Você está na página 1de 8

PERAN KONDISI PSIKOLOGIS DAN KARAKTERISTIK PRIBADI DALAM

PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF : SEBUAH TINJAUAN


KONSEPTUAL

The Role of Psychological Condition and Personal Characteristics in Development of


Effective Leadership: a Conceptual Review

Hening Riyadiningsih
Program Studi Manajemen UNWIKU
Jl Beji Karangsalam Purwokerto
(heningriyadiningsih@gmail.com)

ABSTRAK

Tujuan artikel menguraikan peran kondisi psikologis, nilai diri, dan karakteristik pribadi
dalam pengembangan kepemimpinan efektif (transformasional) secara konseptual.
Pendidikan dan pengalaman hidup manusia akan membentuk kepribadian seorang individu.
Kepribadian seorang individu mengarahkan pada perilaku individu tersebut. Landasan
kepribadian seorang individu adalah keadaan psikologis individu tersebut dan nilai diri (self
value) yang dimiliki. Keadaan psikologis melingkup pada sumber kendali diri, keyakinan
diri, dan orientasi diri pada pembelajaran atau kinerja. Nilai diri melingkup pada tingkatan
religi atau kecerdasan spiritual yang mengarahkan pada perilaku baik atau buruk.
Karakteristik pribadi lebih mencerminkan pada bawaan phisik seorang individu yang tampak,
seperti humoris, mudah bergaul, dan terbuka. Bagian akhir pembahasan artikel mengenai
bagaimana kondisi psikologis, nilai diri, dan karakteristik pribadi berperan dalam
pengembangan kepemimpinan efektif (transformasional).

Kata Kunci: Kondisi Psikologis, Sumber Kendali Diri, Keyakinan Diri, Nilai Diri,
Karakteristik Pribadi, dan Kepemimpinan Transformasional

ABSTRACT

Purpose of the article describes role of psychological conditions, self worth, and personal
characteristics in the development of effective leadership (transformational) conceptually.
Education and experience of human life formed an individual's personality. Personality of an
individual leads to individual behaviors. The foundation of an individual's personality is the
individual's psychological state and self-value is owned. Base of personality are
psychological state at locus of control, and goal-orientation in learning or performance.
Base of self value are at the level of religious or spiritual intelligence that leads to good or
bad behavior. The personal characteristics reflect on an individual's innate physical
appearances, such as humorous, sociable, and open. The latter part of the discussion of the
article about role of the psychological condition, self value, and personal characteristics in
the development of effective leadership (transformational).

Key Words: psychological conditions, locus of control, self concept, personal characteristics,
and effective leadership (transformational)

