Você está na página 1de 19

Anak pemarah merupakan masalah bagi orang tua, bayangkan saja anak selalu marah-marah

jika permintaannya tidak dituruti, bagaimana pusingnya orang tua dalam menghadapi anak yang
seperti itu? Jika anak sedang emosi atau marah biasanya dilampiaskan dengan cara membanting
pintu, melempar sesuatu, menendang meja, mengacaukan segala hal dan berteriak-teriak penuh
kemarahan.

Rasa marah bisa timbul akibat banyak sebab, termasuk yang terjadi pada anak-anak. Terkadang
orangtua ikut kesal jika anak selalu bertindak marah-marah. Berikut akan dipaparkan bagaimana
mengatasi anak pemarah menurut versi Vera Farah Bararah.

Bagaimana cara mengatasi anak pemarah?

Sebenarnya ada dua perasaan dasar yang menyebabkan anak-anak memiliki sifat pemarah. yaitu:

1. Seorang anak memiliki kengintahuan dan kemauan yang kuat untuk melakukan sesuatu,
tapi seringkali kemampuannya tidak sekuat keinginannya. Hal ini biasanya membuat ia
kesal dan menuntunnya ke arah frustasi yang diungkapkan dengan marah-marah.
2. Kemauan dan keinginannya untuk cepat menjadi besar. Biasanya anak-anak akan
merasakan hal ini jika orangtua sudah melarang-larangnya dengan kata “tidak”. Karena ia
belum bisa menguasai emosinya secara logis, maka ia memilih mengekspresikannya ke
luar melalui kemarahan.

Cara Mengatasi Anak Pemarah

Sifat anak yang pemarah bisa menjadi masalah bagi ibu dan anak. Karena itu orangtua perlu
memaklumi sifat anaknya tersebut. Seperti dikutip dari The baby Book karangan William dan
Martha Sears, Jumat (19/3/2010) ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meredamkan
amarah, yaitu:

1. Mempelajari hal yang menyebabkan anak marah. Ketahui dengan pasti hal apa yang
dapat memicu kemarahannya, seperti lapar, bosan, suasana lingkungan yang tidak
mendukung atau lainnya. Dengan mengetahui penyebabnya, maka orangtua dapat
mencegah kemarahan anak.
2. Memberikan contoh sikap tenang padanya. Anak mempelajari sesuatu dari apa yang
dilihat dan dengarnya, karena itu penting untuk mencontohkan sikap tenang didepannya.
Jika lingkungan disekitarnya suka marah-marah, maka anak akan menganggap bahwa
perilaku ini merupakan hal yang wajar.
3. Ketahui siapa yang sedang marah. Bila orangtua adalah orang yang mudah emosi, maka
akan sangat mudah bagi anak untuk memancing kemarahan dan berakhir dengan lomba
saling teriak tanpa ada penyelesaian. Karena itu perlu diketahui siapa yang marah agar
kondisi tetap terkendali.
4. Usahakan untuk tetap tenang meskipun berada di tempat umum. Sebaiknya orangtua
tidak menunjukkan kemarahannya pada anak di depan banyak orang, karena anak akan
semakin menunjukkan rasa marahnya. Jadi cobalah untuk menggendong dan
membawanya ke tempat yang lebih sepi.
5. Memeluk dan merangkulnya erat seperti pelukan gaya beruang. Sebagian besar anak
yang kehilangan kontrol akan menjadi lebih tenang saat dipeluk. Pelukan ini tidak akan
terlalu mengekangnya, namun tetap memberinya keamanan dan kenyamanan yang
dibutuhkan saat sedang marah.
6. Menahan diri adalah terapi yang baik. Tunggulah sampai ia tenang sebelum memulai
konseling atau mengatasi permasalahannya, karena jika ia masih marah-marah
kemungkinan Anda akan terpancing untuk ikut marah.

Cara menghadapi anak marah

10/22/2005

----- Original Message -----

From: DP

To: peduli-autis

Subject: [Puterakembara] menghadapi anak marah

Banyak dari kita menghadapi anak yang marah, bahkan kadang sampai mengamuk.

Dulu, saya tidak tahu harus berbuat apa. Sehingga saya SERING sekali melakukan kesalahan yang hingga
kini masih saya sesali. Sesudah membuka sekolah dengan anak-anak yang beragam keadaannya dan latar
belakang pengasuhan yang beragam pula, kami semua sampai pada beberapa teknik/tip/triks yang
ternyata bermanfaat.

1. Pada saat anak marah, jangan beri komentar apapun. Pasang tampang "adiguna sutowo" (he..he..),
maksudnya = lempeng aja. Tidak menunjukkan emosi apapun. Kayak kalo lagi main poker, atau main
kartu dan ga' boleh ada yang tahu kita pegang kartu apapun gitu..

