Você está na página 1de 37

LAPORAN TUTORIAL BLOK MUSKULOSKELETAL

“OSTEOMIELITIS”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
R A Putri Alia (G1B113039) Gallenus Morpy (G1B110083)

Ria Putri Utami (G1B113042) Risky Setiawan (G1B110064)

Septia Erita (G1B113043) Musri Sofiati (G1B113010)

Nely Eviana (G1B113044) Putrinugraha Wanca (G1B113022)

Nova Yuninda G (G1B113045) Lusiana Sihaloho (G1B113038)

Zainal Hafiz (G1B110068)

DOSEN PEMBIMBING:

Ns. Sri Mulyani, S.Kep, M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2015 / 2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena berkat, rahmat,
taufik, dan hidayah-NYA kepada kami, sehingga kami kelompok 4, dapat
menyelesaikan laporan tutor kasus “Osteomielitis ” ini tepat waktu dan semoga
laporanini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan kepada kita nantinya.
Laporan kasus “Osteomielitis” ini mengandung beberapa pokok bahasan
yang akan membahas tentang poin-poin penting dari metode pengkajian dan asuhan
keperawatan terkait dengan penyakit Osteomielitis.
Terima kasih kepada dosen pembimbing, teman-teman, dan juga orang tua
kami, atas dorongan yang telah diberikan kepada kami sehingga laporan ini dapat
terbentuk.
Kami menyadari bahwa laporan tutor ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kami bersedia menerima kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak untuk perbaikan di kemudian hari.

Jambi, 01 September 2015

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan


bertanggung jawab terhadap pergerakan.Komponen utama sistem utama sistem
muskuloskeletal adalah jaringan ikat.Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot
rangka, tendon, ligamen, bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan
struktur-struktur ini.Beragamnya jaringan dan organ sistem muskuloskeletal dapat
menimbulkan berbagai macam gangguan.Beberapa gangguan tersebut timbul
primer pada sistem itu sendiri, sedangkan gangguan yang berasal dari bagian lain
tubuh tetapi menimbulkan efek pada sistem muskuloskeletal. Tanda utama
gangguan sistem muskuloskeletal adalah nyeri dan rasa tidak nyaman , yang dapat
bervariasi dari tingkat yang paling ringan sampai yang sangat berat (Price,Wilson,
2005).

Salah satu gangguan dari sistem muskuloskeletal adalah osteomielitis.


Osteomielitis adalah radang tulang yang disebabkan oleh organisme piogenik,
walaupun berbagai agen infeksi lain juga dapat menyebabkannya, gangguan ini
dapat tetap terlokalisasi atau dapat tersebar melalui tulang, yang melibatkan
sumsum, korteks, jaringan kanselosa, dan periosteum (Dorland, 2002).

Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang


status nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes melitus. Selain
itu, pasien yang menderita artitis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit,
mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi
sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang
menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus,
mengalami nefrosis insisi margial atau dehidrasi luka, atau memerlukan evakuasi
hematoma pascaoperasi.Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan
hewan, manusia atau penyuntikan intramusculus juga dapat menyebabkan
osteomielitis eksogen. Osteomielitis akut biasanya dapat disebabkan oleh bakteri
maupun virus, jamur, dan mikro-organisme lain.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem muskuloskeletal?
2. Apa defenisi dari osteomielitis?
3. Apa saja klasifikasi dari osteomielitis?
4. Apaetiologi dari osteomielitis?
5. Apa manifestasi klinis dari oseteomielitis?
6. Bagaimana patofisiologi dan WOC dari osteomielitis?
7. Bagaimana penatalaksanaan untuk pasien osteomielitis?
8. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada pasien osteomielitis yang tidak
terobati?
9. Bagaimana pengkajian keperawatan pada pasien osteomielitis?
10. Apa saja diagnosa keperawatan osteomielitis?
11. Bagaimana dan apa rencana asuhan keperawatan pada kasus osteomielitis?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui anatomi dan fisiologi sistem muskuloskeletal.
2. Mengetahui defenisi dari osteomielitis.
3. Mengetahui klasifikasi dari osteomielitis.
4. Mengetahui etiologi dari osteomielitis.
5. Mengetahui manifestasi klinis dari oseteomielitis.
6. Mengetahui dan memahami patofisiologi dan WOC dari osteomielitis.
7. Mengetahui bagaimana penatalaksanaan untuk pasien osteomielitis.
8. Mengetahui apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada pasien
osteomielitis yang tidak terobati.
9. Mengetahui bagaimana pengkajian keperawatan pada pasien osteomielitis.
10. Mengetahui diagnosa keperawatan osteomielitis.
11. Mengetahui rencana asuhan keperawatan pada kasus osteomielitis.

1.4 Manfaat
1. Mahasiswa mampu memahami konsep dan asuhan keperawatan pada klien
dengan osteomielitis sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah
muskuloskeletal.

4
2. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan
osteomielitis sehingga dapat menjadi bekal dalam persiapan praktik di
rumah sakit.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Muskuloskeletal


Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan
bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen utama system musculoskeletal
adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot, tendon, ligament,
bursae, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.
A. Tulang
1. Bagian-bagian utama tulang rangka

Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang. Tulang adalah
jaringan hidup yang akan suplai saraf dan darah. Tulang banyak
mengandung bahan kristalin anorganik (terutama garam-garam kalsium)
yang membuat tulang keras dan kaku, tetapi sepertiga dari bahan tersebut
adalah jaringan fibrosa yang membuatnya kuat dan elastis.

Klasifikasi tulang pada orang dewasa digolongkan pada dua


kelompok yaitu axial skeleton dan appendicular skeleton.