1
PENDAHULUAN (social learning) dan pengalaman hidup
merupakan determinasi perkembangan faktor-
Banyaknya kasus korupsi di Negara ini
mengindikasikan ada sesuatu yang salah dalam faktor tersebut. Hal ini sejalan dengan
perkembangan kejiwaan yang terinternalisasi
pola pendidikan yang terjadi dalam diri setiap
individu. Pendidikan diri individu terjadi mulai selama seorang individu melakukan
pembelajaran diri.
sejak dia lahir dan berkelanjutan mengikuti umur
individu tersebut. Pendidikan dilakukan dan atau Kepemimpinan Transformational: Sebuah
terjadi dalam keluarga, sekolah, dan lingkungan. Kepemimpinan Efektif
Pola pendidikan yang terjadi, diikuti, dan diserap
seorang individu menjadi sebuah pengalaman Tipe kepemimpinan efektif adalah tipe
hidup. Kedua hal tersebut terinternalisasi sejalan kepemimpinan yang mampu mencapai dan atau
dengan umur individu membentuk sebuah meningkatkan kinerja organisasi. Setiap
kepribadian seseorang. Kepribadian seorang organisasi akan menerapkan pola kepemimpinan
individu selalu mengarahkan pada perilaku berbeda-beda tergantung pada situasi dan kondisi
individu tersebut. yang dihadapi. Keadaan pekerja, budaya
organisasi, iklim organisasi, dan ukuran (size)
Landasan kepribadian seorang individu
adalah keadaan psikologis individu tersebut dan organisasi mempengaruhi tipe kepemimpinan
yang diterapkan (Riyadiningsih, 2004).
nilai diri (self value) yang dimiliki. Keadaan
psikologis ini melingkup pada keyakinan diri, Menurut Neihoff (1990) kepemimpinan
merupakan kunci keberhasilan organisasi.
sumber kendali diri, dan orientasi diri pada
pembelajaran atau kinerja. Nilai diri melingkup Organisasi secara agregat mampu mencapai atau
pada tingkatan religi atau kecerdasan spiritual meningkatkan produktifitas dan inovasi
organisasi tergantung pada pemimpin organisasi.
yang mengarahkan pada perilaku baik atau
buruk. Karakteristik pribadi lebih mencerminkan Pemimpin dalam melakukan kepemimpinan
mampu memberikan inspirasi dan motivasi
pada bawaan phisik seorang individu yang
tampak, seperti humoris, mudah bergaul, dan kepada bawahan untuk mengungkit semua
sumber daya yang dimiliki anggota organisasi
terbuka.
maka bisa dikatakan pemimpin tersebut
Landasan kepribadian tersebut akan menerapkan pola kepemimpinan efektif.
menjadi hal yang krusial dimiliki oleh seorang Kepemimpinan efektif pada dasarnya
pemimpin yang efektif. Hal ini karena pada bukan hanya sekedar pertukaran antara pimpinan
dasarnya kepemimpinan efektif adalah dan bawahan. Artinya bawahan akan
kepemimpinan yang mampu meningkatkan mendapatkan imbalan atas tercapainya tujuan
kinerja organisasinya. Neihoff (1990) dalam organisasi (contingent reward). Atau bukan
Riyadiningsih (2004) mengatakan bahwa hanya sekedar melakukan secara aktif
kepemimpinan (leadership) merupakan kunci pengawasan terhadap pencapaian tujuan,
untuk meningkatkan produktifitas dan inovasi melakukan intervensi, kritik, dan saran kepada
organisasi. Hasil penelitian Riyadiningsih (2004) bawahan jika terjadi kesalahan (management by
juga menyatakan bahwa tipe kepemimpinan exception). Atau menurut Bass (1990) konsep
yang diterapkan oleh berbagai ukuran (size) kepemimpinan tersebut dinamakan
organisasi mempengaruhi kinerja organisasi. kepemimpinan transaktional
Seorang pemimpin mampu meng- Ketika situasi dan kondisi lingkungan
arahkan bawahannya untuk mencapai tujuan selalu berubah maka dituntut adanya pemimpin
yang ditetapkan sangat dipengaruhi oleh faktor- yang selalu fleksibel yaitu adaptif dan proaktif.
faktor kemampuan, keadaan psikologis, dan Jika dikaitkan dengan konsep kepemimpinan
karakter pribadinya (Riyadiningsih, 2006). yang dikemukakan Bass (1990) maka lebih
Faktor-faktor ini bukan merupakan sesuatu yang mengarah pada kepemimpinan transformasional.
statis dan permanen, tetapi bersifat dinamis dan Menurut Vries (1998) kepemimpinan
dapat dikembangkan. Proses pembelajaran sosial transformasional merupakan pemimpin yang