2. Bila mungkin, sediakan ruangan yang 'aman' bagi anak untuk melampiaskan amarahnya. Di sekolah,
kami ada ruangan di sebelah dapur (originally = gudang) yang terang, tidak ada perabotan apapun selain
kursi beanbag (kursi dari kulit yang isinya busa). Di rumah sih, saya ga' punya ruangan khusus, tapi saya
pakai ruang tidur anak saya aja.
3. Bila anak didiamkan sekitar 5-10 menit makin meraung-raung, memukuli kepala, atau malahan
berusaha menyerang, biasanya kami arahkan untuk "pergi ke ruang tenang". Kalau di textbook namanya
'safe area' atau 'safe room'. Atau kalau di rumah, saya perintahkan anak saya begini "Ikhsan mau marah?
Pergi ke kamar. Kalau sudah selesai marah, baru boleh keluar".

4. Nha, marah-marah lah mereka disitu sendirian. Bener-bener sendirian dan ga' ada bujukan / amarah /
rayuan/ atau whatever lah. Pokoknya ga' dapat kepuasan sama sekali.

5. Kalau sudah reda, baru kita datangi dan kami tanya "sudah marahnya? Ayo keluar". Dan di luar
ruangan baru kita tanya 'ada apa', 'marah sama siapa' dsb. Gaya kita bertanya benar-benar lemah lembut
seolah "badai katrina" yang tadi itu tidak pernah terjadi. Susah sekali lho.soalnya kita 'kan manusia biasa
yang bisa anytime terbawa emosi...

Alhamdulillah, cara seperti ini efektif sekali.

Bahkan anak yang paling "menyeramkan" saat marah-pun, bisa dengan relatif mudah diingatkan untuk
masuk ruang tenang dan tinggal disitu sampai ia merasa lebih tenang. Kadang-kadang belum disuruh
udah pada masuk sendiri ke ruang tenang. Malahan sesekali tabrakan di dalam! Lha wong yang tadi
ngamuk belum selesai udah ada lagi yang mau masuk! (he..he..).

Kadang juga tidak mudah sih. Seperti ada anak yang tinggi besar marah-marah sambil memukuli kepala
sendiri atau berusaha menjedutkan kepala ke lantai dan sebagainya.Atau ada juga yang menyerang kita,
menarik jilbab guru-guru, sampai harus dipegangi 4 orang dewasa untuk memisahkan dia. Tapi
bagaimana lagi.

Kunci dari segala-galanya adalah "ignore the bad behavior" dan "give positive attitude toward the
positive behavior".

Jangan lupa untuk selalu memberi perhatian (mengajak bicara, mengomentari, bercanda) justru pada
saat anak sedang 'tidak melakukan apapun'. Jadi, dia tahu dia dapat perhatian dari kita justru kalau lagi
'manis'..

Cara ini selain saya terapkan pada Ikhsan, juga saya terapkan pada anak-anak di sekolah. Saya jadi seperti
kaleng rombeng dan kaset rusak. Anak lagi bengong, baru dateng, atau sedang enak-enak makan, pasti
saya datangi dan tegur dengan ucapan-ucapan sederhana seperti 'selamat pagi..' (nada bicaranya seperti
iklan ya. selamat pagi, donnaaaaa..), 'halo, bajunya bagus ya.', 'hey, sepatu baru nih?', 'halo, makan apa
kok enak betul?'..

Saya setiap baru pulang kerja, biarpun tengah malam atau baru datang dari luar kota sekalipun, pasti
mengharuskan diri sendiri untuk menyapa ikhsan dengan "riang gembira" (padahal badan dan pikiran
udah nyaris rontoookkkkkk, bo!!).

Sekedar berbagi..semoga bermanfaat..

Salam,

It

----- Original Message -----

From: FR

To: peduli-autis

Subject: [Puterakembara] Re: menghadapi anak marah

Mbak It,

Teknik ini khusus untuk anak autis aja? Bisa/boleh/efektif nggak kalau diterapkan juga ke sibling-nya yang
nggak autis?

Pertanyaan lain, teknik ini bisa efektif nggak ya kalau dipakai sama ortunya sendiri kalau udah sampai
'diubun-ubun'? ;-)
Saya musti belajar nich... yang susah (buat saya) untuk 'lempengin muka' kalau anak lagi marah;
seringnya sich ikutan marah tuh...

-fr

----- Original Message -----

From: DP

To: peduli-autis

Subject: [Puterakembara] Re: menghadapi anak marah

Kalau ga' bisa pasang tampang 'adiguna sutowo', mending kita yang ngumpet di dalam kamar... Saya juga
gitu, kok.

Selagi saya yang 'darah tinggi' dan 'esmosi', saya biasanya kabur ke dalam kantor atau kamar tidur atau
kamar mandi. Cuci muka, baca-baca (doa, maksudnya, bukan femina), dan keluar lagi pas darah tinggi
udah rada turun.