1. Axial Skeleton (80 tulang)


Tengkorak 22 buah
tulang
Tulang cranial (8 Frontal 1
tulang) Parietal 2

Occipital 1

Temporal 2

Sphenoid 1

Ethmoid 1

Tulang fasial (13 Maksila 2


tulang) Palatine 2

Zygomatic 2

6
Lacrimal 2

Nasal 2

Vomer 1

Inferior nasal concha 2

Tulang mandibula (1 1
tlng)
Tulang telinga tengah Malleus 2 6 tulang
Incus 2

Stapes 2

Tulang hyoid 1 tulang


Columna vertebrae Cervical 7 26 tulang
Thorakal 12

Lumbal 5

Sacrum (penyatuan dari 5 tl) 1

Korkigis (penyatuan dr 3-5 tl) 1

Tulang rongga thorax Tulang iga 24 25 tulang


Sternum 1

2. Appendicular Skeleton (126 tulang)


Pectoral girdle Scapula 2 4 tulang
Clavicula 2

Ekstremitas atas Humerus 2 60 tulang


Radius 2

Ulna 2

Carpal 16

Metacarpal 10

7
Phalanx 28

Pelvic girdle Os coxa 2 (setiap os coxa terdiri dari 2 tulang


penggabungan 3 tulang)

Ekstremitas bawah Femur 2 60 tulang


Tibia 2

Fibula 2

Patella 2

Tarsal 14

Metatarsal 10

Phalanx 28

Total 206 tulang

Fungsi utama tulang-tulang rangka adalah :


 Sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi bentuk tubuh.
 Untuk memberikan suatu system pengungkit yang digerakan oleh kerja
otot-otot yang melekat pada tulang tersebut; sebagai suatu system
pengungkit yang digerakan oleh kerja otot-otot yang melekat padanya.
 Sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium, dan elemen-elemen lain.
 Untuk menghasilkan sel-sel darah merah dan putih dan trombosit dalam
sumsum merah tulang tertentu.

2. Struktur tulang
Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi :
 Tulang panjang ditemukan di ekstremitas.
 Tulang pendek terdapat di pergelangan kaki dan tangan.
 Tulang pipih pada tengkorak dan iga.

8
Tulang ireguler (bentuk yang tidak beraturan) pada vertebra, tulang-tulang
wajah, dan rahang.

Lapisan terluar dari tulang (cortex) tersusun dari jaringan tulang yang padat,
sementara pada bagian dalam di dalam medulla berupa jaringan sponge. Bagian
tulang paling ujung dari tulang panjang dikenal sebagai epiphyse yang berbatasan
dengan metaphysis. Metaphysis merupakan bagian dimana tulang tumbuh
memanjang secara longitudinal. Bagian tengah tulang dikenal
sebagai diaphysisyang berbentuk silindris.

Unit struktural dari cortical tulang compacta adalah system havers, suatu
jaringan (network) saluran yang kompleks yang mengandung pembuluh-pembuluh
darah mikroskopis yang mensuplai nutrient dan oksigen ke tulang, lacuna, dan
ruang-ruang kecil dimanaosteosit berada.

Jaringan lunak di dalam trabeculae diisi oleh sumsum tulang : sumsum


tulang merah dan kuning. Sumsum tulang merah berfungsi dalam hal hematopoesis,
sementara sumsum kuning mengandung sel lemak yang dapat dimobilisasi dan
masuk ke aliran darah.Osteogenic cells yang kemudian berdiferensiasi
ke osteoblast (sel pembentuk tulang) danosteoclast (sel penghancur tulang)
ditemukan pada lapisan terdalam dari periosteum. Periosteum adalah lembar
jaringan fibrosa dan terdiri atas banyak pembuluh darah.

Vaskularisasi, tulang merupakan jaringan yang kaya akan vaskuler dengan


total aliran darah sekitar 200 sampai 400 cc/menit. Setiap tulang memiliki arteri
penyuplai darah yang membawa nutrient masuk didekat pertengahan tulang,
kemudian bercabang ke atas dan ke bawah menjadi pembuluh-pembuluh darah
mikroskopis. Pembuluh darah ini mensuplaicortex, marrow, dan system haverst.

Persarafan, serabut syaraf sympathetic dan afferent (sensori) mempersyarafi tulang.


Dilatasi kapiler darah dikontrol oleh syaraf symphatetic, sementara serabut syaraf
afferent mentransmisikan rangsangan nyeri.

3. Perkembangan dan pertumbuhan tulang

Perkembangan dan pertumbuhan pada tulang panjang tipikal :

9
 Tulang didahului oleh model kartilago.
 Kolar periosteal dari tulang baru timbul mengelilingi model korpus.
Kartilago dalam korpus ini mengalami kalsifikasi. Sel-sel kartilago mati dan
meninggalkan ruang-ruang.
 Sarang lebah dari kartilago yang berdegenerasi dimasukan oleh sel-sel
pembentuk tulang (osteoblast),oleh pembuluh darah, dan oleh sel-sel
pengikis tulang (osteoklast). Tulang berada dalam lapisan tak teratur dalam
bentuk kartilago.
 Proses osifikasi meluas sepanjang korpus dan juga mulai memisah pada
epifisis yang menghasilkan tiga pusat osifikasi.
 Pertumbuhan memanjang tulang terjadi pada metafisis, lembaran kartilago
yang sehat dan hidup antara pusat osifikasi. Pada metafisis sel-sel kartilago
memisah secara vertical. Pada awalnya setiap sel meghasilkan kartilago
sehat dan meluas mendorong sel-sel yang lebih tua. Kemudian sel-sel mati.
Kemudian semua runag mebesar untuk membentuk lorong-lorong vertical
dalm kartilago yang mengalami degenerasi. Ruang-ruang ini diisi oleh sel-
sel pembentuk tulang.
 Pertumbuhan memanjang berhenti pada masa dewasa ketika epifisis berfusi
dengan korpus.
 Pertumbuhan dan metabolisme tulang dipengaruhi oleh mineral dan
hormone sebagai berikut :
 Kalsium dan posfor, tulang mengandung 99% kalsium tubuh dan
90% posfor. Konsentrasi kalsium dan posfor dipelihara dalam
hubungan terbalik. Sebagai contoh, apabila kadar kalsium tubuh
meningkat maka kadar posfor akan berkurang.
 Calcitonin, diproduksi oleh kelenjar typoid memilki aksi dalam
menurunkan kadar kalsium serum jika sekresinya meningkat diatas
normal.
 Vitamin D, penurunan vitamin D dalam tubuh dapat menyebabkan
osteomalacia pada usia dewasa.
 Hormon paratiroid (PTH), saat kadar kalsium dalam serum
menurun, sekresi hormone paratiroid akan meningkat dan

