Você está na página 1de 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akhlak merupakan salah satu dari pilar ajaran Islam yang memiliki kedudukan yang
sangat penting. Akhlak merupakan buah yang dihasilkan dari proses menerapkan aqidah dan
syariah/ibadah. Ibarat pohon, akhlak merupakan buah kesempurnaan dari pohon tersebut setelah
akar dan batangnya kuat. Jadi, tidak mungkin akhlak ini akan terwujud pada diri seseorang jika
dia tidak memiliki aqidah dan syariah yang baik. Akhir-akhir ini istilah akhlak lebih didominasi
istilah karakter yang sebenarnya memiliki esensi yang sama, yakni sikap dan perilaku seseorang.

Nabi Muhammad saw. dalam salah satu sabdanya mengisyaratkan bahwa kehadirannya
di muka bumi ini membawa misi pokok untuk menyempurnakan akhlak mulia di tengah-tengah
masyarakat. Misi Nabi ini bukan misi yang sederhana, tetapi misi yang agung yang ternyata
untuk merealisasikannya membutuhkan waktu yang cukup lama, yakni lebih dari 22 tahun. Nabi
melakukannya mulai dengan pembenahan aqidah masyarakat Arab, kurang lebih 13 tahun, lalu
Nabi mengajak untuk menerapkan syariah setelah aqidahnya mantap. Dengan kedua sarana
inilah (aqidah dan syariah), Nabi dapat merealisasikan akhlak yang mulia di kalangan umat Islam
pada waktu itu.1

Sedemikian pentingnya akhlak dalam islam disebutkan juga dalam hadits bahwa
Rasulullah SAW diutus kepada kaumnya dan seluruh umat didunia adalah untuk memperbaiki
akhlak manusia dimana saat itu akhlak masyarakat terutama masyarakat jahiliyah masih jauh dari
perilaku akhlak yang terpuji.

1.2 Rumusan Masalah

Apa pengertian dari akhlak?

Bagaiman ancaman akhlak dalam kehidupan modern?

Bagaiman hakikat kemuliaan akhlak manusia dalam islam?

1
https://bundet.com/pub/detail/konsep-akhlak-dalam-islam-1534070025 30 Agustus 2018, 11.09 WITA

1
1.3 Tujuan

Tujuan dari kajian tentang akhlak ini adalah agar para mahasiswa memiliki pemahaman
yang baik tentang akhlak Islam (moral knowing), ruang lingkupnya, dan pada akhirnya memiliki
komitmen (moral feeling) untuk dapat menerapkan akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-
hari (moral action). Dengan kajian ini diharapkan mahasiswa dapat memiliki sikap, moral, etika,
dan karakter keagamaan yang baik yang dapat dijadikan bekal untuk mengamalkan ilmu yang
ditekuninya di kehidupannya kelak di tengah masyarakat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akhlak

Disebutkan bahwa akhlak adalah buah dari keimanan dan keistiqomahan seseorang dalam
menjalankan ibadah baca istiqomah dalam islam dan cara agar tetap istiqomah dijalan Allah).
Akhlak yang kita ketahui tersebut memiliki pengertian baik secara bahasa maupun secara
istilah.Selain itu ada beberapa ulama yang juga menjabarkan pengertian akhlak sebagaimana
ibnu Miskawaih menyebutkan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa atau sifat seseorang yang
medorong melakukan sesuatu tanpa perlu mempertimbangkannya terlebih dahulu.

Secara bahasa

Kata akhlak secara bahasa berasal dari bahasa Arab “Al Khulk” yang diartikan sebagai perangai,
tabiat.Budi pekerti, dan sifat seseorang.Jadi akhlak seseorang diartikan sebagai budi pekerti yang
dimiliki oleh seseorang terkait dengan sifat-sifat yang ada pada dirinya.