Semua cara yang saya jabarkan tadi bisa diterapkan pada siapa saja. Mau

autis, mau tidak....

BTW, jangan lupa bahwa kita manusia biasa loh.... Pasti "kadang" (he..he.) emosi juga.

Salam,

It

----- Original Message -----

From: HW

To: peduli-autis

Subject: [Puterakembara] Re: menghadapi anak marah

Ikutan sharing....

Kalo saya biasanya menyingkir dari hadapan anak (pindah ke ruangan lain). Kalau terpaksa satu ruangan,
ambil kapas atau tissue, buat bulatan 2 buah, tutup kuping dgn bulatan kapas atau tissue tadi, trus pura
-pura baca atau melakukan kegiatan lain. Masih kedengeran sih tangisan atau jeritannya, tapi nggak
terlalu menyakitkan telinga.

Apakah anak jadi lebih cepat tenang ? Nggak juga sih, tapi paling tidak kita jadi nggak ikutan naik darah
krn mendengar tangisan / jeritan dia.

Salam,

HW

----- Original Message -----

From: DP

To: peduli-autis

Subject: [Puterakembara] Re: menghadapi anak marah

Ini juga cara jitu. Dipakai juga oleh guru di sekolahan saya, menghadapi anak yang suka tiba-tiba ngamuk
dan suaranya melengking luar biasaaaaaa.....

Pak Hdr top juga nih nasihatnya. Murah meriah.

----- Original Message -----

From: Ch

To: peduli-autis

Subject: [Puterakembara] Re: menghadapi anak marah

Sepertinya memang super sabar dalam menghadapi anak yang ngamuk, dan terimakasih untuk mbak DP.
sebenarnya kami sekeluarga sudah mencoba hanya engga seperti mba yang punya "ruang tenang"
begitu, pasti saya akan mencobanya dan makasih sekali lagi untuk masukannya.

Buat Pak Fra dan Pak Ry (khususnya ) harus nyoba tehnik ini juga deh sepertinya sangat membantu....

Ch
----- Original Message -----

From: HB

To: peduli-autis

Subject: [Puterakembara] RE: menghadapi anak marah

Cara yang sama saya pakai dirumah sejak anak saya berusia +/- 3 tahun dan berhasil baik. Alhamdulillah
seisi rumah udah kompak, kalau dia lagi "bad behaviour" kita cuekin rame - rame, walaupun kadang -
kadang prt dirumah masih suka sekali - kali melanggar, dan pasti setelah anaknya tenang prt kita tegur
untuk tetap diskenario yang udah kita sepakati (kaya sinetron aja....).

HB

----- Original Message -----

From: DP

To: peduli-autis

Subject: [Puterakembara] RE: menghadapi anak marah

Di rumah, pembantu saya yang sangat melanggar. Maklum, sudah ikut saya sejak ikhsan umur 4 tahun,
tahu gejolak rumah tangga saya sampai porak poranda, jadi dia sangat saaayyyyaaaannggggg sama anak
saya (semua orang suka bilang, Bibi itu ibunya Ikhsan, dan saya 'ibu-tiri'-nya...ha..ha..).

Apa akibatnya?

Ikhsan berani mencubit Bibi. Hanya kepada Bibi. Ke orang lain tidak berani. Semarah apapun. Soalnya
kalau dia mencubit bibi, bibi-nya tidak marah sih.....

;0

----- Original Message -----

From: DH

To: peduli-autis

Subject: [Puterakembara] Re: menghadapi anak marah


Thanks x 1,000 Bu It, ok tuh tips2nya....

Mau tanya nih, kalau Janice suka milih2 orang yang melayaninya, contoh maminya lagi suapin, tiba2 dia
nggak mau ,maunya papinya yang suapin. Atau saya lagi gantiin bajunya, tiba2 dia nggak mau, maunya
maminya yang gantiin baju. Gonta ganti sih... nggak selalu saya yang harus suapin, atau maminya yang
gantiin baju.

Atau ada juga seperti tadi pagi, baru bangun, maminya mau gantiin diapers nya, dia marah2 nggak mau,
maunya papi yang gantiin. saya sampe kesel, saya lagi ngatuk, akhirnya nangis2 dan akhirnya kita berdua
gantiin diapersnya. dan masih nangis2 karena nggak mau ada maminya. jadi nggak mau papi maminya
berdua, harus salah satu yang dia pilih.

Memang sih nggak masalah buat saya kalau saya lagi nggak ada kerjaan, tapi pernah saya lagi kebelet
mau ke WC, tapi dia maunya saya yang temenin tidur, pernah saya tinggal akhirnya nangis2 nggak
karuan.

