Você está na página 1de 51

LAPORAN PENDAHULUAN CA PARU/ KANKER PARU

A. DEFINISI KANKER PARU


1. Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas
atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang
tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses
keganasan pada epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan
pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut metaplasia skuamosa yang
ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia (Robbin &
Kumar, 2007).
2. Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami
proliferasidalam paru (Underwood, Patologi, 2000).
3. Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalm
jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen, lingkungan,
terutama asap rokok ( Suryo, 2010).

B. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO KANKER PARU


Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum
diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat
karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain
seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain (Amin, 2006).
a. Merokok
Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling penting,
yaitu 85% dari seluruh kasus ( Wilson, 2005). Rokok mengandung lebih dari 4000
bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker.
Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah
batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya
berhenti merokok (Stoppler,2010).
b. Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif, atau
mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang tertutup,
dengan risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan
bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang
lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua kali (Wilson, 2005).
c. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi
pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat
kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan
dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan bahwa penyakit ini lebih
sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas tingkat sosial ekonomi yang
paling rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi. Hal ini,
sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang
lebih rendah cenderung hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka,
tempat udara kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen
yang ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4
benzpiren (Wilson, 2005).
d. Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel,
polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru (Amin,
2006). Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira
sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru baik
akibat kontak dengan asbes maupun uranium meningkat kalau orang tersebut juga
merokok.
e. Diet
Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap
betakarotene, selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena
kanker paru (Amin, 2006).
f. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar
terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan
bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti
penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah
pengaktifan onkogen (termasuk juga gen-gen K-ras dan myc), dan menonaktifkan
gen-gen penekan tumor (termasuk gen rb, p53, dan CDKN2) (Wilson, 2005).
g. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat
menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik
berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari
merokok dihilangkan (Stoppler, 2010).

Faktor Risiko Kanker Paru


 Laki-laki
 Usia lebih dari 40 tahun
 Pengguna tembakau (perokok putih, kretek atau cerutu)
 Hidup atau kontal erat dengan lingkungan asap tembakau (perokok pasif)
 Radon dan asbes
 Lingkungan industri tertentu
 Zat kimia, seperti arsenic
 Beberapa zat kimia organic
 Radiasi dari pekerjaan, obat-obatan, lingkungan
 Polusi udara
 Kekurangan vitamin A dan C

C. KLASIFIKASI KANKER PARU


Kanker paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small cell lung cancer, SCLC)
dan kanker paru sel tidak kecil (non-small lung cancer, NSCLC). Klasifikasi ini
digunakan untuk menentukan terapi. Termasuk didalam golongan kanker paru sel
tidak kecil adalah epidermoid, adenokarsinoma, tipe-tipe sel besar, atau campuran
dari ketiganya.
a. Karsinoma sel skuamosa (epidermoid)
Merupakan tipe histologik kanker paru yang paling sering ditemukan, berasal dari
permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia
akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor.
Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar hilus, dan menonjol
ke dalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa sentimeter
dan cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding
dada, dan mediastinum. Karsinoma ini lebih sering pada laki-laki daripada
perempuan (Wilson, 2005).
b. Adenokarsinoma
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung
mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan
kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis
interstisial kronik. Lesi sering kali meluas ke pembuluh darah dan limfe pada
stadium dini dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer menyebabkan
gejala-gejala.

c. Karsinoma bronkoalveolus
Dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru tumor paru
dari WHO. Karsinoma ini adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi
sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam.
Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan
penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.
d. Karsinoma sel kecil
Umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di sentral dengan
perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah bening
hilus dan mediastinum. Kanker ini terdiri atas sel tumor dengan bentuk bulat
hingga lonjong, sedikit sitoplasma, dan kromatin granular. Gambaran mitotik
sering ditemukan. Biasanya ditemukan nekrosis dan mungkin luas. Sel tumor
sangat rapuh dan sering memperlihatkan fragmentasi dan “crush artifact” pada
sediaan biopsi. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang paling jelas pada
pemeriksaan sitologik, adalah berlipatnya nukleus akibat letak sel tumor dengan
sedikit sitoplasma yang saling berdekatan (Kumar, 2007).
e. Karsinoma sel besar
Adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan
sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung
timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan
cepat ke tempat-tempat yang jauh (Wilson, 2005).

Bentuk lain dari kanker paru primer adalah adenoma, sarkoma, dan
mesotelioma bronkus. Walaupun jarang, tumor-tumor ini penting karena dapat
menyerupai karsinoma bronkogenik dan mengancam jiwa.

CA PARU/ KANKER PARU


D. GAMBARAN KLINIS KANKER PARU
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis.
Bila sudah menampakkan gejala berarti psien dalam stadium lanjut.
Gejala-gejala dapat bersifat :
1. Lokal (tumor setempat)
a) Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
b) Hemoptisis
c) Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas
d) Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
e) Aelektasis
2. Invasi local :
a) Nyeri dada
b) Dispnea karena efusi pleura
c) Invasi ke pericardium terjadi temponade atau aritmia
d) Sindrom vena cava superior
e) Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
f) Suara sesak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent
g) Syndrome Pancoasta karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis
servikalis
3. Gejala penyakit metastasis :
a) Pada otak, tulang, hati, adrenal
b) Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis
c) Sindrom Paraneoplastik : Terdapat pada 10% kanker paru, dengan gejala
d) Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
e) Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
f) Hipertrofi : osteoartropati
g) Neurologic : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
h) Neuromiopati
i) Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalsemia)
j) Dermatologi : eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh
k) Renal : syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)
4. Asimtomatik dengan kelainan radiologist :
a) Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi secara
radiologis
b) Kelainan berupa nodul soliter
E. MANIFESTASI KLINISKANKER PARU
Gejala-gejala kanker paru yaitu:
1. Gejala awal. Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh
obstruksi pada bronkus.
2. Gejala umum.
a. Batuk : Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk
mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai
titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap
infeksi sekunder.
b. Hemoptisis : Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor
yang mengalami ulserasi.
c. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.

F. PATOFISIOLOGIKANKER PARU
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan
cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan
adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan
displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan
displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi
langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari
salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan
ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala
yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan
dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut,
penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada
hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti
kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
G. PATHWAYKANKER PARU

PATHWAY CA PARU/ KANKER PARU

H. TINGKATAN KANKER PARU


Tingkatan (staging) Kanker paru ditentukan oleh tumor (T), keterlibatan
kalenjer getah bening (N) dan penyebaran jauh (M). Beberapa pemeriksaan
tambahan harus dilakukan dokter spesialis paru untuk menentukan staging
penyakit. Pada pertemuan pertama akan dilakukan foto toraks (poto polos dada).
Jika pasien membawa foto yang lebih dari 1 minggu pada umumnya akan dibuat
foto yang baru. Foto toraks hanya dapat menentukan lokasi tumor, ukuran tumor,
dan ada tidaknya cairan. Foto toraks belum dapat dirasakan cukup karena tidak
dapat menentukan keterlibatan kalenjer getah bening dan metastasis luar paru.
Bahkan pada beberapa kondisi misalnya volume cairan yang bnayak, paru
kolaps, bagian luas yang menutup tumor, dapat memungkinkan pada foto tidak
terlihat. Sama seperti pada pencarian jenis histologis Kanker, pemeriksaan untuk
menentukan staging juga tidak harus sama pada semua pasien tetapi masing-
masing pasien mempunyai prioritas pemeriksaan yang berbeda yang harus segera
dilakukan dan tergantung kondisinya pada saat datang.

Staging (Penderajatan atau Tingkatan) Kanker Paru


Staging kanker paru dibagi berdasarkan jenis histologis Kanker paru, apakah
SLCC atau NSLCC. Tahapan ini penting untuk menentukan pilihan terapi yang
harus segera diberikan pada pasien. Staging berdasarkan ukuran dan lokasi :
tumor primer, keterlibatan organ dalam dada/ dinding dada (T), penyebaran
kalenjer getah bening (N), atau penyebaran jauh (M).