Secara istilah

Kata akhlak menurut istilah khususnya dalam islam diartikan sebagai sifat atau perangai
seseorang yang telah melekat dan biasanya akan tercermin dari perilaku orang tersebut.
Seseorang yang mmeiliki sifat baik biasanya akan memiliki perangai atau akhlak yang baik juga
dan sebaliknya seseorang yang memiliki perangai yang tidak baik cenderung memiliki akhlak
yang tercela. Kata akhlak disebutkan dalam firman Allah pada ayat berikut ini

ْ َ‫َّار ِذك َْرى بِ َخا ِلصَةْ أَ ْخل‬


‫صنَا ُه ْْم إِنَّا‬ ِْ ‫الد‬

“Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka)


akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.(QS Shad : 46).”2

Ibnu Miskawaih dalam kitab Tahdzibul Akhlak menjelaskan bahwa “khuluk ialah keadaan gerak
jiwa yang mendorong kearah melakukan perbuatan tanpa pertimbangan dan pemikiran”. Dalam
buku tersebut dijelaskan bahwa gerak jiwa meliputi dua hal. Pertama, alamiah dan bertolak dari

2
https://dalamislam.com/akhlaq/akhlak-dalam-islam 30 Agustus 2018, 11.06 WITA.

3
watak seperti adanya orang yang mudah marah hanya karena masalah sepele atau tertawa
berlebihan karena mendengar berita yang tidak memprihatinkan. Kedua keadaan jiwa yang
tercipta melalui kebiasaan, atau latihan. Pada awalnya keadaan tersebut terjadi karena dipikirkan
dan dipertimbangkan, namun pada tahapan selanjutnya keadaan tersebut menjadi satu karakter
yang melekat tanpa dipertimbangkan dan dipikirkan masak-masak. Oleh karena itu, pendidikan
akhlak sangat diperlukan untuk mengubah karakter manusia dari keburukan ke arah kebaikan.

Jadi pada hakikatnya khulq atau budi pekerti atau akhlak adalah suatu kondisi atau sifat
yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi keperibadian, hingga dari situ timbullah berbagai
macam perbuatan yang secara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan
pemikiran. Apabila dari kondisi tersebut timbul tingkah laku yang baik dan terpuji menurut
pandangan syariat dan akal pikiran, maka ia dikatakan telah memiliki akhlak atau budi pekerti
mulia. Namun sebaliknya apabila yang lahir adalah kelakuan yang buruk yang bertentangan
dengaan syariat Islam dan norma-norma yang ada dalam masyarakat, maka disebutlah ia telah
melakukan perbuatan tercela dan tidak berakhlak.

Al Khulq disebut sebagai suatu kondisi atau sifat yang telah meresap atau terpatri dalam
jiwa. Seandainya dalam situasi spontan dan secara tiba-tiba seseorang berinfak, padahal berinfak
bukanlah menjadi kebiasaannya, maka orang seperti ini belumlah bisa disebut sebagai orang
dermawan, karena berinfak tersebut bukanlah pantulan dari keperibadianya. Juga disyaratkan
suatu perbuatan dapat dinilai baik apabila timbulnya perbuatan itu dengan mudah sebagai suatu
kebiasaan tanpa memerlukan pemikiran. Sebab seandainya ada seseorang yang memaksakan
dirinya untuk mendermakan hartanya untuk seseorang atau memaksakan hatinya untuk berbuat
setelah dipikir-pikir lebih dahulu, apakah berderma ini menguntungkan bagi dirinya atau tidak,
maka orang seperti ini belumlah disebut sebagai orang yang berakhlak dermawan.3

2.2 Sumber Akhlak

Pembicaraan tentang Akhlak berkaitan dengan persoalan nilai baik dan buruk. Oleh
karena itu ukuran yang menjadi dasar penilaian tersebut harus merujuk pada nilai-nilai agama
Islam. Dengan demikian, ukuran baik buruknya suatu perbuatan harus merujuk pada norma-
norma agama, bukan sekedar kesepakatan budaya. Kalau tidak demikian, norma-norma akan

3
http://uikas3bogor.blogspot.com/2015/03/pendidikan-akhlaq-dalam-islam.html 30 Agustus 2018, 11.15 WITA.

4
berubah seiring dengan perubahan budaya, sehingga sesuatu yang baik dan sesuai dengan agama
bisa jadi suatu saat dianggap buruk pada saat bertentangan dengan budaya yang ada.

Dalam Islam, akhlak menjadi salah satu inti ajaran. Fenomena ini telah dicontohkan oleh
Rasulullah SAW, sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an surat al–Qalam (4).

