Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Abstract
Tropical diseases, which can be found at many areas in Sukoharjo, are Dengue Hemorrhagic Fever and
Tuberculosis. In 2004, there were 207 people with dengue fever and among them, 59 persons, had
dengue shock syndrome. In Indonesia, each year, 500,000 new people have Tuberculosis and every
minute, one person passes away due to this disease. Government policy in coping with dengue fever
changed from reactive and curative to proactive and preventive. This policy includes mosquito nest
elimination program along with campaign and publications. Observed treatment short course has been
proven can cut the spread of tuberculosis. There are five components in this strategy, i.e.: (1) political
will, including providing necessary fund, (2) diagnosis of acid fast bacteria, (3) tuberculosis medicine
supply (4) curative action with short term tuberculosis medicine with help from person supervising, and
(5) reporting regularly to supervise and evaluate TB program. The need of health promotion media to
avoid dengue fever and TB was stated by people in Kartasura and Baki districts. People who stay at
home prefer banner or poster around their village while people who work outside prefer banners on street
which are easy to read. Brochures would be needed to provide deeper information. These media should
have clear and understandable message, and interesting picture which will be able to change people
habits. Health promotion regarding the avoidance of Dengue Fever and TB is therefore, very important.
Such program must be conducted comprehensively with people participation.
Model Taman Perilaku dan Promosi Kesehatan Masyarakat ... (Arif Widodo dan Noor Alis Setiyadi) 27
yang DBD-nya sudah parah sampai matian. Penelitian ini memfokuskan
mengakibatkan shock. Akibat paling promosi perilaku masyarakat yang
parah dari DSS ini tentu saja kematian berhubungan dengan upaya pence-
seseorang,” jelas Rusti ( 2009). gahan penyakit di daerah tropis.
TBC merupakan penyakit Tujuan penelitian ini adalah
dengan jumlah penderita tertinggi di difokuskan pengkajian antara lain: 1)
Indonesia. Setiap tahun, ditemukan se- Mengidentifikasi system nilai sosial
tidaknya 500 ribu penderita TBC baru. budaya, ide/gagasan yang berlaku
Di antara kasus kematian itu, salah satu pada masyarakat setempat dalam
kemungkinkan adalah penderita mencegah penyakit DBD dan TBC, 2)
mengalami apa yang disebut Multi Mengidentifikasi perilaku kesehatan
Drug Resistent (MDR) Tuberkulosis, masyarakat yang meliputi yaitu
atau resisten terhadap obat TBC. perilaku sehat (healthy behavior),
Hingga kini memang belum diketahui Perilaku pencarian pelayanan kesehat-
secara pasti, berapa jumlah pasien TBC an (healthy seeking behavior), yang
resisten secara nasional. Namun, berhubungan dengan penyakit DBD
seperti dikatakan ahli penyakit paru dan TBC, dan 3) Menyusun draf model
dari RS Persahabatan, angka itu ada mengenai cara pencegahan penyakit
dan diperkirakan cukup tinggi ke- DBD dan TBC, sehingga menemukan
cenderungannya (Aditama, 2006). model yang sesuai/ cocok untuk
Promosi kesehatan adalah upa- mengatasi/ mencegah penyakit daerah
ya kegiatan untuk membuat perilaku tropis.
masyarakat kondusif dalam mening- Penelitian terdahulu meng-
katkan kesadaran dan pengetahuan ungkapkan bahwa 80% masyarakat
masyarakat tentang kesehatan, tahu cara mencegah penyakit DBD
sehingga masyarakat “melek kesehat- dengan cara 3M (Menguras, Menutup,
an” (health literacy), promosi kesehatan dan Mengubur) barang-barang yang
tidak dapat terlepas dan selalu dapat menampung air, tetapi hanya
berkaitan dengan perilaku masyarakat 35% dari masyarakat tersebut yang
(Wasisto, 2003). Masyarakat Indonesia benar-benar mempraktikan 3 M. Belajar
kebanyakan meninggal disebabkan dari pengalaman pelaksanaan Pen-
oleh penyakit sederhana yang dapat didikan Kesehatan (Penkes) selama
dicegah dan diobati secara mudah, bertahun-tahun, disimpulkan bahwa
disebabkan keadaan kesehatan ling- Penkes belum “memampukan” (ability)
kungan yang kurang baik, perilaku masyarakat untuk berperilaku hidup
kesehatan dalam memanfaatkan pe- sehat, tetapi baru dapat “memaukan”
layanan kesehatan yang kurang, (willingness) masyarakat untuk ber-
akhirnya penyakit yang ringan menjadi perilaku hidup sehat (Notoatmodjo,
lebih berat dan dapat berakibat ke- 2005).