10
menstimulasi tulang untuk meningkatkan aktivitas osteoplastic dan
menyalurkan kalsium kedalam darah.
 Growth hormone (hormone pertumbuhan), bertanggung jawab
dalam peningkatan panjang tulang dan penentuan jumlah matrik
tulang yang dibentuk pada masa sebelum pubertas.
 Glukokortikoid, adrenal glukokortikoid mengatur metabolisme
protein.
 Sex hormone, estrogen menstimulasi aktivitas osteobalstik dan
menghambat peran hormone paratiroid. Ketika kadar estrogen
menurun seperti pada saat menopause, wanita sangat rentan
terhadap menurunnya kadar estrogen dengan konsekuensi langsung
terhadap kehilangan masa tulang (osteoporosis). Androgen, seperti
testosteron, meningkatkan anabolisme dan meningkatkan masa
tulang.

B. Sendi
Artikulasi atau sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang.
Tulang-tulang ini dipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi,
pita fibrosa, ligament, tendon, fasia, atau otot. Sendi diklasifikasikan sesuai dengan
strukturnya.
a. Sendi fibrosa (sinartrodial)
Merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Tulang-tulang dihubungkan
oleh serat-serat kolagen yang kuat. Sendi ini biasanya terikat misalnya sutura tulang
tengkorak.
b. Sendi kartilaginosa (amfiartrodial)
Permukaan tulang ditutupi oleh lapisan kartilago dan dihubungkan oleh
jaringan fibrosa kuat yang tertanam kedalam kartilago misalnya antara korpus
vertebra dan simfisis pubis. Sendi ini biasanya memungkinkan gerakan sedikit
bebas.
c. Sendi synovial (diartrodial)
Sendi ini adalah jenis sendi yang paling umum. Sendi ini biasanya
memungkinkan gerakan yang bebas (mis., lutut, bahu, siku, pergelangan tangan,
dll.) tetapi beberapa sendi sinovial secara relatif tidak bergerak (mis., sendi
sakroiliaka). Sendi ini dibungkus dalam kapsul fibrosa dibatasi dengan membran

11
sinovial tipis. Membran ini mensekresi cairan sinovial ke dalam ruang sendi untuk
melumasi sendi. Cairan sinovial normalnya bening, tidak membeku, dan tidak
berwarna atau berwarna kekuningan. Jumlah yang ditemukan pada tiap-tiap sendi
normal relatif kecil (1 sampai 3 ml). hitung sel darah putih pada cairan ini
normalnya kurang dari 200 sel/ml dan terutama adalah sel-sel mononuclear. Cairan
synovial juga bertindak sebagai sumber nutrisi bagi rawan sendi.
Permukaan tulang dilapisi dengan kartilago artikular halus dan keras
dimana permukaan ini berhubungan dengan tulang lain. Pada beberapa sendi
terdapat suatu sabit kartilago fibrosa yang sebagian memisahkan tulang-tulang
sendi (mis., lutut, rahang)

Jenis sendi synovial :


 Sendi peluru, missal pada persendian panggul dan bahu, memungkinkan
gerakan bebas penuh.
 Sendi engsel memungkinkan gerakan melipat hanya pada satu arah dan
contohnya adalah siku dan lutut.
 Sendi pelana memungkinkan gerakan pada dua bidang yang saling tegak
lurus. Sendi pada dasar ibu jari adalah sendi pelana dua sumbu.
 Sendi pivot contohnya adalah sendi antara radius dan ulna. Memungkinkan
rotasi untuk melakukan aktivitas seperti memutar pegangan pintu.
 Sendi peluncur memungkinkan gerakan terbatas kesemua arah dan
contohnya adalah sendi-sendi tulang karpalia di pergelangan tangan.

C. Otot Rangka

a. Pengertian otot ( musculus)


Otot (musculus) merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan
tubuh dapat bergerak. Ini adalah suatu sifat penting bagi organisme. Gerak sel
terjadi karena sitoplasma mengubah bentuk. Pada sel – sel, sitoplasma ini
merupakan benang – benang halus yang panjang disebut miofibril. Kalau sel
otot mendapat rangsangan maka miofibril akan memendek. Dengan kata lain
sel otot akan memendekkan dirinya kearah tertentu (berkontraksi).

b. Ciri-ciri Otot

12
1. Kontraktilitas
Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau mungkin
juga tidak melibatkan pemendekan otot. Serabut akan terolongasi karena
kontraksi pada setiap diameter sel berbentuk kubus atau bulat hanya akan
menghasilkan pemendekan yang terbatas.
2. Eksitabilitas
Serabut otot akan merespon dengan kuat jika distimulasi oleh implus
saraf.
3. Ekstensibilitas
Serabut otot memiliki kemampuan untuk meregang melebihi
panjang otot saat relaks.
4. Elastilitas
Serabut otot dapat kembali ke ukurannya semula setelah
berkontraksi atau meregang.