Tahapan perkembangan kanker paru dibedakan menjadi 2, yaitu :


a. Tahapan kanker paru jenis karsinoma sel kecil (SLCC)
 Tahap terbatas
Yaitu Kanker yang hanya ditemukan pada satu bagian paru-paru saja dan pada
jaringan disekitanya.
 Tahap ekstensif
Yaitu Kanker yang ditemukan pada jaringan dada diluar paru-paru tempat asalnya,
atau Kanker yang ditemukan pada organ-organ tubuh jauh.
b. Tahap Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (NSLCC)
 Tahap tersembunyi
Merupakan tahap ditemukannya sel Kanker pada dahak (sputum) pasien dalam
sampel air saat bronkoskopi, tetapi tidak terlihat adanya tumor diparu-paru.
 Stadium 0
Merupakan tahap ditemukannya sel-sel Kanker hanya pada lapisan terdalam paru-
paru dan tidak bersifat invasif.
 Stadium I
Merupakan tahap Kanker yang hanya ditemukan pada paru-paru dan belum
menyebar ke kalenjer getah bening sekitarnya.
 Stadium II
Merupakan tahap Kanker yang ditemukan pada paru-paru dan kalenjer getah
bening di dekatnya.
 Stasium III
Merupakan tahap Kanker yang telah menyebar ke daerah disekitarnya, seperti
dinding dada, diafragma, pembuluh besar atau kalenjer getah bening di sisi yang
sama ataupun sisi berlawanan dari tumor tersebut.
 Stadium IV
Merupakan tahap Kanker yang ditemukan lebih dari satu lobus paru-paru yang
sama, atau di paru-paru yang lain. Sel –sel Kanker telah menyebar juga ke organ
tubuh lainnya, misalnya ke otak, kalenjer adrenalin , hati dan tulang.

I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Radiologi.
Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker
paru.Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa
udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau
vertebra.
Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2. Laboratorium.
Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
3. Histopatologi.
Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi
(besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2
cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.
Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam
prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
4. Pencitraan.
CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
MR
CA PARU/ KANKER PARU

J. PENATALAKSANAAN KANKER PARU


Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
a) Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup
klien.
b) Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c) Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun
keluarga.
d) Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi,
tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi. (Ilmu
Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)
e) Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk
mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak
mungkin fungsi paru –paru yang tidak terkena kanker.
f) Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya
karsinoma, untuk melakukan biopsy.
g) Pneumonektomi (pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa
diangkat.
h) Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau
bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
i) Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
j) Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan
yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk
baji (potongan es).
k) Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
l) Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa
juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti
mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
m) Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta
untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.

K. PENGKAJIAN KEPERAWATANKANKER PARU


1. Anamnesis
Anamnesis yang lengkap serta pemeriksaan fisik merupakan kunci untuk
diagnosis tepat. Keluhan dan gejala klinis permulaan merupakan tanda awal
penyakit kanker paru. Batuk disertai dahak yang banyak dan kadang-kadang
bercampur darah, sesak nafas dengan suara pernafasan nyaring (wheezing), nyeri
dada, lemah, berat badan menurun, dan anoreksia merupakan keadaan yang
mendukung. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada pasien tersangka
kanker paru adalah faktor usia, jenis kelamin, keniasaan merokok, dan terpapar
zat karsinogen yang dapat menyebabkan nodul soliter paru.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan kelainan-kelainan berupa perubahan
bentuk dinding toraks dan trakea, pembesaran kelenjar getah bening dan tanda-
tanda obstruksi parsial, infiltrat dan pleuritis dengan cairan pleura.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk :
a. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru. Kerusakan
pada paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru atau pemeriksaan analisis
gas.
b. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada organ-
organ lainnya.
c. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada jaringan
tubuh baik oleh karena tumor primernya maupun oleh karena metastasis.
4. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan yang paling utama dipergunakan untuk
kanker paru. Kanker paru memiliki gambaran radiologi yang bervariasi.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan keganasan tumor dengan melihat
ukuran tumor, kelenjar getah bening, dan metastasis ke organ lain.
Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan dengan metode tomografi komputer. Pada
pemeriksaan tomografi komputer dapat dilihat hubungan kanker paru dengan
dinding toraks, bronkus, dan pembuluh darah secara jelas. Keuntungan tomografi
komputer tidak hanya memperlihatkan bronkus, tetapi juga struktur di sekitar lesi
serta invasi tumor ke dinding toraks. Tomografi komputer juga mempunyai
resolusi yang lebih tinggi, dapat mendeteksi lesi kecil dan tumor yang
tersembunyi oleh struktur normal yang berdekatan.
5. Sitologi
Sitologi merupakan metode pemeriksaan kanker paru yang mempunyai
nilai diagnostik yang tinggi dengan komplikasi yang rendah. Pemeriksaan
dilakukan dengan mempelajari sel pada jaringan. Pemeriksaan sitologi dapat
menunjukkan gambaran perubahan sel, baik pada stadium prakanker maupun
kanker. Selain itu dapat juga menunjukkan proses dan sebab peradangan.
Pemeriksaan sputum adalah salah satu teknik pemeriksaan yang dipakai
untuk mendapatkan bahan sitologik. Pemeriksaan sputum adalah pemeriksaan
yang paling sederhana dan murah untuk mendeteksi kanker paru stadium
preinvasif maupun invasif. Pemeriksaan ini akan memberi hasil yang baik
terutama untuk kanker paru yang letaknya sentral. Pemeriksaan ini juga sering
digunakan untuk skrining terhadap kanker paru pada golongan risiko tinggi.
6. Bronkoskopi
Setiap pasien yang dicurigai menderita tumor bronkus merupakan indikasi untuk
bronkoskopi. Dengan menggunakan bronkoskop fiber optik, perubahan
mikroskopik mukosa bronkus dapat dilihat berupa nodul atau gumpalan daging.
Bronkoskopi akan lebih mudah dilakukan pada tumor yang letaknya di sentral.
Tumor yang letaknya di perifer sulit dicapai oleh ujung bronkoskop.
7. Biopsi Transtorakal
Biopsi aspirasi jarum halus transtorakal banyak digunakan untuk mendiagnosis
tumor pada paru terutama yang terletak di perifer. Dalam hal ini diperlukan
peranan radiologi untuk menentukan ukuran dan letak, juga menuntun jarum
mencapai massa tumor. Penentuan letak tumor bertujuan untuk memilih titik
insersi jarum di dinding kulit toraks yang berdekatan dengan tumor.
8. Torakoskopi
Torakoskopi adalah cara lain untuk mendapatkan bahan guna pemeriksaan
histopatologik untuk kanker paru. Torakoskopi adalah pemeriksaan dengan alat
torakoskop yang ditusukkan dari kulit dada ke dalam rongga dada untuk melihat
dan mengambil sebahagian jaringan paru yang tampak. Pengambilan jaringan
dapat juga dilakukan secara langsung ke dalam paru dengan menusukkan jarum
yang lebih panjang dari jarum suntik biasa kemudian dilakukan pengisapan
jaringan tumor yang ada
ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
IDENTITAS KLIEN
- Nama : Ny.J
- Usia / tanggal lahir : 60 Tahun /16 Januari 1958
- Jenis kelamin : Perempuan
- Alamat : Sangata
- Suku / bangsa : Jawa/ Indonesia
- Pendidikan : SD
- Status pernikahan : Janda
- Agama / keyakinan : Islam
- Pekerjaan / sumber penghasilan : IRT
- Diagnosa medik : Ca Paru + Anemia + Efusi Pleura
+ CHF + CKD
- Tanggal masuk : 20Agustus 2018
- Tanggal Pengkajian : 23 Agustus2018

IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


- Nama : Ny. P
- Usia : 29 tahun
- Jenis kelamin : Perempuan
- Pekerjaan : swasta
- Hubungan dengan klien : Anak

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Saat pengkajian tanggal 23 Agustus 2018 jam : 11.00 Wita, Klien
mengatakan seluruh tubuh nya terasa semakin membengkak.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengeluh mengalami bengkak pada kedua tangan dan kaki
±sejak 2 minggu yang lalu. Dan semakin memberat semenjak
beberapa hari terakhir, sering merasakan sesak nafas, dan merasa
lemas pada selruh badan, kemudian pada hari selasa tanggal 19
Agustus 2018 pada jam 21.00 wita Klien dibawa oleh keluarga ke
IGD RSUD Ulin Banjarmasin dan di sarankan untuk dirawat di ruang
ICU.

