Sistem double busbar ini terdiri dari 2 busbar
o Dan tegangan tinggi ke tegangan menengah atau lebih, namun umumnya yang digunakan pada gardu
(150 KV 20 KV. 70 KV/20 KV). induk terdiri dari 2 busbar. Gardu induk sistem double
o Dengan frequensi tetap (di Indonesia 50 Hertz). busbar adalah gardu induk yang mempunyai dua
(double) busbar. Gardu induk double busbar sangat
b. Untuk pengukuran. pengawasan operasi serta
efektif untuk mengurangi terjadinya pemadaman beban,
pengamanan dari sistem tenaga listrik.
khususnya pada saat melakukan perubahan sistem
c. Pengaturan pelayanan beban ke gardu induk-gardu (manuver sistem). Jenis gardu ini yang banyak
induk lain melalui tegangan tinggi dan ke gardu digunakan.
distribusi-gardu distribusi, setelah melalui proses
penurunan tegangan melalui penyulang-penyulang
(feeder-feeder) tegangan menengah yang ada di
gardu induk.
d. Untuk sarana telekomunikasi (pada umumnya
untuk internal PLN), yang dikenal dengan istilah
SCADA.
Di Indonesia gardu induk sudah terhubung dengan
gardu induk yang, lainnya yang berdekatan atau disebut
dengan sistem interkoneksi antaran gardu induk dimana
berfungsi untuk sating memberikan tegangan dan menerima Gambar 4.2. Double Busbar
tegangan. Gardu induk biasanya diklasifikasikan menurut
jenis pasangan luar, jenis pasangan dalam, jenis pasangan Sistem double busbar membutuhkan lebih
setengah luar, jenis bawah tanah. jenis mobil. dan banyak peralatan seperti isolator, rel, bangunan dan
sebagainya sesuai dengan konstruksinya. ruang. Adapun keuntungan sistem ini adalah ketika
melakukan pemeriksaan dan perawatan peralatan dan
operasi sistem tenaga menjadi lebih mudah.
4.2 Jenis Sistem Busbar Selain itu jika ada kerusakan di salah satu busbar
Pada Gardu Induk semua peralatan bertegangan maka dapat dilakukan proses manuver ke busbar yang
tingginya dihubungkan dengan menggunakan busbar atau satunya sehingga sangat efektif untuk mengurangi
rel. Ada beberapa sistem busbar yang digunakan dalam pemadaman beban pada saat melakukan perawatan atau
GI. diantaranya: perbaikan.
 Single Busbar
 Double Busbar
 Ring Busbar
2
C. Ring Busbar berbeban, serta mampu membuka atau menutup saat
Pada prakteknya ring busbar hanya memerlukan terjadi arus gangguan (hubungan singkat) pada jaringan
ruang kecil yang kecil, serta baik untuk dilakukannya atau peralatan lain.
pemutusan sebagian dari pelayanan, dan pemeriksaan Klasifikasi Pemutus Tenaga dapat dibagi atas
pemutus beban. Sistem ini jarang digunakan karena terlalu beberapa jenis, antara lain berdasarkan tegangan
kompleks segi pengontrolan dan pengamannya, serta rating/nominal, jumlah mekanik penggerak, media
kurang leluasa dalam pengoperasiannya. sesuai namanya isolasi, dan proses pemadaman busur api jenis gas SF6.
bentuk dari sistem ring busbar adalah seperti cincin atau
loop seperti gambar di bawah ini.

Gambar 4.5. Pemutus Tenaga (PMT)

4.4 Disconnecting switch (DS)


Disconnecting switch atau pemisah (PMS)
Gambar 4.3. Ring Busbar
suatu peralatan sistem tenaga listrik yang berfungsi
sebagai saklar pemisah rangkaian listrik tanpa arus
D. On Half Busbar beban (memisahkan peralatan listrik dari peralatan lain
Sistem berikutnya adalah satu setengah busbar yang bertegangan), dimana pembukaan atau penutupan
atau disebut on half busbar yang memiliki kesamaan dengan PMS ini hanya dapat dilakukan dalam kondisi tanpa
double busbar yakni memiliki 2 busbar.Gardu induk dengan beban.
konfigurasi seperti ini mempunyai dua busbar, tapi Penempatan PMS terpasang di antara sumber
konfigurasi busbar seperti ini dipakai pada gardu induk tenaga listrik dan PMT PMS Bus serta di antara PMT
pembangkitan dan gardu induk yang sangat besar, karena dan beban (PMS Line / Kabel) dilengkapi dengan PMS
sangat efektif dalam segi operasional dan dapat mengurangi Tanah (Earthing Switch). Untuk tujuan tertentu PMS
pemadaman beban pada saat melakukan perubahan sistem. Line / Kabel dilengkapi dengan PMS Tanah. Umumnya
Sistem ini menggunakan 3 buah PMT didalam satu diagonal antara PMS Line/Kabel dan PMS Tanah terdapat alat
yang terpasang secara seri seperti gambar di bawah ini. yang disebut interlock. Pemisah adalah suatu alat untuk
memi.sahkan tegangan pada peralatan instalasi tegangan
tinggi. Ada dua macam fungsi PMS, yaitu:
1. Pemisah Peralatan : Berfungsi untuk
memisahkan peralatan listrik dari peralatan
lain atau instalasi lain yang bertegangan. PMS
ini boleh dibuka atau ditutup hanya pada
rangkaian yang tidak berbeban.
2. Pemisah Tanah (Pisau
Pentanahan/Pembumian) : Berfungsi untuk
mengamankan dari arus tegangan yang timbul
sesudah saluran tegangan tinggi diputuskan
atau induksi tegangan dari penghantar atau
kabel lainnya. Hal ini perlu untuk keamanan
bagi orang-orang yang bekerja pada peralatan
instalasi.
Gambar 4.4. On Half Busbar

