Você está na página 1de 48

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

F DENGAN DIAGNOSA
MEDIS DIABETES MILITUS DI RUANGAN ASTER RSUD
DR. DORIS SYLVANUS PALANGKARAYA

Oleh:
Nama : Depranata
Nim : 2017.C.09a.0832

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2018/20219

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di susun oleh :

Nama : Depranata

NIM : 2017.C09a.0832

Program Studi : S-1 Keperawatan

Judul : Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Diabetes MilitusDi


ruang Aster RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya.

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan 1 Program Studi S-1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Lisnae Waty ,S.Kep.,Ners Oktarinai. L,S.Kep

Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan Asuhan
Keperawatan Pada Tn.F Dengan Diagnosa Medis Diabetes Militus Diruang Aster
RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Saya berharap laporan pendahuluan penyakit ini dapat berguna dan
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai penyakit Diabetes Militus.

Menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan pendahuluan penyakit ini


terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempur oleh sebab itu berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan. Semoga laporan
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan

Palangka Raya, Maret 2019

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................... 1
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................. 1
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................. 1
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Penyakit ...................................................................... 3
2.1.1 Definisi ........................................................................ 3
2.1.2 Anatomi fisiologi ........................................................ 3
2.1.3 Etiologi ........................................................................ 6
2.1.4 Klasifikasi ................................................................... 8
2.1.5 Patofisiologi ................................................................ 9
2.1.6 Manisfestasi Klinis ...................................................... 11
2.1.7 Komplikasi .................................................................. 11
2.1.8 Pemeriksa Penunjang .................................................. 13
2.1.9 Penatalaksanaan Medis ............................................... 14
2.1.10 Tanda Dan Gejala ........................................................ 15
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar manusia ......................................... 16
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan ........................................... 16
2.3.1 Pengkajian Keperawatan ............................................. 17
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ................................................ 18
2.3.3 Intervensi Keperawatan ............................................... 19
2.3.4 Implementasi Keperawatan ......................................... 19

iii
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian ............................................................................. 21
3.1.1. Identitas Klien ........................................................... 21
3.1.2. Riwayat Kesehatan/Perawatan ................................. 21
3.1.3. Pemeriksaan Fisik ...................................................... 22
3.1.4. Pola Fungsi Kesehatan .............................................. 30
3.2 Tabel Analisa Data ............................................................... 34
3.3 Rencana Keperawatan ........................................................... 37
3.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan ............................ 39

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ........................................................................... 40
4.2 Saran ..................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan
defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Smeltzer &
Bare, 2009).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah,
disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop
elektron (Mansjoer dkk, 2007).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka penulis
mengambil rumusan masalah bagaimana cara memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Diabetes Militus, khususnya pada Tn. F
Diabetes Militus di ruang Aster RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan umum
Agar penulis mampu berpikir secara logis dan ilmiah dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Militus dengan menggunakan
pendekatan manajemen keperawatan secara benar, tepat dan sesuai dengan
standart keperawatan secara professional
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian pada pasien dengan Diabetes Militus
2. Menganalisa kasus dan merumuskan masalah keperawatan pada pasien
dengan Diabetes Militus
3. Menyusun asuhan keperawatan yang mencakup intervensi pada pasien
dengan Diabetes Militus.

1
4. Melakukan implementasi atau pelaksanaan tindakan keperawatan pada
pasien dengan Diabetes Militus.
5. Mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
dengan Diabetes Militus.

1.4 Manfaat Penulisan


Agar dapat menambah wawasan serta pengetahuan bagi para
pembaca tentang Diabetes Militus.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Definisi
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna
manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang
mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes
melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan
absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin
(Corwin, 2009).
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan
defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Smeltzer &
Bare, 2009).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah,
disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop
elektron (Mansjoer dkk, 2007).
2.1.2 Anatomi Fisiologi
Sistem Endokrin merupakan kelenjar yang mengirimkan hasil sekresi
langsung ke dalam darah yang beredar dalam jaringan kelenjar tanpa
melewati saluran Hasil dari sekresi tersebut dinamakan dengan hormon.
Adapun komponen dari sistem endokrin sebagai berikut:
1. Kelenjar pienal (Epifise)
Kelenjar ini terdapat didalam otak didalam ventrikel terletak dekat
korpus. Ini menghasilkan sekresi Interna dalam membantu pankreas dan
kelenjar kelamin.

3
2. Kelenjar Hipofise
Kelenjar ini terletak pada dasar tengkorak yang m,empunyai peran
penting dalam sekresi hormon-hormin semua sistem endokrin. Kelenjar
Hipofise terdiri dari 2 lobus. Yaitu lobus anterior dan lobus posterior.
Lobus anterior menghasilkan hormon yang berfungsi sebagai zat
Pengendali produksi dari semua organ endokrin.
a. Hormon Somatropik, yang berfungsi mengendalikan pertumbuhan
tubuh.
b. Hormon Tirotoprik yang berfungsi mengendalikan kegiatan kelenjar
tiroid dalam menghasilkan hormon tirooksin.
c. Hormon Adrenokortikotropik (ACTH) yang berfungsi
mengendalikan kelenjar suprarenal dalam menghasilkan kortisol
d. Hormon Gonadotropik yang berasal dari Folicel Stimulating
Hormon (FSH) yang merangsang perkembangan folikel degraf
dalam ovarium dan pembentukan spermatozoa dalam testis
Adapun lobus posteror menghasilkan 2 jenis hormon yaitu:
a. Hormon anti diuretik (ADH) mengatur jumlah air yang keluar
melalui ginjal
b. Hormon oksitosin yang berguna merangsang dan menguat kontraksi
uterus sewaktu melahirkan dan mengeluarkan air susu sewaktu
menyusui.
3. Kelenjar Tiroid
Terdiri dari 2 lobus yang berada disebelah kanan dari trakea, yang
terletak didalam leher bagian depan bawah melekat pada dinding laring.
Adapun fungsi kelenjar tiroksin adalah mengatur pertukaran
metabolisme dalam tubuh damn mengatur pertumbuhan. Selain itu juga
kelenjar tiroid mempunyai fungsi:
a. Bekerja sebagai perangsang kerja oksidasi
b. Mengatur penggunaan oksidasi
c. Mengatur pengeluaran karbondioksida.
d. Pengaturan susunan kimia darah, jaringan