c. Otot dan Kerja Otot


Otot rangka merupakan setengah dari berat badan orang dewasa. Fungsi
utamanya adalah untuk menggerakan tulang pada artikulasinya. Kerja ini dengan
memendekkan (kontraksi) otot. Dengan memanjang (relaksasi) otot
memungkinkan otot lain untuk berkontraksi dan menggerakan tulang.
Otot ada yang melekat langsung pada tulang, tetapi dimana bagian
terbesarnya mempengaruhi fungsi (mis., pada tangan), tangan yang berhubungan
langsung dengan tulang, atau dimana kerjanya perlu dikonsentrasikan, otot
dilekatkan dengan tendon fibrosa. Tendon menyerupai korda, seperti tali, atau
bahkan seperti lembaran (mis.,pada bagian depan abdomen). Tidak ada otot yang
bekerja sendiri. Otot selalu bekerja sebagai bagian dari kelompok, dibawah control
system saraf.
Fungsi otot dapat digambarkan dengan memperhatikan lengan atas. Otot
bisep dari lengan atas dilekatkan oleh tendon ke skapula. Perlekatan ini biasanya
tetap stasioner dan adalah asal (origo) dari otot. Ujung yang lain dari otot
dilekatkan pada radius. Perlekatan ini untuk menggerakan otot dan diketahui
sebagai insersio dari otot.
Bisep adalah otot fleksor; otot ini menekuk sendi, mengangkat lengan saat
ia memendek. Otot ini juga cenderung memutar lengan untuk memposisikan

13
telapak tengadah karena titik insersinya. Otot trisep pada punggung lengan atas
adalah otot ekstensor; otot ini meluruskan sendi, mempunyai aksi yang berlawanan
dengan otot bisep.
Selama fleksi sederhana (menekuk) siku :
 Bisep kontraksi : ini adalah penggerak utama
 Trisep rileks secara refleks : ini adalah antagonis
 Otot tertentu pada lengan berkontraksi untuk mencegah gerakan
berguling.
 Otot di sekitar bahu berkontaksi untuk memantapkan sendi bahu.

d. Struktur dan Otot Rangka


Otot rangka tersusun atas sejumlah besar serat-serat otot. Sel-sel silindris
tidak bercabang. Otot ini disokong oleh jaringan ikat dan mempunyai banyak
suplai darah dan saraf. Setiap sel mempunyai banyak nuklei dan mempunyai
penampilan lurik. Dindingnya atau sarkolema, mengandung myofibril yang
dibungkus dengan rapat dalam sarkoplasma cair. Didalamnya juga ada banyak
mitokondria. Warna merah dari otot berhubungan dengan mioglobin, suatu protein
seperti hemoglobin dalam sarkoplasma.
Setiap miofibril mempunyai lurik (striasi) terang dan gelap secara
bergantian, disebut pita I dan A secara berurutan. Striasi disebabkan oleh 2 tipe
filamen, satu mengandung proteinaktin, dan lainnya mengandung protein myosin.
Kontraksi otot adalah karena reaksi filament aktin dan miosin satu sama
lain, seperti ketika mereka menyisip satu sama lain dan menarik ujung dari sel otot
saling mendekat. Serat otot memendek sampai dengan sepertiga dari panjangnya
saat kontraksi.
Serat-serat otot biasanya menjalar sejajar terhadap arah tarikan, baik tanpa
tendon (otot kepeng) mis., otot interkostal, atau dengan tendon pada ujungnya (otot
fusiformis) mis., otot bisep. Otot-otot ini mempunyai rentang gerak yang besar
tetapi relative lemah.
Otot pennate lebih kuat daripada tipe otot di atas, tetapi mempunyai rentang
gerak lebih pendek. Pada otot ini, serat-serat menjalar membentuk sudut terhadap
arah tarikan dan menyisip ke dalam tendon sentral atau tendon pengimbang.

e. Histology Otot

14
Ada tiga jenis jaringan otot yang dapat dibedakan atas dasar strukturnya dan
ciri fiologis yaitu otot polos, otot lurik, dan otot jantung.
1. Otot polos (smooth muscle/involuntary muscle)
Otot polos mengandung sel berbentuk spindle dengan panjang 40-
200 µm dengan inti terletak di tengah. Myofibril ini sukar diperlihatkan dan
tidak mempunyai corak melintang. Serabut reticular transversa
menghubungkan sel-sel otot yang berdekatan dan membentuk suatu ikatan
sehingga membentuk unik fungsional. Otot polos tidak dibawah pengaruh
kehendak.
2. Otot lurik (skeleton muscle/voluntary muscle)
Otot lurik mengandung sel-sel otot (serabut otot) dengan ukuran
tebal 10-100 µm dan panjang 15 cm. Serabut otot lurik berasal dari myotom,
inti terletak dipinggir, dibawah sarcolema.memanjang sesuai sumbu
panjang serabut otot. Beberapa serabut otot bergabung membentuk berkas
otot yang dibungkus jaringan ikat yang disebut endomycium. Bebefrapa
endomycium disatukan jaringan ikat disebut perimycium. Beberapa
perimycium dibungkus oleh jaringan ikat yang disebut epimycium (fascia).
Otot lurik dipersyafi oleh system cerebrosfinal dan dapata dikendalikan.
Otot lurik terdapat pada otot skelet, lidah, diaphragm, bagian atas dinding
oesophagus.
3. Otot Jantung
Terdiri dari serabut otot yang bercorak yang bersifat kontraksinya
bersifat otonom. Tetapi dapat dipengaruhi system vagal. Serabutnya
bercabang-cabang, saling berhubungan dengan serabut otot di dekatnya.
Intinya berbentuk panjang dan terletajk di tengah.Sarkosom jauh lebih
banyak dari pada otot rangka.