Artinya: “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”4

Keseluruhan akhlak Rasulullah ini juga diungkapkan oleh Aisyah r.a. saat ditanya tentang
akhlak Rasulullah SAW. Ketika ditanya mengenai akhlak Rasulullah SAW, Aisyah ra.
Menjawab, “Akhlak beliau adalah Al-Qur’an.” Sementara itu, Qatadah menafsirkan: “(Berbudi
pekerti yang agung) berarti menjalankan apa yang diperintahkan Allah dan mencegah dari apa
yang dilarang Allah.”5

Dengan demikian bagi umat Islam, untuk menunjuk siapa yang layak dicontoh tidak
perlu sulit sulit, cukuplah berkiblat kepada akhlak yang ditampilkann oleh Rasulullah SAW.
Dalam sebuah hadis dinyatakan:

“Orang-orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik budi pekertinya”
(HR. Ahmad dari Abu Hurairah). Dalam hadis yang lain yang diriwayatkan oleh at Turmudzi
dari Jabir r.a., Rasulullah menyatakan : “Sungguh di antara yang paling aku cintai, dan yang
paling dekat tempat duduknya dengan aku kelak pada hari kiamat adalah orang yang paling baik
akhlaknya diantara kamu”.

Merujuk pada paparan di atas, sumber akhlak bagi setiap muslim jelas termuat dalam Al
Qur’an dan hadis Nabi. Selain itu, sesuai dengan hakekat kemanusiaan yang dimilikinya,
manusia memiliki hati nurani (qalbu) yang berfungsi sebagai pembeda antara perbuatan baik dan
buruk. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada sahabat
Wabishah tatkala beliau bertanya tentang kebaikan (al-birr) dan dosa (al-itsm) dalam dialog
seperti yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad sebagai berikut.

4
https://bundet.com/pub/detail/konsep-akhlak-dalam-islam-1534070025 30 Agustus 2018, 11.09 WITA.
5
Dr. Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam & Akhlak, AMZAH, 2011, hlm. 314.

5
“Hai Wabishah, bertanyalah kepada hatimu sendiri, kebaikan adalah sesuatu yang jika kamu
lakukan, jiwamu merasa tentram, sedang dosa adalah sesuatu yang jika kamu lakukan, jiwamu
bergejolak dan hatimu pun berdebar debar meskipun orang banyak memberi tahu kepadamu (lain
dari yang kamu rasakan).”6

2.3 Golongan Akhlak

2.3.1 Akhlak Terpuji (al-akhlaq al-mahmudah/al-karimah)

Akhlak mulia adalah yang harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Diantara
beberapa akhlak terpuji yang seharusnya dimiliki oleh seorang muslim adalah kesopanan,
sabar, jujur, derwaman, rendah hati, tutur kata yang lembut dan santun, gigih, rela
berkorban, adil, bijaksana,tawakal dan lain sebagainya. Seseorang yang mmeiliki akhlak
terpuji biasanya akan selalu menjaga sikap dan tutur katanya kepada orang lain dan merasa
bahwa dirinya diawasi oleh Allah SWT.

2.3.2 Akhlak Tercela(al-akhlaq al-madzmumah/al-qabihah)

Akhlak tercela adalah akhlak yang harus dijauhi oleh muslim karena dapat mendatangkan
mudharat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Contoh akhlak tercela
diantaranya adalah dusta (baca bahaya berbohong dan hukumnya dalam islam), iri, dengki,
ujub, fitnah, sombong, bakhil, tamak, takabur, hasad, aniaya, ghibah, riya dan sebagainya.
Akhlak yang tercela sangat dibenci oleh Allah SWt dan tidak jarang orang yang
memilikinya juga tidak disukai oleh masyarakat.

2.4 Ruang Lingkup Akhlak

Dilihat dari ruang lingkupnya akhlak Islam dibagi menjadi dua bagian, yaitu akhlak
terhadap Khaliq (Allah Swt.) dan akhlak terhadap makhluq (selain Allah Swt.). Akhlak terhadap
makhluk masih dirinci lagi menjadi beberapa macam, seperti akhlak terhadap sesama manusia,
akhlak terhadap makhluk hidup selain manusia (seperti tumbuhan dan binatang), serta akhlak
terhadap benda mati.

6
https://bundet.com/pub/detail/konsep-akhlak-dalam-islam-1534070025 30 Agustus 2018, 11.09 WITA.

