Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Wacana Bahasa Inggris
Dosen Pembimbing: Intan Permanik, M.Pd
Disusun Oleh:
Kurniawan, NIM: 16.02.1106
Salma Afifah, NIM: 16.02.1094
Segala puji milik Allah sang pemilik semesta alam atas qudroh dan inayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Bingkai (Framing Analysis)”
untuk memenuhi tugas mata kuliah Wacana Bahasa Inggris.
Terimakasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini baik materiil maupun immaterial sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari pembaca kami harapkan guna peningkatan dalam pembuatan
makalah lainnya.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Analisis pembingkaian adalah salah satu metode analisis media, seperti analisis isi dan
analisis semiotik. Dalam istilah sederhana, Framing membingkai suatu peristiwa, atau dengan
kata lain membingkai digunakan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau perspektif yang
digunakan oleh jurnalis atau media massa saat memilih isu dan menulis berita.
Framing adalah metode penyajian realitas di mana kebenaran tentang suatu peristiwa
tidak sepenuhnya ditolak, tetapi secara halus dibelokkan, dengan memberikan keunggulan pada
aspek-aspek tertentu. Keunggulan aspek-aspek tertentu dari masalah ini berkaitan dengan
penulisan fakta. Ketika aspek tertentu dari suatu peristiwa dipilih, bagaimana aspek itu ditulis.
Ini sangat terkait dengan penggunaan diksi atau kata-kata, kalimat, gambar atau foto, dan
gambar-gambar tertentu untuk ditampilkan kepada publik. Analisis framing digunakan untuk
memeriksa pembingkaian realitas (peristiwa, individu, kelompok, dan lainnya) yang dilakukan
oleh media massa.
Pembingkaian adalah proses konstruksi, yang berarti bahwa realitas ditafsirkan dan
direkonstruksi dengan cara dan makna tertentu. Akibatnya, hanya bagian-bagian tertentu yang
lebih bermakna, lebih diperhatikan, dianggap penting, dan lebih menyentuh dalam benak
publik. Dalam praktiknya, analisis framing banyak digunakan untuk melihat bingkai surat
kabar, sehingga dapat dilihat bahwa setiap surat kabar sebenarnya memiliki kebijakan
politiknya sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Frame ‘pembangunan’ dan ideologisasi Massa?
2. Apa yang dimaksud Konsep Framing?
3. Apa yang dimaksud Teknik Framing?
4. Apa yang dimaksud Model Framing?
C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana Frame ‘pembangunan’ dan ideologisasi Massa
2. Mengetahui bagaimana Konsep Framing
3. Mengetahui bagaimana Teknik Framing
4. Mengetahui bagaimana Model Framing
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
(realitas objektif). Pada titik inilah, penelaahan teks media seperti analisis framing menjadi
relevan.
B. Konsep Framing
Pada dasarnya, analisis framing adalah versi terbaru dari pendekatan analisis wacana,
terutama untuk menganalisis teks-teks media. Ide framing, pertama kali dikemukakan oleh
Beterson pada tahun 1955 (Sudibyo, 1999a: 23). Awalnya, kerangka ini ditafsirkan sebagai
struktur konseptual atau seperangkat keyakinan yang mengatur pandangan politik, kebijakan,
dan wacana, dan yang menyediakan kategori standar untuk menghargai kenyataan. Konsep ini
dikembangkan lebih lanjut oleh Goffman pada tahun 1974, yang mengandaikan bingkai
sebagai potongan perilaku yang membimbing individu dalam membaca realitas.
Konsep pembingkaian telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi
untuk menggambarkan proses pemilihan dan menyoroti aspek-aspek spesifik realitas oleh
media.
Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana cara
pandang atau cara pandang yang digunakan wartawan saat memilih isu dan menulis berita.
Perspektif atau perspektif pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana
yang disorot dan dihilangkan, dan ke mana berita akan dibawa. Sama seperti seorang fotografer
memilih objek gambar dan memotretnya sesuai dengan sudut yang diinginkannya.
