Você está na página 1de 39

A.

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: HALUSINASI


1. Definisi Terapi Aktivitas Kelompok dan Halusinasi
Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan
antara satu dengan yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai
norma yang sama.Sedangkan kelompok terapeutik memberi kesempatan
untuk saling bertukar (Sharing) tujuan, misalnya membantu individu yang
berperilaku destruktif dalam berhubungan dengan orang lain,
mengidentifikasi dan memberikan alternatif untuk membantu merubah
perilaku destruktif menjadi konstruktif.
Setiap kelompok mempunyai struktur dan identitas tersendiri.
Kekuatan kelompok memberikan kontribusi pada anggota dan pimpinan
kelompok untuk saling bertukar pengalaman dan memberi penjelasan
untuk mengatasi masalah anggota kelompok. Dengan demikian kelompok
dapat dijadikan sebagai wadah untuk praktek dan arena untuk uji coba
kemampuan berhubungan dan berperilaku terhadap orang lain.
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan
yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok
digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika
interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi
laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk
memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.
Terapi aktivitas kelompok adalah suatu upaya untuk memfasilitasi
psikoterapi terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama yang
bertujuan untuk memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal
antara anggota yang memiliki karakteristik yang sama (Depkes, 1997).
Terapi aktifitas kelompok adalah aktifitas membantu anggotanya untuk
identitas hubungan yang kurang efektif dan mengubah tingkah laku yang
maladaptive (Stuart dan Sundeen, 1998).
Terapi aktifitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas
yang dilakukan perawat pada sekelompok klien yang mempunyai
masalah keperawatan yang sama. Aktifitas digunakan sebagai terapi, dan

1
kelompok digunakan sebagai tujuan terapi (Kelliat, 2005). Klien yang
mendapatkan TAK adalah klien dengan riwayat gangguan hubungan
sosial sesuai dengan jenis yang dialami dan klien yang kooperatif.
Bila terapis menghadapi beberapa klien yang mempunyai masalah
yang sama atau sejenis, maka akan diadakan terapi secara kelompok.
Terapi kelompok memiliki beberapa keuntungan:
a. Ekonomis, karena terapis dapat bersama-sama dengan beberapa klien
dalam satu kali pertemuan.
b. Dapat memberikan lebih banyak kesempatan sharing informasi dan
pengalaman hidup.
c. Support perilaku didapatkan dari anggota kelompok lain. Anggota
kelompok akan memberi dukungan emosional dan harapan bagi
anggota kelompok lain.
d. Berhubungan dengan para klien yang memiliki masalah yang sama
untuk meyakinkan klien bahwa mereka tidak sendirian.
Setiap individu mempunyai potensi untuk terlibat dalam
hubungan sosial pada berbagai tingkat hubungan yaitu dari hubungan
intim biasa sampai hubungan saling ketergantungan. Keintiman dan
saling ketergantungan dalam menghadapi dan mengatasi berbagai
kebutuhan setiap hari. Individu tidak akan mampu memenuhi kebutuhan
hidupnya tanpa adanya hubungan dengan lingkungan sosial. Kepuasan
berhubungan dapat dicapai jika individu dapat terlibat secara aktif dalam
proses berhubungan. Peran serta yang tinggi dalam berhubungan disertai
respon lingkungan yang positif akan meningkatkan rasa memiliki, kerja
sama, hubungan timbal balik yang sinkron.
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi
yang dialami oleh pasien dengan gangguan jiwa. Pasien merasakan
sensasi berupa suara, penglihaan, pengecapan, perabaan, atau
penghidupan tanpa stimulus nyata. (Budi Anna Keliat, 2011) Halusinasi
adalah persepsi yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau
persepsi sensori yang tidak sesuai dengan relitas/kenyataan seperrti
melihat bayangan atau suara-suara yang sebenarnya tidak ada.

2
Pencerapan tanpa adanya rangsang apapun dari panca indra, dimana
orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang disebabkan oleh
psikotik, gangguan fungsional, organic atau histerik. (Wijayaningsih,
2015)
Halusinasi adalah ketidakmampuan klien menilai dan merespon
pada realita. Klien tidak dapat membedakan rangsang internal dan
eksternal. Halusinasi terjadi apabila yang bersangkutan mempunyai kesan
tertentu tentang sesuatu, padahal dalam kenyataan tidak terdapat
rangsangan apapun atau tidak terjadi sesuata apapun atau bentuk
kesalahan pengatan tampa objektivitas pengindraan tidak disertai
stimulus fisik yang adekuat (Suryono, 2004).

2. Tahap-Tahap Halusinasi, Karakteristik dan Perilaku yang Ditampilkan


oleh Klien yang Mengalami Halusinasi
a. Tahap I (non psikotik)
Pada tahap ini, halusinasi mampu memberikan rasa nyaman pada klien,
tingkat orientasi sedang. Secara umum pada tahap ini halusinasi
merupakan hal yang menyenangkan bagi klien.
1) Karakteristik (non verbal)
Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan,
mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan
ansietas, pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol
kesadaran.
2) Perilaku klien
Tersenyum atau tertawa sendiri, menggerakan bibir tanpa suara,
pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat, diam dan
berkonsentrasi.
b. Tahap II (non psikotik)
Pada tahap ini klien bersikap menyalahkan dan mengalami tingkat
kecemasan berat, secara umum halusinasi menyebabkan rasa antipati.