f. Persarafan Otot Rangka


Otot dipersarafi oleh 2 serat saraf pendek :
1. Saraf sensorik yang membawa impuls dari otot, terutama dari reseptor
regangan khusus, gelondong otot.
2. Saraf motorik yang membawa impuls ke otot untuk memicu kontraksi otot.
Korpus sel dari sel-sel saraf motorik terdapat dalam kornu anterior
substansia grisea dalam medula spinalis. Setiap sel saraf mempunyai serat

15
utama atau akson yang bercabang untuk mempersarafi 50 sampai 200 serat
otot. Semua korpus sel mempersarafi satu sel otot yang terletak berdekatan
dalam medulla spinalis. Impuls saraf mencapai setiap serat otot kira-kira di
bagian tegahnya, pada motor end plate. Datangnya impuls saraf ini
menyebabkan simpanan asetilkolin dilepaskan dari motor end
plate. Asetilkolin bekerja untuk memperkuat impuls saraf. Ini menyebabkan
gelombang besar aktivitas listrik untuk menjalar sepanjang otot,
menimbulkan perubahan yang menyebabkan otot berkontraksi. Kekuatan
kontaksi tergantung pada jumlah serat-serat yang terstimulasi. Bila impuls
berhenti maka otot rileks.

D. Tendon
Tendon merupakan berkas (bundel) serat kolagen yang melekatkan otot ke
tulang. Tendon menyalurkan gaya yang dihasilkan oleh kontraksi otot ke tulang.
serat kolagen dianggap sebagai jaringan ikat dan dihasilkan oleh sel-sel fibroblas.

E. Ligament
Ligament adalah taut fibrosa kuat yang menghubungkan tulang ke tulang,
biasanya di sendi. Ligament memungkinkan dan membatasi gerakan sendi.

F. Bursae
Adalah kantong kecil dari jaringan ikat. Dibatasi oleh membran sinovial
dan mengandung cairan sinovial. Bursae merupakan bantalan diantara bagian-
bagian yang bergerak seperti pada olekranon bursae terletak antara prosesus
olekranon dan kulit.

2. 2 Defenisi
Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang
disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus
influensae (Depkes RI, 1995).

16
Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum
dan atau korteks tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh)
atau hematogenous (infeksi masuk dari dalam tubuh) (Reeves, 2001).
Osteomyelitis adalah infeksi pada tulang dan sum-sum tulang yang dapat
disebabkan oleh bakteri, virus, atau proses spesifik (m.tuberkulosa,jamur)(Arif
mansjoer, 2002).
Osteomyelitis adalah infeksi jaringan tulang yang dapat bersifat akut
maupun kronis (Price and wilson, 2005).
Osteomyelitis adalah infeksi tulang ( smeltzer 2002).
Jadi, osteomielitis adalah infeksi jaringan tulang yang mencakup sumsum
dan koerteks tulang yang dapat disebabkan oleh bakteri pigenik seperti
staphylococcus aureus.

2. 3 Klasifikasi

1. Menurut kejadiannya osteomyelitis ada dua yaitu :


a. Osteomyelitis Primer  Kuman-kuman mencapai tulang secara langsung
melalui luka.
b. Osteomyelitis Sekunder  Adalah kuman-kuman mencapai tulang
melalui aliran darah dari suatu focus primer ditempat lain (misalnya infeksi
saluran nafas, genitourinaria furunkel).
2. Osteomyelitis menurut perlangsungannya dibedakan atas :
a. Osteomyelitis akut
- Nyeri daerah lesi
- Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional
- Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
- Pembengkakan local
- Kemerahan
- Suhu raba hangat
- Gangguan fungsi
- Lab = anemia, leukositosis
b. Osteomyelitis kronis
- Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri
- Gejala-gejala umum tidak ada

17
- Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur
- Lab = LED meningkat
3. Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling
sering :
a. Staphylococcus (orang dewasa)
b. Streplococcus (anak-anak)
c. Pneumococcus dan Gonococcus

2. 4 Etiologi

1. Usia ( terutama mengenai bayi dan anak-anak)


2. Jenis kelamin (lebih sering pada pria daripada wanita dengan perbandingan
1:4)
3. Trauma( hematoma akibat trauma pada daerah metafisis merupakan salah
satu faktor predisposisi terjadinya osteomilitis)
4. Lokasi ( osteomilitis sering terjadi pada daerah metafisis)
5. Nutrisi, lingkungan dan imunitas yang buruk serta adanya fokus infeksi
sebelumnya.
6. Staphylococcus Aureus, hemophillus influensza, salmonella typhi,
escherichia coli.
7. Penyebaranhematogendari focus infeksi di tempat lain : tonsil yang
terinfeksi, infeksigigi, infeksisalurannapasbagianatas.
8. Penyebaraninfeksijaringanlunak : ulkusdekubitus yang terinfeksiatauulkus
vascular.
9. Kontaminasilangsungdengantulang : frakturterbuka, cederatraumatik
(lukatembakdanpembedahan tulang).

2. 5 Manifestasi Klinis

1. Jika infeksi dibawa oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi
dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut
nadi cepat dan malaise umum). Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi
gejala lokal secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke
korteks tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian
18
yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. Pasien
menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan
gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.
2. Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau
kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi
membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
3. Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir
keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi,
pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat menjadi pada
jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.

