Você está na página 1de 16

BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN

AKTIVITAS DAN LATIHAN

1.1 Pengertian

Aktivitas tubuh merupakan kegiatan atau kerja yang dilakukan oleh

bagian-bagian tubuh. Umumnya tingkat kesehatan seseorang dinilai

dari kemampuannya untuk melakukan aktivitas sehari-hari, misalnya

berdiri, berjalan, bekerja, makan dan minum. Kemampuan beraktivitas

menjadi kebutuhan dasar yang diharapkan oleh setiap manusia.

Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak

bebas, mudah, teratur, dan mempunyai tujuan untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehat. Kehilangan kemampuan untuk bergerak

menyebabkan ketergantungan dan ini membutuhkan tindakan

keperawatan (Ambarwati, 2014). Menurut Hidayat, (2009) Mobilisasi

atau mobilitas merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara

bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan

aktivitas guna mempertahankan kesehatannya.

1.2 Etiologi

a. Gaya Hidup

Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi kemampuan mobilitas

seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau

kebiasaan sehari – hari. Hal ini terjadi karena adanya perubahan

gaya hidup terutama orang muda perkotaan modern, seperti


mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) yang mengandung

kadar lemak tinggi, kebiasaan merokok, minuman beralkohol, kerja

berlebihan, kurang berolahraga dan stres (Junaidi, 2011).

b. Proses penyakit / cedera

Proses penyakit dapat memengaruhi kemampuan mobilitas karena

dapat memengaruhi fungsi sistem tubuh.

c. Kebudayaan

Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi

kebudayaan.

d. Usia dan Status Perkembangan

Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang

berbeda. Semakin bertambahnya usia, semakin besar pula risiko

terjadinya stroke. Hal ini terkait dengan proses degenerasi

(penuaan) yang terjadi secara alamiah (Ambarwati, 2014).

1.3 Klasifikasi

Klasifikasi aktivitas terbagi menjadi dua, yakni mobilitas dan imobilitas.

a. Mobilitas

1) Mobilitas penuh

Mobilitas penuh merupakan kemampuan seseorang untuk

bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan

interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari.

2) Mobilitas sebagian

Mobilitas sebagian merupakan keadaan ketika gerakan

seseorang memiliki keterbatasan yang jelas dan gerakan tersebut


tidak dapat dilakukan dengan bebas karena gangguabn pada

saraf motorik dan sensorik area tubuhnya.

a) Mobilitas sebagian temporer, yaitu mobilitas sebagian

yang sifatnya sementara. Hal ini dikarenakan oleh trauma

reversible pada sistem musculoskeletal, misalnya dislokasi

sendi dan tulang.

b) Mobilitas sebagian permanen, yaitu mobilitas sebagian

yang menetap. Hal ini disebabkan oleh kerusakan sistem

saraf yang irreversible, contohnya himeplegia karena

stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang, dan

poliomyelitis karena gangguan pada sistem saraf motoric

dan sensorik.

b. Imobilitas

Imobilitas merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat

bergerak dengan bebas karena kondisi yang mengganggu

pergerakan. Imobilitas dapat terjadi karena berbagai hal,

misalnya trauma tulang belakang, cedera otot berat dan fraktur

ekstremitas.

Jenis-jenis imobilitas :

1) Imobilitas Fisik

Imobilitas yang disebabkan karena keterbatasan fisik. Hal ini

disebabkan oleh faktor lingkungan atau kondisi orang

tersebut. Contohnya pasien hemiplegia.


2) Imobilitas intelektual

Imobolitas yang disebabkan oleh keterbatasan penegetahuan

atau daya piker misalnya pada kasus pasien yang menderita

kerusakan otak.

3) Imobilitas emosional

Imobilitas yang disebabkan oleh perubahan mendadak dalam

menyesuaikan diri, misalnya pada pasien yang strees karena

kehilangan salah satu ektremitasnya.

4) Imobilitas sosial

Imobilitas ketika seseorang mengalami hambtan dalam

melakukan interaksi sosial sehingga mempengaruhi perannya

dalam kehidupan sosial.