Sederhananya, framing bisa dianalogikan dengan cara kita memotret. Misalnya, kita
ingin memotret mobil, objek yang menjadi fokus perhatian adalah interior mobil. Padahal kita
tahu bahwa mobil itu termasuk interior, eksterior, mesin dan bagian lainnya. Namun, fokus
perhatian adalah interior. Sisi depan, tepatnya di dashboard mobil, lebih diperlihatkan daripada
interior di bagian lain. Saat mengambil foto ini, fotografer memiliki maksud dan tujuan sendiri.
Ada sesuatu yang ingin dia soroti sehingga orang yang melihat foto ini diarahkan tepat sesuai
dengan keinginan fotografer, tanpa harus melihat sisi atau bagian lain dari mobil.
5
C. Teknik Framing
Secara teknis, tidak mungkin bagi seorang jurnalis untuk mem-framing seluruh bagian
berita. Artinya, hanya bagian dari kejadian-kejadian penting dalam sebuah berita saja yang
menjadi objek framing jurnalis. Namun, bagian-bagian kejadian penting ini sendiri merupakan
salah satu aspek yang sangat ingin diketahui khalayak. Aspek lainnya adalah peristiwa atau ide
yang diberitakan.
1. Menurut Entman
Framing dalam berita dilakukan dalam empat cara:
a. Identifikasi masalah (problem identification), yaitu peristiwa dilihat sebagai apa dan
dengan nilai positif atau negatif apa.
b. Identifikasi penyebab masalah (causal interpretation), yaitu siapa yang dianggap
penyebab masalah.
c. Evaluasi moral (moral evaluation), yaitu penilaian atas penyebab masalah.
d. Penanggulangan masalah (treatment recommendation), yaitu menawarkan suatu cara
penanganan masalah dan kadangkala memprediksikan hasilnya.
2. Menurut Abrar
Pada umumnya terdapat empat teknik mem-framing berita yang dipakai wartawan yaitu:
a. Ketidaksesuaian sikap dan perilaku (cognitif dissonance)
b. Empati (membentuk “pribadi khayal”
c. Daya tarik yang melahirkan ketidakberdayaan (Packing)
d. Menggabungkan kondisi, kebijakan, dan objek yang sedang aktual dengan fokus berita
(Asosiasi)
Sekurangnya, ada tiga bagian berita yang bisa menjadi objek framing seorang wartawan,
yaitu, judul berita, fokus berita dan penutup berita.
a. Judul berita di-framing dengan menggunakan teknik empati yaitu menciptakan
“pribadi khayal” dalam diri khalayak, sementara khalayak diangankan menempatkan
diri mereka seperti korban kekerasan atau keluarga dari korban kekerasan, sehingga
mereka bisa merasakan kepedihan yang luar biasa.
b. Fokus berita di-framing dengan menggunakan teknik asosiasi, yaitu menggabungkan
kebijakan aktual dengan fokus brita. Kebijakan yang dimaksud adalah penghormatan
terhadap perempuan. Untuk itu, wartawan perlu mengetahui secara persis kondisi riil
pencegahan kekerasan terhadap perempuan.
6
c. Penutup berita di-framing dengan menggunakan teknik packing, yaitu menjadikan
khalayak tidak berdaya untuk menolak ajakan yang dikandung berita. Sebab mereka
tidak berdaya sama sekali untuk membantah kebenaran yang direkonstruksikan berita.
3. Menurut Gamson
a. Level Kultural
Identifikasi dan kategorisasi terhadap proses pengulangan, penempatan, asosiasi, dan
penajaman kata, kalimat, dan proposisi tertentu dalam wacana. Selain itupula, dapat
dilakukan dengan membedah sisi retoris suatu wacana, yaitu dengan menganalisis dan
mengidentifikasi kata, kunci, metafor, frase, popular wisdom, silogisme, dan
perangkat-perangkat simbolik lain yang ada di dalamnya.
b. Level Individu
Konsep frame-resonance, yaitu tingkat keselarasan antara frame yang muncul dalam
wacana tekstual dengan respon interpretatif khalayak. Untuk mengukur frame-
resonance, serta untuk mengetahui tingkat keseragaman atau keberagaman schemata
awak media, analisis framing perlu dilakukan sampai pada tingkat individu. Analisis
framing terhadap schemata individu ini bisa dilakukan dengan polling atau wawancara
komprehensif.