2. 6 Patofisiologi

Osteomyelitisdapat terjadi dengan dua mekanisme yaitu melalui aliran


darah tulang dan melalui inokulasi langsung dari jaringan sekitar.Osteomyelitis
yang terjadi akibat inokulasi langsung dari jaringan sekitar terjadi akibat kontak
langsung dari jaringan tulang dan bakteri akibat trauma atau post operasi.
Mekanisme ini dapat terjadi oleh karena inokulasi bakteri langsung akibat cedera
tulang terbuka, bakteri yang berasal dari jaringan sekitar tulang yang mengalami
infeksi, atau sepsis setelah prosedur operasi.Osteomyelitis yang terjadi akibat
infeksi melalui penyebaran darah terjadi disebabkan adanya bibit bakteri pada
aliran darah, keadaan ini ditandai dengan infeksi akut pada tulang yang berasal dari
bakteri yang berasal dari fokus infeks primer yang letaknya jauh dari tulang yang
mengalami peradangan.Keadaan ini paling sering terjadi pada anak dan disebut
dengan osteomyelitis hematogenous akut.
Lokasi yang paling sering terkena osteomyelitis adalah metaphyse yang
bervaskularisasi tinggi dan dalam masa perkembangan yang cepat.Perlambatan
aliran darah yang terjadi pada pada metaphyse distal menyebabkan mudahnya
terjadi thrombosis dan dapat menjadi tempat bertumbuhnya bakteri.Setelah infeksi
terjadi pada daerah metafisis, terbentuk nanah di bawah periosteum dan periosteum
akan terangkat. Nanah yang terbentuk juga mengakibatkan keluarnya discharge
seropurulen pada sinus yang terbentuk. Selain itu juga karena terbentuk jaringan
granulasi pada periosteum dan lapisan tebal (kalus) di sekitar lokasi fraktur,

19
sehingga mengakibatkan terangkatnya periosteum yang memperlihatkan gambaran
periosteum yang menebal pada hasil plain foto(Price, Wilson, 2005).
Pembuluh darah akan mengalami trombosis, dan trombosis septik ini akan
dapat mengakibatkan septikhemi atau piemi. Oleh karena perubahan sekunder,
adanya trombus pada pembuluh darah yang mengakibatkan terganggunya aliran
darah, maka tulang akan mengalami nekrosis. Kadang-kadang proses ini akan
menjalar ke epifisis, menembus tulang rawan sendi, mengenai sendi sehingga
terjadi arthritis suppurativa.Tulang nekrotik ini kemudian akan terpisah dari tulang
yang sehat oleh kerja osteoklas, membentuk sequester. Bilamana masa akut
penyakit telah lewat, maka osteoblas yang berasal dari periosteum akan membentuk
tulang baru di sekitar sequester dan disebut involucrum. Involucrum mempunyai
lubang disebut cloaca, kadang-kadang sequester dapat keluar melalui lubang itu.
Cloaca inilah yang menyebabkan timbulnya gejala sinus hilang timbul pada
pasien.Jadi, tubuh hanya dapat menutupi tulang yang nekrotik itu dengan tulang
baru tanpa dapat mengabsorpsinya.Juga pada sumsum tulang ditempatkan tulang
baru sehingga densitas tulang bertambah dan terjadi sclerosis tulang.

2. 7 Komplikasi
 Komplikasi Dini
1. Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)
2. Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang
mendasarinya sembuh
3. Atritis septic
 Komplikasi Lanjut
1. Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan
fungsi tubuh yang terkena
2. Fraktur patologis
3. Kontraktur sendi
4. Gangguan pertumbuhan.

2. 8 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai
peningkatan laju endap darah.

20
2. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif)
dan diikuti dengan uji sensitivitas.
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat
kecurigaan infeksi oleh bakteri salmonella.
4. Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan
digunakan untuk serangkaian tes.
5. Pemeriksaan ultra sound
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada
sendi.
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan
kelainan radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang
yang bersifat difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang
baru.

Pemeriksaan tambahan :
1. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama.
2. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2,
maka kemungkinan besar adalah osteomielitis.

2.8 Penatalaksanaan
a. Perawatan di rumah sakit
b. Pengobatan suportif dengan pemberian infuse
c. Pemeriksaan biakan darah
d. Antibiotic spectrum luas yang efektif terhadap gram positif maupun gram
negative diberikan langsung tanpa menunggu hasil biakan darah secara
parenteral selama 3-6 minggu
e. Immobilisasi anggota gerak yang terkena
f. Tindakan pembedahan indikasi untuk melakukan pembedahan ialah :
a. Adanya abses

21
b. Rasa sakit yang hebat
c. Adanya sekuester
d. Bila mencurigakan adanya perubahan kearah keganasan (karsinoma
epedermoid).
Saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan adalah bila
infolukrum telah cukup kuat untuk mencegah terjadinya fraktur peasca
pembedahan.

BAB III
TINJAUAN KASUS

KASUS TUTOR MUSKULOSKELETAL PART 1

Seorang lelaki 26 tahun, diduga menderita infeksi bakteri patogenik dengan


keluhan pyrexia, rubor, dolor, dan sinus pada tungkai bawah.2 tahun yang lalu, ada
riwayat kecelakaan dengan fraktur terbuka pada tungkai bawah lalu dibawa ke

22
dukun tulang. Pada plain foto didapatkan penebalan periosteum, bone resorption,
sclerosis sekitar tulang, involucrum.

Pasien didiagnosa osteomyelitis, didapatkan deformitas, scar tissue, sinus dengan


discharge, seropurulent, dan ekskoriasi sekitar sinus.Klien mengeluh nyeri pada
tungkai bawah yang mengalami fraktur, skala 7, terasa senut-senut, panas, sifatnya
sering, wajah menahan sakit, akral hangat, bibir kering.

Pemeriksaan tanda-tanda vital didipatkan : TD: 130/90 mmHg S: 39oC


N:100x/menit RR: 22x/menit.