3. Riwayat kesehatan lalu


Klien mengatakan semenjak 4 tahun yang lalu menderita penyakit
Diabetes Melitus, penyakit Hipertensi dan Penyakit Jantung dan
semenjak .± 3 bulan yang lalu menderita Ca Paru dan dirawat di
rumah sakit. Klien mengatakan tidak mau kontrol memeriksakan
kondisinya ke rumah sakit dan menolak untuk di kemoterapi dengan
alasan takut untuk menjalankan kemoterapi dan tidak mengetahui
bagaimana prosedur kemoterapi.

4. Riwayat kesehatan keluarga


Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan dari
keluarga dan tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama.
Genogram :

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
: Tinggal serumah

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum Klien
Tingkat kesadaran composmentis dengan nilai GCS : E(4) bisa
membuka mata spontan, V(5) dapat berbicara, orientasi baik dan
sesuai, M(6) baik, mengikuti perintah.

Tanda-tanda vital :
- Tekanan darah : 160/100 mmhg
- Nadi : 79 x/menit
- Respirasi : 26 x/menit
- Suhu : 36,3 ̊C
- SPO2 : 98%
2. Kulit
Berdasarkan hasil inpeksi keadaan kulit klientidak tampak sianosis,
kulit tampak pucat, tidak ada kemerahan, keadaan bersih, Turgor
kulit > 8 detik, CRT > 3 detik, pitting edema derajat III dengan
kedalaman ± 5-7 mm dengan waktu kembali 7 detik, tidak ditemui
adanya lesi dan kelainan pada bagian kulit yang lain.

3. Kepala dan Leher


Keadaan umum kepala baik tidak ada bekas memar atau lebam-
lebam, tidak adanya kelainan pada kepala secara umum. Tidak
terdapat peradangan pada kelenjar getah bening, tidak terdapat
benjolan pada bagian leher.

4. Penglihatan dan Mata


Dari hasil pengkajian konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, fungsi
sistem penglihatan juga normal, keadaan mata secara umum tidak
mengalami gangguan.

5. Penciuman dan Hidung


Berdasarkan hasil pengkajian, keadaan hidung klien tampak bersih,
tidak ada polip, tidak ada sinus, tidak ada perdarahan, tidak ada
peradangan, fungsi penciuman baik, tidak ada pernafasan cuping
hidung.

6. Pendengaran dan Telinga


Dari Berdasarkan hasil pengkajian, keadaan daun telinga normal dan
simetris antara kiri dan kanan, terlihat sedikit serumen pada
telinga.Fungsi pendengaran baik ditandai dengan klien mendengar
suara perawat dan berkomunikasi dengan lancar.
7. Mulut dan Gigi
Berdasarkan hasil pengkajian, kebersihan cukup baik, mukosa mulut
lembab, tidak ada perdarahan dan peradangan, fungsi mengunyah
dan menelan baik dan klien memiliki gigi palsu pada gigi bagian
bawah..
8. Dada dan Pernafasan
Paru-paru
Pemeriksaan :
a. Inspeksi
Bentuk dada normal, pergerakan dada tidak simetris, tidak ada
retraksi dinding dada, tidak terdapat jejas atau lesi,pernapasan
cepat, saat bernapas klien menggunakan otot bantu napas
tambahan, pernafasan 26 x/menit.

b. Palpasi
Adanya nyeri tekan pada dada, pemeriksaan vocal fremitus
didapat hasil bahwa getaran dirasakan lemah di bagian paru-
paru kuadran tengah dan bawah..
+ +
- -
- -

c. Perkusi
Bunyi suara ketuk sonor pada bagian paru atas dan pekak
pada bagian paru-paru tengah dan kuadran bawah.
+ +
- -
- -

d. Auskultasi
Suara nafas Vesikular, tetapi pada bagian paru-paru kuadran
tengah dan bawah suara nafas tidak terdengar jelas (samar-
samar),dan terdengar suara nafas tambahan ronchipada
kuadran bawah.
+ +
- -
- -
Jantung
Pemeriksaan :
a. Inspeksi
Ictus Cordis terlihat, tidak terdapat lesi atau kemerahan pada
kulit sekitar dada, tidak ada retraksi dinding dada.

b. Palpasi
 Katup Pulmonal ICS 3 Sinistra
 Katup Aorta ICS 3 DExtra
 Katup Trikuspidalis ICS 5 Tengah garid dada
 Katup Mitral / Bicuspid ICS 5 Mid klavikula sinistra

c. Perkusi
 Batas Jantung kanan
Suara redup terdengar saat diketuk pada ICS 5
mid.klavikula dextra sampai ke ICS 8 Mid. Klavikula
dextra.
 Batas Jantung kiri
Suara redup terdengan saat diketuk pada ICS 3 mid
klavikula sinistra sampai ke ICS 8 anterior axilla sinistra.
 Batas Jantung atas
Suara redup terdengar pada ICS 5 sampai ke mid klavikula
dextra
Suara redup terdengar pada ICS 3 sampai mid.klavikula.
 Batas Jantung bawah
Suara redup terdengar pada ICS 8 sampai mid.klavikula
dextra
Suara redup terdengan pada ICS 8 sampai Anterior axilla

d. Auskultasi
S1 & S2 Lup & Dup, dan suara tambahan S3

9. Abdomen
Berdasarkan hasil pengkajian, tampak perut klien membesar, karena,
adanya penumpukan cairan (asites). Berdasarkan hasil perkusi bunyi
perut hipertimpani. Sedangkan hasil auskultasi bunyi bising tidak
terdengar
10. Genitalia dan Reproduksi
Klien berjenis kelamin perempuan, memiliki 4 orang anak perempuan.

11. Ekstrimitas atas bawah


Berdasarkan hasil inspeksi, klien terpasang infus pada ekstremitas atas
kiri, keadaan kedua ekstremitas atas dan bawah terjadi edema.
Terdapat keterbatasan kiri dan kanan, kemampuan melakukan
mobilisasi klien sedang kadang dibantu oleh keluarga.. Capilary refil
kembali > 3 detik.
Skala kekuatan otot :
4444 4444
3333 3333
Keterangan :
- 0 = tidak ada kontraksi otot sama sekali
- 1 = terlihat/teraba getaran kontraksi otot tetapi tidak ada getaran
sama sekali
- 2 = dapat menggerakan anggota gerak dan mampu melawan
gravitasi
- 3 = dapat menggerakkan anggota gerak dan dapat melawan
gravitasi
- 4 = dapat menggerakan sendi dengan aktif dan mampu melakukan
tahanan sedang
- 5 = dapat menggerakan sendi dengan gerakan penuh dan mampu
melawan gravitasi dengan tahanan penuh.
D. KEBUTUHAN FISIK, PSIKOLOGI, SOSIAL DAN SPIRITUAL
1. Aktivitas dan istirahat tidur
Di rumah :
Dirumah klien tidak mampu melakukan aktivitas bebas karena terjadi
udem pada kedua ekstremitasnya.
Di RS :
Klien hanya beristirahat di tempat tidur, tidak ada melakukan
aktivitas lain, terkadang klien merasakan sesak..
Skala Aktivitas : (3)
Keterangan :
(1) Mandiri
(2) Memerlukan bantuan dan pengawasan orang lain
(3) Memerlukan bantuan/ pengawasan/ bimbingan sederhana
(4) Memerlukan bantuan dan pengawasan orang lain dan alat bantu
(5) Tergantung secara total
2. Personal Hygiene
Di rumah :
Klien mengatakan selama di rumah klien mandi 2x sehari, mencuci
rambut dan gosok gigi, mengunting kuku 1x minggu.
Di RS :
Selama di RS klien tidak dapat mandi dan gosok gigi, namun selalu
diseka dan dibersihkan mulut dan giginya di bantu oleh keluarga.
3. Nutrisi
Di rumah :
Sebelum dirawat di RS klien makan 3x /hari, klien memiliki diet DM.
Di RS :
Selama di RS klien selalu menghabiskanmakanan yang disediakan
oleh rumah sakit dan selalu menghabiskan makannya, saat dirumah
sakit klien tidak mematuhi anjuran dokter dan perawat untuk
membatasi minum, yaitu hanya 600 ml/ hari (3 gelas per hari).
4. Eliminasi
Di rumah :
Klien mengatakan selama di rumah BAB dan BAK normal, frekuensi
BAB ± 1x sehari setiap pagi hari teratur dan BAK 4-5x sehari.
Di RS :
Selama di Rumah sakit klien BAK klien 2-3 x sehari dan sedikit,
sedangkan selama dirawat klien BAB 1 x sehari.Klien menolak untuk
dipasang kateter. Klien BAK menggunakan pispot dan di tampung
dengan botol, dalam sehari urin klien tidak sampai setengah botol 600
ml.