1.4 Patofisiologi

Proses terjadinya gangguan aktivitas tergantung dari penyebab gangguan

yang terjadi. Ada tiga hal yang dapat menyebabkan gangguan tersebut,

diantaranya adalah :

a. Kerusakan Otot

Kerusakan otot ini meliputi kerusakan anatomis maupun fisiologis

otot. Otot berperan sebagai sumber daya dan tenaga dalam proses

pergerakan jika terjadi kerusakan pada otot, maka tidak akan terjadi

pergerakan jika otot terganggu.

b. Gangguan pada skelet

Rangka yang menjadi penopang sekaligus poros pergerakan dapat

terganggu pada kondisi tertentu hingga mengganggu pergerakan atau


mobilisasi. Beberapa penyakit dapat mengganggu bentuk, ukuran

maupun fungsi dari sistem rangka diantaranya adalah fraktur, radang

sendi, kekakuan sendi dan lain sebagainya.

c. Gangguan pada sistem persyarafan

Syaraf berperan penting dalam menyampaikan impuls dari otak.

Impuls tersebut merupakan perintah dan koordinasi antara otak dan

anggota gerak. Jadi, jika syaraf terganggu maka akan terjadi

gangguan penyampaian impuls dari dank e organ target. Dengan

tidak sampainya impuls maka akan mengakibatkan gangguan

mobilisasi.
1.6 Manifestasi Klinis

a. Keterbatasan rentang gerak

b. Dispnea setelah beraktivitas

c. Gerakan bergetar

d. Pergerakan tidak terkoordinasi

e. Pergerakan lambat

f. Ketidakstabilan postur

g. Tremor akibat pergerakan

h. Penurunan aktu reaksi (lambat)

1.7 Pemeriksaan penunjang

a. Laboratorium

1) Pemeriksaan Hb

2) Pemeriksaan darah dan urine

b. Pemeriksaan Diagnostik

1) Sinar X, untuk menggambarkan kepadatan tulang, tekstur,

dan perubahan hubungan tulang.

2) CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian

bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat

memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera ligament

atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan

panjangnya patah tulang didaerah yang sulit dievaluasi.

3) MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik

pencitraan khusus, noninvasive, yang menggunakan medan

magnet, gelombang radio, dan komputer untuk


memperlihatkan abnormalitas (tumor, penyempitan jalur

jaringan lunak melalui tulang).

1.8 Penatalaksanaan

a. Pemeberian fisiotherapy

b. Latihan nafas dalam dan batuk efektif

c. Ambulasi dini

d. Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah baring lama,

pentingnya latihan bertahap dan ambulasi dini, serta mencegah

ketergantungan pasien dengan melakukan aktivitas kehidupan sehari-

hari sendiri, semampu pasien

e. Program latihan dan remobilisasi dimulai ketika kestabilan kondisi

medis terjadi meliputi latihan mobilitas di tempat tidur, latihan gerak

sendi (pasif, aktif, dan aktif dengan bantuan), latihan penguat otot-otot

(isotonik, isometrik, isokinetik), latihan koordinasi/ keseimbangan,

dan ambulasi terbatas.

f. Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan Pasien

Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas,

diberdayakan untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan

fleksibilitas sendi.

1.9 Komplikasi

a. Perubahan metabolik

b. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

c. Gangguan perubahan zat gizi

d. Gangguan fungsi gastrointestinal


e. Perubahan sistem pernafasan

f. Perubahan sistem musculoskeletal

g. Perubahan pada sistem kardiovaskuler

h. Perubahan pada sistem integument

i. Perubahan pada sistem eliminasi dan juga perilaku


BAB 2

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN AKTIVITAS DAN LATIHAN

2.1 Pengkajian

a. Biodata Pasien

b. Anamnesa Pra Assasment

c. Pengkajian Pola Aktivitas Sehari-hari/Activity Daily Live (ADL)