4.3 Pemutus Tenaga (PMT)


Berdasarkan IEV (International Electrotechnical
Vocabulary) 441-14-20 disebutkan bahwa Circuit Breaker
(CB) atau Pemutus Tenaga (PMT) merupakan peralatan
saklar / switching mekanis, yang mampu menutup,
mengalirkan dan memutus arus beban dalam kondisi
normal serta mampu menutup, mengalirkan (dalam periode
waktu tertentu) dan memutus arus beban dalam spesifik
kondisi abnormal / gangguan seperti kondisi short circuit / Gambar 4.6 Pemisah
hubung singkat. Fungsi utamanya adalah sebagai alat Sesuai dengan penempatannya di daerah mana
pembuka atau penutup suatu rangkaian listrik dalam kondisi Pemisah tersebut dipasang, Pms dapat dibagi menjadi :
3
1. Pemisah Penghantar/Line Tabel 5.2. Data Pengukuran Beban Puncak
Pemisah yang terpasang di sisi penghantar Transformer Bulan Januari 2018
2. Pemisah Rel/Bus
Pemisah yang terpasang disisi rel
3. Pemisah Kabel
Pemisah yang terpasang disisi kabel
4. Pemisah Seksi/Kopel
Pemisah yang terpasang pada suatu rel sehingga
rel tersebut dapat terpisah menjadi dua seksi
5. Pemisah Tanah Tabel 5.3. Data Pengukuran Beban Puncak Penghantar
Pemisah yang terpasang pada Bulan Desember 2017
penghantar/line/kabe untuk menghubungkan ke
tanah.

4.5 Transformer Tenaga

Transformator Daya merupakan peralatan listrik


yang berfungsi untuk menyalurkan daya/tenaga dari
tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya.
Transformator menggunakan prinsip hukum induksi
faraday dan hukum lorentz dalam menyalurkan daya.
dimana arus bolak balik yang mengalir mengelilingi suatu
inti besi maka inti besi itu akan berubah menjadi magnet.
Tabel 5.4. Data Pengukuran Beban Puncak Penghantar
Bulan Januari 2018

Gambar 4.7 Transformer Tenaga


5.2 Analisis Kapasitas Pembebanan PMT,
5. Pembahasan PMS, Transformer Daya, dan Busbar
Pada gambar 5.1 terlihat bahwa langsir 150 kV
5.1 Data Pengukuran Beban Puncak pada Gardu Induk Kalibakal menggunakan double
Adapun pengamatan beban puncak yang terukur busbar yang menghubungi 4 bay transmission dan 4 bay
pada bulan Desember 2017 hingga Januari 2018 tampak transformer yang 2 diantaranya terhubung dengan Bay
seperti tabel di bawah ini. Transmission Pembangkit Ketenger (bay transformer 1
dan 2) yang memiliki kapasitas sebesar 2500 A / rel.
Tabel 5.1. Data Pengukuran Beban Puncak Lalu antara busbar 1 dan busbar 2 dihubungkan dengan
Transformer Bulan Desember 2017 pengaman berupa PMT Kopel, dimana fungsi dan PMT
Kopel ini secara garis besar ada 2 akni menghubungkan
antara 2 busbar, dan memisahkan busbar yang
mengalami gangguan pada peralatannya dengan busbar
lainnya yang tidak mengalami gangguan.