4
4. Kelenjar Timus
Kelenjar ini di mediastinum di belakang os sternum. Kelenjar timus
terletak di dalam thorak yang terdiri dari 2 lobus. Adapun fungsi dari
kelenjar timus adalah:
a. Mengaktifkan pertumbuhan badan.
b. Mengurangi aktifitas kelenjar kelamin.
5. Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal ada 2 bagian yaitu:
a. Bagian luar yang berwarna kekuningan yang menghasilkan kortisol
b. disebut korteks.
c. Bagian medula yang menghasilkan adrenalin (epineprin) dan non
d. adrenalin (non epineprin)
Non adrenalin dapat menaikkan tekanan darah dengan cara merangsang
serabut otot di dalam dinding pembuluh darah untuk berkontraksi,
adrenalin membantu metabolisme karbohidrat dengan cara menambah
pengeluaran glukosa dalam hati. Adapun fungi kelenjar adrenal bagian
korteks adalah:
a. Mengatur keseimbangan air, elektolit, dan garam.
b. Mempengaruhi metabolisme hidrat arang dan protein
c. Mempengaruhi aktifitas jaringan limfoid.
Dan fungsi kelenjar adrenal bagian medula adalah:
d. Vaso kontriksi pembuluh darah perifer.
e. Relaksasi bronkus.
6. Pankreas
Terdapat di belakang lambung di depan vertebra lumbalis 1 dan 2
terdiri dari sel- sel alpha dan beta. Sel alpha menghasilkan hormon
glukagon dan sel beta menghasilkan hormon insulin. Hormon yang di
gunakan untuk pengobatan diabetes adalah hormon insulin yang
merupakan sebuah protein yang turut di cernakan oleh enzim
pencernaan protein.
Fungsi hormon insulin adalah mengendalikan kadar glukosa dan bila
digunakan sebagai pengobatan adalah memperbaiki sel tubuh untuk

5
mengamati dan penggunaan glukosa dam lemak. Selain itu juga terdapat
pulau langerhans yang berbentuk oval yang tersebar ke seluruh tubuh
pankreas dan terbanyak pada bagian kedua pankreas. Fungsi dari pulau
langerhans adalah sebagai unit sekresi dalam pengeluaran homeostastik
nutrisi, menghambat sekresi insulin glikogen dan poilipeptida pancreas
serta menghambat sekresi glikogen. Selain itu juga pankreas sebagai
tempat cadangan bagi tubuh dan penggunaan glukosa.
7. Kelenjar ovarika
Terdapat pada wanita dan terletak pada disamping kanan dan kiri
uterus dan menghasilkan hormon esterogen dan progesteron, hormon
inimempengaruhi uterus dan memberikan sifat kewanitaan.
8. Kelenjar Testika
Terdapat pada pria terletak pada skrotum dan menghasilkan
hormone testosteron yang mempengaruhi pengeluaran sperma.

2.1.3 Etiologi
Penyebab dari DM Tipe II antara lain (FKUI, 2011):
1. Penurunan fungsi cell β pancreas
Penurunan fungsi cell β disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
a) Glukotoksisitas
Kadar glukosa darah yang berlangsung lama akan menyebabkan
peningkatan stress oksidatif, IL-1b DAN NF-kB dengan akibat
peningkatan apoptosis sel β.
b) Lipotoksisitas
Peningkatan asam lemak bebas yang berasal dari jaringan adiposa
dalam proses lipolisis akan mengalami metabolism non oksidatif
menjadi ceramide yang toksik terhadap sel beta sehingga terjadi
apoptosis.
c) Penumpukan amyloid
Pada keadaan resistensi insulin, kerja insulin dihambat sehingga
kadar glukosa darah akan meningkat, karena itu sel beta akan berusaha
mengkompensasinya dengan meningkatkan sekresi insulin hingga

6
terjadi hiperinsulinemia. Peningkatan sekresi insulin juga diikuti
dengan sekresi amylin dari sel beta yang akan ditumpuk disekitar sel
beta hingga menjadi jaringan amiloid dan akan mendesak sel beta itu
sendiri sehingga akirnya jumlah sel beta dalam pulau Langerhans
menjadi berkurang. Pada DM Tipe II jumlah sel beta berkurang sampai
50-60%.
d) Efek incretin
Inkretin memiliki efek langsung terhadap sel beta dengan cara
meningkatkan proliferasi sel beta, meningkatkan sekresi insulin dan
mengurangi apoptosis sel beta.
e) Usia
Diabetes Tipe II biasanya terjadi setelah usia 30 tahun dan
semakin sering terjadi setelah usia 40 tahun, selanjutnya terus
meningkat pada usia lanjut. Usia lanjut yang mengalami gangguan
toleransi glukosa mencapai 50 – 92%. Proses menua yang berlangsung
setelah usia 30 tahun mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis,
dan biokimia. Perubahan dimulai dari tingkat sel, berlanjut pada
tingkat jaringan dan ahirnya pada tingkat organ yang dapat
mempengaruhi fungsi homeostasis. Komponen tubuh yang mengalami
perubahan adalah sel beta pankreas yang mengahasilkan hormon
insulin, sel-sel jaringan terget yang menghasilkan glukosa, sistem
saraf, dan hormon lain yang mempengaruhi kadar glukosa.
f) Genetik
2. Retensi insulin
Penyebab retensi insulin pada DM Tipe II sebenarnya tidak begitu
jelas, tapi faktor-faktor berikut ini banyak berperan:
a) Obesitas
Obesitas menyebabkan respon sel beta pankreas terhadap glukosa
darah berkurang, selain itu reseptor insulin pada sel diseluruh tubuh
termasuk di otot berkurang jumlah dan keaktifannya kurang sensitif.
b) Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
c) Kurang gerak badan

7
d) Faktor keturunan (herediter)
e) Stress
Reaksi pertama dari respon stress adalah terjadinya sekresi sistem saraf
simpatis yang diikuti oleh sekresi simpatis adrenal medular dan bila
stress menetap maka sistem hipotalamus pituitari akan diaktifkan.
Hipotalamus mensekresi corticotropin releasing faktor yang
menstimulasi pituitari anterior memproduksi kortisol, yang akan
mempengaruhi peningkatan kadar glukosa darah
a. Faktor Resiko
Faktor resiko yang tidak dapat diubah:
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Keturunan
Faktor resiko yang dapat diubah:
1. Hipertensi
2. Kolesterol tinggi
3. Obesitas
4. Merokok
5. Alkohol
6. Kurang aktivitas fisik

2.1.4 Klasifikasi
Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s
Expert Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus,
menjabarkan 4 kategori utama diabetes, yaitu: (Corwin, 2009)
1. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)/ Diabetes Melitus
tergantung insulin (DMTI)
Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe
I. Sel-sel beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin
dihancurkan oleh proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk
mengontrol kadar gula darah. Awitannya mendadak biasanya terjadi
sebelum usia 30 tahun.

8
2. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes
Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe
II. Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin
(resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin.
Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar
glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat hipoglikemik (suntikan
insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat mengontrol
hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih dari
30 tahun dan pada mereka yang obesitas.
3. DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik),
obat, infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan
karakteristik gangguan endokrin.
4. Diabetes Kehamilan: Gestational Diabetes Mellitus (GDM)
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak
mengidap diabetes.

