Você está na página 1de 24

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN FRAKTUR

A. PENGERTIAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
( Smeltzer, 2008 : 2431 ).

B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya fraktur adalah :
1. Trauma langsung: benturan pada tulang mengakibatkan fraktur ditempat
tersebut.
2. Trauma tidak langsung: tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh
dari area benturan
3. Fraktur patologis: fraktur yang disebabkan trauma yamg minimal atau tanpa
trauma. Contoh fraktur patologis: Osteoporosis, penyakit metabolik, infeksi tulang dan
tumor tulang.

C. TIPE FAKTUR
Tipe Fraktur menurut Smeltzer ( 2008 : 2431 ) terdiri dari :
1. Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergeseran. (bergeser dari posisi normal).
2. Fraktur tidak komplit adalah patah hanya terjadi pada sebagian dari garis
tengah tulang.
3. Fraktur tertutup tidak menyebabkan robeknya kulit.
4. Fraktur terbuka merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau membrana
mukosa sampai kepatahan tulang, fraktur terbuka digradasi menjadi:
a. Grade 1 dengan luka bersih panjangnya kurang dari 1 cm
b. Grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif
c. Grade III luka yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan
lunak ekstensif, merupakan yang paling berat
5. Fraktur juga digolongkan sesuai pergeseran anatomis fragmen tulang:
a. Avulsi: tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada perlakatannya
b. Komunitif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen

tamharotnasus
2

c. Kompresi: fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang


belakang)
d. Depresi: fraktur dengan pragmen patahan terdorong kedalam (sering terjadi pada
tulang tengkorak dan tulang wajah)
e. Epifiseal: fraktur melalui epifisis
f. Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya
membengkok
g. Impaksi: fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang yang
lainnya.
h. Obliq: fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang ( lebih tidak stabil
dibanding transversal )
i. Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang,
penyakit paget, metastasis tulang, tumor)
j. Simple : fraktur tidak disertai gangguan integritas kulit
k. Spiral: fraktur memuntir sepanjang batang tulang
l. Stres : fraktur akibat beban berlebihan tanpa pemulihan tulang dan otot
m. Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang

GAMBAR TIPE FRAKTUR

There are several types of bone fracture, including:

 Oblique - a fracture which goes at an angle to the axis


 Comminuted - a fracture of many relatively small fragments
 Spiral - a fracture which runs around the axis of the bone

tamharotnasus
3

 Compound - a fracture (also called open) which breaks the skin

There are several types of bone fracture, including:

 Greenstick - an incomplete fracture in which the bone bends


 Transverse - a fracture that goes across the bone's axis
 Simple - a fracture which does not break the skin

Fractures of the bones are classified in a number of ways. A simple fracture involves a single fracture
line through a bone. A comminuted fracture is one in which the bone has been fractured into two or
more fragments. An open fracture is one in which the fractured bone penetrates the skin.

tamharotnasus
4

A green stick fracture is an incomplete fracture in a long bone of a child who has not finished growing.
A fracture involving a growth plate (the cartilage plate near the end of the bone of a growing child
where growth occurs) can lead to disturbances in growth of the bone, even if treated properly.

Sumber : http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/1096.htm
Didapat tanggal 13 September 2018 pk 09.00 WIB

tamharotnasus
5

D. PATOFLOW

tamharotnasus
6

E. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis fraktur menurut Smeltzer ( 2008 : 2431 ), meliputi :
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai tulang
dimobilisasi.spasme otot pada fraktur dimulai sejak 20 menit setelah terjadi injuri dan
pasien menyatakan nyeri secara intensif setelah injuri. Spasme otot dapat
meminimalkan pergerakan fragmen dari fraktur.
2. Kehilangan fungsi , setelah fraktur ekstremitas tidak dapat berfungsi normal
karena secara normal otot tergantung pada integritas tulang . Nyeri berpengaruh pada
kehilangan fungsi.
3. Deformitas disebabkan karena pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau
tungkai.
4. Pemendekan tulang terjadi karena kontraksi otot yang melekat di atas dan
bawah tempat fraktur.
5. Krepitus, teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.
6. Pembengkakan lokal dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai
akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang mengikuti fraktur.