Gambar 5.1 Langsir 150 kV GI Kalibakal

4
Dari Gambar 5.1 dapat diketahui juga bahwa pada
busbar 150 kV ada 3 bagian yakni Bay Transmission atau
penghantar, Bay Transformer. dan Bay Kopel. Pada laporan
kerja praktik kami membahas mengenai keandalan busbar
beserta peralatan (PMT, PMS, dan Transformer Tenaga)
yang terpasang pada busbar tersebut.
Keandalan merupakan kemampuan suatu sistem
untuk bekerja hingga mencapai kondisi jenuhnya. Pada
laporan ini pembahasan dibatasi mengenai kapasitas
busbar, kapasitas transformer tenaga, kapasitas PMT, dan
kapasistas PMS pada Gardu Induk Kalibakal dalam
melayani beban serta ketika terjadi gangguan, dimana
digunakan data beban puncak bulan Desember 2017 hingga
Januari 2018.
Berikut manuver pada busbar utama 150 kV di Gambar 5.2 Bay transmission
Gardu Induk Kalibakal : Dari data beban puncak yang tercatat pada
Busbar 1: keempat penghantar merupakan pengukuran 3 fasa,
 Bay transmission Rawalo 1 sehingga untuk menghitung arus yang masuk ke busbar
 Bay transmission Bumiayu 1 per fasa maka perlu diubah menjadi arus 1 fasa dengan
cara membaginya dengan √3 kemudian dibandingan
 Bay Transformer 1
antara beban dan kapasitas PMT dan PMS yang
 Bay Transformer 3
terpasang pada masing-masing bay penghantar yang
Busbar 2: mengacu pada data teknik peralatan.
 Bay transmission Rawalo 2/PLTU Cilacap
Tabel 5.5. Perbandingan Data Beban dan
 Bay transmission Bumiayu 2 Kapasitas PMT dan PMS
 Bay Transformer 2
 Bay Transformer 4

5.2.1 Bay Transmission


Bay transmission merupakan penghantar yang
digunakan oleh gardu induk mentransmissionkan listrik ke
daerah yang lain melalui gardu induk yang ada pada daerah
tersebut. Dengan menggunakan bay transmission maka
antar induk saling terhubung atau terkoneksi. Seperti yang
disebutkan sebelumnya bahwa G.I. Kalibakal terhubung
dengan G.I. Rawalo dan G.I.Bumiayu serta terhubung juga
dengan PLTU Cilacap dan PLTA Ketenger.
Dalam keandalan penyaluran dan pendistribusian Dari data Tabel 5.5 dapat diketahui bahwa
sistem interkoneksi ini perlu karena apabila suatu gardu peralatan PMT dan PMS yang terpasang ada 4 bay
induk hanya menerima dari satu sumber saja / radial maka transmission memiliki keandalan yang baik ketika
sangat beresiko terjadi pemadaman misal jika sumber yang mencapai beban puncak dimana kapasitas PMT dan
mensuplainya mengalami gangguan. PMS cukup besar untuk melayani beban puncak yang
Gambar 5.1 menunjukkan susunan bay terjadi dari bulan Desember 2017 hingga Januari 2018.
transmission pada G.I. Kalibakal yang mempunyai 4 bay
transmission yaitu Rawalo 1, Rawalo 2 / PLTU Cilacap, 5.2.2. Bay Transformer
Bumiayu 1, dan Bumiayu 2 yang keseluruhannya Bagian yang kedua pada busbar utama G.I.
memiliki susunan peralatan yang sama yang tampak pada Kalibakal adalah bay transformer. Bay transformer
Gambar 5.1. merupakan sisi distribusi G.I. Kalibakal yang
Busbar 1 terhubung dengan penghantar Rawalo 1 mendistribusikan daya listrik ke pelanggan yang tampak
dan Bumiayu 1. Sedangkan untuk busbar 2 terhubung pada Gambar 5.1 dengan menggunakan transformer
dengan penghantar Rawalo 2 dan Bumiayu 2 dimana data daya 150/20 kV, listrik 20 kV didistribusikan melalui
beban puncak dari yang tercatat pada keempat penghantar JTM (Jaringan Tegangan Menengah) atau SKTM
tersebut seperti yang ditunjukan oleh Tabel 5.3-5.4 (Saluran Kabel Tegangan Menengah) atau SUTM
(Saluran Udara Tegangan Menengah) ke pelanggan.
Ada 4 buah bay transformer sehingga ada 4
buah transformer tenaga yang digunakan dimana 2
diantaranya bertipe 2-winding dan 2 yang lain bertipe 3-
winding seperti tampak pada Gambar 5.4. Transformer
tenaga 3-winding digunakan untuk menerima suplai dari
PLTA ketenger 30 kV lalu diturunkan menjadi 20 kV
untuk didistribusikan dan dinaikkan menjadi 150 kV
untuk ditransmissionkan
5
Berikutnya akan diamati peran transformator 𝑆 (𝑀𝑉𝐴)
𝐼𝑛 20 kV= × 1000
tenaga yang digunakan oleh G.I Kalibakal dalam melayani 𝑉×√3
20×1000
beban di wilayah purwokerto dan sebagian Purbalingga. 𝐼𝑛 20 kV=
20×√3
Untuk mempermudah pengamatan maka kami membagi
menjadi 2 perhitungan, yakni transformer 1 dan 2, serta 𝐼𝑛 20 kV= 577.35 A
transformer 3 dan 4.
b. Transformer 3 dan 4