3.1 Pengkajian

1. Identitas Klien
Nama : Tn -
Umur : 26 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh pyrexia, rubor, dolor, dan sinus pada tungkai bawah.
3. Riwayat Penyakit:
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien didiagnosa osteomyelitis,didapatkan deformitas, scar tissue,
sinus dengan discharge, seropurulent, dan ekskoriasi sekitar sinus.
pasien mengeluh nyeri pada tungkai bawah yang mengalami fraktur,
skala 7, terasa senut-senut, panas, sifatnya sering, wajah menahan sakit,
akral hangat, bibir kering.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
2 tahun yang lalu pasien ada riwayat kecelakaan dengan fraktur terbuka
pada tungkai bawah lalu dibawa ke dukun tulang. Pada plain foto
didapatkan penebalan periosteum, bone resorption, sclerosis sekitar
tulang, involucrum.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga tidak ada
4. Pemeriksaan Tanda-tanda vital
 TD : 130/90 mmHg
 S : 39oC

23
 N : 100x/menit
 RR : 22x/menit
5. Pemeriksaan penunjang : pada plain foto didapatkan penebalan periosteum,
bone reserption, sclerosis sekitar tulang, involucrum.

3.2 Analisa Data

DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
DS : Inflamasi, infeksi, Gangguan rasa nyaman :
 Pasien mengeluh bengkak, hipertermia, nyeri
nyeri di tungkai nekrosis jaringan,
bawah yang fraktur.
mengalami
fraktur.
 Pasien
mengatakan terasa
senut-senut, DO :
 Wajah pasien
tampak meringis,
menahan sakit,
dan sering
mengeluh tentang
sakitnya.
 Skala nyeri 7 .
DS: proses supurasi di Kerusakan integritas
 Pasien tulang luka fraktur jaringan
mengatakan terbuka, sekunder
“rubur”. akibat infeksi inflamasi
DO tulang.
 Terdapat scar
tissue dan bekas

24
fraktur pada
tungkai bawah.
 ekskoriasi sekitar
sinus.
 Bibir kering.
DS: Proses infeksi, Hipertermia
 Pasien mengeluh peningkatan kecepatan
badannya panas. metabolic
DO:
 Suhu tubuh pasien
39oc
 Akral hangat
 Terdapat rubor
 Frekuensi nafas
meningkat:
22x/menit

3.3 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa pada pasien dengan


osteomyelitis keperawatan menurut wilknson (2006) / NANDA meliputi :

1) Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.


2) Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan proses supurasi di
tulang luka fraktur terbuka, sekunder akibat infeksi inflamasi tulang.
3) Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, peningkatan kecepatan
metabolik.
3. 4 Rencana Asuhan Keperawatan

1. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.


Tujuan : nyeri berkurang, hilang, atau teratasi.
Kriteria hasil : secara subyektif, klien melaporkan nyeri berkurang atau
dapat diatas, mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau
mengurangi nyeri klien tidak gelisah, skala nyeri 0-1 atau teratasi.

25
Intervensi Rasional
Mandiri
a. Kaji nyeri dengan skala 0- a. Nyeri merupakan respon
4. subyektif yang dapat dikaji
dengan menggunakan
skala nyeri. Klien
melaporkan nyeri biasanya
diatas tingkat cidera.
b. Imobilisasi yang adekuat
b. Atur posisi imobilitas pada dapat mengurangi nyeri
daerah nyeri sendi atau pada daerah nyeri sendi
nyeri ditulang yang atau nyeri ditulang yang
mengalami infeksi. mengalami infeksi.
c. Nyeri dipengaruhi oleh
c. Bantu klien dalam kecemasan pergerakan
mengidentifikasi factor sendi.
pencentus.
d. Jelaskan dan bantuklien d. Pendekatan dengan
terkait dengan tindakan menggunakan relaksasi
peredaran nyeri dan tindakan
nonfarmakologi dan nonfarmakologi lain
nonivasi. menunjukkan keefektifan
dalam mengurangi nyeri.

e. Anjurkan relaksasi, teknik e. Teknik ini melancarkan


mengurangi ketegangan peredaran darah shingga
otot rangka yang dapat kebutuhan O2 pada
mengurangi intensitas nyeri jaringan terpenuhi dan
dan meningkatkan relaksasi nyeri berkurang.
masase.
f. Ajarkan metode distraksi f. Mengalihkan perhatian
selama nyeri akut. klien terhadap nyeri ke

26
g. Beri kesempatan waktu hal-hal yang
istirahat bila terasa nyeri menyenangkan.
dan beri posisi yang g. Istirahat merelaksasi
nyaman (misal; ketika tidur, semua jaringan sehingga
punggungklien diberi meningkatkan
bantal kecil). kenyamanan.
h. Tingkatkan pengetahuan h. Pengetahuan tersebut
tentang penyebab nyeri dan membantu mengurangi
berhubungan dengan nyeri dan dapat membantu
beberapa lama nyeri meningkatkan kepatuhan
akanberlangsung. klien terhadap rencana
Kolaborasi terapeutik.
Pemberian analgesik.

Analgesik memblok lintasan nyeri


sehingga akan berkurang.

2. Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan proses


supurasi di tulang, luka fraktur terbuka, sekunder akibat infeksi
inflamasi tulang.
Tujuan : integitas jaringan membaik secara optimal.

Kriteria hasil : pertumbuhan jaringan meningkat,keadaan luka membaik,


pengeluaran pus pada luka tidak ada lagi, luka menutup.

Intervensi Rasional
Mandiri:
a. Kaji kerusakan jaringan a) Menjadi data dasar untuk
lunak. memberi informasi
tentang intervensi
peraawatan luka, alat,
dan jenis larutan apa
yang akan digunakan.