F. PENYEMBUHAN TULANG
Tahap penyembuhan tulang terdiri dari fase haematom, proliferasi, pembentukan kalus,
osifikasi, Consolidasi dan Remodelling

1. Haematom : dalam 24 jam mulai pembekuan darah dan


haematom. Setelah 24 jam suplay darah ke ujung fraktur meningkat. Haematom ini
mengelilingi fraktur dan tidak diabsorbsi selama penyembuhan tapi berubah dan
berkembang menjadi granulasi.
2. Proliferasi sel : sel-sel dari lapisan dalam periosteum
berproliferasi pada sekitar fraktur. Sel ini menjadi prekusor dari osteoblast,
osteogenesis berlangsung terus, lapisan fibrosa periosteum melebihi tulang. Beberapa
hari di periosteum meningkat dengan fase granulasi membentuk collar di ujung
fraktur.
3. Pembentukan callus : Dalam 6-10 hari setelah fraktur, jaringan
granulasi berubah dan terbentuk callus. Terbentuk kartilago dan matrik tulang berasal

tamharotnasus
7

dari pembentukan callus. Callus menganyam massa tulang dan kartilago sehingga
diameter tulang melebihi normal. Hal ini melindungi fragmen tulang tapi tidak
memberikan kekuatan, sementara itu terus meluas melebihi garis fraktur.
4. Ossification : Callus yang menetap menjadi tulang kaku karena
adanya penumpukan garam kalsium dan bersatu di ujung tulang. Proses ossifikasi
dimulai dari callus bagian luar, kemudian bagian dalam dan berakhir pada bagian
tengah. Proses ini terjadi selama 3-10 minggu.
5. Consolidasi dan Remodelling: Terbentuk tulang yang berasal
dari callus dibentuk dari aktivitas osteoblast dan osteoklast.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi,


luasnya

2. Pemeriksaan jumlah darah lengkap

3. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai

4. Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk


klirens ginjal

H. PENATALAKSANAAN

1. Reduksi fraktur terbuka atau tertutup : tindakan manipulasi


fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak
semula.

2. Imobilisasi fraktur : dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna


atau interna

3. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi

4. Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan

5. Pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri

tamharotnasus
8

6. Status neurovaskuler (misal: peredarandarah, nyeri, perabaan


gerakan) dipantau

7. Rehabilitasi, mengembalikan ke fungsi semula. Latihan


isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalakan atrofi disuse dan
meningkatkan peredaran darah

GAMBAR FIKSASI

An internal fixation device may be used to keep fractured bones stabilized and in alignment. The
device is inserted surgically to ensure the bones remain in an optimal position during and after the
healing process.

tamharotnasus
9

An external fixation device may be used to keep fractured bones stabilized and in alignment. The
device can be adjusted externally to ensure the bones remain in an optimal position during the healing
process. This device is commonly used in children and when the skin over the fracture has been
damaged.

tamharotnasus
10

I. KOMPLIKASI
1. Umum :

a. Shock : Syok hipovolemik atau traumatik akibat pendarahan (baik kehilangan darah
eksterna maupun yang tidak kelihatan) dan kehilangan cairan eksternal kejaringan
yang rusak

b. Kerusakan organ dan kerusakan saraf

c. Emboli lemak: Sindrom emboli lemak, pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat
masuk kedalam pembuluh darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari
tekanan kapiler atau karena katekolamin yang dilepaskan oleh reaksi stres pasien
akan memobilisasi asam lemak dan memudahkan terjadinya globula lemak dalam
aliran darah.