3
1) Karakteristik (non verbal)
Pengalaman sensori menakutkan, merasa dilecehkan oleh
pengalaman sensori tersebut, mulai merasa kehilangan kontrol,
menarik diri dari orang lain.
2) Perilaku klien
Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah,
perhatian dengan lingkungan berkurang, konsentrasi terhadap
pengalaman sensorinya, kehilangan kemampuan membedakan
halusinasi dengan realita.
c. Tahap III (psikotik)
Klien biasanya dapat mengontrol dirinya sendiri, tingkat kecemasan
berat, dan halusinasinya tidak dapat ditolak lagi.
1) Karakteristik (psikotik)
Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya(halusinasi),
isi halusinasinya menjadi atraktif, kesepian bila pengalaman
sensori berakhir.
2) Perilaku klien
Perintah halusinasinya ditandai, sulit berhubungan dengan orang
lain, perhatian dengan lingkungan kurang atau hanya beberapa
detik, tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, tampak
tremor dan berkeringat.
d. Tahap IV (psikotik)
Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien terlihat
panik.
1) Karakteristik
Pengalaman sensori menjadi mengancam, halusinasi dapat menjadi
beberapa jam atau beberapa hari.
2) Perilaku klien
Perilaku panik, potensial untuk bunuh diri atau membunuh, tindak
kekerasan agitasi, menarik atau katatonik, tidak mampu merespon
terhadap lingkungan.

4
3. Faktor yang Mempengaruhi TAK
a. Perawat
Perawat berperan sebagai tim terapis dalam TAK selama proses TAK
berlangsung, perawat perlu untuk memberikan support pada klien
agar mau aktif dalam kegiatan. Dan memberikan pujian untuk setiap
keberhasilan yang dilakukan klien.
b. Keluarga
Dukungan dari keluarga bagi anggota keluarganya yang sedang
dirawat sangat diperlukan agar pasien merasa dirinya dihargai dan
dibutuhkan. Dan dukungan dari keluarga ini juga dapat membantu
klien untuk mau mengikuti TAK
c. Lingkungan
Dibutuhkan suasana yang kondusifdan nyaman, serta tidak dekat
dengan keramaian, agar saat TAK diberikan klien dapat fokus
terhadap kegiatan yang dilakukan.
d. Anggota Kelompok
Hubungan antara anggota kelompok yang satu dengan anggota yang
lain perlu dijalin secara akrab. Perawat perlu memfasilitasi agar
keakraban antar anggota kelompok dapat terjalin dengan baik.
e. Obat
Setiap pasien gangguan jiwa membutuhkan pengobatan yang teratur
agar pasien berada dalam keadaan tenang dan dapat diarahkan dalam
jadwal kegiatan harian.

4. Jenis Halusinasi
a. Halusinasi pendengaran atau auditori
Halusinasi yang seolah-olah mendengar suara, paling sering suara
orang. Suara dapat berkisar dari suara yang sederhana sampai suara
orang berbicara mengenai klien, klien mendengar orang orang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkan oleh klien dan memerintah

5
untuk melakukan sesuatu dan kadang-kadang melakukan yang
berbahaya.
b. Halusinasi penglihatan atau visual
Halusinasi yang merupakan stimulus penglihatan dalam bentuk
pancaran cahaya, gambaran geometris gambar kartun dan atau
panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan dapat berupa sesuatu
yang menyenangkan.
c. Halusinasi penghidu atau olfaktori
Halusinasi yang seolah-olah mencium bau busuk, amis atau bau yang
menjijikan seperti darah, urine atau feses. Halusinasi penghidu
khususnya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dimensia.
d. Halusinasi pengecap
Halusinasi yang seolah-olah merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikan seperti darah, urine dan feses.
e. Halusinasi peraba atau tartil
Halusinasi yang seolah-olah mengalami rasa sakit atau tidak enak
tanpa stimulus yang tidak terlihat. Merasakan sensasi listrik datang
dari tanah, benda mati atau orang lain.

5. Rentang Respon

Respon maladaptif Responadaptif

 Pikiran logis  Pikiran terkadang  Kelainan fikiran


 Persepsi akurat menyimpang  Halusinasi
 Emosi  Ilusi  Tidak mampu
konsisten  Emosional mengontrol
 Perilaku social berlebihan/dengan emosi
 Hubungan pengalaman  Ketidakteraturan
Keterangan:
sosial kurang  Isolasi soial
 Perilaku ganjil
 Menarik diri

6
a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas
normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan
masalah tersebut, respon adaptif :
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyatan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul
dari pengalaman ahli
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam
batas kewajaran
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain
dan lingkungan.
b. Respon psikososial
Respon psikosial meliputi :
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan
gangguan
2) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang
penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena
rangsangan panca indera
3) Emosi berlebihan atau berkurang
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi
batas kewajaran
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain
c. Respon maladaptive
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan
lingkungan, adapun respon maladaptif meliputi :
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan kenyataan sosial