Model Taman Perilaku dan Promosi Kesehatan Masyarakat ... (Arif Widodo dan Noor Alis Setiyadi) 29
nya Desa Makamhaji dengan jumlah di lihat pada peta penyebaran di
penderita 20, disusul Desa Pabelan masing-masing desa atau kelurahan,
dengan jumlah 18 penderita DBD. Bila seperti terlihat pada Gambar 1.
Model Taman Perilaku dan Promosi Kesehatan Masyarakat ... (Arif Widodo dan Noor Alis Setiyadi) 31
1. Pengetahuan keluarga penderita masa kritis.” (Tn W, dari Kartasura,
DBD DKT)
Demam Berdarah Dengue (DBD) 2. Pengetahuan keluarga penderita
adalah penyakit yang disebabkan oleh TB Paru
virus dengue dan disebarkan oleh Tuberkulosis (TB) Paru adalah
nyamuk Aedes Aegypti yang sering penyakit menular granulomatosa
menimbulkan wabah dan menyebab- kronik yang telah dikenal sejak
kan kematian banyak orang (Depkes, berabad-abad yang lalu dan paling
2000). Gejala DBD yang harus diwas- sering disebabkan oleh kuman
padai masyarakat adalah : demam, Mycobakterium tuberculosis. Sebagian
nyeri kepala, nyeri perut, mual muntah, besar kuman TB menyerang paru, 85%
nyeri sendi dan lemah. dari seluruh TB adalah TB Paru,
Ketika dilakukan WM dan DKT, sisanya 15% menyerang organ tubuh
21 Responden yang merupakan lain mulai dari kulit, tulang, organ-
keluarga penderita DBD di Desa organ dalam seperti ginjal, usus, otak
Makamhaji, Pabelan, dan Kartasura, dan lainnya (Icksan dkk., 2008).
hampir semua dapat mendefinisikan Ketika dilakukan wawancara
penyakit DBD, namun belum ada yang mendalam, ditanyakan mengenai apa
sempurna. 10 responden menjawab itu TB paru, beberapa responden
penyakit berbahaya yang dapat memberikan jawaban yang beragam,
menyebabkan kematian, 4 orang men- antara lain:
jawab penyakit yang disebabkan oleh “Batuk sering, dan tidak sembuh-
nyamuk Aedes aegypti, dan 3 orang sembuh, tidak pernah berhenti
menjawab penyakit berbahaya yang disertai riak (kotoran) dan
disebabkan nyamuk demam berdarah berlangsung kurang lebih satu
yang mengakibatkan demam bahkan minggu.” (Bp. S dari desa Siwal,
kematian. 2 responden lainnya WM)
menjawab : Ketika ditanya mengenai penye-
“DBD adalah penyakit panas bab TB paru, sebagian memberikan
selama 3 hari lebih, muncul bintik- penjelasan sebagai berikut.
bintik, merah, lemas, sakit perut, “Ketika naik angkutan kota sepu-
bintik-bintik merah seperti gabagen lang dari sekolah, saya sebelah
(campak). “ (Ny. SA. Dari desa sopir, dan sopirnya batuk-batuk
Makamhaji, WM) terus, setelah itu saya sering batuk,
“Penyakit DB adalah penyakit mungkin tertular sopir angkutan
yang disebabkan nyamuk Aedes kota.” (Tn. A.S dari Desa Gentan
aegypti dengan gejala panas dingin, WM)
satu dua hari belum kelihatan, hari “Penyebab TB paru adalah virus
keempat dan kelima mengalami atau bakteri, tertular oleh orang
Model Taman Perilaku dan Promosi Kesehatan Masyarakat ... (Arif Widodo dan Noor Alis Setiyadi) 33
kemudian di rumah sakit keluar INH, Pirasinamid, Streptomisin dan
bintik merah seperti gabagen, Etambutol. Sedang jenis obat tambahan
menurut saya itu adalah penyakit adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide
gabagen. “( Ny. SA dari Makamhaji, dan Amoksisilin + Asam Klavulanat,
WM) derivat Rifampisin/INH.