5. Seksualitas
Klien seorang janda dan mengatakan tidak aktif lagi melakukan
hubungan seksual.

6. Psikososial
Hubungan pasien dengan keluarga, tetangga dan masyarakat terjalin
baik, tetapi saat berada di RS merasa terbatas dalam melakukan
aktivitas karena terpasangnya infus berbeda dengan lingkungan
tempat klien tinggal, klien dan keluarga tampak cemas dengan
kondisi yag dialami pasien dan pasien berharap agar kondisinya bisa
membaik dan bisa segera pulang.

7. Spiritual
Pasien beragama Islam, saat berada dirumah sakit pasien tidak dapat
sholat karena terpasang infus dan merasa lemas, pasien dan keluarga
hanya dapat berdo’a agar dapat sembuh dari penyakit yang diderita
sekarang.
E. DATA FOKUS
DS :
- Klien mengatakan seluruh tubuh nya terasa semakin membengkak
(ekstremitas atas dan bawah, payudara, Genitalia dan perut)
- Klien mengatakan sering merasakan sesak nafas saat beraktivitas dan
pada malam hari.
- Klien mengatakan tidak mau melakukan kontrol ke rumah sakit dan
tidak mau melakukan kemoterapi dengan alas an takut dan tidak tau
bagaimana prosedur kemoterapi
- Klien selalu bertanya kenapa bengkaknya tidak berkurang dan kapan
bisa pulang.
DO:
- Tampak terjadi udem pada seluruh tubuh klien
- Klien hanya tampak beristirahat di tempat tidur
- Klien tampak gelisah
- Klien selalu bertanya tentang kondisinya
- Turgor kulit > 8 detik
- CRT > 3 detik
- Pitting edema derajat III dengan kedalaman ± 5-7 mm dengan waktu
kembali 7 detik.
- Skala kekuatan otot
4444 4444
3333 3333

3 = dapat menggerakkan anggota gerak dan dapat melawan gravitasi

4 = dapat menggerakan sendi dengan aktif dan mampu melakukan


tahanan sedang

Skala Aktivitas (3), yaitu memerlukan bantuan/ pengawasan/


bimbingan sederhana
- TTV :
Tekanan darah : 160/100 mmhg
Nadi : 79 x/menit
Respirasi : 26 x/menit
Suhu : 36,3 ̊C
SPO2 : 98%

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
RADIOLOGI
RONTGEN
Hari/Tanggal22 Agustus 2018
Foto thorax:
Cor : Ukuran membesar
Pulmo: cephalisasi +, corakan bronchovaskuler normal
Sinus Tajam
Diafragma normal
Kesimpulan:
Cardiomegali dengan congestive pulmonum

USG Abdomen
Hari/ Tanggal : 22 Agustus 2018

Klinis : Ca Paru
USG abdomen, hasil :
Hepar :Ukuran dan echostruktur normal,
kapsula intak, sudut tajam, tepi regular,
tidak tampak nodul. Duktus biliaris
intrahepatal tidak dilatasi.Vena porta dan
hepatica tak melebar.
Vesica Fellea :dinding tak menebal, tak
tampak lesi patologis
Pankreas : ukuran dan echostruktur
normal, tak tampak lesi patologis
Lien :Ukuran dan echostruktur normal, tak
tampak lesi patologis
Ren Dextra :: ukuran dbn, echostruktur
meningkat. Batas cortex dan medulla
mengabur.Sistema pelvicocalices tak
melebar. Tak tampak batu maupun cyst
Ren Sinistra : ukuran dbn, echostruktur
meningkat. Batas cortex dan medulla
mengabur.Sistema pelvicocalices tak
melebar. Tak tampak batu maupun cyst
Vesica Urinaria: dinding tak menebal.
Tak tampak lesi patologis
Uterus :ukuran dan echostruktur normal,
tak tampak lesi patologis

Tak tampak limfadenopati paraaorta


Tampak area anechonic di supradiafragma bilateral
Kesan
 Diffuse parenchymal renal diseade bilateral
 Efusi pleura bilateral
 Tak tampak kelainan pada USG Hepar, Vesica Fellea, Pankreas, Lien,
Vesica Urinaria maupun Uretus.

USG Abdomen

Hepar
Ukuran normal, Intensitas echoparenkim
homogen, kapsula intak, tepi
regular.Duktus biliaris intrahepatal tidak
dilatasi.V porta/ hepatica tak melebar, tak
tampak nodul.
GB :dinding tak menebal, tak tampak
massa / batu/ sludge
Pankreas : Normal, tak tampak nodul
Spleen :Ukuran tak membesar, tidak
tampak nodul / cyst
Ren Dextra/ sinistra :Ukuran normal,
intensitas echocortex homogen, meningkat
ringan, tak tampak batu/ectasis/kista/massa
VU :dinding menebal, tak tampak
batu/massa
Uterus :Ukuran normal, endometrial line
normal, tak tampak massa
Efusi pleura bilateral

Kesimpulan :
 Awal proses kronis ren bilateral
 Efusi pleura bilateral
 Secara radiologi Liver, GB, Lien,
Pankreas, VU, uterus dalam batas
normal
Laboratorium
Hari / tanggal 21 Agustus 2018

Laboratorium Patologi Anatomi


Hari/ Tanggal :22 Agustus 2018

Makroskopis :
Wadah cairan sebannyak 50 & 10 cc, warna kuning jernih

Mikroskopik :
Tampak taburan sel besar inti besar menempel pada membran & anak inti
positif sel jernih epithel

Kesimpulan :
Sel ganas (+)
Adenocarsinoma
G. THERAPY SAAT INI
Nama Obat Komposisi Golongan Obat Indikasi / kontaindikasi Dosis Cara Pemberian

Furesemide 40 mg; 10 mg/mL Diuretik Indikasi: 3x40 mg IV dan Drip Ns 100


cc
 Ascites 5 ampl (Ns
 Gagal Jantung Kongestif 100 cc)
 Edema yang Berhubungan dengan Gagal Jantung
 Sindrom Nefrotik
 Gagal Ginjal
 Sirosis Hati
 Edema Paru-paru
 Hipertensi

Kontraindikasi :
 Penderita yang diketahui memiliki riwayat alergi atau
hipersensitif terhadap furosemid.
 Penderita yang sedang mengalami anuria atau tidak bisa
buang air kecil
 Pederita yang sedang hamil karena dapat memberikan efek
buruk pada janin

Amlodipin Antihipertensi Calcium-channel blocker Indikasi: 1 x 10 mg Oral


(antagonis kalsium) 1. Penyakit jantung koroner, dan
2. Nyeri dada (angina)

Kontraindikasi :
1. Gagal jantung akut;
2. Hipotensi yang disertai gejala seperti pingsan;
3. Bengkak pada kaki yang semakin bertambah;
4. Kelainan fungsi jantung (kardiomiopati hipertrofi);
5. Kelainan fungsi hati;

Bisoprolol Tiap tablet salut selaput Penghambat beta (beta Indikasi: 1 x 1 tablet Oral
mengandung: blockers) Bisoprolol diindikasikan untuk hipertensi, bisa digunakan sebagai
Bisoprolol fumarat 5 mg monoterapi atau dikombinasikan dengan antihipertensi lain

Kontraindikasi :
 Hipersensitifitas terhadap bisoprolol furamat
 Pada penderita Cardiogenic shock, kelainan jantung, AV blok
tingkat II atau III, bradikardia sinus

Candersartan Tablet 8 mg dan Tablet 16 Penghambat reseptor Indikasi: 1 x 8 mg Oral


mg angiotensin II (ARB) Candesartan digunakan untuk pengobatan hipertensi atau tekanan
darah tinggi.

