Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
A. PENGERTIAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
( Smeltzer, 2008 : 2431 ).
B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya fraktur adalah :
1. Trauma langsung: benturan pada tulang mengakibatkan fraktur ditempat
tersebut.
2. Trauma tidak langsung: tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh
dari area benturan
3. Fraktur patologis: fraktur yang disebabkan trauma yamg minimal atau tanpa
trauma. Contoh fraktur patologis: Osteoporosis, penyakit metabolik, infeksi tulang dan
tumor tulang.
C. TIPE FAKTUR
Tipe Fraktur menurut Smeltzer ( 2008 : 2431 ) terdiri dari :
1. Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergeseran. (bergeser dari posisi normal).
2. Fraktur tidak komplit adalah patah hanya terjadi pada sebagian dari garis
tengah tulang.
3. Fraktur tertutup tidak menyebabkan robeknya kulit.
4. Fraktur terbuka merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau membrana
mukosa sampai kepatahan tulang, fraktur terbuka digradasi menjadi:
a. Grade 1 dengan luka bersih panjangnya kurang dari 1 cm
b. Grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif
c. Grade III luka yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan
lunak ekstensif, merupakan yang paling berat
5. Fraktur juga digolongkan sesuai pergeseran anatomis fragmen tulang:
a. Avulsi: tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada perlakatannya
b. Komunitif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen
tamharotnasus
2
tamharotnasus
3
Fractures of the bones are classified in a number of ways. A simple fracture involves a single fracture
line through a bone. A comminuted fracture is one in which the bone has been fractured into two or
more fragments. An open fracture is one in which the fractured bone penetrates the skin.
tamharotnasus
4
A green stick fracture is an incomplete fracture in a long bone of a child who has not finished growing.
A fracture involving a growth plate (the cartilage plate near the end of the bone of a growing child
where growth occurs) can lead to disturbances in growth of the bone, even if treated properly.
Sumber : http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/1096.htm
Didapat tanggal 13 September 2018 pk 09.00 WIB
tamharotnasus
5
D. PATOFLOW
tamharotnasus
6
E. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis fraktur menurut Smeltzer ( 2008 : 2431 ), meliputi :
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai tulang
dimobilisasi.spasme otot pada fraktur dimulai sejak 20 menit setelah terjadi injuri dan
pasien menyatakan nyeri secara intensif setelah injuri. Spasme otot dapat
meminimalkan pergerakan fragmen dari fraktur.
2. Kehilangan fungsi , setelah fraktur ekstremitas tidak dapat berfungsi normal
karena secara normal otot tergantung pada integritas tulang . Nyeri berpengaruh pada
kehilangan fungsi.
3. Deformitas disebabkan karena pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau
tungkai.
4. Pemendekan tulang terjadi karena kontraksi otot yang melekat di atas dan
bawah tempat fraktur.
5. Krepitus, teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.
6. Pembengkakan lokal dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai
akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang mengikuti fraktur.
F. PENYEMBUHAN TULANG
Tahap penyembuhan tulang terdiri dari fase haematom, proliferasi, pembentukan kalus,
osifikasi, Consolidasi dan Remodelling
tamharotnasus
7
dari pembentukan callus. Callus menganyam massa tulang dan kartilago sehingga
diameter tulang melebihi normal. Hal ini melindungi fragmen tulang tapi tidak
memberikan kekuatan, sementara itu terus meluas melebihi garis fraktur.
4. Ossification : Callus yang menetap menjadi tulang kaku karena
adanya penumpukan garam kalsium dan bersatu di ujung tulang. Proses ossifikasi
dimulai dari callus bagian luar, kemudian bagian dalam dan berakhir pada bagian
tengah. Proses ini terjadi selama 3-10 minggu.