Gambar 5.3 Bay Transformer Gambar 5.5 Single Line Transformer 3 G.I. Kalibakal

a. Transformer 1 dan 2 Transformer 3 dan 4 jika dilihat pada Gambar


5.5 memiliki 2-winding dimana terhubung dengan sisi
150 kV dan 20 kV. Dapat kita ketahui bahwa
transformer 3 dan 4 memiliki spesifikasi sebagai
berikut :
 Daya : 60 MVA
 Merk : UNINDO
 Teg TT / TTM : 150 / 20 kV
 Z transformer : 12.49 %
Untuk mengetahui besar arus yang mengalir
pada sisi primer dan sisi sekunder maka dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut :
 Arus trafo pada sisi primer 150 kV adalah :
Gambar 5.4 Single Line Transformer 1 G.I. Kalibakal 𝑆 (𝑀𝑉𝐴)
𝐼𝑛 150 kV= × 1000
𝑉×√3
60×1000
Transformer 1 dan 2 jika dilihat pada Gambar 5.4 𝐼𝑛 150 kV=
150×√3
memiliki 3-winding dimana terhubung dengan sisi 150 kV, 𝐼𝑛 150 kV= 230.94 A
20 kV, dan 30 kV. Data spesifikasi transformer 1 dan 2  Arus trafo pada sisi sekunder 20 kV adalah :
sebagai berikut :
𝑆 (𝑀𝑉𝐴)
 Daya : 20 MVA 𝐼𝑛 20 kV= × 1000
𝑉×√3
 Merk : WESTH 𝐼𝑛 20 kV=
60×1000
20×√3
 Teg TT/TM : 150/30/20 kV 𝐼𝑛 20 kV= 1732.05 A
 Z transformer : 2%
Untuk mengetahui besar arus yang mengalir pada sisi
primer dan sisi sekunder maka dapat dihitung menggunakan
c. Perhitungan persentase pembebanan
rumus sebagai berikut : transformer
 Arus trafo pada sisi primer 150 kV adalah : Pada bulan Desember 2017 tercatat beban
𝑆 (𝑀𝑉𝐴)
puncak yang dialami transformer 1 adalah :
𝐼𝑛 150 kV= × 1000 Fasa R = 233 A
𝑉×√3
20×1000
𝐼𝑛 150 kV= Fasa S = 194 A
150×√3
Fasa T = 235 A
𝐼𝑛 150 kV= 76.98 A
Data beban di atas ditunjukan pada Tabel 5.1-
2 yang merupakan pembacaan pada sisi 20 kV.
 Arus trafo pada sisi sekunder 20 kV adalah :
Dari data pengukuran arus saat beban puncak,
maka kita dapat menghitung arus rata-rata perfasanya :
6
ganda atau double busbar. Bentuk rangkaian dari bay
𝐼𝑅 + 𝐼𝑆 + 𝐼𝑇 233+194+235 kopel ini seperti tampak pada Gambar 5.12 memiliki 1
I Rata – Rata = = = 220.66 A
3 3 buah PMT, 2 buah PMS, dan 1 buah CT.

Dengan diketahui besarnya nilai arus yang


mengalir pada sisi sekunder 20kV dan nilai arus pada beban
puncak, maka kita dapat menghitung presentase
pembebanan trafo :
𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
× 100 %
𝐼𝑛 20𝑘𝑉
220.66
= × 100 % = 38.22 %
577.35
Dari perhitungan di atas terlihat bahwa pada waktu
beban puncak (WBP) presentase pembebanan pada trafo 1
sebesar 38.22%. Hal ini menunjukkan bahwa trafo 1 cukup
andal dalam melayani konsumen pada waktu beban puncak Gambar 5.6 Bay Kopel
di bulan Desesmber 2017.
Dengan menggunakan rumus yang sama maka kita Gambar 5.6 merupakan single line dari bay
dapat memperoleh hasil perhitungan persentase kopel G.I. Kalibakal 150 kV yang memiliki spesifikasi
pembebanan dari setiap transformer pada bulan Desember sebagai berikut:
2017 hingga Januari 2018. Dari hasil perhitungan dapat 1. PMT
disimpulkan dalam tabel besar arus yang mengalir ketika a. Merk : ALSTHOM
beban puncak dari bulan Desember 2017 hingga Januari
b. Arus : 3150 A
2017 pada 4 buah bay transformer sebagai berikut :
c. Jenis : SF6
Tabel 5.6. Data Perhitungan Pembebanan Pada
Bulan Desember 2017 d. Penggerak : HIdrolik
2. PMS
a. Merk : Merlin Gerin
b. Arus : 1250 A
c. Jenis : Siku
3. Current Transfomer
a. Merk : Gec Alsthom
b. Ratio : 2x1000/5 A
Tabel 5.7. Data Perhitungan Pembebanan Pada c. Class : 0.5
Bulan Januari 2018
Dan Tabel 5.5-7 dapat kita hitung besar arus
yang mengalir pada busbar 1 dan busbar 2 pada saat
beban puncak untuk bulan Desember 2017 hingga
Januari 2018 dengan menggunakan hukum kirchoff arus
seperti yang diterangkan di atas.

Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa


persentase pembebanan terbesar yatiu pada trafo 4 sebesar
66.81% pada bulan Desember 2017 dan 64.56% pada bulan
Januari 2018. Sedangkan persentase pembebanan terkecil
yaitu pada trafo 3 sebesar 30.86 % pada bulan Desember
2017 dan 31.69% pada bulan Januari 2018. Namun pada
keempat trafo tersebut memiliki keandalan yang baik ketika
mencapai beban puncak dimana kapasitas trafo cukup besar
untuk melayani beban puncak yang terjadi dari bulan Gambar 5.7 Aliran Arus Busbar 1
Desember 2017 hingga Januari 2018.

Dari Gambar 5.7 dapat di hitung arus yang


5.2.3. PMT Kopel mengalir pada busbar 1 dengan rumus:
Pada bagian ketiga system busbar adalah sebuah IBusbar = IRawalo 1 + IBumiayu 1 + ITrafo 1 + ITrafo 3
Bay Kopel atau PMT Kopel. Bay kopel atau PMT kopel
Dengan demikian besarnya arus yang
memiliki peranan untuk memisah atau menggabungkan
mengalir pada busbar 1 pada bulan Desember adalah
antar busbar dan biasanya bagian ini selalu ada pada busbar
7
IBusbar 1 = 286.43 + 178.97 + 76.98+ 230.94 tiap-tiap busbar dapat disimpulkan bahwa busbar G.I.
= 773.32 A kalibakal cukup andal dalam melayani beban puncak
yang terjadi dari bulan Desember 2017 hingga Januari
2018. Rata-rata arus yang mengalir selama 2 bulan
Pada bulan Januari adalah, untuk busbar 1 saat beban puncak adalah,
IBusbar 1 = 197.68 + 248.26 + 76.98 + 230.94
𝟕𝟕𝟑.𝟑𝟐+𝟕𝟓𝟑.𝟖𝟖
= 753.88 A Ibusbar1 =
2
Lalu dengan menggunakan perhitungan yang sama = 763.6 A
dapat dicari besar arus yang mengalir pada busbar 2 dari
bulan Desember 2017 hingga Januari 2018 Sehingga persentase pembebanan pada busbar
1 selama bulan Desember 2017 hingga Januari 2018
adalah,
763.6
Pembebanan Busbar 1 = x 100% = 30.55%
2500

Rata – rata arus yang mengalir selama 2 bulan


untuk busbar 2 saat beban puncak adalah,
766.9+753.9
Ibusbar 2 =
2
= 760.4 A

Sehingga persentase pembebanan pada busbar


Gambar 5.8 Aliran Arus Busbar 2
2 selama bulan Juli hingga September adalah,

Dari Gambar 5.8 dapat di hitung arus yang 760.41


Pembebanan busbar 2 = x 100% = 30.41%
mengalir pada busbar 2 dengan rumus: 2500

IBusbar 2 = IRawalo 2 + IBumiayu 2 + ITrafo 2 + ITrafo 4 Karena batas maksimum pembebanan pada
Pada bulan Desember arus yang mengalir pada peralatan yang ideal adalah 90 %, sehingga jika dilihat
busbar 2 adalah, dari segi overload nya maka busbar G.I. Kalibakal
IBusbar 2 = 280.01 + 178.97 + 76.98 + 230.94 dalam kondisi yang aman yakni pembebanan ≤ 90 %
= 766.9 A sehingga menjamin keandalan penyaluran dari
gangguan beban berlebih.
Pada bulan Januari arus yang mengalir pada
busbar 2 adalah,
IBusbar 2 = 197.72 + 248.26 + 76.98 + 230.94
5.3. Analisis Sistem Busbar Ketika
= 753.9 A
Gangguan
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa
Dari hasil perhitungan di atas dapat dibuat tabel salah satu keuntungan double busbar adalah
untuk mempermudah mengetahui hasil perhitungan kemampuan dalam mengatasi gangguan, yakni dengan
pembebanan yang mengalir pada busbar lalu dibandingkan melakukan manuver pemisahan antara peralatan yang
dengan kapsitas busbarnya, seperti berikut: mengalami gangguan dengan yang tidak mengalami
gangguan. Pemisahan ini dilakukan dengan
Tabel 5.8. Hasil Perhitungan Arus Busbar 150 kV mengelompokkan peralatan yang mengalami gangguan
pada satu busbar, dan peralatan yang tidak mengalami
gangguan pada busbar yang lainnya. Selain itu jika pada
salah satu busbar hilang tegangan karena gangguan di
pusat pembangkit maka dapat dilakukan
penggandengan busbar. Maka dalam prosesnya
dibutuhkan PMT kopel yang berfungsi untuk melepas
dan menggandeng antar busbar.
Berikut adalah gambar manuver Busbar G.I.
Kalibakal 150 kV dalam keadaan normal:

Seperti yang telah diterangkan pada awal bab,


bahwa kapasitas busbar 150 kV per fasa nya adalah 2500
A. Maka dengan membandingkan arus yang mengalir pada Gambar 5.9 Manuver G.I. Kalibakal 150 kV
8
Rawalo 1. Sehingga beban yang harus ditanggung bay
Dari Gambar 5.9 di atas terlihat bahwa PMT kopel penghantar Rawalo 2 pada bulan Januari 2018 sebesar :
dalam keadan lepas / open sehingga busbar 1 dan busbar 2 𝐼𝑅𝑎𝑤𝑎𝑙𝑜 1+ 𝐼𝑅𝑎𝑤𝑎𝑙𝑜 2
tidak terkoneksi/terhubung.
197.68 𝐴 + 197.72 𝐴 = 395.4 𝐴
5.3.1 Gangguan Pada Bay Penghantar
Untuk mengetahui keandalan dari saluran Dari total beban yang ditanggung oleh bay
transmisi maka kita asumsikan bahwa telah terjadi penghantar Rawalo 2 kita dapat menghitung persentase
gangguan di bulan Januari 2018 yakini pada bay penghantar pembebanan sebagai berikut :
Bumiayu 1 dan Rawalo 1 tidak bertegangan karena 𝐼𝑏𝑎𝑦 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟
gangguan terjadi pada konduktor penghantar akibat %𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛𝑎𝑛 = × 100 %
𝐼𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟
sambaran petir. Sehingga suplai untuk transformer 1 dan
transformer 3 yang mendistribusikan listrik menjadi 395.4
kurang. Oleh karena itu perlu menggandengkan busbar 1 = × 100 = 65.9%
600
dengan busbar 2. Maka proses manuvernya adalah,
1. PMT (Bumiayu 1 dan Rawalo 1) Lepas Disisi lain pada bulan Januari 2018 dalam
2. PMS (Bumiayu 1 dan Rawalo 1) Lepas kondisi normal besar pembebanan pada bay penghantar
3. PMS (Bumiayu 1 dan Rawalo 1) Masuk Bumiayu 1 sebesar 248.46 A dan besar pembebanan bay
4. PMS Line (Bumiayu 1 dan Rawalo 1) Lepas penghantar Bumiayu 2 pada bulan Januari 2018 sebesar
5. PMS Kopel Masuk 248.46 A.
6. PMT Kopel Masuk Ketika terjadi gangguan pada bay penghantar
7. Busbar 1 dan busbar 2 Gandeng Bumiayu 1 maka bay penghantar Bumiayu 2 harus
Dengan menggandengkan busbar 1 dengan busbar mampu menampung beban yang ditanggung oleh bay
2 dapat menutupi kekurangan yang terjadi akibat hilangnya penghantar Bumiayu 1. Sehingga beban yang harus
suplai dari bay penghantar Bumiayu 1 dan Rawalo 1. ditanggung bay penghantar Bumiayu 2 pada bulan
Kekurangan suplai ini telah ditanggung oleh bay Januari 2018 sebesar :
penghantar Bumiayu 2 dan Rawalo 2 yang memiliki 𝐼Bumiayu 1+ 𝐼Bumiayu 2
jaringan yang sama namun dari busbar yang berbeda
sehingga perlu adanya penggandengan busbar antara
248.46 𝐴 + 248.46 𝐴 = 496.52 𝐴
busbar 1 dengan busbar 2 agar dapat terhubung.
Pada penggantian pembebanan ini harus
Dari total beban yang ditanggung oleh bay
memenuhi prinsip (2n-1) yaitu apablia ada dua bay
penghantar Rawalo 2 kita dapat menghitung persentase
penghantar yang memiliki jaringan yang sama, kemudian
pembebanan sebagai berikut :
terjadi gangguan pada salah satu bay penghantarnya, maka
bay penghantar yang lain harus mampu menampung beban 𝐼𝑏𝑎𝑦 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟
dari bay penghantar tersebut. % 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛𝑎𝑛 = × 100 %
Kita ketahui bahwa kapasitas beban pada masing- 𝐼𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟
masing bay penghantar yang ada di G.I Kalibakal sebesar
496.52
600 A per fasanya. Dari data pengukuran diambil bahwa = × 100 = 82.75%
600
besar pembebanan perfasanya pada setiap bay pengahantar
di bulan Januari 2018 adalah sebagai berikut : Dari perhitungan di atas dapat dibuat tabel
untuk mempermudah mengetahui hasil perhitungan
Tabel 5.9 Data Perhitungan Pembebanan Pada Bay pembebanan yang mengalir pada bay penghantar ketika
Pengahantar Kondisi Normal terjadi gangguan pada bulan Januari 2018 adalah
sebagai berikut :