2.1.5 Patofisiologi
Patogenesis diabetes melitus Tipe II ditandai dengan adanya
resistensi insulin perifer, gangguan “hepatic glucose production (HGP)”,
dan penurunan fungsi cell β, yang akhirnya akan menuju ke kerusakan
total sel β. Mula-mula timbul resistensi insulin yang kemudian disusul
oleh peningkatan sekresi insulin untuk mengkompensasi retensi insulin
itu agar kadar glukosa darah tetap normal. Lama kelamaan sel beta tidak
akan sanggup lagi mengkompensasi retensi insulin hingga kadar glukosa
darah meningkat dan fungsi sel beta makin menurun saat itulah diagnosis
diabetes ditegakkan. Penurunan fungsi sel beta itu berlangsung secara
progresif sampai akhirnya sama sekali tidak mampu lagi mensekresi
insulin (FKUI, 2011).
Pada diabetestipe2 terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin, yaitu: resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.

9
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan
sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi
suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.
Resistensi insulin pada diabetes mellitus tipe 2 disertai dengan penurunan
reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi
resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukagon dalam darah
harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada
penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi
insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada
tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-
sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin,
maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes mellitus tipe 2.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas
diabetes mellitus tipe 2, namun masih terdapat insulin dengan jumlah
yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan
keton yang menyertainya. Karena itu, ketoasidosis diabetic tidak terjadi
pada diabetes mellitus tipe II. Meskipun demikian, diabetes mellitus tipe
2 yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang
dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik (HHNK).
Pada keadaan tertentu glukosa dapat meningkat sampai dengan
1200 mg/dl hal ini dapat menyebabkan dehidrasi pada sel yang
disebabkan oleh ketidakmampuan glukosa berdifusi melalui membran
sel, hal ini akan merangsang osmotik reseptor yang akan meningkatkan
volume ekstrasel sehingga mengakibatkan peningkatan osmolalitas sel
yang akan merangsang hypothalamus untuk mengsekresi ADH dan
merangsang pusat haus di bagian lateral (Polidipsi). Penurunan volume
cairan intrasel merangsang volume reseptor di hypothalamus menekan
sekresi ADH sehingga terjadi diuresis osmosis yang akan mempercepat
pengisian vesika urinaria dan akan merangsang keinginan berkemih
(Poliuria). Penurunan transport glukosa kedalam sel menyebabkan sel
kekurangan glukosa untuk proses metabolisme sehingga mengakibatkan

10
starvasi sel. Penurunan penggunaan dan aktivitas glukosa dalam sel
(glukosa sel) akan merangsang pusat makan di bagian lateral
hypothalamus sehingga timbul peningkatan rasa lapar (Polipagi).
Pada Diabetes Mellitus yang telah lama dan tidak terkontrol, bisa
terjadi atherosklerosis pada arteri yang besar, penebalan membran kapiler
di seluruh tubuh, dan degeneratif pada saraf perifer. Hal ini dapat
mengarah pada komplikasi lain seperti thrombosis koroner, stroke,
gangren pada kaki, kebutaan, gagal ginjal dan neuropati.
2.1.6 Manisfestasi Klinis
Menurut Mansjoer, 2014 Diabetes Mellitus awalnya diperkirakan dengan
adanya gejala yaitu:
1. Poliuri (sering kencing dalam jumlah banyak)
2. Polidipsi (banyak minum)
3. Polifagi (banyak makan)
4. Lemas
5. Berat Badan Menurun
6. Kesemutan
7. Mata kabur
8. Impotensi pada pria
9. Pruritus pasa vulva

2.1.7 Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat muncul akibat DM Tipe II, antara lain
(Stockslager L, Jaime & Liz Schaeffer, 2007) :
a. Hipoglikemia
Komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita diabetes yang di
obati dengan insulin atau obat-obatan antidiabetik oral. Hal ini mungkin di
sebabkan oleh pemberian insulin yang berlebihan, asupan kalori yang
tidak adekuat, konsumsi alkohol, atau olahraga yang berlebihan. Gejala
hipoglikemi pada lansia dapat berkisar dari ringan sampai berat dan tidak
disadari sampai kondisinya mengancam jiwa.

11
b. Ketoasidosis diabetic
Kondisi yang ditandai dengan hiperglikemia berat, merupakan
kondisi yang mengancam jiwa. Ketoasidosis diabetik biasanya terjadi pada
lansia dengan diabetes Tipe 1, tetapi kadang kala dapat terjadi pada
individu yang menderita diabetes Tipe 2 yang mengalami stress fisik dan
emosional yang ekstrim.
c. Sindrom nonketotik hiperglikemi, hiperosmolar (Hyperosmolar
hyperglycemic syndrome, HHNS) atau koma hyperosmolar
Komplikasi metabolik akut yang paling umum terlihat pada pasien
yang menderita diabetes. Sebagai suatu kedaruratan medis, HHNS di
tandai dengan hiperglikemia berat(kadar glukosa darah di atas 800 mg/dl),
hiperosmolaritas (di atas 280 mOSm/L), dan dehidrasi berat akibat
deuresis osmotic. Tanda gejala mencakup kejang dan hemiparasis (yang
sering kali keliru diagnosis menjadi cidera serebrovaskular) dan kerusakan
pada tingkat kesadaran (biasanya koma atau hampir koma).
d. Neuropati perifer
Biasanya terjadi di tangan dan kaki serta dapat menyebabkan kebas
atau nyeri dan kemungkinan lesi kulit. Neuropati otonom juga
bermanifestasi dalam berbagai cara, yang mencakup gastroparesis
(keterlambatan pengosongan lambung yang menyebabkan perasaan mual
dan penuh setelah makan), diare noktural, impotensi, dan hipotensi
ortostatik.
e. Penyakit kardiovaskuler
Pasien lansia yang menderita diabetes memiliki insidens hipertensi
10 kali lipat dari yang di temukan pada lansia yang tidak menderita
diabetes. Hasil ini lebih meningkatkan resiko iskemik sementara dan
penyakit serebrovaskular, penyakit arteri koroner dan infark miokard,
aterosklerosis serebral, terjadinya retinopati dan neuropati progresif,
kerusakan kognitif, serta depresi sistem saraf pusat.
f. Infeksi kulit
Hiperglikemia merusak resistansi lansia terhadap infeksi karena
kandungan glukosa epidermis dan urine mendorong pertumbuhan bakteri.