1. Pola Aktivitas di Rumah Sakit

d. Pemeriksaan Fisik

1. Pemeriksaan Dasar (TTV Dasar)

1) GCS

2) Kesadaran

3) Tekanan Darah

4) Nadi

5) Suhu

6) RR

2. Pemeriksaan Muskuloskeletal

Inspeksi

1) Bentuk Vertebrae

2) Kesimetrisan Tulang

3) Pergerakan Otot Tidak Disadari

4) ROM

5) Simetrisitas Otot

Palpasi

1) Edema Ekstremitas
2) Kekuatan Otot

2.2 Diagnosa Keperawatan

a. Hambatan Mobilitas Fisik b.d penurunan kekuatan otot

b. Intoleransi Aktivitas b.d imobilitas

c. Hambatan mobilitas tempat tidur b.d kekuatan otot tidak memadai

d. Hambatan berdiri b.d kekuatan otot tidak memadai

e. Hambatan kemampuan berpindah b.d obesitas

f. Resiko sindrom disuse ditandai oleh perubahan tingkat kesadaran


2.3 Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA
KEPERAWATAN NAMA
NOC DAN INDIKATOR URAIAN AKTIVITAS
N DITEGAKKAN / DAN TTD
Tgl SERTA SKOR AWAL DAN SKOR RENCANA TINDAKAN
O KODE PERAWA
TARGET (NIC)
DIAGNOSA T
KEPERAWATAN
1. Hambatan Mobilitas Tujuan: Peningkatan Latihan (0200) :

Fisik Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1. Observasi TTV

3 x 24 jam, hipertemi teratasi. 2. Monitor respon individu

Kode Diagnosa Kriteria Hasil : terhadap program latihan

Keperawatan : 1) Pergerakan (0208) 3. Dukung untuk memulai

00085 Kode Indikator S.A S.T atau melanjutkan latihan

020803 Gerakan Otot 4. Anjurkan untuk

020804 Gerakan Sendi menggunakan ekstermitas

Keterangan untuk indikator (020803 dan yang sakit

020804) : 5. Berikan latihan fisik awal

1 : Sangat Terganggu dengan mudah dn tidak


2 : Banyak Terganggu membutuhkan kekuatan

3 : Cukup Terganggu yang terlalu berat

4 : Sedikit Terganggu 6. Kolaborasi dengan dokter

5 : Tidak Terganggu atau ahli terapi fisik

2) Kemampuan Berpindah (0210)

Kode Indikator S.A S.T

021009 Berpindah dari satu

permukaan ke

permukaan yang

lain sambil

berbaring

Keterangan untuk indikator 021009 :

1 : Sangat Terganggu

2 : Banyak Terganggu

3 : Cukup Terganggu
4 : Sedikit Terganggu

5 : Tidak Terganggu

2. Intoleransi Aktivitas Tujuan : Terapi Latihann : Mobilitas

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Sendi (0224) :

Kode Diagnosa 3 x 24 jam, hipertemi teratasi. 1. Monitor TTV

Keperawatan : Kriteria Hasil : 2. Monitor lokasi dan

00092 1) Toleransi Terhadap Aktivitas (0005) kecenderungan adanya

Kode Indikator S.A S.T nyeri dan ketidaknyamanan

000516 Kekuatan Tubuh selama pergerakan/aktivitas

Bagian Atas 3. Dukung latihan ROM aktif,

000517 Kekuatan Tubuh sesuai jadwal yang teratur

Bagian Bawah dan terencana

000518 Kemudahan 4. Lakukan latihan ROM pasif

dalam atau ROM dengan bantuan,


melakukan A sesuai indikasi

Hidup Harian 5. Instruksikan pasin/keluarga

(Activity Daily cara melakukan latihan

of Living ADL) ROM pasif, ROM dengan

Keterangan untuk indikator (000516, 000517 bantuan atau ROM aktif

dan 000518) : 6. Bantu untuk melakukan

1 : Sangat Terganggu pergerakan sendi yang

2 : Banyak Terganggu ritmis dan teratur sesuai

3 : Cukup Terganggu kadar nyeri yang bisa

4 : Sedikit Terganggu ditoleransi, ketahanan dan

5 : Tidak Terganggu pergerakan sendi

7. Kolaborasikan dengan ahli

terapi fisik dalam

mengembangkan dan

menerapkan sebuah
program latihan.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC).

Indonesia : Elsevier Global Rights

Keliat, Anna Budi, dkk. 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi

Klasifikasi 2018-2020. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Moorhead, Sue, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Indonesia :

Elsevier Global Rights

Padila. 2012. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuhmedika

Saputra, Lyndon. 2013. Catatan Ringkasan Kebutuhan Dasar Manusia.

Tanggerang Selatan : Binarupa Aksara

Você também pode gostar