Tabel 5.10 Data Perhitungan Pembebanan


Pada Bay Pengahantar Ketika Terjadi Gangguan

Dari tabel 5.9 dapat kita lihat bahwa pada kondisi


normal besar pembebanan pada bay penghantar Rawalo 1
pada bulan Januari 2018 sebesar 197.68 A dan besar
pembebanan bay penghantar Rawalo 2 pada bulan Januari
2018 sebesar 197.72 A. Dari tabel 5.10 dapat ditarik kesimpulan bahwa
Ketika terjadi gangguan pada bay penghantar pada bay penghantar Rawalo 2 dan Bumiayu 2 mampu
Rawalo 1 maka bay penghantar Rawalo 2 harus mampu menampung beban yang telah diberikan dari bay
menampung beban yang ditanggung oleh bay penghantar penghantar Rawalo 1 dan Bumiayu 1. Besar persentase
pembebanan pada bay penghantar Rawalo 2 yaitu
9
sebesar 65.9% dan besar persentase pembebanan pada bay yang lain yang berada pada 1 busbar yang sama dengan
penghantar Bumiayu 2 yaitu sebesar 82.72%. Hal ini Penghantar Bumiayu 2 tidak terkena dampak dan tetap
membuktikan bahwa pada bay penghantar Rawalo 2 dan beroperasi dengan memindahkannnya ke busbar yang
Bumiyu 2 telah memenuhi prinsip dari (2n-1). lain. Sehingga dari proses tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:
Hasil manuver tersebut dapat digambarkan seperti
berikut:

Gambar 5.11 Hasil Simulasi 2


Gambar 5.10 Hasil Simulasi 1
Dari hasil simulasi 2 dapat digambarkan aliran
Pada Gambar 5.10 terihat bahwa bumiayu 1 yang arusnya sebagai berikut:
berwarna hitam hilang tegangan, sehingga untuk
mencukupi suplai ke transformer 1 dan transformer 3 yang
ada pada busbar 1 perlu dilakukan penggandengan busbar,
maka dari itu Bay Kopel bekerja menggandengkan kedua
busbar tersebut.