6
2.4.1 Akhlak terhadap Allah Swt

Orang Islam yang memiliki aqidah yang benar dan kuat, berkewajiban untuk
berakhlak baik kepada Allah Swt. dengan cara menjaga kemauan dengan meluruskan
ubudiyah dengan dasar tauhid (QS. al-Ikhlash (112): 1–4; QS. al-Dzariyat (51): 56),
menaati perintah Allah atau bertakwa (QS. Ali ‘Imran (3): 132), ikhlas dalam semua
amal (QS. al-Bayyinah (98): 5), cinta kepada Allah (QS. al-Baqarah (2): 165), takut
kepada Allah (QS. Fathir (35): 28), berdoa dan penuh harapan (raja’) kepada Allah
Swt. (QS. al-Zumar (39): 53), berdzikir (QS. al-Ra’d (13): 28), bertawakal setelah
memiliki kemauan dan ketetapan hati (QS. Ali ‘Imran (3): 159, QS. Hud (11): 123),
bersyukur (QS. al-Baqarah (2): 152 dan QS. Ibrahim (14): 7), bertaubat serta istighfar
bila berbuat kesalahan (QS. al-Nur (24): 31 dan QS. al-Tahrim (66): 8), rido atas
semua ketetapan Allah (QS. al-Bayyinah (98): 8), dan berbaik sangka pada setiap
ketentuan Allah (QS. Ali ‘Imran (3): 154).7

2.4.2 Akhlak terhadap Sesama Manusia

Akhlak terhadap sesama manusia harus dimulai dari akhlak terhadap Rasulullah
Saw., sebab Rasulullahlah yang paling berhak dicintai, baru dirinya sendiri. Di antara
bentuk akhlak kepada Rasulullah adalah cinta kepada Rasulullah dan memuliakannya
(QS. al-Taubah (9): 24), taat kepadanya (QS. al-Nisa’ (4): 59), serta mengucapkan
shalawat dan salam kepadanya (QS. al-Ahzab (33): 56).

Untuk berakhlak kepada dirinya sendiri, manusia yang telah diciptakan dalam
sibghah Allah Swt. dan dalam potensi fitriahnya berkewajiban menjaganya dengan
cara memelihara kesucian lahir dan batin (QS. al-Taubah (9): 108), memelihara
kerapihan (QS. al-A’raf (7): 31), tenang (QS. al-Furqan (25): 63), menambah
pengetahuan sebagai modal amal (QS. al-Zumar (39): 9), membina disiplin diri (QS.
al-Takatsur (102): 1-3), dan lain-lainnya.

7
https://marzukiwafi.wordpress.com/2008/01/21/konsep-dasar-akhlak-mulia-perspektif-islam/ 30 Agustus 2018,
11.22 WITA.

7
Akhlak terhadap manusia yang terpenting lagi adalah akhlak dalam lingkungan
keluarga. Akhlak terhadap keluarga dapat dilakukan misalnya dengan berbakti kepada
kedua orang tua (QS. al-Isra’ (17): 23 dan QS. Luqman (31): 14-15), bergaul dengan
ma’ruf (QS. al-Nisa’ (4): 19), memberi nafkah dengan sebaik mungkin (QS. al-Thalaq
(65): 7), saling mendoakan (QS. al-Baqarah (2): 187), bertutur kata lemah lembut (QS.
al-Isra’ (17): 23), dan lain sebagainya.

Setelah pembinaan akhlak dalam lingkungan keluarga, yang juga harus kita bina
adalah akhlak terhadap tetangga. Membina hubungan baik dengan tetangga sangat
penting, sebab tetangga adalah sahabat yang paling dekat. Bahkan dalam sabdanya
Nabi Saw. menjelaskan: “Tidak henti-hentinya Jibril menyuruhku untuk berbuat baik
pada tetangga, hingga aku merasa tetangga sudah seperti ahli waris” (HR. al-Bukhari).
Bertolak dari hal ini Nabi Saw. memerinci hak tetangga sebagai berikut: “mendapat
pinjaman jika perlu, mendapat pertolongan kalau minta, dikunjungi bila sakit, dibantu
jika ada keperluan, jika jatuh miskin hendaknya dibantu, mendapat ucapan selamat
jika mendapat kemenangan, dihibur jika susah, diantar jenazahnya jika meninggal dan
tidak dibenarkan membangun rumah lebih tinggi tanpa seizinnya, jangan susahkan
dengan bau masakannya, jika membeli buah hendaknya memberi atau jangan
diperlihatkan jika tidak memberi” (HR. Abu Syaikh).8