12
Hal ini membuat lansia rentan terhadap infeksi kulit dan saluran kemih
serta vaginitis.

2.1.8 Pemeriksa Penunjang


pemeriksaan penunjang sangat penting dilakukan pada penderita
DM untuk menegakkan diagnose kelompok resiko DM yaitu kelompok
usia dewasa tua (lebih dari 40 tahun), obesitas, hipertensi, riwayat
keluarga DM riwayat lebih dari 4000 gram, Pemeriksaan dilakukan
dengan pemeriksaan gula darah sewaktu kemudian dapat diikuti dengan
Test Toleransi Glukosa Oral (TTGO) Untuk kelompok resiko yang hasil
pemeriksaan nya negatif, perlu pemeriksaan ulang setiap tahunnya.
Pada pemeriksaan dengan DM dipemeriksaan akan didapatkan hasil gula
darah puasa >140 mg/dl pada dua kali pemeriksaan. Dan gula darah post
prandial >200mg/dl. Selain itu juga dapat juga dilakukan pemeriksaan
antara lain:
1. Aseton plasma (keton) > positif secara mencolok
2. Asam lemak bebas:kadar lipid dan kolesterol meningkat
3. Elektrolit :natrium naik ,turun kalium naik, turun, fosfor turun
4. Gas Darah Arteri :menunjukkan PH menurun dan HCO3 menurun
(Asidosis Metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
5. Urine: Gula dan aseton positif (berat jenis dan osmolaritas meningkat.
6. Kultur dan Sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran
kemih infeksi saluran pernafasan, dan infeksi pada luka
Pemeriksaan penunjang untuk DM sebagai berikut (FKUI, 2011) :
b. Glukosa darah sewaktu
c. Kadar glukosa darah puasa
d. Tes toleransi glukosa
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

13
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

2.1.9 Penatalaksaan Medis


a. Obat Hipoglikemik Oral
1. Golongaan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan dengan obat
golongan lain, yaitu biguanid inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat
golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin oleh
sel- sel beta pankreas, karena itu menjadi pilihan utama para penderita DM
tipe 2 dengan berat badan berlebihan
2. Golongan Biguanad /metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati, memperbaiki
pengambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer) dianjurkan sebagai
obat tinggal pada pasien kelebihan berat badan.
3. Golongan Inhibitor Alfa Glikosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran
pencernaan sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan.
Bermanfaat untuk pasien dengan kadar gula puasa yang masih normal.
e. Insulin
1. Indikasi insulin
Pada DM tipe 1 yang tHuman Monocommponent Insulin (40 UI dan 100
UI/ml injeksi) yang beredar adalah actrapid Injeksi insulin dapat diberikan
kepada penderita DM tipe11 yang kehilangan berat badan secara drastis.
Yang tidak berhasil dengan penggunaan obat-obatan anti DM dengan
dosis maksimal atau mengalami kontra indikasi dengan obat-obatan
tersebut. Bila mengalami ketoasidosis, hiperosmolar asidosis laktat, stress
berat karena infeksi sistemik, pasien operasi berat , wanita hamil dengan
gejala DM yang tidak dapat dikontrol dengan pengendalian diet.
2. Jenis insulin :
a. Insulin kerja cepat jenisnya adalah reguler insulin, cristalin zink, dan
semilente

14
b. Insulin kerja sedang Jenisnya adalah NPH (Netral Protamine Hagerdon)
c. Insulin kerja lambat Jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin)

2.1.10 Tanda Dan Gejala


Diabetes tipe 1 dapat berkembang dengan cepat dalam beberapa minggu,
bahkan beberapa hari saja. Sedangkan pada diabetes tipe 2, banyak
penderitanya yang tidak menyadari bahwa mereka telah menderita diabetes
selama bertahun-tahun, karena gejalanya cenderung tidak spesifik. Beberapa
gejala diabetes tipe 1 dan tipe 2 meliputi:
1. Sering merasa haus.
2. Sering buang air kecil, terutama di malam hari.
3. Sering merasa sangat lapar.
4. Turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.
5. Berkurangnya massa otot.
6. Terdapat keton dalam urine. Keton adalah produk sisa dari pemecahan otot
dan lemak akibat tubuh tidak dapat menggunakan gula sebagai sumber
energi.
7. Lemas.
8. Pandangan kabur.
9. Luka yang sulit sembuh.
10. Sering mengalami infeksi, misalnya pada gusi, kulit, vagina, atau saluran
kemih.
Beberapa gejala juga bisa menjadi tanda bahwa seseorang mengalami
diabetes, antara lain:
1. Mulut kering.
2. Rasa terbakar, kaku, dan nyeri pada kaki.
3. Gatal-gatal.
4. Disfungsi ereksi atau impotensi.
5. Mudah tersinggung.
6. Mengalami hipoglikemia reaktif, yaitu hipoglikemia yang terjadi beberapa
jam setelah makan akibat produksi insulin yang berlebihan.

15
7. Munculnya bercak-bercak hitam di sekitar leher, ketiak, dan selangkangan,
(akantosis nigrikans) sebagai tanda terjadinya resistensi insulin.
Beberapa orang dapat mengalami kondisi prediabetes, yaitu kondisi ketika
glukosa dalam darah di atas normal, namun tidak cukup tinggi untuk
didiagnosis sebagai diabetes. Seseorang yang menderita prediabetes dapat
menderita diabetes tipe 2 jika tidak ditangani dengan baik.

2.2 Konsep Kebutuhan Manusia


Diabetes Mellitus Tipe II adalah diabetes yang tidak tergantung
insulinterjadi akibat penurunan sensitivitas insulin (yang disebut
resistensiinsulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin. Komplikasi
darikenaikan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) dapat
mengakibatkantiga komplikasi metabolik jangka pendek (akut) seperti
hipoglikemia,diabetes ketoasidosis, dan sindrom hiperglikemik hiperosmoler
nonketotik.Hiperglikemia jangka panjang (kronis) dapat menyebabkan
komplikasimikrovaskuler seperti penyakit ginjal dan mata dan
komplikasineurovaskuler. Diabetes juga dapat disertai dengan
penyakitmakrovaskuler seperti infarkmiokard, stroke, dan penyakit vaskuler.
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis karena defisiensi absolutatau
resisten insulin. Penyakit ini ditandai dengan gangguan
metabolismekarbohidrat, protein, dan lemak. Defisiensi insulin
mengganggukemampuan jaringan tubuh untuk menerima zat gizi esensial
sebagai bahan bakar dan disimpan.

2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan


Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang
ditandai dengan hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua-duanya. Hiperglikemia dapat menyebabkan disfungsi beberapa
organtubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah.
Penyakit DM tidak hanya menimbulkan dampak fisiologis dan psikologis
namun juga dampak ekonomi akibat meningkatnya kebutuhan
biayapengobatan dan perawatan di rumah sakit serta biaya pemulihan

16
kesehatan selama pasien di rumah. Oleh karena itu, pengelolaan DM perlu
kolaborasi yang baik antara dokter, perawat, ahli gizi, team kesehatan lainnya
dalam mengatasi masalah yang dihadapi pasien.
2.3.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada pasien dengan Diabetes Mellitus:
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : - Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan
- Kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur
Tanda : - Takikardia dan takipnea pada keadaan isitrahat atau dengan
aktivitas
- Letargi / disorientasi, koma
- Penurunan kekuatan otot
2. Sirkulasi
Gejala : - Adanya riwayat hipertensi
- Klaudikasi, kebas dan kesemutan pada ekstremitas
- Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama
Tanda : - Takikardia
- Perubahan tekanan darah postural, hipertensi
- Nadi yang menurun / tidak ada
- Disritmia
- Krekels
- Kulit panas, kering, kemerahan, bola mata cekung
3. Integritas Ego
Gejala : - Stress, tergantung pada orang lain
- Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi
Tanda : - Ansietas, peka rangsang
4. Eliminasi
Gejala : - Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia
- Rasa nyeri / terbakar, kesulitan berkemih (infeksi)
- Nyeri tekan abdomen
- Diare
Tanda : - Urine encer, pucat, kuning : poliuri