Kontraindikasi :
 Memiliki jumlah kalium yang tinggi dalam darah
(hiperkalemia).
 Stenosis arteri ginjal.
 Tekanan darah rendah yang tidak normal. Masalah pada hati.
 Kerusakan ginjal sedang.
 Baru saja operasi.
 Masalah ginjal yang menyebabkan penurunan jumlah urin.
Azetomia.
 Kehamilan. Penurunan volume darah.

CaCO3 Kalsium karbonat sebagai Kalsium Carbonate Indikasi: 3 x 1 tablet Oral


obat yang tergolong garam untuk perawatan Suplemen kalsium, Asam lambung, Sakit
kalsium memiliki rumus perut, Asam pencernaan, Mulas, Sakit perut dan kondisi lainnya
molekul CaCO3 dengan
berat molekul 100.086 Kontraindikasi :
gr/mol. Berbentuk seperti Hipersensitivitas pada Calcium Carbonate adalah sebuah
kristal, tidak berbau dan kontraindikasi. Sebagai tambahan, Calcium Carbonatetidak boleh
berwarna putih serta dikonsumsi jika Anda memiliki kondisi berikut:
seringkali digunakan pada  Peningkatan aktivitas kelenjar paratiroid
obat-obatan dalam bentuk  Penyakit ginjal
sediaan termasuk tablet,  Tumor yang larut tulang
kapsul, bubuk puyer  batu ginjal
maupun cairan. (CaCO3  buang air besar tidak lengkap atau jarang
500 mg)  hilangnya ekstrim air tubuh
 jumlah tinggi kalsium dalam darah
 sarkoidosis

Albumin Albutein dipasarkan Protein Indikasi: 1x IV catheter


dengan kemasan sebagai  Diindikasikan dalam perawatan darurat hipovolemia dengan
berikut : atau tanpa syok. Serum ini paling efektif pada pasien yang
 Botol 50 mL dan 100 terhidrasi dengan baik. Bila hipovolemia sudah berlangsung
mL x 1’s infus 20% lama dan terdapat hipoalbuminemia yang disertai dengan
 Botol 50 mL dan 100 hidrasi atau edema yang adekuat, sebaiknya gunakan larutan
mL x 1’s infus 25% Human albumin 20% – 25%.
 Hipoalbuminemia : Untuk pasien hipoalbuminemia yang sakit
kritis dan / atau mengalami pendarahan secara aktif, bisa
diberikan infus Albutein (Human albumin). Bila defisit
albumin terjadi karena kehilangan protein yang berlebihan,
efek pemberian Albutein (Human albumin) akan bersifat
sementara kecuali gangguan yang mendasarinya diselesaikan
terlebih dahulu.
 Digunakan untuk menjaga fungsi kardiovaskular setelah
pengeluaran cairan asites dalam volume besar setelah
paracentesis karena asites sirosis.
 Digunakan bersamaan dengan obat diuretik untuk menangani
kelebihan volume cairan yang terkait dengan Sindrom Distres
Pernapasan Dewasa (ARDS).
 Dapat digunakan untuk mengobati edema pada pasien
nefrosis akut yang sulit disembuhkan dengan terapi
cyclophosphamide dan kortikosteroid.
 Diindikasikan dalam pengobatan hiperbilirubinemia pada bayi
baru lahir.
Kontraindikasi :
 Kontraindikasi pada pasein anemia berat atau gagal jantung,
insufisiensi ginjal, hipertensi parah, esophageal varices,
edema paru, dan pasien yang memiliki riwayat
hipersensitivitas/reaksi alergi atau anafilaksis terhadap
albumin.
H. ANALISIS DATA
NO Tanggal/Jam Data Fokus Problem Etiologi
1. Kamis DS :
31 Mei 2018 Klien mengatakan seluruh tubuhnya terasa Kelebihan Volume Kelebihan asupan
Jam 11.00 wita semakin membengkak (ekstremitas atas dan Cairan Cairan
bawah, genitalia dan perut)

DO :
- Tampak terjadi udem pada seluruh
tubuh klien
- Turgor Kulit > 8 detik
- Pitting udem derajat III dengan
kedalaman ± 5-7 mm dengan waktu
kembali 7 detik
- TTV :
Tekanan darah : 160/100 mmhg
Nadi : 79 x/menit
Respirasi : 26 x/menit
Suhu : 36,3 ̊C
SPO2 : 98%

Pemeriksaan Penunjang
- Cardiomegali dengan congestive
pulmonum
- CTR = 68 %
2. Kamis DS : Intoleransi Ketidakseimbangan
31 Mei 2018 klien mengatakan seringmerasakan sesak Aktivitas antara suplai dan
Jam 11.00 wita nafas saat beraktivitas kebutuhan oksigen
DO :
- Keadaan umum baik, klien tampak lemah
- Pernapasan cepat dan dangkal
- Penggunaan otot bantu napas tambahan
- Klien hanya tampak beristirahat di
tempat tidur
- TTV :
Tekanan darah : 160/100 mmhg
Nadi : 79 x/menit
Respirasi : 26 x/menit
Suhu : 36,3 ̊C
SPO2 : 98%

Pemeriksaan Penunjang
Berdasarkan hasil
- USG Abdomen yaitu Efusi Pleura
bilateral
- Rontgen terjadi Cardiomegali dengan
congestive pulmonum
CTR = 68 %

3. Kamis DS :
31 Mei 2018 Klien mengatakan cemas dengan kondisi Ansietas Ancaman pada
Jam 11.00 wita penyakitnya sekarang status terkini

DO :
- Klien tampak gelisah
- Klien selalu bertanya kenapa bengkaknya
tidak berkurang dan kapan bisa pulang
- TTV :
Tekanan darah : 160/100 mmhg
Nadi : 79 x/menit
Respirasi : 26 x/menit
Suhu : 36,3 ̊C
SPO2 : 98%

4. Kamis DS :
31 Mei 2018 Klien mengatakan sebelumnya tidak mau Kurang Kurangnya
Jam 11.00 wita melakukan kontrol ke rumah sakit dan tidak pengetahuan Informasi
mau melakukan kemoterapi dengan alasan
takut dan tidak tau bagaimanan prosedur
kemoterapi yang sebenarnya.

DO :
- Klien tampak cemas dengan kondisi
penyakitnya sekarang
- Klien selalu bertanya tentang kondisi dan
penyakitnya
- TTV :
Tekanan darah : 160/100 mmhg
Nadi : 79 x/menit
Respirasi : 26 x/menit
Suhu : 36,3 ̊C
SPO2 : 98%

I. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


Prioritas masalah :
1) Kelebihan Volume Cairan b/d kelebihan Asupan cairan
2) Intolerasi Aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
3) Ansietas b.d Ancaman pada status terkini
4) Kurang pengetahuan b/d Kurangnya informasi

J. PERENCANAAN KEPERAWATAN
N No Diagnosa Diagnosa Nursing Outcome Nursing Intervention
O Keperawatan (NOC) (NIC)

1. 00026 Kelebihan volume Setelah diberikan asuhan Manajemen Cairan


cairan b/d kelebihan keperawatan selama 1x7 jam
asupan cairan diharapkanKeseimbangan cairan
tidak terganggu dengan skala 5,
dengan kriteria hasil :
1. Denyut perifer tidak terganggu
2. Turgor kulit tidak terganggu ( <
3 detik)
3. Keseimbangan intake dan
output dalam 24 jam
4. Asites tidak terjadi/ berkurang
5. Edema perifer tidak terjadi /
berkurang
2. 00092 Intoleransi Setelah diberikan asuhan Perawatan Jantung :
Aktivitas b/d keperawatan selama 1x7 jam Rehabilitatif
Ketidakseimbangan diharapkanStatus jantung paru
antara suplai dan dalam kisaran normaltidak
kebutuhan oksigen terganggu dengan skala 5, dengan
kriteria hasil :
1. Denyut nadi perifer dalam
rentang normal (60-100
x/menit)
2. Saturasi oksigen dalam rentang
normal (95-100%)
3. Edema Perifer tidak terjadi /
berkurang
4. Dyspnea saat beristirahat tidak
terjadi
5. Irama Jantung normal (S1 S2
lup dup)