5. Consolidasi dan Remodelling: Terbentuk tulang yang berasal
dari callus dibentuk dari aktivitas osteoblast dan osteoklast.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
H. PENATALAKSANAAN
tamharotnasus
8
GAMBAR FIKSASI
An internal fixation device may be used to keep fractured bones stabilized and in alignment. The
device is inserted surgically to ensure the bones remain in an optimal position during and after the
healing process.
tamharotnasus
9
An external fixation device may be used to keep fractured bones stabilized and in alignment. The
device can be adjusted externally to ensure the bones remain in an optimal position during the healing
process. This device is commonly used in children and when the skin over the fracture has been
damaged.
tamharotnasus
10
I. KOMPLIKASI
1. Umum :
a. Shock : Syok hipovolemik atau traumatik akibat pendarahan (baik kehilangan darah
eksterna maupun yang tidak kelihatan) dan kehilangan cairan eksternal kejaringan
yang rusak
c. Emboli lemak: Sindrom emboli lemak, pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat
masuk kedalam pembuluh darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari
tekanan kapiler atau karena katekolamin yang dilepaskan oleh reaksi stres pasien
akan memobilisasi asam lemak dan memudahkan terjadinya globula lemak dalam
aliran darah.
2. Dini :
a. Cedera arteri
b. Cedera kulit dan jaringan
c. Sindrom kompartemen: merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan
dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini bisa
disebabkan karena penurunan ukuran kompartemen otot karena fasia yang
membungkus otot terlalu ketat, penggunaan gips atau balutan yang menjerat
ataupun peningkatan isi kompartemen otot karena edema atau perdarahan
sehubungan dengan berbagai masalah (misal : iskemi, cidera remuk).
3. Lanjut : Stiffnes (kaku sendi), degenerasi sendi
tamharotnasus
11
b. Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan
yang lebih lambat dari keadaan normal (tidak sembuh setelah 3-5 bulan)
c. Non union : tulang yang tidak menyambung kembali, kegagalan penyambungan
tulang setelah 6-9 bulan.
L. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
tamharotnasus
12
a. Anamnesa :
1) Data biografi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, alamat,
suku bangsa, status perkawinan, sumber biaya, sumber informasi.
2) Riwayat kesehatan masa lalu: Riwayat kecelakaan, dirawat dirumah sakit, obat-
obatan yang pernah diminum
3) Riwayat kesehatan sekarang: Alasan masuk rumah sakit, keluhan utama,
kronologis keluhan
4) Riwayat kesehatan keluarga: penyakit keturunan
5) Riwayat psikososial: Orang terdekat dengan klien, interaksi dalam keluarga,
dampak penyakit terhadap keluarga, masalah yang mempengaruhi klien,
mekanisme koping terhadap penyakitnya, persepsi klien terhadap penyakitnya,
sistem nilai kepercayaan
6) Pola kebersihan sehari- hari sebelum sakit dan selama sakit: Pola nutrisi, pola
eliminasi, pola personal hygiene, pola istirahat dan tidur, pola aktifitas dan latihan,
pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan,
tamharotnasus
13
4) Nyeri/ kenyamanan : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi
pada area jaringan / kerusakan tulang pada imobilisasi), tak ada nyeri akibat
kerusakan saraf. Spasme/ kram otot.
5) Keamanan
6) Laserasi kulit, avulsi jaringan, pendarahan, perubahan warna. Pembengkakan lokal
(dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba).
7) Penyuluh/ pembelajaran
8) Pemeriksaan Penunjang Diagnostik : pemeriksaan rontgen: Untuk menentukan
lokasi, luas dan jenis fraktur . Scan tulang, tomogram, CT-scan / MRI:
Memperlihatkan fraktur dan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
Pemeriksaan darah lengkap: Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma
multipel). Peningkatan sel darah putih adalah respon stres normal setelah trauma.
Kreatinin: Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
2. Diagnosa keperawatan
e. Risiko koping tidak efektif berhubungan dengan injuri, antisipasi operasi, dan
ketergantungan.