D. Model Framing
Analisis framing memiliki banyak model, antara lain model Murray Edelman, Robert
N. Etman, William A. Gamson maupun Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.
1. Murray Edelman
Murray Edelman adalah ahli komunikasi yang banyak menulis mengenai bahasa dan
simbol politik dalam komunikasi. Edelman mensejajarkan framing sebagai kategorisasi:
pemakaian perspektif tertentu dengan pemakaian kata-kata yang tertentu pula dapat
menandakan bagaimana fakta atau realitas dipahami. Kategorisasi itu merupakan kekuatan
yang besar dalam memengaruhi pikiran dan kesadaran publik. Dalam memengaruhi
kesadaran publik, kategorisasi lebih halus dibanding propaganda. Kategorisasi merupakan
salah satu gagasan utama dari Edelman yang dapat mengarahkan pandangan khalayak akan
suatu isu dan membentuk pengertian mereka akan suatu isu. Untuk itu, dalam melihat suatu
peristiwa, elemen paing penting adalah bagaimana orang membuat kategorisasi atas peristiwa.
7
2. Robert N. Entman
Robert N. Entman adalah salah seorang ahli yang meletakan dasar-dasar bagi analisis
framing untuk studi isi media. Konsep framing oleh Entman digunakan untuk menggambarkan
proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas yang dibangun
oleh media massa. Framing dapat dipandang sebagai penempatan informasi-informasi dalam
konteks yang khas, sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada isu yang
lain. Selain itu, framing juga memberi tekanan lebih pada bagaimana
teks komunikasi ditampilkan dan bagian mana yang ditonjolkan atau dianggap penting oleh
pembuat teks. Dengan bentuk seperti itu, sebuah gagasan atau informasi lebih mudah terlihat,
lebih mudah diperhatikan, diingat, dan ditafsirkan karena berhubungan dengan skema
pandangan khalayak.
3. William A. Gamson
William A. Gamson adalah seorang sosiolog yang menaruh minat besar pada
tudi media, dan salah satu ahli yang paling banyak menulis tentang framing. Gagasan Gamson
terutama menghubungkan wacana media di satu sisi dengan pendapat umum di sisi yang
lain. Menurut Gamson, wacana media adalah elemen yang penting untuk memahami dan
mengerti pendapat umum yang berkembang atas suatu isu atau peristiwa.
Sebagai sosiolog, titik perhatian Gamson terutama pada studi mengenai gerakan sosial,
perhatiannya pada studi gerakan sosial mau tidak mau menyinggung studi media, karena media
merupakan elemen penting dari gerakan sosial. Jika dikaitkan dengan framing, Gamson
berpendapat bahwa dalam suatu peristiwa, framing berperan dalam mengorganiasi pengalaman
dan petunjuk tindakan, baik secara individu maupun kolektif. Dalam pemahaman ini, frame
tentu saja berperan dan menjadi aspek yang menentukan dalam partisipasi gerakan sosial.
Misalnya media massa membingkai sebuah peristiwa, sehingga khalayak mempunyai
pandangan yang sama atas suatu isu dan memiliki tujuan bersama.
Model framing yang diperkenalkan oleh Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki ini
adalah model yang paling populer dan banyak dipakai. Bagi Pan dan Kosick, analisis framing
ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam menganalisis teks media di samping analisis
isi kuantitatif.
1. Skema berita.
2. Kelengkapan berita.
3. Detail.
4. Koherensi.
5. Bentuk kalimat.
6. Kata ganti.
7. Leksikon.
8. Grafis.
9. Metafora.
9
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana cara pandang atau cara
pandang yang digunakan wartawan saat memilih isu dan menulis berita. Perspektif atau
perspektif pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang disorot dan
dihilangkan, dan ke mana berita akan dibawa. Sama seperti seorang fotografer memilih objek
gambar dan memotretnya sesuai dengan sudut yang diinginkannya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Sobur Alex, Analisis Teks Media, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. Ke-2.
https://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_framing
https://ikamelatiyulistiani27.blogspot.com/2018/01/makalah-teory-analisis-
framing.html
https://prestianta.wordpress.com/2011/02/04/konsep-dan-model-model-analisis-
framing/
11