Pernah nggak mau ganti baju, maunya maminya, karena kesal, saya paksa, wah gak tega, udah kayak mau
potong ayam aja. paksa masukin lepasin tuh baju walaupun dia lagi nangis sampai tidur2 an dikursi, saya
angkat, saya paksa tarik bajunya dan pakaikan baju gantinya. setelah selesai biasanya dia nggak lama2
lagi nangisnya, udah selesai yah sudah, paling masih nangis bentar trus udah diam lagi.

Jadi balik lagi ke pertanyaannya, kalau situasi gitu enaknya diapain yah? tetap biarinin jangan ikutin
kemauannya? atau nggak apa2 diikutin kemauannya? kalau seperti mau minum obat yah susah banget ,
nggak bakalan bisa. kalau dia meronta-ronta atau nggak mau minum obat nggak bisa dipaksa.Bisa2 tuh
obat tumpah kemana-mana. jadi kalau seperti minum obat atau makan makanan, selalu dituruti maunya
sama siapa. (sebelnya kenapa nggak mau sama suster aja yah, udah bayar mahal2

nggak kepake.... he he he )

Wah udah deh si Janice habis deh di cap sama semua rekan milis sebagai anak ter MANJA !!!!

Anyway tolong sarannya yah Bu It, atau mungkin rekan milis lain ada yang punya pengalaman yang sama
tolong disharing yah. Thank You!!!

Regards

DH

----- Original Message -----


From: DP

To: peduli-autis

Subject: [Puterakembara] Re: menghadapi anak marah

Manja, manja, manja....

Pengulangan saran: "ignore the negative behavior, give reward to positive behavior".

Jadi, kalau menangis berteriak malah dapat perhatian...artinya apa???

DP

----- Original Message -----

From: ep

To: peduli-autis

Subject: [Puterakembara] Re: menghadapi anak marah

Pak DH kalau pepengalaman aku bukan Andro yang suka begitu, tapi adiknya Firna (4th, normal), tapi itu
biasalah kalau buat aku ga jadi persoalan besar, dan memang kalau menurut istilah aku lagi masanya
bertingkah seperti itu, kalau aku si turutin aja, nanti juga berhenti sendiri.

Seperti sekarang adiknya Andro, Karine(1,7th), lagi masanya ga mau dipakaiin baju, aku scih becandaiin
aja, ga terlalu memaksa, terusnya biasa-biasa lagi tuch baju bisa dipakaiin. Kalau aku lihat semua anak
baik istimewa maupun normal ada masa-

masanya yang seperti itu, aku berani bicara begini, karena aku sudah pengalaman dengan 5 (lima) orang
anak (pertama sudah kelas 3 SMA, dan yang kedua 1 SMA), Andro anak ke-3. Kalau aku semua aku
anggap setiap permasalahaan yang ada pasti ada jalan keluarnya, jadi kita tetep bisa awet muda (kata
orang scih aku awet muda he...e...he...eee)

Ep (Bunda Andro)

----- Original Message -----

From: Fr
To: peduli-autis

Subject: [Puterakembara] Re: menghadapi anak marah

Bu Ch, Bp. Ry dan Bu It dan rekan2 milis lainnya,

Saya ucapkan terima kasih banyak atas sarannya, tanggapannya dan sharingnya.

Semua ini pasti ada manfaatnya bagi saya dan semua rekan2 utk menambah wawasan dan mengurangi
beban karena mendapatkan teman2 yang senasib sehingga tidak merasa sendiri.

Apa yang disampaikan oleh ibu DP saya setuju bahwa pada saat anak marah, jangan beri komentar
apapun., lempeng aja dan tidak menunjukkan emosi apapun. Maksudnya supaya anak tidak mengulangi
perbuatan tsb. Saya akan mencoba melakukan hal seperti itu jika Adi meledak kemarahannya.

Tapi kelihatannya banyak kendala yang terjadi.

Bu DP mohon maaf lho bukannya saya selalu menentang atau tukang ngeyel ataupun negatif thinking
terus, tapi kalau tidak diungkapkan uneg2 ini, saya tidak merasa lega gitu.

Mengenai kamar khusus (safe area) menurut bu DP jika tidak tersedia dapat menggunakan kamar anak/
kamar Adi sendiri. Tetapi masalahnya, kalau pada saat Adi meledak kemarahannya dan mulai melempar
barang2, belum tentu saat itu berada di dalam kamarnya. Mungkin dia sedang di ruang keluarga sedang
main komputer/nonton TV misalnya. Kalau Adi disuruh masuk kamar pada saat seperti itu mana mau
dia? Sebab Adi bukanlah anak TK atau SD yang gampang diperintah

begitu saja. Dan tidak mungkin kalau saya harus segera menyeret Adi utk segera

masuk ke kamarnya dan menguncinya dari luar, sebab kalau begitu berarti kita menunjukkan emosi
kemarahan juga. Pada saat Adi mulai meledak kemarahannya, entah saat itu dia sedang berada di
kamarnya atau di ruang keluarga, dia bisa tiba-tiba lari dan menghampiri adiknya atau mama-papanya
dan langsung memukul adiknya atau melempar barang2, atau melempar benda ke arah orang yang
diserang sebelum orang itu sadar akan bahaya tsb. Kita tidak siap karena terjadi dengan begitu cepat.