2. Dini :
a. Cedera arteri
b. Cedera kulit dan jaringan
c. Sindrom kompartemen: merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan
dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini bisa
disebabkan karena penurunan ukuran kompartemen otot karena fasia yang
membungkus otot terlalu ketat, penggunaan gips atau balutan yang menjerat
ataupun peningkatan isi kompartemen otot karena edema atau perdarahan
sehubungan dengan berbagai masalah (misal : iskemi, cidera remuk).
3. Lanjut : Stiffnes (kaku sendi), degenerasi sendi

4. Penyembuhan tulang terganggu :

a.Malunion : proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu


semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.

tamharotnasus
11

b. Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan
yang lebih lambat dari keadaan normal (tidak sembuh setelah 3-5 bulan)
c. Non union : tulang yang tidak menyambung kembali, kegagalan penyambungan
tulang setelah 6-9 bulan.

J. FAKTOR YANG MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN TULANG


a. Immobilisasi fragmen tulang
b. Kontak fragmen tulang maksimal
c. Asupan darah yang memadai
d. Nutrisi yang baik
e. Latihan pembebanan berat badan untuk tulang panjang
f. Hormon-hormon pertumbuhan, tiroid, kalsitonin, vitamin D,
g. Potensial listrik pada patahan tulang

K. FAKTOR YANG MENGHAMBAT PENYEMBUHAN TULANG


a. Trauma berulang
b. Kehilangan massa tulang
c. Immobilisasi yang tak memadai
d. Rongga atau jaringan diantar fragmen tulang
e. Infeksi
f. Radiasi tulang (nekrosis tulang)
g. Usia
h. Kortikosteroid (menghambat kecepatan perbaikan)

L. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

tamharotnasus
12

a. Anamnesa :

1) Data biografi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, alamat,
suku bangsa, status perkawinan, sumber biaya, sumber informasi.
2) Riwayat kesehatan masa lalu: Riwayat kecelakaan, dirawat dirumah sakit, obat-
obatan yang pernah diminum
3) Riwayat kesehatan sekarang: Alasan masuk rumah sakit, keluhan utama,
kronologis keluhan
4) Riwayat kesehatan keluarga: penyakit keturunan
5) Riwayat psikososial: Orang terdekat dengan klien, interaksi dalam keluarga,
dampak penyakit terhadap keluarga, masalah yang mempengaruhi klien,
mekanisme koping terhadap penyakitnya, persepsi klien terhadap penyakitnya,
sistem nilai kepercayaan
6) Pola kebersihan sehari- hari sebelum sakit dan selama sakit: Pola nutrisi, pola
eliminasi, pola personal hygiene, pola istirahat dan tidur, pola aktifitas dan latihan,
pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan,

b. Pengkajian Data Pasien


1) Aktifitas : Keterbatasan/ kehilangan pada fungsi pada bagian yang terkena
(mungkin segera, fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder, dari
pembengkakan jaringan, nyeri).
2) Sirkulasi : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri atau
ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah). Takikardia (respon stress,
hipovolemia). Penurunan/ tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera; pengisian
kapiler lambat, pusat pada bagian yang terkena. Pembengkakan jaringan atau masa
hematoma pada sisi cedera.
3) Neurosensori : Hilang gerakan/ sensasi, spasme otot, kebas/ kesemutan
(parestesia). Deformitas lokal: angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi
(bunyi berderit ) Spasme otot, terlihat kelemahan/ hilang fungsi. Agitasi (mungkin
badan nyeri/ ansietas atau trauma lain).

tamharotnasus
13

4) Nyeri/ kenyamanan : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi
pada area jaringan / kerusakan tulang pada imobilisasi), tak ada nyeri akibat
kerusakan saraf. Spasme/ kram otot.
5) Keamanan
6) Laserasi kulit, avulsi jaringan, pendarahan, perubahan warna. Pembengkakan lokal
(dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba).
7) Penyuluh/ pembelajaran
8) Pemeriksaan Penunjang Diagnostik : pemeriksaan rontgen: Untuk menentukan
lokasi, luas dan jenis fraktur . Scan tulang, tomogram, CT-scan / MRI:
Memperlihatkan fraktur dan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
Pemeriksaan darah lengkap: Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma
multipel). Peningkatan sel darah putih adalah respon stres normal setelah trauma.
Kreatinin: Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.