3. 00146 Ansietas b.d Setelah diberikan asuhan Pengurangan Kecemasan


Ancaman pada keperawatan selama 1x7 jam
status terkini diharapkan Tingkat kecemasan
tidak ada dengan skala 5, dengan
kriteria hasil :
1. Perasaan gelisah tidak ada
2. Wajah tegang tidak ada
3. Rasa cemas disampaikan secara
lisan tidak ada
4. Peningkatan tekanan darah
tidak ada
5. Mengeluarkan rasa marah
secara berlebihan tidak ada
4 00126 Kurang Setelah diberikan asuhan 1. Konseling
pengetahuan b/d keperawatan selama 1x7 jam 2. Dukungan pengambilan
Kurangnya diharapkanpengetahuan proses Keputusan
informasi penyakkit, pengobatan meingkat
dengan skala 5, dengan kriteria
hasil :
1. Pengetahuan tentang tanda dan
gejala penyakit meningkat
2. Pengetahuan tentang makanan
yang dihindari meningkat
3. Pengetahuan tentang cairan yang
dibatasi meningkat
4. Pengetahuan tentang prosedur
pengobatan meningkat
5. Pengetahuan tentang perubahan
tubuh karena proses penyakit
K. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari /Tanggal: 23 Agustus 2018
NO Jam Nomor Tindakan Evaluasi Tindakan Paraf
Tindakan Daignosa
1 12.00 wita I Manajemen Cairan
1. Memonitor intake/asupan dan mencatat output pasien
1. Intake
Klien mengatakan nafsu makannya baik, tetapi klien
mengatakan tidak membatasi minumnya seperti yang
dianjurkan yaitu > 600 ml per hari.
Output
Klien tidak memakai kateter karena klien meminta
untuk dilepas, untuk BAK sedikit tidak sampai 600
ml perhari.
2. TTV :
2. Memonitor tanda-tandal vital pasien
Tekanan darah : 100/70 mmhg
Nadi : 80 x/m
Respirasi : 30 x/m
Suhu : 37,3 ̊C
3. Edema terjadi pada kedua Ekstremitas atas dan
bawah, Perut (Asites), Genitalia.
3. Mengkaji lokasi dan luasnya Edema
Pitting udem derajat III dengan kedalaman ± 5-7
mm dengan waktu kembali 7 detik.
4. Klien diberikan penjelasan untuk patuh dalam
4. Menganjurkan pasien untuk membatasi asupan cairan yang
membatasi konsumsi air yaitu ± 600 ml saja per
berlebihan
harinya.
5. Berkolaborasi pemberian diuretik, dan pemasangan Kateter.
5. Injeksi Furosemide dan Drip furosemide 5 ampl
dalam Ns 100 cc IV
2. 12.30 wita II Perawatan Jantung Rehabilitatif :
1. Memonitor tanda-tanda vital 1. TTV :
Tekanan darah : 100/70 mmhg
Nadi : 80 x/m
Respirasi : 30 x/m
Suhu : 37,3 ̊C
2. Memonitor toleransi pasien terhadap aktivitas 2. Klien hanya berbaring ditempat tidur dan duduk.
3. Memberikan semangat kepada klien untuk tetap
3. Memberikan dukungan harapan yang realistis pada pasien dan menjalani pengobatan yang dianjurkan dan
keluarga memberikan penjelasan terkait kondisi klien
4. Menganjurkan kepada klien untuk tidak melakukan
4. Menganjurkan klien pasien untuk membatasi aktivitasnya aktivitas yang berat yang akan memperberat kondisi
klien
5. Berkolaborasi pemberian obat untuk mengatasi
5. Berkolaborasi masalah jantung klien Candesartan, amlodipine,
Bisoprolol per oral dan pemberian Oksigen .
3. 13.00 wita Pengurangan kecemasan
1. Memberitahukan tentang kondisi klien sekarang
III 1. Memberikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan
dan prognosis 2. Mengalihkan pikiran klien agar tidak selalu
2. Memberikan aktivitas pengganti yang bertujuan untuk
memikirkan kondisinya dan bisa lebih tenang.
mengurangi tekanan
3. Menginstruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi 3. Mengajarkan teknik nafas dalam untuk relaksasi dan
klien lebih tenang.

4 13.30 wita IV Konseling dan dukungan pengambilan keputusan


1. Menentukan apakah terdapat perbedaan antara pandangan pasien 1. Mengkaji pengetahuan klien tentang penyakit,
dengan tenaga kesehatan mengenai kondisi pasien kondisi dan pengobatan yang dijalani.
2. Membangun hubungan terapeutik dengan pasien dan keluarga 2. Membina hubungan baik dengan klien dan
keluarga agar mampu berkomunikasi dan
3. Menginformasikan kepada klien tentang alternatif/ solusi dengan berhubungan baik dengan klien.
jelas dan mendukung tentang kondisinya 3. Memberikan edukasi / penjelasan kepada klien dan
keluarga tentang informasi yang lengkap tentang
pengobatan klien selama di rumah sakit
4. Memberikan informasi sesuai permintaan pasien
4. Memberikan penjelasan terkait hal-hal yang
ditanyakan dan yang ingin diketahui oleh klien dan
keluarga.
5. Menjadi penghubung antara pasien, keluarga dengan tenaga
5. Menyampaikan keluhan dan perubahan kondisi
kesehatan lainnya
yang dialami klien kepada tenaga medis lain .
L. EVALUASI KEPERAWATAN (CATATAN PERKEMBANGAN/SOAP)
Hari /Tanggal: 23 Agustus 2018
NO Jam Respon Subjektif Respon Objektif Analisis Masalah Perencanaan Selanjutnya Paraf
Evaluasi (S) (O) (A) (P)
1 20.00 - Klien mengatakan tubuhnya - Tampak terjadi udem pada Kelebihan Volume Cairan Lanjutkan implementasi :
witA semakin membengkak seluruh tubuh klien b/d Kelebihan asupan 1. Memonitor intake/asupan dan
- Klien tidak mau dipasang - Turgor Kulit > 8 detik Cairan mencatat output pasien
kateter. - Pitting udem derajat III 2. Memonitor tanda-tandal vital
dengan kedalaman ± 5-7 mm pasien
dengan waktu kembali 7 detik 3. Mengkaji lokasi dan luasnya
- Venflon (+) drip obat Edema
furosemide dalam Ns 100 cc 4. Menganjurkan pasien untuk
terpasang membatasi asupan cairan yang
- TTV : berlebihan
TD : 160/100 mmhg 5. Berkolaborasi pemberian
Nadi : 79 x/menit diuretik, dan pemasangan
Respirasi : 26 x/menit Kateter.
Suhu : 36,3 ̊C
SPO2 : 98%

2. 20.15 Klien mengatakan sesak nafas - Keadaan umum baik, klien Intoleransi aktivitas Lanjutkan Implementasi
wita berkurang tampak lemah 1. Memonitor tanda-tanda vital
- Pernafasan cepat 2. Memonitor toleransi pasien
- Klien hanya tampak beristirahat terhadap aktivitas
di tempat tidur 3. Memberikan dukungan harapan
- TTV : yang realistis pada pasien dan
TD : 160/100 mmhg keluarga
Nadi : 79 x/menit 4. Menganjurkan klien pasien untuk
Respirasi : 26 x/menit membatasi aktivitasnya
Suhu : 36,3 ̊C 5. Berkolaborasi pemberian oksigen
SPO2 : 98%
3. 20.30 Klien selalu bertanya kenapa - Klien tampak gelisah Ansietas b/d ancaman pada Lanjutkan Implementasi
wita bengkaknya tidak mau - Klien selalu bertanya kenapa status terkini 1. Memberikan informasi faktual
berkurang bengkaknya tidak berkurang terkait diagnosis, perawatan dan
dan kapan bisa pulang prognosis
2. Memberikan aktivitas pengganti
- TTV : yang bertujuan untuk mengurangi
Tekanan darah : 160/100 tekanan
mmhg
3. Menginstruksikan klien untuk
Nadi : 79 x/menit
Respirasi : 26 x/menit menggunakan teknik relaksasi
Suhu : 36,3 ̊C
SPO2 : 98%