7
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi
eksternal yang tidak realita atau tidak ada
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari
hati
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur
5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu
dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu
kecelakaan yang negatif mengancam.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Klien mampu mengenal halusinasi dan mengontrol halusinasi dengan
menghardik.
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengenal halusinasi
b. Klien dapat mengenal waktu terjadinya halusinasi
c. Klien dapat mengenal situasi terjadinya halusinasi
d. Klien dapat mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi
e. Klien dapat menjelaskan cara yang selama inii dilakukan untuk
mengatasi halusinasi
f. Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi
g. Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi

C. LANDASAN TEORI
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi merupakan salah satu masalah
keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa. Halusinasi
adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien mengalami perubahan
sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang
sebetulnya tidak ada. Dampak dari halusinasi yang diderita klien diantaranya
dapat menyebabkan klien tidak mempunyai teman dan asyik dengan
fikirannya sendiri. Salah satu penanganannya yaitu dengan melakukan Terapi

8
Aktivitas Kelompok yang bertujuan untuk mengidentifikasi halusinasi dan
mengontrol halusinasi yang dialaminya.
Halusinasi di definisi kan sebagai salah satu kesan atau pengalaman
sensori yang salah menurut Budi anna keliat
Terapi aktivitas kelompok Orientasi realita (TAK) adalah upaya untuk
mengorientasikan keadaan nyata kepada klien, yaitu diri sendiri, orang lain,
lingkungan/tempat, dan waktu. Klien dengan gangguan jiwa psikotik,
mengalami penurunan daya nilai realitas.
Klien tidak lagi mengenali waktu, situasi dan perasaannya pada saat
terjadinya halusinasi. Hal ini dapat mengakibatkan klien merasa asing dan
menjadi pencetus terjadinya ansietas pada klien. Untuk menanggulangi
kendala ini maka perlu ada aktivitas yang memberi stimulus secara konsisten
kepada klien tentang realitas di sekitarnya. Stimulus tersebut meliputi
stimulus tentang mengenal halusinasi yang meliputi mengenal isi, waktu,
situasi dan perasaan klien pada saat terjadinya halusinasi.

D. KLIEN
1. Karakteristik Klien
Klien dengan ganguan stimulasi persepsi : halusinasi.
2. Proses Seleksi Klien
Dengan teknik bergantian pada kelompok selama praktikum sesi 1 dan 2.

9
E. TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASI
DENGAN MENGENAL HALUSINASI (SESI 1)

1. Waktu Pelaksanaan
Hari/tanggal : Jumat, 5 Oktober 2018
Jam : 10.30 – 13.30 WITA
Alokasi waktu : 45 menit
Tempat : RKB 3
2. Tim terapis
a. Terapis : Rina Yuniarti
b. Co terapis : Noor Rizki Aditya
c. Observer : Sari Mulia
d. Fasilitator : Solliyanti, Muhibbah
e. Klien : Kesuma Persada, Nursyifa A.R, Mahraini
Uraian Tugas Perawat :
a. Terapis/leader : memimpin jalannya terapi aktifitas kelompok.
b. Co terapis : mengidentifikasi strategi yang digunakan leader dan
ketepatan waktu.
c. Observer :mengobservasi jalannyaTAK mulai dari persiapan proses
sampai penutup,dan menulis hasil pada kertas buram yang menempel
di dinding.
d. Fasilitator:mengarahkan anggota kelompok pada saat TAK, time
keeper, dan menentukan klien yang belum dapat giliran.
e. Klien: mengikuti jalannya diskusi yang dipimpin terapis.
3. Tujuan :
a. Klien dapat mengenal halusinasi
b. Klien dapat mengenal waktu terjadinya halusinasi
c. Klien dapat mengenal situasi terjadinya halusinasi
d. Klien dapat mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi
4. Setting
a. Peserta dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
b. Tempat nyaman dan tenang

10
Keterangan

: Terapis/leader

: Observer

: Fasilitator

: Co Terapis

: Klien

: Kertas buram menempel didinding

5. Alat
a. Papan tulis, kertas buram atau sejenis, spidol.
b. Buku catatan dan pulpem
6. Metode
a. Diskusi dan tanya jawab
b. Bermain peran / stimulasi

11
7. Langkah kegiatan
a. Fase Persiapan
1) Memilih klien sesuai indikasi yaitu klien dengan perubahan
sensori persepsi : halusinasi
2) Membuat kontrak dengan klien
3) Menyiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Fase Orientasi
1) Salam terapeutik
a) Salam dari terapis kepada klien
b) Perkenalan nama dan panggilan terapis (pakai name tag)
c) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri name
tag)
2) Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
3) Kontrak
a) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan
dilaksanakan, yaitu mengenal suara-suara yang didengar.
b) Terapis menjelaskan aturan main yaitu: mengikuti kegiatan
dari awal sampai akhir, bila ingin keluar kelompok
harusseijin pimpinan TAK, lama kegiatan yaitu 45 menit.
c. Fase Kerja
1) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu
mengenal suara-suara yang di dengar ( halusinasi ) tentang
isinya, waktu terjadinya, situasi terjadinya dan perasaan klien
pada saat terjadi.
2) Terapis meminta klien menceritakan isi halusinasi, kapan
terjadinya, situasi yang membuat terjadi dan perasaan klien saat
terjadi halusinasi. Mulai dari klien sebelah kanan, secara
berurutan sampai semua klien mendapat giliran. Hasilnya ditulis
di whiteboard.
3) Beri pujian pada klien yang melakukannya dengan baik.