2
kharismatik, pemimpin yang mampu bertindak masalah organisasi. Sedangkan individualized
sebagai agent of change, dan sekaligus sebagai consideration maksudnya adalah seorang
entrepreneur. Sedang menurut Davidhizar dan pemimpin harus mampu memperlakukan
Sheare (1997) kepemimpinan transformasional bawahan secara berbeda-beda tetapi adil, dalam
merupakan tipe kepemimpinan yang mampu arti memperhatikan satu persatu bawahannya dan
memberikan inspirasi dan motivasi kepada tidak hanya mengenali kebutuhan tetapi juga
bawahan untuk melakukan pekerjaan dengan memberikan prasarana dalam pencapaian tujuan
baik. secara efektif serta memberikan pekerjaan yang
Dalam kepemimpinan transformasional, menantang.
pertukaran yang terjadi antara bawahan dan Menurut Podsakoff, dkk (1996)
pimpinan tidak sekedar pertukaran seperti dalam kepemimpinan transformasional mampu
kepemimpinan transaksional. Kepemimpinan mengubah nilai dasar, keyakinan, dan sikap
transformasional melibatkan pengembangan bawahan hingga bersedia melaksanakan
hubungan yang lebih dekat antara pemimpin dan pekerjaan melebihi tingkat minimal yang telah
pengikut. Pemimpin membantu bawahan untuk ditentukan organisasi (organizational citizenship
melihat kepentingan organisasi lebih penting behavior ). Sehingga secara umum bisa
dibanding kepentingan mereka sendiri. Dalam dikatakan kepemimpinan efektif yaitu
tipe kepemimpinan ini, pemimpin dituntut kepemimpinan yang mampu meningkatkan
mampu mengembangkan kepercayaan diri, kinerja organisasi adalah kepemimpinan
keefektifan diri, dan harga diri bawahan, transformasional.
sehingga dia mempunyai pengaruh kuat terhadap
identifikasi dan motivasi bawahan dalam Kondisi Psikologis Sebagai Landasan
mencapai tujuan. Kepemimpinan Kepribadian Individu
transformasional menurut Tracy dan Hinkin
Kondisi psikologis diuraikan sebagai
dalam Gill, dkk (2010) mampu mempengaruhi suatu keadaan yang ada dalam diri seorang
proses perubahan sikap dan asumsi anggota
individu yang dapat mempengaruhi sikap dan
organisasi dan juga mampu membangun perilaku individu tersebut. Kondisi psikologis
komitmen anggota organisasi terhadap tujuan
dalam hal meliputi sumber kendali diri (locus of
organisasi. control), keyakinan diri (self efficacy), dan
Menurut Bass dan Avolio (1994) ada
orientasi tujuan (goal orientation). Kondisi
empat unsur yang mendasari kepemimpinan psikologis ini merupakan landasan kepribadian
transformasional yaitu charisma, inspiration, seorang individu. Artinya kepribadian seorang
intellectual stimulation, dan individualized
individu bisa tercermin dari bagaimana kondisi
consideration. Charisma artinya seorang psikologisnya.
pemimpin mempunyai kharisma baik dihadapan
bawahan, dan dia mempunyai pengaruh yang Locus Of Control
kuat, dapat menggerakkan bawahan, serta Locus of control merupakan salah satu
mengilhami bawahan dalam menyelesaikan variabel kepribadian (personality). Rotter (1990)
tugas dan tujuan organisasi. Inspiration artinya dalam Riyadiningsih (2001) mendefinisikan
bahwa pemimpin mampu mengartikulasikan locus of control sebagai suatu keyakinan
tujuan bersama serta dapat menentukan suatu individu terhadap kemampuan dirinya untuk
pengertian mengenai apa yang dirasa penting mengontrol nasib (destiny) sendiri. Individu
dan benar, sehingga pemimpin dapat yang memiliki keyakinan bahwa dia mampu
meningkatkan harapan positif mengenai apa mengontrol event-event yang terjadi dalam
yang harus dilakukan. Intellectual stimulation kehidupannya, dikatakan individu tersebut
mengandung arti bahwa pemimpin yang efektif memiliki internal locus of control. Sementara
adalah pemimpin yang mampu memberikan individu yang memiliki keyakinan bahwa
rangsangan kepada bawahan untuk ikut terlibat lingkunganlah yang mengontrol event-event
secara aktif (berinovasi) dalam menyelesaikan yang terjadi dalam kehidupannya maka
3