Sehingga pukulan atau lemparan tsb tak terelakkan dan mengenai sasarannya. Memang bisa saja untuk
meredam kemarahannya kami dapat berlaku cuek dan tanpa emosi, tapi sudah terlambat karena sudah
terkena pukulan atau lemparan atau barang kesayangan telah hancur. Adik perempuannya yang punya
sifat rapi, apik dan sayang barang, kalau sampai barang miliknya dirusak oleh Adi tidak mungkin diam
saja tanpa emosi, pasti akan menangis atau balas memukul, dsb, sehingga terjadilah perang seru. Setelah
itu terjadi, beberapa saat kemudian barulah Adi dapat agak tenang dan berhenti marah, tetapi sudah
terjadi pelemparan dan pemukulan.
Demikian pola tsb akan terjadi berulang-ulang.

Saya mengerti bahwa utk memutuskan pola ini adalah seperti yang disarankan oleh ibu DP yaitu jangan
memberi perhatian atau menunjukkan emosi kepada anak.

Sebab anak melakukan perusakan atau pemukulan adalah utk membalas sakit hatinya.

Apabila kita ikut marah berarti usaha si anak berhasil dan dia puas lalu mengulangi lagi tingkah laku
tersebut di lain waktu.

Apabila Adi marah kepada saya atau mamanya karena tidak dituruti keinginannya atau karena ditegur,
maka dia akan mulai mengamuk. Saya dan isteri bisa saja pura-pura tidak marah dan tidak menunjukkan
emosi, padahal dalam hati iya.

Dan kami harus merelakan barang2 yang rusak atau rela dan diam saja ketika dilempar benda.

Kalau Adi memaksa pinjam barang milik adiknya dan tidak diberikan oleh adiknya, maka Adi akan mulai
marah dan memukul adiknya atau merusak barang tsb.

Bisakah adiknya berpura-pura tidak marah? Sampai kapan?

Bu DP, bukannya saya keberatan atau tidak percaya dengan cara ini, saya tahu cara ini adalah satu-
satunya cara utk mengendalikan anak yang mengamuk, tapi tidak semudah seperti membalikkan telapak
tangan. Mungkin secara long term barulah kelihatan hasilnya dan ini menuntut kesabaran dan
pengorbanan yang luar biasa tingginya.

Dan kelihatannya perlu dilihat dulu konteksnya, untuk anak2 usia TK dan SD mungkin cara ini mudah
diterapkan, tapi belum tentu untuk anak2 usia remaja.

Anak2 usia TK dan SD kalau mengamuk mungkin tidak sehebat anak2 usia remaja, dan pemicu marahnya
pun berbeda dengan anak remaja.

Jadi tingkatan efektifitasnya juga tidak sama antara anak yang satu dengan anak yang lainnya, walaupun
dalam kelompok usia yang sama, apalagi utk kelompok usia yang berbeda.

Demikian pendapat saya (yang mungkin belum tentu benar) tapi cara tsb tetap akan saya coba dan
terima kasih kepada ibu DP yang telah banyak memberikan saran2 kepada kami.

Salam,

Fra
----- Original Message -----

From: DP

To: peduli-autis

Subject: [Puterakembara] Re: menghadapi anak marah

Khusus untuk anak yang sudah besar, apa yang saya sarankan memang

SANGAT SULIT untuk dilaksanakan.

Tapi bukan tidak mungkin....

Di sekolah kami juga ada anak yang seperti itu. Sudah besar, dan kalau marah bisa membuat pecah meja.
Belum lagi dia juga menjedutkan kepala ke dinding, ke lantai, atau dia sendiri memukuli kepalanya. Apa
boleh buat...pada saat awal "memaksanya" masuk ke ruangan tenang, memang terjadi sedikit
pemaksaan dan mau tidak mau ada emosi juga disitu. Tapi itu hanya pada awal penanganan. Sesudah
beberapa kali, anak tersebut mau diperintahkan untuk masuk ke ruangan tenang sendiri tanpa dipaksa
atau diseret 4 orang dewasa...

Dalam kasusnya Adi... saya sangat mengerti betapa sulitnya situasi yang bapak dan ibu hadapi. Memang
akan luar biasa sulitnya menarik/mendorong Adi masuk ke kamar. TEORI-nya, harusnya pada saat itu kita
tidak boleh emosi. Teori sih

tinggal teori. Pelaksanaan? Sulit sekali. Namanya juga manusia.