Kebanyakan resonden memba- Hasil wawancara mendalam
wa anaknya berobat ke rumah sakit dengan 11 responden penderita TB
setelah tiga hari panas, hal ini seperti Paru dari 5 desa di Kecamatan Baki
dikatakan seorang responden, ketika dapat disimpulkan bahwa mereka
ditanya pengalaman terhadap pena- sudah cukup mengetahui pe-ngobatan
nganan penyakit demam berdarah atau penatalaksanaan penderita TB
menjawab : Paru, namun masih terdapat beberapa
“Anak demam, suruh minum pengertian yang perlu diluruskan, serta
banyak, turun.. panas lagi..terus perilaku yang sesuai dengan penatalak-
selama 3 hari, langsung dibawa ke sanaan pengobatan TB Paru yang baik.
rumah sakit.” Hal ini juga Walaupun sebagian besar sudah me-
diungkapkan Ny. S, dari Desa nyatakan telah melakukan pengobatan
Pabelan, dia mengatakan “Anak selama 6 bulan dan tidak pernah drop –
saya awalnya panas tinggi selama out obat.
3 hari, dibawa ke rumah sakit, Beberapa pernyataan dari res-
trombosit turun, setelah itu panas ponden mengenai penanganan pen-
turun, dan juga trombosit turun derita TB paru adalah diantaranya
terus.” (Ny S dari Desa Kartasura, adalah sebagai berikut.
DKT) “Keponakan saya batuk tidak
2. Pengalaman penanganan pende- berhenti-henti, setelah diberi obat
rita TB paru. tidak sembuh, kemudian dibawa
Tujuan pengobatan pada pende- ke Puskesmas dan di-rongten ke-
rita TB Paru selain untuk mengobati mudian dirujuk ke rumah sakit
juga mencegah kematian, mencegsah Jajar (Balai Besar Kesehatan Paru
kekambuhan atau resistensi terhadap Masyarakat/BBKPM Surakarta)”
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) serta (Tn S. Dari Siwal, WM).
memutus-kan mata rantai penularan. “Hanya saya sendiri, awalnya
Pe-ngobatan tuberkulosis terbagi men- batuk-batuk campur darah, sejak
jadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) tahun 2000, pernah periksa di
dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan Rumah Sakit paru-paru Jajar.
obat yang digunakan terdiri dari obat Kemudian minum obat rutin sela-
utama dan obat tambahan. Jenis obat ma 6 bulan, lalu sembuh. Kemu-
utama yang digunakan sesuai dengan dian di-rongten lagi, lalu dilanjut-
rekomendasi WHO adalah Rifampisin, kan pengobatan ke Puskesmas,
Model Taman Perilaku dan Promosi Kesehatan Masyarakat ... (Arif Widodo dan Noor Alis Setiyadi) 35
“Membersihkan sarang nyamuk, kan WM dengan pertanyaan “Tindakan
waktu di-fogging obatnya kurang apakah yang telah Bapak/Ibu lakukan
banyak, karena nyamuknya tidak untuk pencegahan penyakit TB Paru?’
mati.” (Tn W. dari desa Pabelan, ada beberapa jawaban menarik dari
WM). responden diantaranya adalah:
Ketika ditanya “Bagaimana “Selama pengobatan menjaga
dengan kelompok kerja di RT / RW? tubuh dari cuaca dingin, karena
Tindakan apa yang telah dilakukan kalau kedinginan batuknya
untuk pencegahan DBD?” beberapa kambuh.” (Ny. K, dari desa Waru,
jawaban dari responden adalah WM)
sebagai berikut.
“ Di Desa Kartasura sudah ada Promosi Kesehatan yang Telah
pemantau jentik, di RT kami sudah Dilakukan
ada relawan ibu-ibu dan karang 1. Promosi kesehatan yang telah
taruna yang memantau jentik di dilakukan penderita DBD di
rumah masing-masing. Akan Kecamatan Kartasura.
dibuat brosur (MMI) dengan Kebanyakan responden belum
tulisan 3 M plus yang akan pernah mengikuti promosi ke-sehatan
ditempel di setiap rumah dan atau penyuluhan mengenai DBD.
tempat strategis untuk me- Sebagian warga kecamatan Kartasura
nanggulangi terjadinya DBD, yang pernah keluarganya ada yang
namun pembuatan MMI tersebut menderita DBD, ketika ditanya
masih menunggu dari kelurahan. “Apakah Dinas Kesehatan/ Puskesmas
Strategi lain dalam penang- telah melaksanakan promosi kesehatan
gulangan DBD yang membutuh- pencegahan penyakit DBD? Apakah
kan dana adalah mengumpulkan efektif?”