12
4) Terapis menyimpulkan isi, waktu, situasi dan perasaan klien dari
suara yang biasa di dengar.

d. Fase terminasi
1) Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b) Memberikan reinforcement / pujian positif terhadap
perilaku klien yang positif
2) Tindak lanjut
Terapis meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi dan
perasaannya jika terjadi halusinasi.
3) Kontrak yang akan datang
a) Membuat kesepakatan tentang kegiatan TAK yang akan
datang, yaitu cara mengontrol halusinasi.
b) Menyepakati waktu pelaksanaan yaitu esok hari yaitu hari
Sabtu, 6Oktober 2018 dengan jam yang sama yaitu pukul
11.00-11.45 WITA dan tempat yang sama untuk
pelaksanaan TAK berikutnya yaitu di RKB 3.
e. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan saat saat proses TAK berlangsung, khususnya
pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien
sesuai tujuan TAK. Evaluasi kemampuan TAK stimulasi persepsi
sesi 1 adalah mengenal isi halusinasi, waktu terjadinya halusinasi,
situasi terjadinya halusinasi dan perasaan saat terjadi halusinasi
dengan menggunakan form evaluasi :
1) Format evaluasi klien
Kemampuan mengenal halusinasi
No Nama Klien Menyebut isi Menyebut Menyebut Menyebut
halusinasi waktu terjadi situasi terjadi perasaan saat
halusinasi halusinasi terjadi
halusinasi
1. Kesuma Persada    

13
2. Nursyifa A.R    
3. Mahraini   X 
Petunjuk : Berilah tanda ( √ ) pada kolom sesuai kemampuan klien saat
mengikuti TAK
2) Dokumentasi
Mendokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat
TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien.
Klien Tn.Kesuma Persada mengikuti sesi 1, TAK Stimulasi
persepsi. Klien mampu menyebutkan isi halusinasi ( bisikan
menyuruh membunuh), waktu ( pukul 12 malam), situasi (
malam hari, sendirian ), perasaan ( ketakutan, mengurung diri
di kamar, kadang ingin lari bersembunyi). Anjurkan klien
mengidentifikasi halusinasi yang timbul dan
menyampaikannya kepada perawat.
Klien Nn.Nursifa A.R mengikuti sesi 1, TAK stimulasi
persepsi. Klien mampu menyebutkan isi halusinasi ( melihat
pocong ), waktu ( pukul 18 sd 19 malam), situasi ( senja hari,
sendirian ), perasaan ( marah, takut, melempar barang ).
Anjurkan klien untuk mengidentifikasi halusinasi yang timbul
dan menyampaikannya kepada perawat.
Klien Tn.Mahraini mengikuti sesi 1, TAK stimulasi persepsi.
Klien mampu menyebutkan isi halusinasi ( mendengar bisikan
menyuruh membunuh kawannya), waktu ( pukul 03 dini hari ),
situasi ( sendirian ), perasaan takut , gelisah, memukul-mukul
dinding ). Anjurkan klien untuk mengidentifikasi halusinasi
yang timbul dan menyampaikan kepada perawat.

14
F. TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASI
DENGAN MENGHARDIK (SESI 2)
1. Waktu Pelaksanaan
Hari/tanggal : Jumat, 5Oktober 2018
Jam : 10.30 – 13.30 WITA
Alokasi waktu : 45 menit
Tempat : RKB 3
2. Tim Terapis
a. Terapis : Noor Rizky Aditya
b. Co terapis : Kusuma Persada
c. Observer : Rina Yuniarti
d. Fasilitator : Noor Syifa Aliya Rosyada, Mahraini
e. Pasien : Sollyanti, Muhibbah, Sarimulia
f. Uraian Tugas Perawat :
a. Terapis/leader:
 Memimpin jalannya terapi aktifitas kelompok.
 Menjelaskan tujuan pelaksanaan terapi aktifitas kelompok.
 Menjelaskan peraturan kegiatan terapi aktifitas kelompok
sebelum kegiatan dimulai.
 Mampu memotifasi anggota untuk aktif dalam kelompok.
b. Co terapis:
 Mengidentifikasi strategi yang digunakan leader.
 Menyampaikan informasi dari fasilitator kepada leader tentang
aktifitas klien.
 Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang.
 Mengingatkan leader tentang waktu.
c. Observer:
 Mengobservasi jalannya TAK mulai dari persiapan proses sampai
penutup.
 Mencatat perilaku verbal dan non verbal klien selama kegiatan
berlangsung pada kertas buram yang menempel di dinding.