2. Diagnosa keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan fraktur, spasme tot, kerusakan jaringan lunak


b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan fraktur pada ekstremitas bawah

c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka operasi

d. Risiko gangguan eliminasi urin berhubungan dengan imobilisasi

e. Risiko koping tidak efektif berhubungan dengan injuri, antisipasi operasi, dan
ketergantungan.

f. Risiko tidak efektifnya pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan fraktur dan


ketidakmampuan mobilitas

3. Rencana keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan fraktur, spasme tot, kerusakan jaringan lunak

Tujuan : nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan

tamharotnasus
14

Kriteria hasil:

 Klien menyatakan nyeri berkurang


 Tampak rileks, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan
tepat

 Tekanan darahnormal

 Tidak ada eningkatan nadi dan RR

Rencana tindakan :

o Kaji ulang lokasi, intensitas dan tipe nyeri


o Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring

o Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk


melakukan aktivitas hiburan

o Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi

o Jelaskan prosedur sebelum memulai

o Lakukan dan awasi latihan rentang gerak pasif/aktif

o Dorong menggunakan tehnik manajemen stress, contoh : relasksasi,


latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan

o Observasi tanda-tanda vital

o Kolaborasi : pemberian analgetik

o Evaluasi respon dari pemberian analgetik

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan fraktur pada ekstremitas bawah

Tujuan :

tamharotnasus
15

Pasien mampu mobilitas fisik sesuai toleransi

Kriteria hasil:

 Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin


 Mempertahankan posisi fungsinal

 Meningkaatkan kekuatan /fungsi yang sakit

 Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas

Rencana tindakan :

o Beri posisi netral pada ekstremitas yang fraktur


o Beri penyangga pada ekstremitas yang sakit diatas dan dibawah
fraktur ketika bergerak

o Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan

o Tinggikan ekstremitas yang sakit

o Instruksikan klien/bantu dalam latihan rentang gerak pada


ekstrimitas yang sakit dan tak sakit

o Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas

o Berikan dorongan pada klien untuk melakukan ADL dalam lngkup


keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan. Awasi tekanan darah, nadi
dengan melakukan aktivitas

o Ubah posisi secara periodik

o Kolaborasi fisioterai/okupasi terapi

tamharotnasus
16

c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka operasi

Tujuan: kerusakan integritas kulit/ jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatan

Kriteria hasil:

 Penyembuhan luka sesuai waktu


 Tidak ada laserasi, integritas kulit baik

Rencana tindakan :

o Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau draina
o Monitor suhu tubuh

o Lakukan perawatan luka

o Lakukan alihposisi dengan sering, pertahankan kesejajaran tubuh

o Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutan

o Gunakan tempat tidur busa atau kasur udara sesuai indikasi

o Kolaborasi pemberian antibiotik.

d. Risiko gangguan eliminasi urin berhubungan dengan imobilisasi

Tujuan : Pasien mampu eliminasi secara normal

Kriteria hasil : output urin 1 ml/ kg BB/ jam . balans cairan seimbang

Rencana tindakan :

o Monitor intake-output cairan


o Cegah / minimalisasi penggunaan catéter urin menetap

o Akukan intermiten kateter bila terjadi retensi urin

tamharotnasus
17

e. Risiko koping tidak efektif berhubungan dengan injuri, antisipasi operasi, dan
ketergantungan.