17
5. Makanan / cairan
Gejala : - Hilang nafsu makan
- Mual / muntah
- Tidak mengikuti diet : peningkatan masukan glukosa /
karbohidrat.
- Penurunan BB lebih dari periode beberapa hari / minggu
- Haus
- Penggunaan diuretic (tiazid)
Tanda : - Disorientasi : mengantuk, letargi, stupor / koma (tahap lanjut).
Ganguan memori (baru, masa lalu) kacau mental.
6. Nyeri / kenyamanan
Gejala : - Abdomen yang tegang / nyeri (sedang/berat)
Tanda : - Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-
hati
7. Pernafasan
Gejala : - Merasa kekurangan oksigen : batuk dengan / tanpa sputum
purulen (tergantung ada tidaknya infeksi)
Tanda : - Lapar udara
- Batuk, dengan / tanpa sputum purulen (infeksi)
- Frekuensi pernafasan
8. Keamanan
Gejala : - Kulit kering, gatal; ulkus kulit
Tanda : - Demam, diaphoresis
- Kulit rusak, lesi / ilserasi
- Menurunnya kekuatan umum / rentang gerak

2.3.2 Dignosa Keperawatan


1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan
keseimbangan insulin
2. Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan berlebih, tidak
adekuatnya intake cairan
3. Resiko infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan primer

18
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat penurunan
produksi energy
5. Gangguan integritas kulit b/d penurunan sensasi sensori, gangguan
sirkulasi, penurunan aktifitas/mobilisasi, kurangnya pengetahuan
tentang perawatan kulit.
6. Gangguan citra tubuh b/d ekstremitas gangrene
7. Resiko cedera b/d penurunan fungsi penglihatan, pelisutan otot.
8. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
9. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
10. Nyeri akut
11. Ansietas
2.3.3 Intervensi Keperawatan
Pada tahap ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana
intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan
perawatan yang muncul pada pasien :
a. Pantau asupan nutrisi dari pasien
b. Pantau tingkat kesadaran pasien
c. Pantau tanda-tanda vital
d. Pantau keluhan nyeri
e. Pantau respon klien terhadap pengobatan
f. Pantau kondisi fisik pasien
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya :Intervensi dilaksanakan
sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi ; ketrampilan
interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien
pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi
serta dokumentasi intervensi dan respon pasien.
Pada tahap ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana intervensi
yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang
muncul pada pasien :

19
g. Memantau tingkat kesadaran pasien
h. Memantau tanda-tanda vital
i. Memantau keluhan nyeri
j. Memantau respon klien terhadap pengobatan
k. Memantau kondisi fisik pasien
2.3.3 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai kemungkinan
terjadi pada tahap evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi berfokus
pada ketepatan perawatan yang diberikan dan kemajuan pasien atau
kemunduran pasien terhadap hasil yang diharapkan. Evaluasi merupakan
proses yang interaktif dan kontinu karena setiap tindakan keperawatan
dilakukan, respon klien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan
hasil yang yang diharapkan. Kemudian berdasarkan respon klien, direvisi
intervensi keperawatan atau hasil yang diperlukan. Ada dua komponen
untuk mengevaluasi kualitas tindakan computer keperawatan, yaitu :
1. Proses (sumatif)
Fokus tiopeini adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil
kualitas pelayanan tindakan keperawatan. Evaluasi proses harus
dilaksanakan sesudah perencanaan keperawatan, dilaksanakan
untuk membantu keefektifan terhadap tindakan.
2. Hasil (formatif)
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status
kesehatan klien pada akhir tindakan keperawatan klien.
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes militus
adalah :
a. Kondisi tubuh stabil,Tanda-tanda vital,tugor kulit,normal.
b. Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal
dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi
c. Infeksi tidak terjadi
d. Rasa lelah berkurang/penurunan rasa lelah

20
21
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Hari/tanggal/jam pengkajian : Rabu, 20/3/ 2019/ 15:10


Nama Mahasiswa : Depranata
NIM : 2017.C.09a.0832
Program Studi : S1 Keperawatan
Ruang praktek : Aster
Tanggal Praktek :
3.1. PENGKAJIAN
3.1.1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn.F
Umur : 33 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. RTA Milono Km 3
TGL MRS : 14 Maret 2019
Diagnosa Medis : Diabetes Melitus
3.1.2. RIWAYAT KESEHATAN/PERAWATAN
1. Keluhan Utama
Pasien merasa badan terasa lemah dan pusing
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 14 maret 2019 sejak pukul 11:10 WIB pasien mengatakan
badannya lemah dan pusing dan di bawa oleh saudara pasien dan istri ke
rumah sakit RSUD dr Doris Sylvanus Palangkaraya dan, di bawa ke IGD
pada jam 13:30, dan pada tanggal 15 maret 2019 pasien dipindhkan
keruangan aster untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

22
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Pasien mengatakan tidak ada penyakit sebelumnya
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit keluarga yaitu Diabetes
Militus
GENOGRAM KELUARGA:
GENOGRAM :

Keterangan
= Laki-Laki
= Perempuan
= Pasien
= Tinggal Serumah
= Garis Keturunan
3.1.3. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Pasien tampak lemah dan berbaring terlentang dengan kesadaran compos
menthis dan terpasang infus NaCl 0,9% infus di pasang di lengan kanan 20
tpm serta pasien di temanin istrinya
2. Status Mental
a. Tingkat Kesadaran : Compos menthis
b. Ekspresi Wajah : Meringis
c. Bentuk Badan : Normal
d. Cara Berbaring/Bergerak : Terlentang
e. Berbicara : Cukup jelas
f. Suasana Hati : Tenang
g. Penampilan : Cukup rapi
h. Fungsi Kognitif:

23
 Orientasi Waktu : Pasien dapat membedakan waktu pagi,
siang, sore dan malam
 Orientasi Orang : Pasien dapat mengenali keluarganya dan
petugas kesehatan
 Orientasi Tempat : Pasien dapat mengetahui Ia berada di RS
i. Halusinasi : Tidak Ada
j. Proses Berpikir : Tidak Ada
k. Insight : Baik
l. Mekanisme Pertahanan Diri : Adaptif
Keluhan Lainnya : Tidak Ada
3. Tanda-tanda Vital
a. Suhu/T : 36oC Axilla
b. Nadi/HR : 112 x/menit
c. Pernapasan/RR : 27 x/menit
d. Tekanan Darah/BP : 110/70 mmHg
4. Pernapasan (Breathing)
Bentuk Dada : Simetris
Kebiasaan Merokok : Tidak Ada
 Batuk : Tidak Ada
 Batuk darah : Tidak Ada
 Sputum : Tidak Ada
 Sianosis : Tidak Ada
 Nyeri Dada : Tidak Ada
 Dyspnea nyeri dada  Orthopnea  Lainnya: Tidak Ada
 Sesak Nafas  Saat inspirasi  Saat aktivitas  Saat istirahat
Type Pernapasan :  Dada  Perut  Dada dan Perut
 Kusmaul  Cheyne-stokes  Biot
 Lainnya: Tidak Ada
Irama Pernapasan :  Teratur  Tidak Teratur
Suara Napas :  Vesikuler  Bronchovesikuler
 Bronchial  Trakeal
Suara Napas Tambahan :  Wheezing  Rochi kering