15
d. Fasilitator:
 Mengarahkan anggota kelompok pada saat TAK, time keeper,
dan menentukan klien yang belum dapat giliran.
 Memfasilitasi klien yang kurang aktif.
 Berperan sebagai role model bagi klien selama kegiata
berlangsung.
 Mempertahankan kehadiran peserta.
e. Klien : mengikuti jalannya diskusi yang dipimpin terapis.
3. Tujuan :
a. Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk
mengatasi halusinasi
b. Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi
c. Klien dapat memperagaakaan cara menghardik halusinasi
4. Setting
a. Peserta dan terapis duduk bersama dalam lingkaran dengan
berselang seling antara terapis dan peserta.
b. Terapis/leader berada di tengah
c. Ruangan nyaman dan tenang

Keterangan

: Terapis/leader
: Observer

16
: Fasilitator
: Co Terapis
: Klien
: Kertas buram yang menempel didinding
5. Alat
a. Kertas buram
b. Spidol
c. Pulpen bentuk boneka (pengganti bola)
d. Musik dari hp
e. Meja dan kursi
f. Plester
g. Buku dan pulpen
h. Kamera untuk dokumentasi
6. Metode
a. Diskusi dan tanya jawab
b. Bermain peran/ simulasi.
7. Langkah kegiatan
a. Fase persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi 1
2) Menyiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Fase orientasi
1) Salam terapeutik
a) Salam dari terapis
b) Peserta dan terapis memakai papan nama.
2) Evaluasi/validasi
a) Menanyakan perasaan klien saat ini
b) Menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi : isi,
waktu, situasi dan perasaan
3) Kontrak
a) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu latihan satu cara
mengontrol halusinasi

17
b) Terapis menjelaskan aturan main yaitu: jika ada klien yang
ingin meninggalkan kelompok harus minta izin kepada
terapis, lama kegiatan 45 menit, dan setiap klien mengikuti
kegiatan dari awal sampai selesai
c. Fase kerja
1) Terapis meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada
saat mengalami halusinasi dan bagaimana hasilnya. Ulangi
sampai semua klien mendapatkan gilirannya.
2) Terapis menjelaskan dan mencontohkan cara mengatasi
halusinasi dengan menghardik halusinasi saat halusinasi muncul
yaitu menutup telinga dengan tangan dan mengucapkan…”Pergi
jangan ganggu saya, saya mau bercakap-cakp dengan suster..”
3) Terapis mulai mengedarkan pulpen bentuk boneka. Musik
sambil dimainkan. Klien mengedarkan pulpen bentuk bonek
secara bergantian searah jarum jam. Saat musik berhenti, klien
yang memegang pulpen bentuk boneka mendapat giliran untuk
memperagakan cara menghardik halusinasi dimulai dari klien
sebelah kiri terapis berurutan sampai semua peserta
mendapatkan giliran. Hasil dicatat pada kertas buram.
4) Terapis memberikan pujian untuk setiap keberhasilan klien
dengan mengajak klien lain bertepuk tangan.
d. Fase terminasi
1) Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
2) Tindak lanjut
a) Terapis meminta klien menerapkan cara yang telah dipelajari
jika halusinasi muncul
b) Memasukkan kegiatan menghardik halusinasi pada jadwal
kegiatan harian klien

18
3) Kontrak yang akan datang
a) Membuat kesepakatan tentang kegiatan TAK yang akan
datang, yaitu mengontrol halusinasi dengan melakukan
kegiatan.
b) Menyepakati waktu pelaksanaan yaitu 7 hari yang akan
datang yaitu hari Juma’at, 12 Oktober 2018 dengan jam
yang sama yaitu pukul 10.30 – 13.30 WITAdan tempat
TAK berikutnya yang sama yaitu di RKB III.
e. Evaluasi dan dokumentasi
1) Format evaluasi klien
Kemampuan menghardik halusinasi
No Aspek yang dinilai Sollyanti Muhibbah Sari Mulia
1. Menyebutkan cara
yang selama ini
  
digunakan untuk
mengatasi halusinasi
2. Menyebutkan
  
efektifitas cara
3. Menyebutkan cara
mengatasi halusinasi   
dengan menghardik
4. Memperagakan
menghardik   
halusinasi
Total 4 4 4

2) Dokumentasi
Mendokumentasikan pada catatan proses keperawatan klien.
Klien mengikuti TAK stimulasi persepsi Sesi 2 :setiap klien
mampu memperagakan cara menghardik halusinasi(ditandai
dengan ).

19
8. Dokumentasi kegiatan TAK sesi 2

20
G. KEMAMPUAN MENCEGAH HALUSINASI DENGAN MELAKUKAN
KEGIATAN (SESI 3)
8. Waktu Pelaksanaan
Hari/tanggal : Sabtu, 5 Oktober 2017
Jam : 11.00 – 13.00 WITA
Alokasi waktu : 45 menit
Tempat : RKB III
9. Tim terapis
f. Terapis : Kusuma Persada
g. Co terapis : Soliyanti
h. Observer : Noor Rizky Adhitya
i. Fasilitator : Muhibbah, Sari Mulia
j. Klien : Nursyifa Aliya Rosyada, Mahraini, Rina Yuniarti
Uraian Tugas Perawat :
f. Terapis/leader : memimpin jalannya terapi aktifitas kelompok.
g. Co terapis : mengidentifikasi strategi yang digunakan leader.
h. Observer : mengobservasi jalannya TAK mulai dari persiapan proses
sampai penutup, menulis hasil pada kertas buram yang menempel di
dinding.
i. Fasilitator : mengarahkan anggota kelompok pada saat TAK, time
keeper, dan menentukan klien yang belum dapat giliran.
j. Klien : mengikuti jalannya diskusi yang dipimpin terapis.
10. Tujuan
Klien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk mencegah
munculnya halusinasi dan dapat menyusun jadwal kegiatan untuk
mencegah terjadinya halusinasi