dikatakan individu tersebut memiliki external dengan internal locus of control memanfaatkan
locus of control. waktu luang untuk kegiatan yang dapat
meningkatkan keahlian (skill utilization), dan
mempunyai kontrol diri yang lebih besar
Menurut Rotter (1990) dalam dibanding individu dengan external locus of
Riyadiningsih (2001) individu yang memiliki control.
kecenderungan external locus of control lebih
Keyakinan individu bahwa dia mampu
banyak menyandarkan harapannya pada orang
lain. Individu tersebut akan sangat tergantung melaksanakan suatu tugas tertentu dengan baik
mendorong mereka berusaha keras untuk
pada individu lain. Mereka lebih banyak mencari
dan memilih situasi yang menguntungkan bagi mewujudkan keyakinan tersebut. Internal locus
of control lebih memungkinkan seorang
mereka.
pemimpin sebagai individu mempercayai bahwa
Sementara, masih menurut (Rotter, usaha mereka menghasilkan kinerja yang lebih
1990), individu yang memiliki kecenderungan baik. Pemimpin sebagai seorang individu
internal locus of control lebih banyak menunjukkan kepercayaan dan keyakinan lebih
menyandarkan harapannya pada diri sendiri. kuat terhadap kompetensi dan kemampuan
Mereka lebih menyukai kegiatan yang bertujuan kognitifnya (Riyadiningsih, 2006) jika dia
untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian, dan memiliki internal locus of control.
kemampuan mereka, dibanding hanya situasi
yang menguntungkan.
Berbagai penelitian mengenai perbedaan Orientasi Tujuan
perilaku individu yang memiliki external locus Menurut Button, dkk (1996) orientasi
of control dan internal locus of control telah tujuan dalam mencapai tujuan diklasifikasikan
banyak dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan menjadi dua yaitu orientasi tujuan pada kinerja
bahwa seorang individu yang memiliki internal (performance goal orientation) dan orientasi
locus of control cenderung mencurahkan sumber tujuan pada pembelajaran (learning goal
daya yang dimiliki untuk menggenggam orientation). Kedua orientasi tujuan tersebut
lingkungan yang dihadapi, melakukan menurut VandeWalle dan Cumming (1997)
pembelajaran, dan secara aktif mencari informasi dikonseptualisasikan sebagai dua konstruk
yang mempunyai relevansi personal berbeda yang berada pada dua sisi berlawanan
(Rotter,1990). Kecenderungan individu yang dalam suatu kontinum.
memiliki internal locus of control lebih bersifat Orientasi tujuan pada pembelajaran
responsif jika kontingensi kinerja – imbalan dikarakteristikkan dengan pengakuan individu
ditunjukkan secara jelas. Jika individu tersebut
bahwa kompetensi mereka dapat dikembangkan
dihadapkan pada pencapaian tujuan tertentu melalui pembelajaran penguasaan pengetahuan,
maka dia mempunyai keyakinan kuat terhadap
ketrampilan dan kemampuan. Mereka juga
kemampuannya untuk menyelesaikan atau memiliki keyakinan bahwa kemampuan
mencapai tujuan tersebut (Riyadiningsih, 2001).
intelektual bersifat fleksibel, dapat ditempa
Hasil penelitian Benassi, dkk (1998) dalam melalui pengalaman (VandeWalle dan
Maltby, dkk (2007) menunjukkan bahwa
Cumming, 1997). Dengan demikian jika
individu dengan internal locus of control dikaitkan dengan pelaksanaan suatu tugas, ketika
cenderung memiliki stress tinggi dan rentan
individu tersebut dihadapkan pada tugas dan
terhadap depresi klinis.
tujuan dengan tingkat kompleksitas tinggi dan
Keadaan locus of control individu membutuhkan tingkat KSAs (knowledge, skill,
mengarahkan pada perilaku yang berbeda. Hasil dan abilities) tinggi maka dia termotivasi untuk
penelitian yang dilakukan oleh Kabanoff dan mengembangkan diri dan merasa yakin mampu
O’Brien (1980) dalam Riyadiningsih (2001) melaksanakan tugas dan tujuan tersebut dengan
menunjukkan adanya kecenderungan individu baik dan berhasil. Individu yang memiliki
4
orientasi tujuan pada pembelajaran Orang bersikap dan berperilaku sangat
menginterpretasikan pengalaman atau kegagalan diwarnai oleh konsep diri yang dimiliki individu