24
 Ronchi basah  Lainnya: Tidak Ada
Keluhan Lainnya : Tidak Ada
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
5. Cardiovasculer (Bleeding)
 Nyeri dada  Kram kaki  Pucat
 Pusing/sinkop  Clubing finger  Sianosis
 Sakit kepala  Palpitasi  Pingsan
 Capillary refill time > 2 detik < 2 detik
 Oedema:  Wajah  Ekstrimitas atas
 Anasarka  Ekstrimitas bawah
 Asites
 Ictus Cordis  Terlihat  Tidak Terlihat
Vena Jugularis  Tidak Meningkat  Meningkat
Suara Jantung  Normal, S2 > S1: Lub-Dub
 Ada Kelainan
Keluhan Lainnya: Mengeluh kepala pusing
Masalah Keperawatan:
Tidak ada Masalah
6. Persyarafan (Brain)
Nilai GCS : E :4
V :5
M :6
Total Nilai GCS : 15
Kesadaran:  Compos Menthis  Somnolent  Delirium
 Apatis  Soporus  Coma
Pupil :  Isokor  Anisokor
 Midriasis  Meiosis
Reflek Cahaya:  Kanan  Positif  Negatif
 Kiri  Positif  Negatif
 Nyeri, lokasi .....................
 Vertigo  Gelisah  Aphasia  Kesemutan
 Bingung  Disarthria  Kejang  Tremor

25
 Pelo
Uji Syaraf Kranial:
Nervus Kranial I : Pasien dapat membedakan bau-bauan
Nervus Kranial II : Pasien dapat melihat dengan jelas
Nervus Kranial III : Pasien dapat membuka kelopak mata
Nervus Kranial IV : Pasien dapat menggerakkan kedua matanya
Nervus Kranial V : Pasien dapat membuka mulutnya
Nervus Kranial VI : Pasien dapat menggerakkan kedua matanya ke kiri
dan ke kanan
Nervus Kranial VII : Pasien tidak tersenyum
Nervus Kranial VIII : Pasien mempunyai respon saat dipanggil
Nervus Kranial IX : Pasien dapat menelan
Nervus Kranial X : Pasien dapat menunjukkan reflek
Nervus Kranial XI : tidak terkaji
Nervus Kranial XII : tidak terkaji
Uji Koordinasi:
Ekstrimitas Atas : Jari ke jari  Positif  Negatif
Jari ke hidung  Positif  Negatif
Ekstrimitas Bawah : Tumit ke jempol kaki  Positif  Negatif
Uji Kestabilan Tubuh :  Positif  Negatif
Refleks:
Bisep :  Kanan +/-  Kiri+/- Skala: +2
 Kanan+/- Kiri+/-
Brakioradialis :  Kanan Skala: +/-  Kiri Skala: +2
:  Kanan Skala: +/-  Kiri Skala: +2
:  Kanan Skala: +/-  Kiri Skala: +2
Babinski :  Kanan Skala: +/-  Kiri
Refleks Lainnya : Tidak Ada
Uji sensasi : Tidak Ada
Keluhan Lainya : Tidak Ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah
7. Eliminasi Uri (Bladder)

26
Produksi Urine : 700 ml 2-5 x/hari
Warna : Kuning
Bau : tidak terkaji
 Tidak ada masalah/lancar  Menetes  Inkotinen
 Oliguri  Nyeri  Retensi
 Poliuri  Panas  Hematuri
 Dysuri  Nocturi
 Kateter  Cystostomi
Keluhan Lainnya : Tidak Ada
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
8. Eliminasi Alvi (Bowel)
Mulut dan Faring
Bibir : Lembab
Gigi : Lengkap
Gusi : Tidak Ada Peradangan
Lidah : Lembab
Mukosa : Lembab
Tonsil : Tidak Ada Peradangan
Rectum : Tidak Ada lesi/gangguan
Hemoroid : Tidak Ada
BAB : 1x/hari Warna: Kuning Konsistensi: Lunak
 Tidak ada masalah  Diare  Konstipasi  Kembung
 Feses berdarah  Melena  Obat pencahar  Lavement
Bising Usus: 6x/menit
Nyeri Tekan: Tidak Ada
Benjolan: Tidak Ada
Keluhan Lainnya : Tidak Ada
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
9. Tulang – Otot – Integumen (Bone)
 Kemampuan pergerakan sendi  Bebas  Terbatas
 Parese, lokasi : Tidak Ada
 Paralise, lokasi : Tidak Ada

27
 Hemiparese, lokasi : Tidak Ada
 Krepitasi, lokasi : Tidak Ada
 Nyeri , lokasi : Tidak Ada
 Kekakuan, lokasi : Tidak Ada
 Flasiditas, lokasi : Tidak Ada
 Spastisitas, lokasi : Tidak Ada
 Ukuran otot:  Simetris
 Atropi  Hipertropi
 Kontraktur  Malposisi
Uji Kekuatan Otot: Ekstrimitas atas
 Ekstrimitas bawah
 Deformitas tulang, lokasi : Tidak Ada
 Peradangan, lokasi : Tidak Ada
 Perlukaan, lokasi : Tidak Ada
 Patah tulang, lokasi : Tidak Ada
Tulang belakang:  Normal  Skoliosis
 Kifosis  Lordosis
10. Kulit-kulit Rambut
Riwayat alergi  Obat : Tidak Ada
 Makanan : Tidak Ada
 Kosmetik : Tidak Ada
 Lainnya : Tidak Ada
Suhu kulit  Hangat  Panas  Dingin
Warna kulit  Normal  Sianosis/biru  Ikterik/kuning
 Putih/pucat  Coklat tua/hyperpigmentasi
Turgor  Baik  Cukup  Kurang
Tekstur  Halus  Kasar
Lesi  Macula, lokasi : Tidak Ada
 Pustula, lokasi : Tidak Ada
 Nodula, lokasi : Tidak Ada
 Vesikula, lokasi : Tidak Ada
 Papula, lokasi : Tidak Ada