4. 20.45 Klien mengatakan tidak mau - Klien tampak cemas dengan Kurang pengetahuan b/d Lanjutkan Implementasi
wita di pasang kateter, dan tidak kondisi penyakitnya sekarang kurangnya Informasi 1. Membangun hubungan terapeutik
mau melakukan kemoterapi - Klien selalu bertanya tentang
dengan pasien dan keluarga
kondisi dan penyakitnya
- TTV : 2. Menginformasikan kepada klien
Tekanan darah : 160/100
tentang alternatif/ solusi dengan
mmhg
Nadi : 79 x/menit jelas dan mendukung tentang
Respirasi : 26 x/menit
kondisinya
Suhu : 36,3 ̊C
SPO2 : 98% 3. Memberikan informasi sesuai
permintaan pasien
4. Menjadi penghubung antara
pasien, keluarga dengan tenaga
kesehatan lainnya
Hari /Tanggal: 24 Agustus 2018
NO Jam Respon Subjektif Respon Objektif Analisis Masalah Perencanaan Selanjutnya Paraf
Evaluasi (S) (O) (A) (P)
1 09.00 - klien mengatakan hari ini - Tampak terjadi udem pada Kelebihan Volume Cairan Lanjutkan implementasi :
wita BAK nya banyak seluruh tubuh klien b/d Kelebihan asupan 1. Memonitor intake/asupan dan
- Klien mengatakan tidak mau - Turgor Kulit > 8 detik Cairan mencatat output pasien
- Pitting udem derajat III 2. Memonitor tanda-tandal vital
di pasang kateter.
dengan kedalaman ± 5-7 mm pasien
dengan waktu kembali 7 detik 3. Mengkaji lokasi dan luasnya
- Venflon(+) dan drip obat Edema
furosemide dalam Ns 100 cc 4 Menganjurkan pasien untuk
terpasang membatasi asupan cairan yang
- TTV : berlebihan
TD : 120/80 mmhg 5 Berkolaborasi pemberian
Nadi : 75 x/menit diuretik, dan pemasangan
Respirasi : 28 x/menit Kateter.
Suhu : 36,8 ̊C
SPO2 : 95% canul 4 Lpm

2. 09.15 Klien mengatakan merasakan - Keadaan umum baik, klien Intoeransi Aktivitas Lanjutkan Implementasi
wita sesak nafas saat duduk di tampak lemah 1. Memonitor tanda-tanda vital
tempat tidur - Pernafasan cepat dan dangkal 2. Memonitor toleransi pasien
- Klien hanya tampak beristirahat terhadap aktivitas
di tempat tidur 3. Memberikan dukungan harapan
- TTV yang realistis pada pasien dan
TD : 120/80 mmhg keluarga
Nadi : 75 x/menit 4. Menganjurkan klien pasien untuk
Respirasi : 28 x/menit membatasi aktivitasnya
Suhu : 36,8 ̊C 5. Berkolaborasi pemberian oksigen
SPO2 : 95% canul 4 Lpm
3. 09.30 Klien menanyakan kenapa - Klien tampak gelisah Ansietas b/d ancaman pada Lanjutkan Implementasi
wita bengkak nya semakin parah, - Klien selalu bertanya kenapa status terkini 1. Memberikan informasi faktual
dan bertanya apakah ada bengkaknya tidak berkurang terkait diagnosis, perawatan dan
pengobatan lain untuk prognosis
dan kapan bisa pulang
mengatasi bengkaknya
- TTV 2. Memberikan aktivitas pengganti
TD : 120/80 mmhg yang bertujuan untuk mengurangi
Nadi : 75 x/menit tekanan
Respirasi : 28 x/menit 3. Menginstruksikan klien untuk
Suhu : 36,8 ̊C menggunakan teknik relaksasi
SPO2 : 95% canul 4 Lpm

4. 09.45 Klien mengatakan tidak mau - Klien tampak cemas dengan Kurang pengetahuan b/d Lanjutkan Implementasi
wita dipasang kateter dan tidak mau kondisi penyakitnya sekarang kurangnya informasi 1. Membangun hubungan terapeutik
menjalani kemoterapi - Klien selalu bertanya tentang dengan pasien dan keluarga
kondisi dan penyakitnya
2. Menginformasikan kepada klien
- TTV
TD : 120/80 mmhg tentang 44iuretic44ve/ solusi
Nadi : 75 x/menit dengan jelas dan mendukung
Respirasi : 28 x/menit
Suhu : 36,8 ̊C tentang kondisinya
SPO2 : 95% canul 4 Lpm 3. Memberikan informasi sesuai
permintaan pasien
4. Menjadi penghubung antara
pasien, keluarga dengan tenaga
kesehatan lainnya
Hari /Tanggal: 25 Agustus 2018
NO Jam Respon Subjektif Respon Objektif Analisis Masalah Perencanaan Selanjutnya Paraf
Evaluasi WW (S) (O) (A) (P)
1 09.00 - Klien mengatakan - Tampak terjadi udem pada Kelebihan Volume Cairan Lanjutkan implementasi :
wita bengkaknya tidak seluruh tubuh klien b/d Kelebihan asupan 1. Memonitor intake/asupan dan
berkurang - Turgor Kulit > 8 detik Cairan mencatat output pasien
- Klien mengatakan tidak - Pitting udem derajat III 2. Memonitor tanda-tandal vital
mau di pasang kateter. dengan kedalaman ± 5-7 mm pasien
- Klien mengatakan tidak dengan waktu kembali 7 detik 3 Mengkaji lokasi dan luasnya
mau di drip obat - Venflon (+) tetapi drip Edema
furosemide dan meminta furosemide di hentikan karena 4 Menganjurkan pasien untuk
istirahat karena mengeluh klien menolak membatasi asupan cairan yang
sakit - TTV : berlebihan
TD : 160/110 mmhg 5 Berkolaborasi pemberian
Nadi : 82 x/menit 45iuretic, dan pemasangan
Respirasi : 26 x/menit Kateter.
Suhu : 36,5 ̊C
SPO2 : 97%

2. 09.15 Klien mengatakan sesaknya - Keadaan umun baik Intoleransi aktifitas Lanjutkan Implementasi
wita berkurang - Klien tampak beristirahat 1. Memonitor tanda-tanda vital
- Drip furosemide di hentikan 2. Memonitor toleransi pasien
- TTV terhadap aktivitas
TD : 160/110 mmhg 3. Memberikan dukungan harapan
Nadi : 82 x/menit yang realistis pada pasien dan
Respirasi : 26 x/menit keluarga
Suhu : 36,5 ̊C 4. Menganjurkan klien pasien untuk
SPO2 : 97% membatasi aktivitasnya
5. Berkolaborasi pemberian oksigen
3. 09.30 Klien menanyakan kenapa - Klien tampak gelisah Ansietas b/c ancaman pada Lanjutkan Implementasi
wita bengkak nya semakin parah, - Klien selalu bertanya kenapa status terkini 1. Memberikan informasi faktual
dan bertanya apakah ada bengkaknya tidak berkurang terkait diagnosis, perawatan dan
pengobatan lain untuk prognosis
dan kapan bisa pulang
mengatasi bengkaknya
- TTV 2. Memberikan aktivitas pengganti
TD : 160/110 mmhg yang bertujuan untuk mengurangi
Nadi : 82 x/menit tekanan
Respirasi : 26 x/menit 3. Menginstruksikan klien untuk
Suhu : 36,5 ̊C
menggunakan teknik relaksasi
SPO2 : 97%