21
11. Setting
c. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkar
d. Ruangan nyaman dan tenang

Keterangan

: Terapis/leader

: Observer

: Fasilitator

: Co Terapis

: Klien

: Kertas buram menempel di dinding

12. Alat
c. Kertas buram
d. Spidol
e. Pulpen
f. Musik dari hp
g. Meja dan kursi
h. Plester

22
13. Metode
c. Diskusi dan tanya jawab
d. Bermain peran/ simulasi
14. Langkah kegiatan
f. Fase persiapan
4) Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 2
5) Menyiapkan alat dan tempat pertemuan
g. Fase orientasi
4) Salam terapeutik
d) Salam dari terapis
e) Perkenalan nama dan panggilan terapis (pakai name tag)
5) Evaluasi/validasi
a) Menanyakan perasaan klien saat ini
b) Terapis menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah
dipelajari
c) Terapis menanyakan pengalaman klien menerapkan cara
menghardik halusinasi
6) Kontrak
c) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mencegah
terjadinya halusinasi dengan melakukan kegiatan
d) Terapis menjelaskan aturan main yaitu : jika ada klien yang
ingin meninggalkan kelompok harus minta izin kepada
terapis, lama kegiatan 45 menit, dan setiap klien mengikuti
kegiatan dari awal sampai selesai.
h. Fase kerja
5) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dikerjakan :
mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan yang teratur
untuk mencegah munculnya halusinasi
6) Terapis meminta tiap klien menyampaikan kegiatan dan
menuliskannya
7) Terapis membagikan formulir jadwal kegiatan harian

23
8) Terapis membimbing satu persatu klien untuk membuat jadwal
kegiatan harian dari bangun tidur sampai tidur malam.
9) Terapis melatih klien memperagakn kegiatan yang telah disusun
10) Terapis memberikan pujian untuk setiap keberhasilan klien
dengan mengajak klien lain bertepuk tangan.
i. Fase terminasi
4) Evaluasi
c) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
d) Memberikan pujian positif terhadap perilaku klien yang
positif
5) Tindak lanjut
a) Terapis meminta klien untuk melaksanakan 2 cara
mengontrol halusinasi yaitu menghardik dan melakukan
kegiatan
6) Kontrak yang akan datang
c) Membuat kesepakatan tentang kegiatan TAK yang akan
datang, yaitu mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
d) Menyepakati waktu pelaksanaan yaitu 7 hari yang akan
datang yaitu hari Jumat, 12 Oktober 2018 dengan jam yang
sama yaitu pukul 11.00-13.00 WITA dan tempat yang sama
untuk pelaksanaan TAK berikutnya yaitu di RKB III.
j. Evaluasi dan dokumentasi
3) Format evaluasi klien
Kemampuan mengenal halusinasi
No Aspek yang dinilai Nama Klien
Nursyifa Aliya Mahraini Rina Yuniarti
Rosyada
1. Menyebutkan kegiatan   
yang biasa dilakukann
2. Memperagakan   
kegiatan yang biasa
dilakukan

24
3. Menyusun jadwal   
kegiatan harian
4. Menyebutkan 2 cara   
mengontrol halusinasi
Jumlah 4 4 4

4) Dokumentasi
Mendokumentasikan pada catatan proses keperawatan klien.
Klien mengikuti TAK stimulasi persepsi Sesi 3 : Melakukan
kegiatan. Klien mampu memperagakan kegiatan harian dan
menyusun jadwal. Anjurkan klien melakukan kegiatan untuk
mencegah halusinasi (ditandai dengan
 ).

1. Leader menjelaskan kepada klien

25
2. Fasilitator mengarahkan untuk melakukan kegiatan

3. Leader memberikan penjelasan kepada pasien

26
H. KEMAMPUAN MENCEGAH HALUSINASI DENGAN BERCAKAP -
CAKAP (SESI 4)
1. Waktu Pelaksanaan
Hari/tanggal : Jumat , 05 oktober 2018
Jam : 11.00 – 13.00 WITA
Alokasi waktu : 45 menit
Tempat : RKB III
2. Tim Terapis
g. Terapis : Soliyanti
h. Co terapis : Nursyifa Aliya Rosyada
i. Observer : Kusuma Persada
j. Fasilitator : Mahraini, Rina Yuniarti
k. Pasien : Muhibbah, Sari Mulya, Noor Rizky Aditya

Uraian Tugas Perawat :


a. Terapis : Memimpin jalannya terapi aktifitas kelompok.
b. Co terapis : Mengidentifikasi strategi yang digunakan leader.
k. Observer : Mengobservasi jalannya TAK mulai dari persiapan proses
sampai penutup, menulis hasil pada kertas buram yang menempel di
dinding.
l. Fasilitator : Mengarahkan anggota kelompok pada saat TAK, time
keeper, dan menentukan klien yang belum dapat giliran.
c. Klien : Mengikuti jalannya diskusi yang dipimpin terapis.
3. Tujuan :
d. Klien dapat memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang
lain untuk mencegah munculnya halusinasi
e. Klien dapat bercakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah
terjadinya halusinasi
4. Setting
d. Peserta dan terapis duduk bersama dalam lingkaran dengan
berselang seling antara terapis dan peserta
e. Ruangan nyaman dan tenang