Tujuan : Pasien mampu menggunakan koping yang efektif

Rencana tindakan :

o Bantu pasien dapat mengekspresikan perasaan dan diskusi kan tentang kondisi
fraktur
o Dukung penggunaan mekanisme koping adaptif

o Fasilitasi kontak sosial jika dibutuhkan

o Rencanakan regimen penatalaksanaan dan fasilitasi perilaku yang


berhubungan dengan rehabilitasi.

o Dorong pasien untuk berpartisipasi pada perencaan perawatan

f. Risiko terjadi komplikasi : perdarahan, paru-paru ,disfungsi neurovaskular perifer,


Deep vein trombosis, luka tekan.

Perdarahan

Tujuan : Tidak terjadi komplikasi perdarahan

Rencana tindakan :

o Monitor TTV, tanda syok


o Catat karakteristik dan jumlah drainase

o Lapor pada dokter bila terjadi perdarahan masif

o Catat Hb dan Ht lapor bila hasil kurang dari normal

Komplikasi paru-paru

Tujuan : Bebas dari komplikasi paru-paru

tamharotnasus
18

Rencana tindakan :

o Kaji status pernpasan, irama, kedalaman, durasi, suara napas, sputum, dan
monitor suhu
o Laporkan jika suara paru abnormal dan peningkatan suhu.

o Supervisi napas dalam dan batuk efektif. Dorong penggunaan spirometri jika
dibutuhkan

o Berikan oksigen bila perlu

o Rubah posisi pasien tipa 2 jam. Bantu mibilisasi sesuai kemampuan

o Berikan hidrasi yang adekwatan

Disfungsi neurovaskular perifer

Tujuan : momplikasin tidak terjadi

Rencana tindakan :

o Kaji warna dan suhu ekstremitas, kapilari revil, adanya edem dan bengkak
pada ekstremitas
o Elevasi extremitas

o Kaji adanya nyeri pada extremitas, nyeri saat fleksi pasif

o Kaji kemampuan gerakan kaki dan lutut

o Kaji nadi pedis

tamharotnasus
19

o Lapor pada dokter jika terjadi gangguan neurovaskular perifer

Deep vein trombosis

Tujuan : Komplikasi tidak terjadi

Rencana tindakan :

o Gunakan stoking pada kaki


o Buka stoking selama 20 menit 2 x/hari, berikan perawatan kulit

o Kaji nadi popliteal, dorsalis pedis dan posterior tibia

o Kaji temperatur kulit kaki

o Kaji tiap 4 jam adanya kaeemahan, panas, kemerahan, dan bengkak

o Cegah adanya tekanan pada vena akibat dari bantal

o Rubah posisi dan tingkatkan aktivitas sesuai kemampuan

o Supervisi latihan kaki tiap jam

o Berikan hidrasi adekwat

o Monitor suhu tubuh

Luka tekan / dekubitus

Tujuan : tidak terjadi luka tekan

Rencana tindakan :

tamharotnasus
20

o Monitor kondisi kulit pada area tekanan


o Rubah posisi tiap 2 jam

o Berikan perawatan kulit

o Gunakan matras khusus anti dekubitus

o Penkes perawatan kulit jika ada luka tekan

g. Risiko tidak efektifnya pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan fraktur dan


ketidakmampuan mobilitas

Tujuan : Menunjukan kemampuan pemeliharaan kesehatan / peningkatan


pengetahuan

Rencana tindakan :

o Kaji kondisi lingkungan rumah untuk perencanaan pulang


o Dorong pasien untuk patuh pada tindakan perawatan di rumah

o Lapor dokter adanya ketidakmampuan aktivitas pemeliharaan kesehatan di


rumah

o Jeaskan pada caregiver tentang perawatan di rumah

o Instruksi setelah pulang : aktifitas terbatas, penggunaan alat ambulasi yang


aman, perawatan luka, peningkatan penyembuhan , pengobatan, potensial
masalah, dan supervisi pemeliharaan kesehatan secara berkesinambungan.