Setelah selesai membina hubungan dengan tetangga, tentu saja kita bisa
memperluas pembinaan akhlak kita dengan orang-orang yang lebih umum dalam
kapasitas kita masing-masing. Dalam pergaulan kita di masyarakat bisa saja kita
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan mereka, entah sebagai anggota biasa
maupun sebagai pemimpin. Sebagai pemimpin, kita perlu menghiasi dengan akhlak
yang mulia. Karena itu, pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat seperti berikut:
beriman dan bertakwa, berilmu pengetahuan agar urusan ditangani secara profesional
tidak salah urus (HR. al-Bukhari), memiliki keberanian dan kejujuran, lapang dada,
penyantun (QS. Ali ‘Imran (3): 159), serta tekun dan sabar. Dari bekal sikap inilah
pemimpin akan dapat melaksanakan tugas dengan cara mahmudah, yakni memelihara
amanah dan adil (QS. al-Nisa’ (4): 58), melayani dan melindungi rakyat, seperti sabda

8
Ibid.

8
Nabi: “Sebaik-baik pemimpin adalah yang kalian cintai dan mereka mencintai kalian”
(HR. Muslim), dan bertanggung jawab serta membelajarkan rakyat, seperti sabda
Nabi: “Hubunganku dengan kalian seperti bapak dengan anak di mana aku mengajari”
(HR. Ibnu Majah). Sedangkan kewajiban rakyat adalah patuh (QS. al-Nisa’ (4): 59),
memberi nashehat jika ada tanda-tanda penyimpangan, seperti sabda Nabi: “Jihad
yang paling mulia adalah perkataan yang benar kepada penguasa yang zhalim” (HR.
Abu Daud).9

2.4.3 Akhlak terhadap Lingkungan

Lingkungan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia,
yakni binatang, tumbuhan, dan benda mati. Akhlak yang dikembangkan adalah
cerminan dari tugas kekhalifahan di bumi, yakni untuk menjaga agar setiap proses
pertumbuhan alam terus berjalan sesuai dengan fungsi ciptaan-Nya. Dalam al-Quran
Surat al-An’am (6): 38 dijelaskan bahwa binatang melata dan burung-burung adalah
seperti manusia yang menurut al-Qurtubi tidak boleh dianiaya (Shihab, 1998: 270). Al-
Quran dengan tegas melarang berbuat kerusakan di muka bumi yang sudah diciptakan
oleh Allah dengan baik (sistemik) (QS. al-A’raf (7): 56 dan 85). Dalam kondisi apa
pun (di masa perang atau damai) kita dilarang merusak binatang dan tumbuhan kecuali
terpaksa. Semua sudah diciptakan dan diatur sesuai dengan sunnatullahnya masing-
masing dan disesuaikan dengan tujuan dan fungsi penciptaan (QS. al-Hasyr (59): 5).10

2.5 Ancaman Akhlak dalam Kehidupan Modern

Yusuf Qardhawi menyebutkan bahwa paling tidak ada tiga macam ancaman terhadap
akhlak manusia dalam kehidupan modern dewasa ini, yaitu ananiyyah, madiyyah dan naf’iyyah.

Ananiyyah artinya individualisme, yaitu faham yang bertitik tolak dari sikap egoisme,
mementingkan dirinya sendiri, sehingga mengorbankan orang lain demi kepentingannya sendiri.
Orang orang yang berpendirian semacam ini tidak memiliki semangat ukhuwah Islamiyah, rasa
persaudaraan dan toleransi (tasamuh) sehingga sulit untuk merasakan penderitaan orang lain.

9
Ibid.
10
Ibid.

9
Padahal seseorang baru dikatakan berakhlak mulia tatkala ia memperhatikan nasib orang lain
juga.

Madiyyah artinya sikap materialistik yang lahir dari kecintaan pada kehidupan duniawi
yang berlebihan. Hal demikian dijelaskan oleh Allah dalam Al Qur’an surat Hud (11) : 15-16
yang berbunyi.

Artinya: “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami
berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan Sempurna dan mereka di
dunia itu tidak akan dirugikan., Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali
neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang Telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa
yang Telah mereka kerjakan.”