3. Rencana keperawatan
tamharotnasus
14
Kriteria hasil:
Tekanan darahnormal
Rencana tindakan :
Tujuan :
tamharotnasus
15
Kriteria hasil:
Rencana tindakan :
tamharotnasus
16
Tujuan: kerusakan integritas kulit/ jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatan
Kriteria hasil:
Rencana tindakan :
o Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau draina
o Monitor suhu tubuh
Kriteria hasil : output urin 1 ml/ kg BB/ jam . balans cairan seimbang
Rencana tindakan :
tamharotnasus
17
e. Risiko koping tidak efektif berhubungan dengan injuri, antisipasi operasi, dan
ketergantungan.
Rencana tindakan :
o Bantu pasien dapat mengekspresikan perasaan dan diskusi kan tentang kondisi
fraktur
o Dukung penggunaan mekanisme koping adaptif
Perdarahan
Rencana tindakan :
Komplikasi paru-paru
tamharotnasus
18
Rencana tindakan :
o Kaji status pernpasan, irama, kedalaman, durasi, suara napas, sputum, dan
monitor suhu
o Laporkan jika suara paru abnormal dan peningkatan suhu.
o Supervisi napas dalam dan batuk efektif. Dorong penggunaan spirometri jika
dibutuhkan
Rencana tindakan :
o Kaji warna dan suhu ekstremitas, kapilari revil, adanya edem dan bengkak
pada ekstremitas
o Elevasi extremitas
tamharotnasus
19
Rencana tindakan :
Rencana tindakan :
tamharotnasus
20
Rencana tindakan :
tamharotnasus
21
Teori Orem ini merupakan teori kurangnya perawatan diri ( self care devisit ). Asuhan
keperawatan menjadi penting ketika klien tidak mampu memenuhi kebutuhan biologis,
psikologis, perkembangan, dan sosial ( Orem , 1995).
Teori keperawatan self care devisit menjelaskan kondisi internal dan eksternal yang
berhubungan dengan status kesehatan individu yang mengalami penurunan kemampuan
perawatan diri seperti kurangnya pengetahuan atau mengembangkan ketrampilan ,
kekurangan energi ( Orem , 1995 dalam Parker, 2006. p 143). Teori Orem's dalam
keperawatan rehabilitasi ortopaedi mengenali berbagai tingkat kemampuan perawatan diri
klien, perhatian penuh, dan pentingnya pendidikan kepada klien ( Orem, 1985).
Dengan adanya ketidakmampuan mobilisasi, klien tidak mampu atau kurang mampu
dalam merawat diri sendiri. Disini peran perawat sangat penting dan dituntut
profesionalismenya dalam memberikan asuhan keperawatan agar klien mampu mencapai
perawatan diri secara total sesuai kondisi fisiologis.
Secara umum perawatan diri menurut Orem yang diperlukan oleh laki-laki, perempuan
dan anak-anak, meliputi : Masukan yang cukup tentang udara, air, dan makanan.
Ketetapan dari keperawatan yang berhubungan dengan proses eliminasi dan pembuangan
kotoran. Memelihara keseimbangan antara aktivitas dan istirahat. Menyeimbangkan
antara kesunyian dan interaksi sosial. Pencegahan dari bahaya yang mengancam
kehidupan, fungsi kemanusiaan dan kesejahteraan. Promosi dari fungsi manusia dan
pengembangan dalam kelompok sosial yang cocok , mengetahui keterbatasan manusia,
dan ingin menjadi normal ( Tomey, 2004. p. 270).
tamharotnasus
22
tamharotnasus
23
DAFTAR PUSTAKA
LeMone, P & Burke, K. ( 2008 ). Medical – surgical nursing. Critical thinking in client care.
4 ed. New Jersey : Pearson Education, Inc.
Maher, A.B., Salmon, S.W & Pellino, T.A ( 2002). Orthopaedic nursing. 3 th . Philadelphia :
W.B. Sounders Company
Price, S.A. & Wilson, L.M ( 1995 ). Pathophisiology. Clinical concepts of dicease procces.
Ed Indonesia. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
Smeltzer , S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., & Cheever, K.H. ( 2008 ). Texbook of medical
surgical nursing. 11 ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.
tamharotnasus
24
tamharotnasus