28
 Ulcus, lokasi : Tidak Ada
Jaringan parut : Tidak Ada
Tekstur Rambut : Kriting
Distribusi Rambut: Tidak terlihat tertutup balutan luka di kepala
Bentuk kuku :  Simetris  Irreguler
 Clubbing  Lainnya: Tidak Ada
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
11. Sistem Penginderaan
a. Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan :  Berkurang  Kabur
 Ganda  Buta/gelap
Gerakan bola mata :  Bergerak normal  Diam
 Bergerak spontan/nistagmus
Visus : Mata Kanan (VOD): 6/6
Mata Kiri (VOS): 6/6
Sclera :  Normal/putih  Kuning/ikterus  Merah/hifema
Konjunctiva :  Merah muda  Pucat/anemic
Kornea :  Bening  Keruh
Alat bantu :  Kacamata  Lensa kontak  Lainnya
Nyeri :
Keluhan Lainnya : Tidak Ada
b. Telinga/Pendengaran: Normal
Fungsi Pendengaran:  Berkurang  Berdengung  Tuli
c. Hidung/Penciuman : Normal
Bentuk :  Simetris  Asimetris
 Lesi : Tidak Ada
 Patensi : Tidak Ada
 Obstruksi : Tidak Ada
 Nyeri tekan sinus: Tidak Ada
 Transluminasi : Tidak Ada
Cavum Nasal: Warna: Tidak ada sekresi Integritas :-
Septum Nasal:  Deviasi  Perforasi  Perdarahan

29
Sekresi, warna : Tidak ada sekresi
 Polip  Kanan  Kiri  Kanan dan Kiri
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
12. Leher dan Kelenjar Limfe
Massa  Ya  Tidak
Jaringan Parut  Ya  Tidak
Kelenjar Limfe  Teraba  Tidak teraba
Kelenjar Tiroid  Teraba  Tidak teraba
Mobilitas Leher  Bebas  Terbatas
13. Sistem Reproduksi
a. Reproduksi Pria
Kemerahan, lokasi
Gatal-gatal, lokasi
Gland penis : Tidak ada
Maetus Uretra : Tidak ada
Discharge, warna
Scrotum : Tidak ada
Hernia : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada
b. Reproduksi Wanita
Kemerahan, lokasi
Gatal-gatal, lokasi
Perdarahan
Flour Albus
Clitoris
Labis
Uretra
Kebersihan :  Baik  Cukup  Kurang
Kehamilan :tidak ada
Tafsiran Partus :
Keluhan Lain: Tidak Ada
Payudara :

30
 Simetris  Asimetris
 Sear  Lesi
 Pembengkakan  Nyeri tekan
Puting :
 Menonjol  Datar  Lecet  Mastitis
Warna Aerola
ASI  Lancar  Sedikit  Tidak keluar
Keluhan Lain : Tidak Ada
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
3.1.4. POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit:
Pasien mengetahui keadaannya. Pasien ingin melakukan segala
pekerjaannya dan aktivitasnya lagi.
2. Nutrisida Metabolisme
TB : 168 cm IMT : 24,8
BB sekarang : 70 Kg
BB sebelum sakit: 75 Kg
Diet:
 Biasa  Cair  Saring  Lunak
Diet Khusus:
 Rendah garam  Rendah kalori  TKTP
 Rendah lemak  Rendah purin  Lainnya: Tidak Ada
 Mual
 Muntah............kali/hari
Kesukaran menelan  Ya  Tidak
Rasa haus
Keluhan Lainnya: Tidak Ada
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit
Frekuensi/hari 3x1 sehari 3x1 sehari
Porsi 1 porsi 1 porsi
Nafsu makan Baik Baik
Jenis makanan Bubur, nasi, lauk Nasi, sayur, lauk, buah

31
Jenis minuman Air putih Air putih
Jumlah minuman/cc/24 jam ± 1500cc/jam ± 1500cc/jam
Kebiasaan makan Pagi, siang, malam Pagi, siang, malam
Keluhan/masalah Tidak Ada Tidak Ada
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
3. Pola istirahat dan tidur:
Pasien tampak tidur dengan nyenyak dan nyaman.
Pola tidur malam: 10 – 11 jam (Sesudah sakit)
9 – 10 jam (Sebelum sakit)
Pola tidur siang: 1 – 2 jam (Sesudah sakit)
1 jam (Sebelum sakit)
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
4. Kognitif:
Pasien dan keluarga sudah mengetahui penyakitnya setelah diberikan
penjelasan dari dokter dan tenaga medis lainnya.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan

5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran):
Gambaran diri : Pasien selalu menyukai semua yang ada pada dirinya
Ideal diri : Pasien berharap cepat sembuh
Identitas diri : pasien pernah mengucapkan cepat pulang
Harga diri : Pasien tidak malu dengan keadaan sekarang
Peran diri : Pasien mengatakan saya seorang suami
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
6. Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit pasien dapat beraktivitas secara mandiri, namun sesudah sakit
sebagian aktivitas pasien dibantu oleh keluarga.
Masalah Keperawatan: Sulitnya melakukan aktivitas
7. Koping-Toleransi terhadap stress
Istri mengatakan bila suaminya ada masalah selalu bilang
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
8. Nilai Pola Keyakinan

32
Pasien meyakini agamanya sendiri.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
3.1.5. SOSIAL – SPIRITUAL
1. Kemampuan berkomunikasi
Secara verbal, pasien masih bisa berkomunikasi dengan baik.
2. Bahasa sehari-hari
Bahasa Dayak dan Bahasa Indonesia.
3. Hubungan dengan keluarga
Baik dan harmonis.
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain
Baik. Pasien dapat bekerja sama dengan perawat dalam pemberian tindakan
keperawatan.
5. Orang berarti/terdekat
Istri, anak dan keluarga.
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang
Sebelum sakit, pasien bekerja sebagai kepala rumah tangga,dan meluangkan
waktu untuk keluarga,sesudah sakit pasien hanya berbaring ditempat tidur.
7. Kegiatan beribadah
Sebelum sakit, pasien selalu menjalankan ibadah di gereja dan kegiatan
lainnya.
3.1.6. Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang Lainnya)
1. Tabel pemeriksaan laboratorium dan radiologi
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Maret 2019 CP 41
Natrium (Na) 127 135-148 mmol/L
Kalium(k) 4,1 3,5-5,3mmol/L
Clorida(Ci) - 98-106mmol/L
Calium(Ca) 1,22 0,98-1,2mmol/L
Pemeriksaan GDS:
Hasil GDS Kec
<150 0
151-200 0,5
201-250 1
251-300 2

33
30-350 3
>350 4
Pemeriksaan DL :
Hemaglobin 16,8 g/dl 14,0-18,0
Eritrosit 5,84 juta/mm3 4,5-6,0 juta/mm3
Leukosit 15,400/mm3 5000-10000
Hematokrit 46% 42-54
Trombosit 287,000/mm3 150000-400000

3.1.7. PENATALAKSANAAN MEDIS


Nama Obat Dosis Obat Indikasi
Inj.Ranitidine 1x50 mg Menetralkan Asam
lambung
Inj.NB(Neurobin) 1 Amp Untuk menjaga fungsi
saraf
Inj. Ceftriayone 1 gr Mengobati dan Mencegah
infeksi
Pasang sp actrapid NaCl 0,9% Mengontrol gula darah