4. 09. Klien mengatakan tidak mau - Klien tampak cemas dengan Kurang pengetahuan b/d Lanjutkan Implementasi
dipasang kateter dan tidak mau kondisi penyakitnya sekarang kurangnya informasi 1. Membangun hubungan terapeutik
menjalani kemoterapi - Klien selalu bertanya tentang dengan pasien dan keluarga
kondisi dan penyakitnya
2. Menginformasikan kepada klien
- TTV
TD : 160/110 mmhg tentang 46iuretic46ve/ solusi
Nadi : 82 x/menit dengan jelas dan mendukung
Respirasi : 26 x/menit
Suhu : 36,5 ̊C tentang kondisinya
SPO2 : 97% 3. Memberikan informasi sesuai
permintaan pasien
4. Menjadi penghubung antara
pasien, keluarga dengan tenaga
kesehatan lainnya
Hari /Tanggal: 26 Agustus 2018
NO Jam Respon Subjektif Respon Objektif Analisis Masalah Perencanaan Selanjutnya Paraf
Evaluasi (S) (O) (A) (P)
1 09.00 - Klien mengatakan - Tampak terjadi udem pada Kelebihan Volume Cairan Lanjutkan implementasi :
wita badannya masih bengkak seluruh tubuh klien b/d Kelebihan asupan 1 Memonitor intake/asupan dan
- Klien meminta untuk - Turgor Kulit > 8 detik Cairan mencatat output pasien
venflon nya di lepas - Pitting udem derajat III 2 Memonitor tanda-tandal vital
dengan alasan sakit dengan kedalaman ± 5-7 mm pasien
- Klien mengatakan tidak dengan waktu kembali 7 detik 3 Mengkaji lokasi dan luasnya
mau di pasang kateter. - TTV : Edema
TD : 170/120 mmhg 4 Menganjurkan pasien untuk
Nadi : 80 x/menit membatasi asupan cairan yang
Respirasi : 24 x/menit berlebihan
Suhu : 36,7 ̊C 5 Berkolaborasi pemberian
SPO2 : 97% 47iuretic, dan pemasangan
Kateter.

2. 09.30 Klien mengatakn sesak - Klien hanya berbaring di Intoleransi Aktivitas Lanjutkan Implementasi
wita nafasnya berkurang tempat tidur 1. Memonitor tanda-tanda vital
- Keadaan Umum Baik 2. Memonitor toleransi pasien
- TTV : terhadap aktivitas
TD : 170/120 mmhg 3. Memberikan dukungan harapan
Nadi : 80 x/menit yang realistis pada pasien dan
Respirasi : 24 x/menit keluarga
Suhu : 36,7 ̊C 4. Menganjurkan klien pasien untuk
SPO2 : 97% membatasi aktivitasnya
5. Berkolaborasi pemberian oksigen
3. 09.30 Klien mengatakan kenapa - Klien tampak selalu bertanya Ansietas b/d ancaman pada Lanjutkan Implementasi
wita tidak ada perubahan selama di tentang kondisinya status terkini 1. Memberikan informasi faktual
rawat dan bengkaknya - TTV : terkait diagnosis, perawatan dan
semakin bertambah TD : 170/120 mmhg prognosis
Nadi : 80 x/menit
2. Memberikan aktivitas pengganti
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 36,7 ̊C yang bertujuan untuk mengurangi
SPO2 : 97% tekanan
3. Menginstruksikan klien untuk
menggunakan teknik relaksasi

4. 09.45 - Klien mengatakan tidak - Klien tampak tidak kooperatif Kurang pengetahuan b/d Lanjutkan Implementasi
wita mau dipasang kateter dan saat ditanyakan kurangnya informasi 1. Membangun hubungan terapeutik
tidak mau menjalani - Klien tampak bertanya kapan
dengan pasien dan keluarga
kemoterapi boleh pulang
- Klien mengatakan tidak - TTV : 2. Menginformasikan kepada klien
mengikuti saran untuk TD : 170/120 mmhg
tentang 48iuretic48ve/ solusi
membatasi minum . Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 24 x/menit dengan jelas dan mendukung
Suhu : 36,7 ̊C
tentang kondisinya
SPO2 : 97%
3. Memberikan informasi sesuai
permintaan pasien
4. Menjadi penghubung antara
pasien, keluarga dengan tenaga
kesehatan lainnya
Hari /Tanggal: 27 Agustus 2018
NO Jam Respon Subjektif Respon Objektif Analisis Masalah Perencanaan Selanjutnya Paraf
Evaluasi (S) (O) (A) (P)
1 09.00 - Klien mengatakan - Tampak terjadi udem pada Kelebihan Volume Cairan Lanjutkan implementasi :
Wita bengkaknya tidak seluruh tubuh klien b/d Kelebihan asupan 1 Memonitor intake/asupan dan
berkurang - Turgor Kulit > 8 detik Cairan mencatat output pasien
- Klien menolak untuk di - Pitting udem derajat III 2 Memonitor tanda-tandal vital
pasang venflon dan drip dengan kedalaman ± 5-7 mm pasien
Lasix dengan waktu kembali 7 detik 3 Mengkaji lokasi dan luasnya
- TTV : Edema
- Klien mengatakan tidak
TD : 180/100 Mmhg 4 Menganjurkan pasien untuk
mau di pasang kateter. N : 100 x/m membatasi asupan cairan yang
R : 30 x/m berlebihan
T : 37ºC 5 Berkolaborasi pemberian
SPO2 : 95 % canul 5 Lpm 49iuretic, dan pemasangan
Kateter.

2. 09.15 Klien mengatakan merasakan - Klien hanya berbaring di Intoleransi Aktivitas Lanjutkan Implementasi
wita sesak nafas tempat tidur 1. Memonitor tanda-tanda vital
- Pernafasan cepat dan dangkal 2. Memonitor toleransi pasien
- Menggunakan otot bantu terhadap aktivitas
3. Memberikan dukungan harapan
nafas tambahan
yang realistis pada pasien dan
- TTV : keluarga
TD : 180/100 Mmhg 4. Menganjurkan klien pasien untuk
N : 100 x/m membatasi aktivitasnya
R : 30 x/m
5. Berkolaborasi pemberian oksigen
T : 37ºC
SPO2 : 95 % canul 5 Lpm
3. 09.30 Klien dan keluarg mengatakan - Klien tampak gelisah Ansietas b/d ancaman pada Lanjutkan Implementasi
wita kenapa bengkaknya tidak - Klien selalu bertanya status terkini 1. Memberikan informasi faktual
berkurang sama sekali - Klien tampak tidak kooperatif terkait diagnosis, perawatan dan
saat ditanyakan prognosis
- TTV : 2. Memberikan aktivitas pengganti
TD : 180/100 Mmhg yang bertujuan untuk mengurangi
N : 100 x/m tekanan
R : 30 x/m 3. Menginstruksikan klien untuk
T : 37ºC menggunakan teknik relaksasi
SPO2 : 95 % canul 5 Lpm

4. 09.45 - Klien mengatakan tidak - Klien tampak tidak kooperatif Kurang pengetahuan b/d Lanjutkan Implementasi
wita mau dipasang venflon dan - Venflon di lepas, drip kurangnya informasi 1. Membangun hubungan terapeutik
drip obat furosemide, furosemide di hentikan karena
dengan pasien dan keluarga
klien menolak untuk dipasang
- klien masih tidak mau
- Kateter masih tidak terpasang 2. Menginformasikan kepada klien
dipasang kateter, dan tidak - Klien tampak selalu bertanya
mau menjalani tentang alternatif/ solusi dengan
tentang kondisinya
kemoterapi, - TTV : jelas dan mendukung tentang
- Klien mengatakan tidak TD : 180/100 Mmhg
kondisinya
mengikuti saran untuk N : 100 x/m
membatasi minum . R : 30 x/m 3. Memberikan informasi sesuai
T : 37ºC
permintaan pasien
SPO2 : 95 % canul 5 Lpm
4. Menjadi penghubung antara
pasien, keluarga dengan tenaga
kesehatan lainnya

Você também pode gostar