Nha, melihat pola yang terus menerus terjadi...bagaimanapun kelihatannya langkah drastis dan dramatis
harus diambil. (Bukan mudah lho).

Soalnya saya lihat, korban makin banyak. Adik, orangtua, barang...dan terutama ADI. Dia tidak tahu
bahwa masa depannya bisa 'berantakan' kalau dia tidak berhenti berperilaku negatif seperti itu.

Barangkali perlu ditambahkan satu langkah lagi: "MENJAUH" bila Adi mengamuk. Benar-benar menjauh
dalam arti: pindah kamar. Memang dia akan mengejar. Tapi bila kita pindah kamar dan mengunci,
diharapkan paling tidak dia akan 'terpisah' dari orang-orang yang 'rencananya' akan ia hancurkan
tersebut pada saat ia sedang emosi

tinggi. Saya berharap dengan beberapa menit ia 'terpisah' maka emosi dia bisa sedikit turun. Tapi bila
tidak, setidaknya 'korban' bisa diperkecil jumlah dan intensitas.

Ada baiknya bapak dan ibu juga mempertimbangkan penggunaan medikasi


tertentu untuk selama pelaksanaan 'rencana modifikasi perilaku' yang sangat sulit ini. Maksud saya,
secara fisik ia 'agak ditenangkan' sambil kita masuk dengan teknik-teknik perilaku / penanganan
pendidikan ini.

Konsultasi dengan psikiater senior sangat saya sarankan.

Saya tidak pernah mengatakan ini merupakan langkah yang mudah. Tapi, kalau tidak diusahakan...apa
pula yang akan terjadi nantinya di saat kita semua sudah amat sangat lelah? Belum lagi "luka batin" yang
akan diderita adik-adik?

Belum lagi 'penolakan' yang akan diterima anak autis ini?

Doa saya menyertai dari jauh. Hanya itu yang bisa saya lakukan.

Salam,

It

----- Original Message -----

From: mc

To: peduli-autis

Subject: [Puterakembara] Re: menghadapi anak marah

18 thn yang lalu saya mendengar obrolan dari teman kakak perempuan saya, kalau ayahnya seorang
pedagang dan gampang sekali meledak, oleh anak2 dan istrinya selalu tersedia pepaya dirumah untuk
dilemparkan olehnya sebagai pelampiasan kalau lagi marah daripada barang2 lain yang dirumah atau
istri or anak2 yang kena pukulan, aneh sih. Juga ada yang berpendapat mengurangi emosi yg gampang
meledak dianjurkan sering mengigit es batu, entah iya, entah bener bu Ita, saya ngak pernah

kuliah physycology,(nulis bener ngak ini?)

mc

----- Original Message -----

From: Els

To: peduli-autis
Subject: [Puterakembara] Re: menghadapi anak marah

Saya setuju... dengan ibu DP.

Dengan anak saya, saya juga pasang muka tanpa ekspressi, walaupun saya marah.

Lain dengan suami saya, begitu anak saya menjerit, dia langsung loncat tanpa sadar dan siap menunggu
perintah anak saya.. ;o)) Mungkin karena kalau anak saya sudah menangis, bisa berkepanjangan dan
membentur-benturkan kepalanya, berguling dan lain sebagainya. Suami saya sebenarnya juga stress.

Tetapi saya bilang;"jangan kalah gigi sama anak". "Jangan mengambil jalan singkat supaya dia tidak
menangis saja". Akhirnya saya saja yang menghadapi anak saya, saya diamkan saja dengan tenang dan
biasa2 saja...tetap saya jaga supaya jangan melakukan hal yang berbahaya, seperti menahan dia
membenturkan kepala. Kadang saya bilang "biarin saja". Dia akhirnya tahu, kalau sudah kata "biarin saja"
keluar, artinya percuma berpanjang-panjang. Tantrumnya berhenti sendiri lebih cepat. Sampai akhirnya
sekarang, sudah jarang sekali. Hanya saja jangan ganggu kalau dia sedang berkonsentrasi atau bermain.
Ini memang haknya dia, saya terima.

Salam,

Els

----- Original Message -----

From: LH

To: peduli-autis

Subject: [Puterakembara] Re: menghadapi anak marah

Sharing,

Lagi kemaruk belajar ABA juga.. ditulis dibuku Training for Employee-nya Mariposa School, jika kita
memperhatikan or merespon dengan menuruti kehendak anak saat tantrum, berarti kita me-reinforce
perilaku anak tsb. dan pasti dikemudian hari akan diulang oleh si anak karena anak belajar dari past
behavior. Susahnya kalau lingkungan di rumah tidak mengerti atau kadang tidak tahan dengar suara

tangisan/jeritan anak kemudian menyerah demi spy anak nggak ribut-2 lagi.