sebagai suatu hal yang positif dan dapat tersebut. Jika kita bicara mengenai konsep diri
berfungsi sebagai sumber pembelajaran bagi maka sama saja kita membicarakan tentang nilai
individu sehingga menjadi lebih baik di masa yang diyakini diri sendiri tentang segala sesuatu
yang akan datang. dalam hidup kita. Tingkah laku seorang individu
Sementara orientasi tujuan pada kinerja mencerminkan konsep diri yang dimiliki
individu tersebut.
dikarakteristikkan dengan pengakuan individu
bahwa mereka merasa puas dengan tingkat Semua hal yang diketahui individu
kompetensi yang dimiliki, sehingga tidak tentang dirinya, segala sesuatu yang diyakini,
memiliki motivasi kuat untuk mengembangkan dan segala kejadian hidup yang pernah dialami
kompetensi yang dimiliknya. Individu ini lebih dan menjadi sebuah pengalaman, tersimpan dan
memfokuskan pada usaha mencari penilaian terekam dalam diri seorang individu. Proses
positip dan menghindari penilaian negatif internalisasi diri sepanjang kehidupan individu
terhadap dirinya (VandeWalle dan Cumming, membentuk sebuah konsep diri (self concept).
1997). Mereka juga lebih memfokuskan pada Konsep diri ini membentuk kepribadian. Dengan
pelaksanaan tugas dengan baik dan benar atau demikian, self concept bagi seorang individu
sesuai dengan petunjuk pelaksanaan tugas merupakan mental hard drive kepribadiannya.
(Riyadiningsih, 2001). Ketika individu dengan Tingkah laku nyata seorang individu
orientasi tujuan kinerja dihadapkan pada tugas
sejalan dengan konsep diri yang dimilikinya.
dan tujuan dengan tingkat kompleksitas tinggi Continous self improvement di segala bidang
dan membutuhkan tingkat KSAs (knowledge, kehidupan seorang individu bertolak dari self
skill, dan abilities) tinggi maka dia merasa tidak
concept improvement. Dengan demikian, jika
yakin mampu melaksanakan tugas dan tujuan seorang individu mempunyai motivasi untuk
tersebut dengan baik, mereka merasa stress dan
memperbaiki kinerja dan efektivitas setiap
terbebani dengan tugas tersebut. tindakannya maka harus dirunut dari evaluasi
terhadap konsep dirinya. Hal ini karena Self-
concept seorang individu mendahului dan
Self Concept
memprediksi tingkat kinerja dan efektivitas
Konsep diri (self Concept) adalah semua setiap tindakan individu bersangkutan.
ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan
mempengaruhi individu dalam berhubungan Kondisi Psikologis dan Karakteristik Pribadi
dengan orang lain. Self Concept merupakan dalam Kepemimpinan Efektif
konstruk multi dimensional mengenai persepsi Kepemimpinan efektif adalah ke-
individu terhadap dirinya sendiri terkait dengan pemimpinan yang mampu mengarahkan anggota
sejumlah karakteristik pribadi seperti organisasi pada peningkatan kinerja organisasi.
pendidikan, gender, ras, dan yang lain. Self Hal ini dapat diwujudkan jika individu yang
Concept merupakan sebuah model internal dari mengemban tugas dan tanggung jawab
self assessment yang tidak hanya terbatas pada kepemimpinan memiliki beberapa faktor
penilaian tentang kepribadian seorang individu individual yang excellence. Faktor individual
tetapi juga mengenai keahlian, kemampuan, tersebut diantaranya adalah kondisi psikologis
hobi, dan karakteristik pribadinya.Sedang dan karakteristik pribadi yang dimilikinya.
menurut Demidenko, dkk (2011) self concept Seperti telah dibahas di atas kondisi psikologis
merupakan sebuah model yang menyangkut yang dimaksud menyangkut locus of control,
yang terkait dengan self esteem, stability, dan orientasi tujuan, dan self concept.
self efficacy.
Karakteristik pribadi merupakan ciri atau
karakter tertentu yang menjadi keunikan
5
individu. Karakteristik pribadi melingkupi mengarah pada suatu hasil yang membawa
banyak aspek, yaitu dari ciri fisik, perilaku, dan kebaikan bagi bawahannya. Ketika membahas
pola pikir. Ciri fisik mengacu pada hal-hal yang nurani sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari
bersifat jasmani atau yang terkait dengan gerak pembahasan mengenai konsep diri atau nilai diri.
atau kerja jasmani. Perilaku terkait dengan Penerapan tipe kepemimpinan juga
perilaku dan sikap tertentu yang menjadi
sangat tergantung pada karakteristik pribadi yang
keunikan seorang individu. Sedang polapikir dimiliki seorang pemimpin (Riyadiningsih,
berhubungan dengan cara pandang, cara kerja
2006). Hasil penelitian Riyadiningsih (2006)
kognitif termasuk didalamnya daya kreatifitas menyatakan bahwa kepemimpinan
dan inovasi dalam suatu tugas maupun
transformasional menuntut keberanian dalam
penyelesaian suatu masalah. pengambilan resiko, memiliki daya kreatifitas
Jika seorang individu yang bertindak dan inovasi yang tinggi dalam mengarahkan dan
sebagai seorang pemimpin mempunyai internal menggerakkan bawahan.
locus of control maka dia memiliki persepsi
bahwa lingkungan dapat dikontrol oleh dirinya
sehingga dia mampu melakukan perubahan. SIMPULAN
Dalam hal ini seorang pemimpin harus mampu Kepemimpinan efektif adalah
menjadi seorang agent of change dan sekaligus kepemimpinan yang mampu mengarahkan
sebagai seorang entrepreneur. Hal ini bisa bawahan untuk meningkatkan kinerja organisasi.
dipahami karena internal locus of control Hal ini mengandung arti bahwa karena adanya
berhubungan dengan sikap aktif proaktif dalam kepemimpinan tertentu bawahan terinspirasi dan
melakukan perbaikan dan peningkatan kinerja termotivasi untuk dapat mengungkit potensi
(Riyadiningsih, 2006). Sementara seorang yang dimiliki, sehingga tercipta inovasi-inovasi
pemimpin bertanggung jawab terhadap kinerja baru dalam melaksanakan dan menyelesaikan
organisasi. pekerjaan. Jika kita kaitkan dengan ciri-ciri tipe
Keberhasilan sebuah organisasi tidak kepemimpinan dari Bass & Avolio (1994) maka
hanya diukur dari tingkat laba yang diperoleh tipe kepemimpinan ini termasuk dalam tipe
tetapi juga dilihat dari keberhasilan dalam kepemimpinan transformasional. Sehingga bisa
melakukan inovasi. Ketika seorang pemimpin disimpulkan tipe kepemimpinan efektif adalah
memiliki orientasi tujuan pada pembelajaran tipe kepemimpinan transformasional.
maka dia memiliki kecenderungan untuk selalu Tipe kepemimpinan transformasional
melakukan pengembangan kemampuan dan adalah tipe kepemimpinan yang mampu
bersifat terbuka terhadap setiap perubahan. memberikan inspirasi, motivasi, dan dapat
Perubahan lingkungan yang terjadi menuntut memperlakukan bawahan berbeda sesuai dengan
adanya pengembangan keahlian dan kemampuan keadaan dan kebutuhan bawahan serta
karena adanya pekerjaan yang menantang. memberikan keleluasaan bagi bawahan untuk
Keterbukaan terhadap pengembangan keahlian mengembangkan potensi yang dimiliki. Hal ini
disalurkan pada bawahannya sehingga bawahan mengindikasikan persyaratan yang harus dimiliki
juga akan termotivasi dan terinspirasi untuk oleh seorang pemimpin dalam kepemimpinan
melakukan perubahan dan pengembangan transformasional. Persyaratan ini bukan fokus
pengetahuan, keahlian dan kemampuannya. pada penguasaan teknis tapi lebih pada
Dengan demikian tujuan organisasi tercapai. keperilakuan. Perilaku dan atau tingkah laku
Seorang pemimpin yang memiliki sangat ditentukan oleh kepribadian seorang
kecerdasan spiritual tinggi maka setiap tindakan individu.
dan perilaku akan selalu dituntun dengan nurani. Landasan kepribadian seorang individu
Nurani selalu menuntun pada benar atau salah, adalah kondisi psikologis yang dapat dilihat dari
sehingga seorang pemimpin yang digerakkan kecenderungan locus of control, orientasi tujuan,
oleh nurani maka dia bisa membaca dan dan konsep diri yang dimiliki. Seorang
6
pemimpin dalam kepemimpinan Davidhizar, R.Z. & Shearer, R. 1997. Giving
transformasional tentunya memiliki keyakinan Encouragement as A Transformational
bahwa dia mampu mengontrol lingkungan Leadership Technique. Healt Care Supety,
(karena pemimpin transformasional sebagai 15 (3): 16 – 21