Palangka Raya, Maret 2018


Mahasiswa

(DEPRANATA)
NIM: 2017.C.09a.0832

34
3.2 TABEL ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS: Gangguan Keseimbangan Ketidak seimbangan
-Pasien mengatakan sulit insulin nutrisi kurang dari
untuk bergerak kebutuhan tubuh
-pasien mengatakan jarang
melakukan aktivitas
-pasien mengatakan sering
berkeringat
DO:
- Pasien tampak lemas
- Pasien Tampak Gelisah
- Pasien mudah teridur
DS: Kehilangan cairan Resiko kekurangan
- pasien mengatakan mudah berlebihan,tidak volume cairan
lelah adekuatnya intake cairan
- pasien mengatakan sering
pusing
- pasien mengatakan mudah
haus
DO:
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak berkeringat

35
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS: Kelemahan akibat Intoleransi Aktivitas
- Pasien mengatakan lemah Penurunan produksi
- pasien mengatakan sulit energy
mengerakan tubuhnya
- pasien mengatakan sering
istirahat
DO:
- Pasien tampak meringis
- Pasien Tampak lemas
- TTV
TD : 110/70
N : 112
S : 36
RR : 27

DS: Resistensi insulin Resiko ketidak


- Pasien mengatakan keringat stabilan gula darah
dingin
- pasien mengatakan kaki
terasa kesemutan
DO:
- Pasien tidak mampu
berjalan karena kakinya
kesemutan
- Aktivitas pasien dibantu
oleh keluarga dan istri
- Pasien mampu duduk di
tempat tidur

36
PRIORITAS MASALAH

1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan gangguan keseimbangan insulin
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebihan, tidak adekuatnya intake cairan
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat penurunan
produksi energy
4. Resiko ketidak stabilan kadar glukosa darah

37
3.3 Rencana Keperawatan
Nama Pasien : Tn.F
Ruang Rawat : Aster
Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Ketidak Setelah 1. Pantau asupan 1. Untuk
seimbangan dilakukan nutrisi mengetahui
nutrisi kurang tindakan 2. Pantau tingkat asupan nutrisi
dari kebutuhan keperawatan kesadaran pasien pada pasien
tubuh selama 2x7 jam 3. Pantau tanda- 2. Mengetahui
berhubungan diharapkan tanda vital respons pasien
dengan klien dapat observasi terhadap
gangguan melakukan 4. Pantau pasien kesadaran
keseimbangan terhadap respons 3. Mengetahui
insulin pengobatan dan keadaan umum
pemberian obat pasien
4. Untuk
mengurangi rasa
sakit yang
dirasakan pasien

2. Resiko Setelah 1. Ajarkan pada 1. Untntuk pasien


kekurangan dilakukan pasien cara bisa
volume cairan tindakan mengerakan mengerakan
berhubungan keperawatan tubuhnya tubuhnya
dengan selama 2x7 jam 2. Mengontrol 2. Agar rasa haus
kehilangan diharapkan rasa haus bisa berjalan
cairan klien dapat pasien secara normal
berlebihan,tida melakukan 3. Ajarkan pasien 3. Agar saat
k adekuatnya -pusing/kepala rileksasi(seperti beraktivitas
intake cairan berkurang tarik nafas pasien bisa
sampai dengan dalam) menetralkan
hilang lelahnya
- Tidak ada
terasa lagi
mudah lelah
-rasa haus bisa
terkontrolkan
3. Intoleransi Setelah 1. Ajarkan pasien 1. Agar pasien
aktivitas dilakukan melakukan dapat dengan
berhubungan tindakan pergerkan sendi mudah
dengan keperawatan 2. Bantu pasien melakukan
kelemahan selama 2x7 jam dalam pergerakan
akibat diharapkan melakukan sendi
penurunan klien dapat aktivitas 2. Demi sedikit
produksi melakukan 3. Libatkan pasien bisa
energy -keadaan lemah keluarga untuk melakukan

38
pada pasien membantu aktivitasnya
hilang pasien 3. Agar pasien
-pasien dapat melakukan lebih mudah
melakukan aktivitas melakukan
aktivitas demi aktivitas
sedikit
-motivasi pasien
untuk
melakukan
pergerakan
sendi

4. Resiko ketidak Setelah 1. Ajarkan pasien 1. Untuk


stabilan kadar dilakukan rileksasi membantu saat
glukosa darah tindakan seperti(tarik keringat dingin
keperawatan nafas dalam) 2. Memberikan
selama 2x7 jam 2. Beri rasa aman kepada pasien
diharapkan dan nyaman kenyamanan
klien dapat pada pasien seperti
melakukan 3. Beri posisi mengurangi
-tidak ada lagi yang nyaman kebisingan di
keringat dingin pada pasien ruangan
Rasa kesemutan 3. Agar pasien bisa
di kaki hilang nyaman di
tempat tidur

39
3.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn.F
Ruang Rawat : Aster
Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi TTD Perawat
(SOAP)
Rabu,20Maret20119 1. Memantau S:
asupan nutrisi Pasien
pasien untuk mengatakan
memastikan mengerti apa
keadekuatan yang di ajarkan
energi O:
2. Memantau - Pasien (DEPRANATA)
tingkat tampak
kesadaran berbaring
pasien ditempat tidur
3. Memantau - TTV:
tanda-tanda TD: 110/70
vital mmHg
4. Memantau N:
respons 112x/menit
pasien RR:
terhadap 27x/menit
pengobatan S: 36oC
5. Memantau A: Masalah
kondisi fisik belum teratasi
pasien P: Lanjutkan
6. Memberikan intervensi
posisi yang 1,2,3,4,5,6
nyaman pada
pasien
7. Mengajarkan
teknik

40
rileksasi
seperti(tarik
nafas
dalam)ketika
sakit dating

41
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setelah melaksanakan PPK 1 yang dilaksanakan di RSUD Doris Sylvanus
di ruang Aster selama 1 minggu maka saya menarik kesimpulan bahwa dunia
kerja tidak semudah yang dibayangkan dan di sini kita di tuntut untuk disiplin dan
cekatan. Kemudian pada saat berada di RS tersebut kami yang terdiri 6 orang
dalam 1 kelompok akan membahas satu kasus pasien .

4.2 Saran
Diharapkan Laporan dan askep ini bisa menambah wawasan dan
pengetahuan bagi pembaca tentang Penyakit Diabetes Militus.

42
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:EGC.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2011. Penatalaksanaan Diabetes


Melitus Terpadu, Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Guyton, Arthur C. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Huda, Amin. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


& NANDA NIC-NOC. Jakarta: Mediaction Publishing.
Smeltzer, S. C., & Bare B. G. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth (Edisi 8 Volume 1). Jakarta: EGC.
Stockslager L, Jaime dan Liz Schaeffer. 2007. Asuhan Keperawatan Geriatric.
Jakarta:EGC.

43

Você também pode gostar