LH
----- Original Message -----

From: la

To: peduli-autis

Subject: [Puterakembara] Re: menghadapi anak marah

Mau tanya nih gimana ngadepin ngamuknya anak pas di luar rumah, misalnya di mall, sekolah atau
tempat umum lainnya. Trims sebelumnya..

la

----- Original Message -----

From: "JJ Mom"

To: peduli-autis

Subject: [Puterakembara] Re: menghadapi anak marah

Ibu La, cari "penyebab" kenapa si anak ngamuk. Dulu, Ja selalu mukul dan cubit saya kalau keluar dari
sekolah. Penyebabnya, dia merasa sangat stress di dalam kelas. Jadi begitu keluar kelas, saya puji2 bilang
pintar, bagus, bla bla bla... Kalau di Mall, Ibu cari penyebab apa terlalu sensory overloaded, atau si anak
mau sesuatu, tetapi tak bisa bilang ke Ibu. "Find the cause".

Salam,

JJ Mom

----- Original Message -----

From: Els

To: peduli-autis

Subject: [Puterakembara] Re: menghadapi anak marah

Betul.. yang ibu JJ katakan..

Bu la sebaiknya mencari sebabnya dulu...


Ingat tidak kalau ibu Lus juga pernah bercerita anaknya tidak tahan dengan suara2. Kalau di mall dan
berisik. mungkin dia mengalami sensory overloaded, harus di therapy. Anak saya juga suka ngamuk kalau
dibawa kepertokoan. Kalau disenyumi,

langsung dia buang muka dan membentur-benturkan kepalanya ke shopping cart dan lebih bahaya lagi,
ke etalase. Untuk saat itu, saya harus bawa ke isle yang sepi, dan tidak ada barang lain, dan saya peluk
kuat2. Saya juga harus jelaskan kepada pegawai2 toko tersebut kalau hal ini bukanlah child abuse, anak
saya autistic.

Setelah banyak perawatan biomedis, dia akhirnya berhenti. Dan sekarang bisa pura2 tidak dengar saja
dan dia sudah bisa mengontrol dirinya sendiri. Perlu di ingat2 oleh para orang tua, anak kita tidak selalu
ngamuk karena dia salah didikan, kasar dan lain sebagainya. Dibalik semua itu ada permasalahan medical
yang harus di sembuhkan dahulu dan juga harus di therapy.

Salam Els

----- Original Message -----

From: ep

To: peduli-autis

Subject: [Puterakembara] Re: menghadapi anak marah

Kalau Andro ngamuk diMall, aku pasang muka cuek bebek aja dari orang-orang, dan tetap membujuk
Andro dengan halus, soalnya kalau kita kasar jadinya malah TAMBAH NGAMUK, dengan sentuhan dan
pelukan lembut dan penuh CINTA, Andro pasti ngerti, kalau ga berhasil terpaksa langsung pulang or pergi
dari mall.

Kalau disekolah, biasanya aku serahiin sepenuhnya ke Guru disekolah, aku ga ikut campur tangan.Pasti
Gurunya ngomong gini ke aku "Saya pikir ga bisa reda marahnya, UNTUNG bisa REDA Marahnya. Tinggal
sampai rumah aku tanyaiin kenapa marah, dan ga boleh marah-marah lagi, nanti kalau marah ga punya
teman.

Ep (Bunda Andro 6th)

----- Original Message -----

From: la

To: peduli-autis
Subject: [Puterakembara] Re: menghadapi anak marah

JJ Mom, memang waktu itu kami menghadiri ultah temannya Rafel (PDD 5 th) dan Michael (ADHD 4 th)
di salah satu mall. Mich mau mengikuti acara ultah tsb, sedangkan Raf tidak mau masuk karena takut
kalau setiap acara ulang tahun pasti ada badut (walaupun sebenarnya tdk ada badut). sementara Raf di
luar ruangan melihat2 mainan yg dipajang di Mc Donald dan Raf mau mainan Rockman yg warna biru.
Tetapi di Mc D tsb stocknya habis, mulailah Raf ngamuk dan saya peluk dia dan bilang setelah acara
selesai kita cari di Mc D lain karena disini tidak ada. Tapi Raf tidak reda juga ngamuknya. Jadi saya
putuskan pulang sebelum acara selesai.

Tks atas masukannya...

salam

la (mama Rafel & Michael)

----- Original Message -----

From: "JJ Mom"

To: peduli-autis

Subject: [Puterakembara] Re: menghadapi anak marah

Wah, Ibu La, saya tak tahu deh, mau bilang apa, soalnya Ja kalau ngamuk di tempat umum, saya selalu
bilang, "look, at other kids, they are looking at us, so shameful." yah bukan sekali dua kali dia bisa ngerti,
sampe berkali kali la. Syukur sekarang Ja tak pernah ngamuk lagi di tempat umum. Aduh saya jadi ingat
ya, ada rekan milis PK

(siapa ya, saya lupa) yang pernah bilang "keledai saja kalau diulang2 terus bisa ngerti". Memang PK ini
sangat wonderful, saat saya capek menerangkan sesuatu ke Ja, saya ingat "kata kata" ini. Aduh...
semangat lagi.