5.3.2 Gangguan Pada Sistem Busbar


Selanjutnya pada simulasi yang kedua dengan
mengacu kepada Gambar 5.11 yakni tejadi gangguan pada
PMT Bumiayu 2 berupa block atau PMT tidak dapat di
gerakan sehingga butuh diperbaikkan. Dalam hal ini maka Gambar 5.12 Aliran Arus Simulasi 2
perlu memisahkan bay transmission yang terganggu dengan
bay transmission dan bay transformer yang lainnya yang
Dengan demikian dapat dihitung juga arus
tidak mengalami gangguan. Pada gambar 5.11 terlihat
yang mengalir pada busbar 1 ketika terjadi gangguan
bahwa Penghantar Bumiayu 2 terhubung dengan busbar 2,
pada simulasi 2 jika gangguan terjadi pada bulan Juli
maka penghantar lain yang ada di busbar 2 harus dipindah
adalah,
ke busbar 1, berikut proses manuvernya :
IBusbar 1 = IRawalo 1 + IRawalo 2 + IBumiayu 1 + ITrafo 1 + ITrafo 2
1. Operator memastikan suplai dari G.I. Bumiayu
+ 1Trafo 3 + ITrafo 4
yang terkoneksi dengan Penghantar Bumiayu 2
G.I. Kalibakal padam. = 286.43 + 280.01 + 178.97 + 77+ 76.63
+230.97+ 231.03
2. Bay Kopel Masuk
= 1361.04 A
a. PMS Kopel Masuk
Jika kapasitas busbar 2500 A dan dengan
b. PMT Kopel Masuk
gangguan simulasi 2, total arus yang mengalir pada
3. Memindahkan Bay Rawalo 2, Bay transformer
busbar 1 sebesar 1361.04 A sehingga pembebanan baru
2 dan Bay transformer 3 ke busbar 1
54.44 % maka dapat disimpulkan bahwa busbar masih
a. PMS busbar 1 masing-masing penghantar mampu dan cukup andal untuk melakukan manuver
masuk tersebut sehingga pasokan listrik wilayah Purwokerto
b. PMS busbar 2 masing-masing penghantar dan sekitarnya yang disuplai oleh G.I Kalibakal 150 kV
lepas aman dari pemadaman.
4. Bay Kopel Lepas Sehingga dengan menggunakam double
a. PMT Kopel Lepas busbar memiliki keunggulan yaitu jika terjadi gangguan
b. PMS Kopel Lepas pada salah satu busbar maka sisem penyaluran yang ada
5. PMS Line Bumiayu 2 lepas, dan PMS Tanah di busbar tersebut dapat dipindah sementara ke busbar
Bumiayu 2 masuk yang lainnya yang tidak mengalami gangguan. Dengan
Dengan melakukan manuver di atas maka demikian dapat meminimalisir pemadaman yang
Penghantar Bumiayu 2 sudah bertegangan, sehingga PMT terjadi.
Bumiayu 2 yang mengalami kerusakan dapat diperbaiki. Sedangkan untuk langsir 30 kV dan 20 kV
Dari proses tersebut diketahui bahwa PMT kopel berperan tidak menjadi pembahasan pada laporan Kerja Praktik
penting dalam hal penjoinan antar busbar, serta saya, namun pada prinsipnya metode analisis yang
keuntungan dan system busbar tersebut adalah penghantar digunakan sama yakni membandingkan arus yang
10
mengalir dengan kapasitas busbar, serta proses manuver [4] Buku Petunjuk O&M SK 114 G.I Kalibakal
bilamana terjadi gangguan.
Purwokerto, PLN (Persero) P3B JB APP
Purwoketro Tahun : 2012
6. Penutup
6.1 Kesimpulan
1. PT. PLN (Persero) Area Pelaksana Pemeliharaan BIODATA PENULIS
P3B JB Purwokerto membawahi gardu induk –
Mahasiswa Juvena Prasetyo
gardu induk salah satunya adalah Gardu Induk 150
(21060115120013) Lahir di
kV Kalibakal.
Banyumas, Jawa Tengah pada
2. Sistem tenaga listrik secara garis besar terdiri dari tanggal 28 Mei 1997. Telah
unit pembangkit, transmisi, dan unit distribusi, menempuh pendidikan mulai
serta beban. Dimana dalam penyaluran dan dari SD Al Irsyad 02
pendistribusian mengguankan gardu induk sebagai Purwokerto selama 6 tahun.
simpul-simpunya. Setelah lulus SD lalu
3. Gardu Induk Kalibakal merupakan simpul melanjutkan pendidikan ke SMP
transmisi dan distribusi dimana jika ditinjau dari Al Irsyad Purwokerto dan setelah lulus SMP melanjut
sistem transmisi G.I. Kalibakal terkoneksi dengan lagi ke SMA IT Al Irsyad Purwokerto. Saat ini penulis
G.I. Rawao dan G.I. Bumiayu, sedangkan ditinjau sedang melanjutkan studi S1 di Universitas
dari distribusi G.I. Kalibakal merupakan penyuplai Diponegoro pada jurusan teknik elektro.
listrik untuk wilayah purwokerto dan sebagian
kecil Purbalingga. Saya menyatakan bahwa segala informasi yang
tersedia di makalah ini benar, merupakan hasil karya
4. Kontruksi double busbar pada suatu gardu induk
sangat populer atau banyak digunakan karena sendiri, bebas dari plagiat, dan semua karya orang lain
meninjau keandalannya dalam hal terjadinya telah dikutip dengan benar.
gangguan yang mampu meminimalisir
pemadaman. Penulis
5. Denagan menimbang hasil perhitungan dan
simulasi terhadap gangguan, maka Gardu Induk
Kalibakal cukup andal ketika beroprasi jika
ditinjau dari sistem busbar 150 kV.

6.2 Saran Juvena Prasetyo


1. Bagi rekan-rekan mahasiswa Teknik Elektro NIM 21060115120013
UNDIP yang hendak kerja praktik di Gardu
Induk, maka sangat disarankan untuk survey Pengesahan
terlebih dahulu aar mengeahui kegiatan apa Telah disetujui untuk dilakukan seminar Kerja Praktik.
saja yang ada pada saat rekan-rekan akan
kerja praktik. Hal ini dikarenakan, ketika Semarang, 17 Mei 2018
suatu G.I. dalam keadaan normal maka tidak
banyak kegiatan yang dilakukan di G.I. Menyetujui,
tersebut. Dosen Pembimbing
2. Tema kerja praktik ini dapat ditindak lanjuti
sebagai tugas akhir yakini meninjau
keandalan G.I. dari semua aspek

Dr. Ir. Hermawan, DEA


DAFTAR PUSTAKA NIP 196002231986021001
[1] Arismunandar. 1982. Teknik Tenaga Listrik. Pradnya
Paramitha : Jakarta.
[2] Hutauruk. 1996. Transisi Daya Listrik. Erlangga :
Jakarta.
[3] Muslim, Supari. 2008. Teknik Pembangkit Tenaga
Listrik. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan : Jakarta

11
12

Você também pode gostar