M. APLIKASI TEORI NURSING

Pada pasien orthopaedi seringkali mengalami gangguan dalam mobilitas akibat


adanya fraktur pada ekstremitas, fraktur tulang belakang sehingga pasien tergantung
pada orang lain. Seiring dengan tujuan pasien untu mandiri maka yang akan
diaplikasikan adalah teori Oream.

tamharotnasus
21

Teori Orem ini merupakan teori kurangnya perawatan diri ( self care devisit ). Asuhan
keperawatan menjadi penting ketika klien tidak mampu memenuhi kebutuhan biologis,
psikologis, perkembangan, dan sosial ( Orem , 1995).

Teori keperawatan self care devisit menjelaskan kondisi internal dan eksternal yang
berhubungan dengan status kesehatan individu yang mengalami penurunan kemampuan
perawatan diri seperti kurangnya pengetahuan atau mengembangkan ketrampilan ,
kekurangan energi ( Orem , 1995 dalam Parker, 2006. p 143). Teori Orem's dalam
keperawatan rehabilitasi ortopaedi mengenali berbagai tingkat kemampuan perawatan diri
klien, perhatian penuh, dan pentingnya pendidikan kepada klien ( Orem, 1985).

Dengan adanya ketidakmampuan mobilisasi, klien tidak mampu atau kurang mampu
dalam merawat diri sendiri. Disini peran perawat sangat penting dan dituntut
profesionalismenya dalam memberikan asuhan keperawatan agar klien mampu mencapai
perawatan diri secara total sesuai kondisi fisiologis.
Secara umum perawatan diri menurut Orem yang diperlukan oleh laki-laki, perempuan
dan anak-anak, meliputi : Masukan yang cukup tentang udara, air, dan makanan.
Ketetapan dari keperawatan yang berhubungan dengan proses eliminasi dan pembuangan
kotoran. Memelihara keseimbangan antara aktivitas dan istirahat. Menyeimbangkan
antara kesunyian dan interaksi sosial. Pencegahan dari bahaya yang mengancam
kehidupan, fungsi kemanusiaan dan kesejahteraan. Promosi dari fungsi manusia dan
pengembangan dalam kelompok sosial yang cocok , mengetahui keterbatasan manusia,
dan ingin menjadi normal ( Tomey, 2004. p. 270).

Self care devisit menurut Wilkinson ( 2005 ) ” Defisit perawatan diri


menggambarkan suatu keadaan seseorang mengalami gangguan kemampuan
untuk melakukan aktivitas perawatan diri seperti mandi, berganti pakaian, makan,
dan toileting. Jika seseorang tidak dapat melakukan semua perawatan diri ,
situasi ini digambarkan sebagai Defisit perawatan diri total. Defisit perawatan diri
ini seringkali disebabkan oleh intoleransi aktivitas, hambatan mobilitas fisik,
nyeri, ansietas, gangguan kognitif atau persepsiPerawatan diri diperlukan yaitu
pada keadaan adanya penyimpangan kesehatan seperti jika seseorang

tamharotnasus
22

mengalami sakit atau injuri, mengalami kondisi patologis atau gangguan,


termasuk kelainan dan ketidakmampuan, serta terdiagnosa penyakit dan dalam
pengobatan

tamharotnasus
23

DAFTAR PUSTAKA

LeMone, P & Burke, K. ( 2008 ). Medical – surgical nursing. Critical thinking in client care.
4 ed. New Jersey : Pearson Education, Inc.

Maher, A.B., Salmon, S.W & Pellino, T.A ( 2002). Orthopaedic nursing. 3 th . Philadelphia :
W.B. Sounders Company

Price, S.A. & Wilson, L.M ( 1995 ). Pathophisiology. Clinical concepts of dicease procces.
Ed Indonesia. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. EGC.

Smeltzer , S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., & Cheever, K.H. ( 2008 ). Texbook of medical
surgical nursing. 11 ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.

Gambar tipe fraktur . http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/1096.htm

tanggal 13 September 2018 pk 09.00 WIB

tamharotnasus
24

tamharotnasus

Você também pode gostar