agent of change), sehingga dia dikatakan Demidenko, N.; Taska G.; Kennedy N.; &
memiliki internal locus of control. Seorang
Bissada H. 2011. The Mediating Role of
pemimpin dalam kepemimpinan tranformasional Self Concept in The Relationship between
harus selalu terbuka pada hal-hal baru dan selalu
Attachment Insecurity and Identity
ingin mempelajarinya sehingga dia bisa Differentiation among Women with An
memberikannya kepada bawahan hal-hal yang
Eating Disorder. Journal Of Social and
positip. Dengan demikian dikatakan dia Clinical Psychology (serial online)
memiliki kecenderungan orientasi tujuan pada December 2010; 29 (10): 1131 – 1152 at
pembelajaran.
http://en.wikipedia.org/wiki/self_concept
Tingkah laku manusia tidak bisa lepas
dari konsep diri yang dimilikinya. Konsep diri Gill, A.; Fitzgerald S.; Bhutani S.; Mand H.; and
menuntun manusia dalam melakukan tindakan
Sharma S. 2010. The Relationship Between
baik, benar, atau salah. Lingkungan, tempaan Transformational Leadership and Employee
diri, dan pengalaman berpengaruh terhadap
Desire for Empowerment. International
pembentukan konsep diri. Tipe kepemimpinan Journal of Contemporary Hospitality
efektif lebih banyak menyandarkan perilakunya
Management, Vol 22 No 2 p: 263 – 273
pada konsep diri “positip”, yaitu sebuah konsep
diri yang mampu mengarahkan tindakan yang Maltby J.; Day L.; & MacAskill A. 2007.
baik dan benar, baik secara umum maupun Personality, Individual Differencess and
secara kaidah. Intelegences. At http://en.wikipedia
org/wiki/locus_of_control
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana
membentuk kondisi psikologis seperti yang Neihoff, B.P. Enz, C.A. & Grover, R.A. 1990.
seharusnya ada pada kepemimpinan efektif. Hal The Impact of Top Management Action on
ini menunjukkan bahwa kondisi psikologis tidak Employee Attitudes and Perception. Group
tercipta secara alami tetapi bisa dibentuk. and Organization Student, 15 (30): 337 –
Pembentukan kondisi psikologis ini yang masih 352
harus dikaji lebih jauh. Podsakof, P.M. Mazkenzie, S.B. & Bommer,
H.W. 1996. Transformational Leader
Behavior and Substitutes for Leadership as
DAFTAR PUSTAKA Determinant of Employee Satisfaction
Bass, B.M. &Avolio, B.J. 1994. Improving Commitment, Trust, and Organizational
Organizational Effectiveness: Through, Citizenship Behavior. Journal of
Transformational Leadership. Thousand Management, Vol.22 No 2:259 – 298
Oaks CA: Sage Publication, Inc Riyadiningsih, Hening.2001. Hubungan
Bass, B.M. 1990. From Transactional to Kemampuan, Locus of Control, Orientasi
Transformational Leadership: Learning to Tujuan, dan Motivasi Berprestasi dengan
Share The Vision, Journal of Self Efficacy dan Penetapan Tujuan dalam
Organizational Dynamic, 18 (4): 19 -31 rangka Memprediksi Kinerja Individual,
Tesis Magister Sains. Fakultas Ekonomi
Button, S. Mathiew, J. & Jazac, D. 1996. Goal
Orientation in Organizational Behavior UGM Yogyakarta
Research: A Conceptual and Empirical Riyadiningsih, Hening & Pujiastuti, Ratna. 2004.
Foundation, Organizational Behavior & Analisis Tipe Kepemimpinan dalam Rangka
Human Decision Process, 67: 24 – 48 Memprediksi Kinerja Organisasi (Studi
7
pada Industri Manufaktur di Kabupaten VandeWalle, D.M. & Cumming, L.L. 1997. A
Banyumas) (Penelitian atas Biaya Dikti) Test of Influence of Goal Orientation on
Riyadiningsih, Hening. & Pujiastuti, Ratna. The Feedback Seeking Process. Journal of
Applied Psychology, 82: 390 – 400
2006. Kondisi Psikologis dan Karakteristik
Pribadi Tipe Kepemimpinan Efektif (Studi Vries, M.F.R.K.D. 1998. Charisma in action:
Pada Industri Manufaktur di Kabupaten Transformational abilities of Virgin’s
Banyumas) (Penelitian atas Biaya Dikti) Richard Branson and ABB’S Precy
Rotter, J.B. 1990. Generalized Expectancies for Barnevik. Organizational Dynamics
Journal, 26: 6 - 21
Internal Versus External Locus of Control
of Reinforcement. Psychological
Monographs, 80 whole No.69

Você também pode gostar