27
Keterangan

: Terapis/leader
: Observer
: Fasilitator
: Co Terapis
: Klien
: Kertas buram yang menempel di dinding
5. Alat
i. Kertas buram
j. Spidol
k. Pulpen
l. Bola Karet
m. Meja dan kursi
n. Jadwal kegiatan harian
6. Metode
c. Diskusi dan Tanya jawab
d. Bermain peran/ simulasi dan latihan
7. Langkah kegiatan
f. Fase persiapan

28
3) Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi 3
4) Menyiapkan alat dan tempat pertemuan.
g. Fase orientasi
1) Salam terapeutik
a) Salam dari terapis
b) Peserta dan terapis memakai papan nama.
2) Evaluasi/validasi
c) Menanyakan perasaan dan keadaan klien saat ini
d) Menanyakan pengalaman halusinasi setelah menerapkan 2
cara yang telah dipelajari untuk mencegah halusinasi
(menghardik halusinasi dan menyibukkan diri dengan
kegiatan yang terjadwal).
3) Kontrak
c) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mencegah
terjadinya halusinasi dengan bercakap – cakap.
d) Terapis menjelaskan aturan main yaitu : mengikuti kegiatan
dari awal sampai akhir bila ada klien yang ingin
meninggalkan kelompok harus seizin pemimpin TAK, lama
kegiatan 45 menit.
h. Fase kerja
5) Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-cakap denga orang
lain untuk mengontrol dan mencegah halusinasi
6) Terapis meminta tiap klien menyebutkan orang yang biasa dan
bisa diajak bercakap-cakap
7) Terapis meminta menyebutkan pokok pembicaraan yang biasa
dan bisa dilakukan
8) Terapis memperagakan cara bercakap-cakap…”suster ada suara
ditelinga saya, saya mau mengobrol dengan suster..”
9) Terapis meminta lien memperagakan percakapan dengan orang
disebelahnya
10) Ulangi hingga semua klien yang melakukan dengab baik
11) Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik

29
12) Terapis memberikan pujian untuk setiap keberhasilan klien
dengan mengajak klien lain bertepuk tangan.
i. Fase terminasi
4) Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2. Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang
sudah dipelajari
3. Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
5) Tindak lanjut
c) Terapis meminta klien untuk melaksanakan 3 cara
mengontrol halusinasi yaitu menghardik, melakukan kegiatan
harian yang telah terjadwal dan bercakap-cakap
6) Kontrak yang akan datang
c) Membuat kesepakatan tentang kegiatan TAK yang akan
datang, yaitu mengontrol halusinasi dengan patuh minum
obat
d) Menyepakati waktu pelaksanaan yaitu 7 hari yang akan
datang yaitu hari Juma’at, 12 Oktober 2018 dengan jam
yang sama yaitu pukul 11.00-13.00 WITA dan tempat TAK
berikutnya yang sama yaitu di RKB III.
j. Evaluasi dan dokumentasi
3) Format evaluasi klien
Kemampuan mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap
No Aspek yang dinilai Nama Klien
Muhibbah Sari Mulya Noor Rizky
Aditya
1. Menyebutkan orang –   
orang yang biasa
diajak bercakap –
cakap
2. Memperagakan   
percakapan

30
3. Menyusun jadwal   
kegiatan percakapan
4. Menyebutkan 3 cara   
mengontrol halusinasi
Jumlah 4 4 4

4) Dokumentasi
Mendokumentasikan pada catatan proses keperawatan klien.
Klien mengikuti TAK stimulasi persepsi Sesi 4 : setiap klien
mampu memperagakan cara bercakap-cakap dengan orang lain
(ditandai dengan
 ). Anjurkan klien bercakap-cakap dengaan perawat atau klien
lain untuk mencegah halusinasi.

1. Melakukan TAK mencegah halusinasi dengan bercakap- cakap pada klien


Muhibbah

2. Melakukan TAK mencegah halusinasi dengan bercakap – cakap pada klien


sari mulya

31
3. Melakukan TAK mencegah halusinasi dengan bercakap – cakap pada klien
Noor Rizky Aditya

32
I. KEMAMPUAN MENCEGAH HALUSINASI DENGAN MINUM OBAT
TERATUR (SESI 5)

1. Waktu Pelaksanaan
Hari/tanggal : Jumat , 05 oktober 2018
Jam : 11.00 – 13.00 WITA
Alokasi waktu : 45 menit
Tempat : RKB III

2. Tim Terapis
a. Terapis : Nursyifa Aliya Rosyada
b. Co terapis : Muhibbah
c. Observer : Soliyanti
d. Fasilitator : Noor Rizky Aditya, Sari Mulia
e. Pasien : Mahraini, Rina Yuniarti, Kusuma Persada

Uraian Tugas Perawat :


a. Terapis : Memimpin jalannya terapi aktifitas kelompok.
b. Co terapis : Mengidentifikasi strategi yang digunakan leader.
c. Observer : Mengobservasi jalannya TAK mulai dari persiapan proses
sampai penutup, menulis hasil pada kertas buram yang menempel di
dinding.
d. Fasilitator : Mengarahkan anggota kelompok pada saat TAK, time
keeper, dan menentukan klien yang belum dapat giliran.
e. Klien : Mengikuti jalannya diskusi yang dipimpin terapis.

