Você está na página 1de 10

LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS

DisusunOleh :

Rini Lastyaningsih

P1337420216072

3B

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS

A. Latar Belakang
Demam terjadi karena ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas
untuk mengimbangi produksi panas yang berlebih sehingga terjadi
peningkatan suhu tubuh.Demam tidak berbahaya jika dibawah 390C, dan
pengukuran tunggal tidak menggambarkan demam. Selain adanya tanda
klinis, penentuan demam juga berdasarkan pada pembacaan suhu pada waktu
yang berbeda dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai normal individu
tersebut(Potter dan Perry, 2009).
Gejala demam dapat dipastikan dari pemeriksaan suhu tubuh yang
lebih tinggi dari rentang normal. Dikatakan demam, apabila pada pengukuran
suhu rektal >38 0C atau suhu oral >37,80C atau suhu aksila >37,20C
sedangkan pada bayi berumur kurang dari 3 bulan, dikatakan demam apabila
suhu rektal > 38 0C dan pada bayi usia lebih dari 3 bulan apabila suhu aksila
dan oral lebih dari 38,3 0C (Greg kelly, 2006)
Demam (fever, febris) adalah kenaikan suhu tubuh diatas variasi
sirkandian yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termogulasi
yang terletak dalam hipotalamus anterior” (Isselbacher, 2014)
Terjadinya Demam biasanya terjadi akibat tubuh terpapar infeksi
mikroorganisme (virus, bakteri, parasit). Demam juga bisa disebabkan oleh
faktor non infeksi seperti kompleks imun, atau inflamasi (peradangan)
lainnya. Ketika virus atau bakteri masuk ke dalam tubuh, berbagai jenis sel
darah putih atau leukosit melepaskan “zat penyebab demam (pirogen
endogen)” yang selanjutnya memicu produksi prostaglandin E2 di
hipotalamus anterior, yang kemudian meningkatkan nilai-ambang temperatur
dan terjadilah demam. Selama demam, hipotalamus cermat mengendalikan
kenaikan suhu sehingga suhu tubuh jarang sekali melebihi 41ºC.( Soeparman,
2016).
Demam atau febris merupakan pengeluaran panas yang tidak mampu
untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas
yang mengakibatkan peningkatan suhu tubuh abnormal. Demam yang
berhubungan dengan infeksi kurang lebih hanya 29-52% sedangkan 11-20%
dengan keganasan, 4% dengan penyakit metabolik dan 11-12% dengan
penyakit lain Dampak demam jika tidak mendapatkan penenganan lebih
lanjut antara lain dehidrasi sedang hingga berat, kerusakan neurologis dan
kejang demam (Febrile Convulsion).
Berdasarkan permasalahan tersebut maka kami ingin membahas lebih
lanjut tentang febris atau demam.
B. Definisi penyakit
Febris adalah suatu reaksifisiologis tubuh yang kompleks terhadap
penyakit yang ditandai dengan meningkatnya suhu tubuh diatas nilai normal
akibat rangsangan zat pirogen terhadap pengatur suhu tubuh di hipotalamus.
Suhu normal tubuh manusia berkisar antara 36 - 37.2 ˚C. Suhu subnormal
yaitu <36 ˚C, hipotermia merupakan suhu <35 ˚C. Demam terjadi jika suhu
>37.2 ˚C. hiperpireksia merupakan suhu ≥41.2 ˚C. Terdapat perbedaan
pengukuran suhu di oral, aksila, dan rectal sekitar 0.5 ˚C; suhu rectal > suhu
oral > suhu aksila (Rizki, 2015).
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan
oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi
pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.
Pengaruh pengaturan autonom akan mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi
perifer sehingga pengeluaran (dissipation) panas menurun dan pasien merasa
demam. Suhu badan dapat bertambah tinggi lagi karena meningkatnya
aktivitas metabolisme yang juga mengakibatkan penambahan produksi panas
dan karena kurang adekuat penyalurannya ke permukaan maka rasa demam
bertambah pada pasien.
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38⁰C atau
lebih. Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,8⁰C.Sedangkan
bila suhu tubuh lebih dari 40⁰C disebut demam tinggi (hiperpireksia)(Julia,
2017).
C. Etiologi
Menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal 2016 bahwa
etiologi febris,diantaranya
1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi.
3. Pneumonia.
4. Malaria.
5. Otitis media.
6. Imunisasi
D. Tanda dan gejala
1. suhu lebih tinggi dari 37,8⁰C - 40⁰C
2. Hangat pada sentuhan
3. Peningkatan frekuensi pernapasan
4. Menggigil
5. Dehidrasi
6. Kehilangan nafsu makan
E. Patofisiologi
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun)
anak terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada
infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan
tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam,
ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen
eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan
reaksi imunologik terhadap benda asing (non infeksi). Zat pirogen ini dapat
berupa protein, pecahan protein, dan zat lain, terutama toksin polisakarida,
yang dilepas oleh bakteri toksik yang dihasilkan dari degenerasi jaringan
tubuh menyebabkan demam selama keadaan sakit.
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap
pirogen. Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis
oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh bergranula
besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri ke dalam
cairan tubuh, yang disebut juga zat pirogen leukosit.
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor)
yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di
hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam
arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ).
Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara
menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar
keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan
pembentukan dan pengeluaran panas. Inilah yang menimbulkan demam pada
anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel
makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut dengan
meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan
dalam pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh.
F. Komplikasi
1. Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh
2. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering
terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam
pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini
juga tidak membahayakan otak
G. Pathway