dana untuk desa siaga sebesar “Belum efektif karena tidak inten-
Rp.10.000,- per RT atau bila ada sif. Dilakukanya fogging dengan
pabrik atau pengusaha diwajib- syarat harus ada warganya yang
kan menyumbang Rp.25.000,- per terkena DBD lebih dari 5 orang,
bulan.” (Tn A. koordinator pem- Puskesmas kurang cepat pena-
berantasan sarang nyamuk (PSN) nganannya” (Tn E.S, Makamhaji,
desa Kartasura, DKT) WM)
2. Tindakan Pencegahan pada pasien Hal senada diungkapkan Ny.
TB Paru A.W dari Desa Kartasura yang pernah
Untuk mengurangi kejadian anaknya terkena DBD, “Setelah anak
Tuberculosis, kuman-kuman harus saya terkena DBD dan dibawa ke RS,
dicegah supaya tidak menular dari saya laporkan ke Puskesmas, untuk di-
seseorang ke orang lain. Ketika dilaku-
Model Taman Perilaku dan Promosi Kesehatan Masyarakat ... (Arif Widodo dan Noor Alis Setiyadi) 37
diagnosis and promp treatment), 4) cukup menarik, namun masing-
pembatasan cacat (disablity limitation), masing warga berbeda dan setiap
dan 5) rehabilitasi (rehabilitation). warga ada yang memahami dan
1. Model Promosi Kesehatan yang tidak, karena pengetahuan warga
sebaiknya dilakukan pada yang tidak sama” (Tn L dari
responden DBD di Kecamatan Pabelan, WM).
Kartasura. Sementara ketika ditanya
Kebijakan pemerintah dalam “Model apakah yang diinginkan dalam
menanggulangi kejadian luar biasa promosi kesehatan tentang DBD?”,
demam berdarah dengue (KLB DBD) jawaban dari warga yang cukup
yang semula menggunakan paradigma menarik adalah sebagai berikut.
reaktif dan kuratif, diubah menjadi “Diundang ke Puskesmas, diberi
paradigma proaktif dan preventif. penyuluhan tentang demam ber-
Pelaksanaan Gerakan Pemberantasan darah, di beri poster di Posyandu
Sarang Nyamuk sepanjang tahun atau di rumah pak RT karena tidak
disertai dengan kampanye dan punya Poskamling” (Tn W, dari
publikasi untuk sosialisasi yang luas Pabelan, WM).
ke masyarakat. Dari berbagai wawancara yang
Di Kecamatan Kartasura, be- dilakukan, disimpulkan bahwa untuk
berapa pernyataan warga Desa merubah perilaku masyarakat perlu
Makamhaji, Pabelan, dan Kartasura, promosi kesehatan yang dilakukan
ketika ditanya “Apakah komunika-tor secara komprehensif. Promosi kese-
promosi kesehatan yang pernah hatan yang dilakukan menggunakan
diikuti menarik dan mampu memberi berbagai media (mix media) supaya lebih
penjelasan dengan sederhana dan intensif dalam merubah perilaku
jelas?” masyarakat. Media yang diharapkan
“Cukup mengerti selain dari dapat me-rubah perilaku masyarakat
promosi kesehatan yang pernah adalah brosur, spanduk, dan poster.
saya ikuti dalam anggota PSN,
akan tetapi dalam anggota ini 2. Model Promosi Kesehatan yang
belum begitu mengerti tentang sebaiknya dilakukan pada respon-
penyakit DBD karena promosi den TB Paru di Kecamatan Baki.
kesehatan yang diberikan kurang Kepada responden penderita TB
dimengerti. “(Ny. SA dari Paru di Kecamatan Baki, ketika ditanya
Makamhaji, WM) “Model apakah yang diinginkan oleh
“Sebetulnya promosi kesehatan Bapak/Ibu dalam promosi kesehatan
mengenai penanggulangan DBD tentang TB Paru?”, dari beberapa
disampaikan oleh petugas sudah reponden menjawab:
Model Taman Perilaku dan Promosi Kesehatan Masyarakat ... (Arif Widodo dan Noor Alis Setiyadi) 39
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, Y.T., (2006) Ketika Obat tak Mampu lagi melawan TB, www.depkes.go.id.
Diakses tgl 10-Oktober 2009.
Depkes (2000) Kebijakan Teknis Promosi Kesehatan. Jakarta : Direktorat Promosi, Ditjen
Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan dn Kesejahteraan Sosial.
Hadinegoro, S.R.H, Satari, H.I, (2002) Demam Berdarah Dengue : Naskah Lengkap Pelatihan
bagi pelatih, Dokter Spesialis anak, dokter spesialis penyakit dalam, Dalam tatalaksana
Kasus DBD, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Icksan G, Aziza, Reni L.S., (2008), Radiologi Toraks Tuberkulosis Paru, Jakarta, Sagung
Seto.
------------------, (2005) Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta, jakarta
Wasisto B, (2003), Sumber Daya Manusia dan Kondisi Kesehatan Penduduk Masa
Depan di Indonesia, Warta Demografi Tahun 33 No. 1, Jakarta.