3. Tujuan :
a. Klien dapat memahami pentingnya minum obat teratur untuk
mencegah munculnya halusinasi
b. Klien minum obat secara teratur untuk mencegah terjadinya
halusinasi

33
4. Setting
a. Peserta dan terapis duduk bersama dalam lingkaran dengan berselang
seling antara terapis dan peserta
b. Tempat tenang dan nyaman

Keterangan

: Terapis/leader
: Observer
: Fasilitator
: Co Terapis
: Klien
: Kertas buram yang menempel di dinding

5. Alat
a. Kertas buram
b. Spidol
c. Pulpen
d. Bola Karet
e. Meja dan kursi
f. Jadwal kegiatan harian

34
g. Botol minum
h. Beberapa contoh obat

6. Metode
a. Diskusi dan Tanya jawab
b. Bermain peran/ simulasi dan latihan

7. Langkah kegiatan
a. Fase persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi 4
2) Menyiapkan alat dan tempat pertemuan.
b. Fase orientasi
1) Salam terapeutik
a) Salam dari terapis kepada klien
b) Peserta dan terapis memakai papan nama.
2) Evaluasi/validasi
a) Menanyakan perasaan dan keadaan klien saat ini
b) Menanyakan pengalaman halusinasi setelah menerapkan 3 cara
yang telah dipelajari untuk mencegah halusinasi (menghardik
halusinasi, menyibukkan diri dengan kegiatan yang terjadwal
dan bercakap-cakap).
3) Kontrak
a) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan,
yaitu mencegah terjadinya halusinasi dengan minum obat
teratur.
b) Terapis menjelaskan aturan main yaitu : mengikuti kegiatan dari
awal sampai akhir bila ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok harus seizin pemimpin TAK, lama kegiatan 45 menit.
c. Fase kerja
1) Terapis menjelaskan pentingnya minum obat untuk mengontrol
dan mencegah halusinasi
2) Terapis meminta tiap klien menyebutkan obat yang diminum

35
3) Terapis meminta tiap klien menyebutkan cara minum obat
4) Terapis meminta tiap klien menyebutkan frekuensi minum obat
5) Terapis meminta tiap klien menyebutkan akibat putus minum
obat
6) Ulangi hingga semua klien mendapatkan giliran
7) Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik
8) Terapis memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk
tangan saat setiap klien selesai membuat jadwal
d. Fase terminasi
1) Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b) Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang
sudah dipelajari
c) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
2) Tindak lanjut
Terapis meminta klien untuk melaksanakan 5 cara mengontrol
halusinasi yaitu menghardik, melakukan kegiatan harian yang
telah terjadwal, bercakap-cakap dan patuh minum obat.
e. Evaluasi dan dokumentasi
1) Format evaluasi klien
Kemampuan mencegah halusinasi patuh minum obat
Nama Klien
No Aspek yang dinilai
Mahraini Rina Yuniarti Kusuma P.
Menyebutkan
1. pentingnya minum   
obat
Menyebutkan nama
2.   
obat
Menyebutkan cara
3.   
minum obat
Menyebutkan
4.   
frekuensi obat

36
Menyebutkan akibat
5.   
putus obat
Jumlah 5 5 5

2) Dokumentasi
Mendokumentasikan pada catatan proses keperawatan klien.
Klien mengikuti TAK stimulasi persepsi Sesi 5: setiap klien
mampu memperagakan patuh minum obat
( ). Anjurkan klien patuh minum obat untuk mencegah
halusinasi.

1. Melakukan TAK menjelaskan nama obat kepada klien Mahraini

37
2. Melakukan TAK cara meminum obat kepada klien Rina Yuniarti

3. Melakukan TAK akibat putus obat kepada klien Kusuma Persada

38
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan), Edisi 8,


Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Herdman, T. Heater dan Shigemi Kamitsuru. (2015). Nanda International Inc.


Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.

Keliat, BA dan Akemat. 2013. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok.


Jakarta: EGC.
Keliat, BA dan Akemat. 2004. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok.
Jakarta: EGC.
Lestari, Dhian Ririn, Mutia Rahmah, dan Abdurrahman Wahid. 2017. Buku
Panduan Praktikum Keperawatan Kesehatan Jiwa Alih Jenjang Edisi
Revisi. Banjarbaru: PSIK FK ULM.
Maramis, WK. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga
Universitas Press.
Maramis, WK. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga
Universitas Press.
Stuart dan Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Stuart, Gail, W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Suryono. 2004. Dalam https://www.scribd.com/doc/34702427/KTI-
HALUSINASI diakses Senin, 13 -11-2017 pukul 21.45 Wita
Susana, Sarka Ade. 2014. Terapi Modalitas Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: EGC.
Townsend, M.C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri:
Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Jakarta: EGC.

39

Você também pode gostar