Bakteri Virus

Reaksi obat Infeksi Endotoksin Zat peradangan Pirogenik lain

Monosit makrofag
sel kupfer
Respon hipotalamus
anterior Kesan psikis tidak enak

Gangguan psikis

Penigkatan titik
penyetelan suhu Demam Dx. Cemas

Vasidolatasi
kulit Berkeringat

Dx. Resiko volume


Dx. Hipertermi cairan kurang dari
kebutuhan tubuh

H. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik bertujuan untuk mengatahui penyebab dari
demam yang dapat meliputi :
1. Laboratorium : sero-imunologi, mikrobiologi, hemato-kimia klinik.
2. Endoskopi
3. Ultrasonografi
4. Scanning
I. Konsep keperawatan pengkajian
1. Pengkajian data umum
2. Melakukan anamnese riwayat penyakit meliputi: sejak kapan timbul
demam, gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual muntah, nafsu
makan, diaforesis, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah anak
menggigil, gelisah atau letargi, upaya yang harus dilakukan.
3. Melakukan pemeriksaan fisik.
4. Melakukan pemeriksaan ensepalokaudal: keadaan umum, vital sign.
5. Melakukan pemeriksaan penunjang lain seperti: pemeriksaan laboratotium,
foto rontgent ataupun USG.
J. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan penyakit
2. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
K. Perencanaan keperawatan
Dx NOC NIC
1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan demam
selama 1 x 3 jam diharapkan demam (3740)
menurun sesuai dengan kriteria hasil : 1. Pantau suhu dan
Termoregulasi (0800) tanda-tanda vital
skala 2. Monitor asupan dan
Indikator
Awal Tujuan keluaran, sadari
Berkeringat saat panas 2 4 perubahan kehilangan
Penurunan suhu kulit 2 4 cairan yang dirasakan
sakit kepala 2 4 3. Pantau komplikasi-
Dehidrasi 2 4 komplikasi yang

Keterangan : berhubungan dengan

1 : Sangat Terganggu demam, serta tanda

2 : Banyak Terganggu gejala kondisi demam

3 : Cukup Terganggu (misalnya, kejang,

4 : Sedikit Terganggu ketidakseimbangan

5 : Tidak Terganggu asam-basa, artimia


jantung, dan
perubahan
abnormalitas sel)
4. Dorong konsumsi
cairan
2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri
selama 1 x 3 jam diharapkan nyeri (1400)
berkurang sesuai dengan kriteria hasil : 1. Lakukan pengkajian
Kontrol Nyeri (1605) nyeri komprehensif
skala 2. Ajarkan penggunaan
Indikator
Awal Tujuan teknik non
Mengenali kapan nyeri 4 2 farmakologi
terjadi 3. Dorong istirahat/tidur
Menggunakan tindakan 4 2 yang adekuat untuk
pengurangan nyeri membantu penurunan
tanpa analgesik nyeri
Menggunakan 4 2 4. Kolaborasikan dengan
analgesik yang tim medis
direkomendasikan penggunaan
Keterangan : farmakologi
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang-kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Secara konsisten menunjukan

L. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap atau langkah dalam proses keperawatan
yang dilaksanakan dengan sengaja dan terus-menerus yang dilakukan oleh
perawat dab anggota tim kesehatan lainnya dengan tujuab untuk memenuhi
apakah tujuan dan rencana keperawatan terapi atau tidak serta melakukan
pengkajian ulang.
Sehingga dapat penilaian sebagai berikut :
1. Tujuan tercapai : Kx mampu melakukan/ menunjukan perilaku pada waktu
yang telah ditentukan sesuai dengan pernyataan tujuan yang telah
ditentukan.
2. Tujuan tercapai sebagian : Kx mampu menunjukan perilaku tetapi hanya
sebagian dari tujuan yang diharapkan
3. Tujuan tidak tercapai: Bila Kx tidak mampu atau tidak sama sekali
menunjukan perilaku yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2015. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi 3. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan:
Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Jakarta: EGC.
Guyton, Arthur C. 2016. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Ed. 3.
Jakarta, EGC.
Guyton, Arthur C. 2015. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 9. Jakarta, EGC.
Kelly, Greg. (2006). Body Temperature Variability (Part 1): A Review of the
History of Body Temperature and its Variability Due to Site Selection,
Biological Rhythms, Fitness, and ging. Alternative Medicine Review.
Volume 11, Number 4.
NANDA NIC-NOC. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA.
Yogyakarta: Media Hardy
Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba
Medika
Rizki,K. (2015). Febris. (online).
https://khoirunnisarizkim.blogspot.com/2015/10/febris.html Diakses pada
tanggal 15 januari 2019.
Wong, Dona L, dkk,. 2014. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis:
Mosby Inc.

Você também pode gostar