Salam,

JJ Mom

----- Original Message -----

From: mama frh

To: peduli-autis
Subject: [Puterakembara] RE: Re: menghadapi anak marah

Wah enak ini ikutan sharing topik kalau anak lagi marah-marah.

Anak saya farhan sekarang sudah TK B ada pendamping ke sekolah, sudah

melalui proses terapi kurang lebih 3thn dan sekarang di TK A umum. problemnya farhan itu
pengendalian emosinya yang betul-betul masih parah. jadi kalu kebetulan marah entah minta sesuatu
yang tidak diberi, atau mau kemana dan tidak diizinkan minta ampun maksa kalau tidak diberi wah
tunggu kata-kata kasar juga keluar sambil nangis. kata-kata yg biasa diucap, farhan mau jadi anak anak
nakal, biarin tinggal di asrama, karena sering ditekankan kalau nakal nanti tinggal di asrama atau panti
asuhan, atau biar farhan jadi bodoh. tidak usah ada mama,kalau kebetulan yang larang mamanya, ini
yang problem kalau di sekolah ngamuknya sampai guru kadang susah susah ngendalikan. bagi rekan
rekan yg punya pengelaman cara mengatasi ini. bagi bagi dong idenya

wassalam

mama farhan (sorowako)

----- Original Message -----

From: "JJ Mom"

To: peduli-autis

Subject: [Puterakembara] RE: Re: menghadapi anak marah

Sambungan, itu kalau Ja marah di tempat umum, dia tahu "shameful", kalau di rumah, dia tak tahu itu
"shameful", mungkin dipikirnya tak ada yang ngelihatin. Saya bisa dicakar2 dan ditempeleng (itu
salahku , dulu sebelum tahu Ja autis, pernah saya templeng, sejak tahu dia autis, tak pernah saya pukul,
sehalus apa pun). Nah, kalau Ja ngamuk di rumah, saya "walk away".. bisa kapok sendiri, "ignore" saja.
Tuh diam sendiri, sambil meluk2 kaki saya akhirnya. Kadang saya peluk erat erat, sambil bisik "i love you",
ini kalau dia tak mukul2, kalau dia mukul, saya benar2 'walk away'.

Tetapi...... akhir2 ini ada masalah baru, dia mendadak takut ditinggalin sama saya

setelah tanturmnya reda, maunya saya peluk terus bisa setengah jam-an.

Kasihan kan adiknya Jo... Yah.. meluk dua, kadang2 gendong dua anak
sekaligus. Jo sekarang kalau Ja nangis pasti ikut nangis. Wah.. rumahku macam soap opera.
Tetangga??? Who cares!

Salam,

JJ Mom

----- Original Message -----

From: ep

To: peduli-autis

Subject: [Puterakembara] RE: Re: menghadapi anak marah

Sekedar sharing,

Dulu kalau Andro marah-marah di TK, dilihat dulu kenapa marahnya, biasanya Andro senang dengan
bola, kalau sudah pegang bola jadinya ga mau belajar, akhirnya saya bilang keguru Andro semua bola
disimpan, bila sudah selesai kegiatan belajar mengajar, baru boleh main bola. Untungnya semua guru di
TK Andro sangat membantu sekali. Dan suasana disekolah juga harus mendukung, selama Andro sekolah
disitu, seluruh pagar sekolah dikunci, tidak boleh ada orangtua murid

yang menunggu didalam sekolah, ruangan kelas juga dikunci juga jendela, karena pernah loncat dari
jendela.

Kalau guru dan teman-teman yang nunggu disekolah kewalahaan ngadepin Andro, baru mereka telpon
saya, dan saya hanya ambil Andro duduk dan peluk dia, dan saya tanya Andro mau pulang atau masih
mau disekolah, kalau mau disekolah harus berhenti marahnya, kalau mau pulang ya..pulang.

Itu cerita 1th yang lalu, sekarang ga lagi, paling cuma marah/berantem sama temen dan ngambek kecil
aja, karena itu juga salah kita yang sudah janjiin tidak memenuhi janji.

Biasanya anak belajar marah dari kita juga, ya.... itu ancaman-ancaman yang keluar semuanya dia tahu
dari kita juga. Dia tau mukul karena kita pernah mukul, dia tau nyubit karena pernah kita cubit dll.Dan
untungnya anak autis biasanya lebih disiplin dan teratur, begitu juga dengan Andro.

Tinggal kita memberi contoh aja yang baik, pasti akan ditiru.

Ep (Bunda Andro 6th)

Você também pode gostar