Naf’iyyah artinya pragmatis yaitu menilai sesuatu hanya berdasarkan pada aspek
kegunaan semata. Ketiga ancaman terhadap akhlak mulia ini hanya akan dapat diatasi manakala
manusia memiliki pondasi aqidah yang kuat dan senantiasa melakukan amal ibadah untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT.11

2.6 Hakikat Kemuliaan Akhlak Manusia Dalam Islam

Dalam pandangan para humanis dan juga menurut kultur yang berkembang saat ini,
setiap orang diklaim, karena ia manusia, mempunyai nilai alami kemuliaan, sekalipun misalnya
pernah melakukan pembunuhan dan kejahatan. Berbeda halnya dengan Islam yang memandang
adanya dua jenis kemuliaan, yaitu kemuliaan umum, yakni bahwa setiap manusia memiliki
kemuliaan tanpa peduli dengan apa yang dilakukannya. Kemuliaan jenis ini adalah kemuliaan
ciptaan manusia sebagai ahsani-taqwim (QS. al-Tin (95): 4). Manusia diberi kemuliaan dengan
bekal akalnya yang bisa mengantarnya melebihi makhluk lain, termasuk malaikat. Allah dengan
tegas menyatakan kemuliaan manusia dalam ayat-ayat al-Quran (di antaranya QS. al-Isra’ (17):
70). Jenis kemuliaan yang kedua adalah kemuliaan yang dicapai dan dijangkau dengan kehendak

11
https://bundet.com/pub/detail/konsep-akhlak-dalam-islam-1534070025 30 Agustus 2018, 11.09 WITA.

10
dan pilihan bebas manusia. Di sinilah manusia akan dinilai siapa yang paling baik dan berlomba-
lomba untuk beramal kebajikan atau bertakwa (QS. al-Hujurat (49): 13). Dalam kemuliaan jenis
ini manusia tidak semuanya sama. Bahkan jika seseorang tidak berusaha dan mengerjakan amal
kebajikan bisa terjatuh derajatnya sedemikian rupa menjadi lebih rendah dari binatang (QS. al-
A’raf (7): 179).12

Kemuliaan seseorang dengan demikan akan sangat ditentukan oleh kerja kerasnya untuk
senantiasa melaksanakan kebajikan dan juga ditentukan oleh kualitas amaliahnya. Dan dalam
wilayah akhlak, kualitas tidak bisa hanya diukur dari bentuk dan wujud perilaku lahiriahnya saja.
Prinsip akhlak Islam memang universal, tetapi dalam aplikasinya sangat fleksibel. Sebagai
contoh, sifat terus terang adalah prinsip akhlak yang tidak dapat dipertengkarkan kebenaran dan
kebaikannya, namun dalam kasus tertentu (yang membahayakan jiwa, hak milik, dan posisi
seseorang) hal itu dapat diabaikan. Pengabaian sifat terus terang dengan perilaku lain yang
menunjukan ketidakterusterangan tidak dapat langsung dikatakan si pelakunya tidak menjunjung
kemuliaan akhlak, asal dalam menjalankannya ada alasan yang kuat bagi eksistensi
kemanusiaan.13

Kriteria kemuliaan akhlak yang merupakan cerminan dari prinsip ihsan juga dituntut
untuk memenuhi konsep dasar yang tercermin dari makna ihsan. Ihsan sebagaimana telah
dijelaskan dalam bab kerangka dasar ajaran Islam, mengandung dua ajaran/rukun yang menjadi
pangkal kebaikan, yaitu muraqabah dan muhasabah. Arti sederhana muraqabah adalah senantiasa
merasa mendapatkan pengawasan dari Allah Swt. Perasaaan ini muncul dari kedekatan dengan
Allah Swt. yang dimanifestasikan dengan dzikir. Dengan kata lain seseorang akan dapat
meningkatkan kualitas amalnya dengan menghadirkan Allah Swt. di dalam hatinya. Muhasabah
adalah upaya seseorang untuk menghitung amalnya, apakah benar-benar telah memenuhi kriteria
kemuliaan atau bahkan menyimpang dan sia-sia. Apakah amalnya untuk hari ini lebih baik
dengan hari kemarin atau bahkan lebih jelek, sehingga ia rugi dan terjatuh dalam laknat Allah
Swt. Dengan prinsip muhasabah maka perilaku seseorang, baik dan buruknya, ditentukan melalui

12
https://marzukiwafi.wordpress.com/2008/01/21/konsep-dasar-akhlak-mulia-perspektif-islam/ 30 Agustus 2018,
11.22 WITA.
13
Muslim Nurdin, Moral & Kognisi Islam, Alfabeta, 1995, hlm. 211.

11
kesesuain dengan kriteria amal kebaikan yang harus dihitung dan ditimbang secara terus
menerus.14

Jadi prinsip dasar penghiasan diri dengan akhlak yang mulia adalah bertakwa kepada
Allah dalam kesendirian dan keramaian. Dalam wasiat komprehensifnya, Rasulullah SAW
membekali Mu’adz dengan sejumlah akhlak utama yang diawali dengan pesan takwa. Beliau
bersabda: “Hai Mu’adz, aku wasiatka kepadamu bertakwalah kepada Allah, berbicaralah jujur
apa adanya, tepatilah janji, tunaikan amanat dan jangan khianat, jagalah hak-hak bertetangga,
kasihanilah anak yatim, lembut dan santunlah dalam bicara, tebarkan salam, bekerjalah dengan
baik, dan pendekkanlah angan, moderatlah dalam bertindak, pegang teguh keimanan, kaji dan
dalami Alquran, cintai akhirat, takutlah dengan hari perhitungan, dan bersikaplah rendah hati.
Janganlah sekali-sekali kau memaki orang yang sabar/penyantun, mendustakan orang yang jujur,
mengelukan penjahat yang penuh dosa, membangkang pemimpin yang adil, aau berbuat
kerusakan di muka bumi. Pesanku lagi, bertakwalah kepada Allah terhadap setiap batu, pohon,
dan tanah. Jika sampai kau lakukan pantangan-pantangan ini, taubatlah atas setap dosa; taubat
rahasia bagi dosa yang dilakukan sembunyi-sembunyi dan taubat terbuka bagi dosa yang
dilakukan terang-terangan.”15

14
https://marzukiwafi.wordpress.com/2008/01/21/konsep-dasar-akhlak-mulia-perspektif-islam/ 30 Agustus 2018,
11.22 WITA.
15
Dr. Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam & Akhlak, AMZAH, 2011, hlm. 315.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bahwa akhlak dalam Islam memiliki nilai ibadah yang berdasarkan pada syariat agama
Islam. Akhlak sebagai suatu tabiat adalah merupakan perwujudan tingkah laku seorang muslim
yang berhubungan dengan nilai baik dan buruk dan tidak boleh bertentangan dengan hukum-
hukum Islam.

Etika dan moral adalah juga merupakan suatu uwjud tingkah laku yang berhubungan
dengan nilai baik dan buruk, tapi parameter untuk menentukan suatu perbuatan itu baik atau
buruk ialah hanya berdasarkan pada hasil olah pikiran manusia semata atau filsafat. Sedangkan
akhlak untuk menentukan baik buruknya perbuatan manusia itu parameternya adalah wahyu
Allah swt.

Akhlak dalam Islam adalah akhlak yang berdasarkan pada Al Quran dan Sunnah
Rasulullah SAW. Sehingga agar seseorang dapat memiliki dan mengamalkan akhlak yang terpuji
(akhlakul karimah) haruslah dididik dengan pendidikan Islam yang mengajarkan ajaran-ajaran
agama Islam.

3.2 Saran

Sebagai seorang mahasiswa, alangkah lebih baik jika kita mempelajari materi tentang
akhlak dari berbagai sumber, baik dari buku maupun situs internet. Agar nantinya kita mudah
dalam memahami dan kita akan lebih mudah dalam penulisan makalah kedepannya.

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari adanyakekurangan dan kesalahan dalam
penyampaian maupun penulisan kalimat. Oleh karena itu, kami sebagai penulis makalah ini
meminta kritik dan saran sehingga kedepannya kami dapat menulis makalah ini dengan lebih
baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

13
Daftar Pustaka

Hajjaj, Muhammad Fauqi . 2011. Tasawuf Islam & Akhlak. AMZAH.

Nurdin, Muslim. 1995. Moral & Kognisi Islam. Alfabeta.

https://bundet.com/pub/detail/konsep-akhlak-dalam-islam-1534070025 30 Agustus 2018, 11.09 WITA.

https://dalamislam.com/akhlaq/akhlak-dalam-islam 30 Agustus 2018, 11.06 WITA.

https://marzukiwafi.wordpress.com/2008/01/21/konsep-dasar-akhlak-mulia-perspektif-islam/ 30 Agustus
2018, 11.22 WITA.
http://uikas3bogor.blogspot.com/2015/03/pendidikan-akhlaq-dalam-islam.html 30 Agustus 2018, 11.15
WITA.

14

Você também pode gostar