27
b. Lakukan perawatan luka b) Perawatan luka dengan
lakukan perawatan luka teknik steril dapat
dengan tehnik steril. mengurangi kontaminasi
kuman langsung ke arah
luka.
c. Kaji keadaan luka dengan c) Manajemen membuka
teknik membuka balutan dan luka dengan mengguyur
mengurangi stimulus nyeri, larutan NaCl ke perban
bila perban melekat kuat, dapat mengurangi
perban diguyur dengan NaCl. stimulus nyeri dan dapat
menghindari terjadinya
perdarahan pada luka
osteomyelitis kronik
d. Larutkan pembilasan luka akibat perban yang
dari arah dalam keluar kering oleh pus.
dengan larutan NaCl. d) Teknik membuang
jaringan dan kuman
e. Tutup luks dengan kasa steril diarea luka sehingga
atau kompres dengan NaCl keluar dari area luka.
yang dicampur dengan e) NaCl merupakan larutan
antibiotik. fisiologis yang lebih
mudah diabsorbsi oleh
jaringan daripada larutan
antiseptik. NaCl yang
dicampur dengan
antibiotik dapat
f. Lakukan nekrotomi pada mempercepat
jaringan yang sudah mati. penyumbuhan luka
akibat infeksi
g. Rawat luka setiap hari atau osteomyelitis.
setiap kali bila pembalut f) Jaringan nekrotik dapat
basah atau kotor. menghambat
penyembuhan luka.

28
h. Hindari pemakaian peralatan g) Memberi rasa nyaman
perawatan luka yang sudah pada klien dan dapat
kontak dengan klien membantu meningkatkan
osteomyelitis, jangan pertumbuhan jaringan
digunakan lagi untuk luka.
melakukan perawatan luka h) Pengendalian infeksi
pada klien lain. nosocomial dengan
i. Gunakan perban elastis dan menghindari kontaminai
gips pada luka yang disertai langsung dari perawatan
kerusakan tulang atau luka yang tidak steril.
pembengkakan sendi. i) Pada klien osteomyelitis
dengan kerusakan tulang,
stabilitas formasi tulang
j. Evaluasi perban elastis sangat labil. Gips dan
terhadap resolusi edema. perban elastis dapat
membantu memfiksasi
dan mengimobilisasi
sehingga dapat
k. Evaluasi kerusakan jaringan mengguragi nyeri.
dan perkembangan j) Pemasangan perban
pertumbuhan intervensi bila elastis yang terlalu kuat
pada waktu yang ditetapkan dapat menyebabkan
tidak ada perkembangan edema pada daerah distal
pertumbuhan jaringan yang dan juga menambah
optimal. nyeri pada klien.
k) Adanya batasan waktu
selam 7x24 jam
melakukan perawatan
Kolaborasi: luka klien osteomyelitis
a. Kolaborasi dengan tim bedah menjadi tolak ukur
untuk bedah perbaikan pada keberhasilan intervensi
kerusakan jaringan agar yang diberikan. Apabila
masih belum mencapai

29
tingkat kesembuhan dapat kriteria hasil sebagainya
dipercepat. kaji ulang faktor-faktor
yang mengahambat
jaringan luka.
b. Pemeriksaan kultur jaringan Kolaborasi :
(pus) yang keluar dari luka. a) Bedah perbaikan
terutama pada klien
fraktur terbuka luas
sehingga menjadi
pintu masuk kuman
yang ideal, Bedah
perbaikan biasanya
dilakukan setalah
c. Pemberian masalah infeksi
antibiotik/antimikroba. osteomyelitis teratasi.
b) Manajemen untuk
menentukan
antimikroba yang
sesuai dengan kuman
yang sensitive atau
resisten terhadap
beberapa jenis
antibiotik.

c) Antimikroba yang
sesuai dengan hasil
kultur (reaksi sensitif)
dapat membunuh atau
mematikan kuman
yang menginvasi
jaringan tulang.

30
3. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, peningkatan
kecepatan metabolik.
Tujuan :pasien akan menunjukkan termoregulasi, yaitu merupakan
keseimbangan di antara produksi panas, peningkatan panas, dan
kehilangan panas.
Kriteria Hasil :suhu kulit dalam rentang yang diharapkan, suhu tubuh
dalam batas normal, nadi dan pernafasan dalam rentang yang diharapkan,
perubahan warna kulit tidak ada, keletihan tidak tampak.

Intervensi Rasional
Mandiri :
a. Pantau terhadap tanda a. Kewaspadaan terhadap
hipertermia maligna hipertermia maligna dapat
(misalnya demam, mencegah atau menurunkan
takipnea, aritmia, respon hipermetabolik
perubahan tekanan darah, terhadap obat-obatan
dan berkeringat banyak). farmokologis yang
digunakan selam
b. Pantau suhu minimal pembedahan.
setiap 2 jam, sesuai b. Regulasi suhu dapat
dengan kebutuhan. Pantau mencapai atau
warna kulit dan suhu mempertahankan suhu tubuh
secara kontinu. yang diinginkan selama
intraoperasi.

c. Pantau tanda vital.

c. Pemantauan tanda vital


seperti pengumpulan dan
analisis dan kardiovaskuler,
respirasi, suhu tubuh untuk
menentukan serta mencegah
Kolaborasi :
komplikasi.

31
a. Berikan obat antiperetik Kolaborasi :
sesuai dengan kebutuhan. a. Obat antiperetik digunakan
b. Gunakan matras dingin untuk menurunkan suhu
dan mandi air hangat. tubuh.
b. Matras dingin dan mandi air
hangat digunakan untuk
mengatasi gangguan suhu
tubuh, sesuai dengan
kebetuhan.

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Osteomielitis adalah infeksi tulang.Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2001).

4.2 SARAN
Dengan adanya laporan tutor ini pembaca diharapkan mampu memahami
pembahasan teoritis tentang penyakit Osteomielitis. Dan bagi perawat sendiri
diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan yang baik dan sesuai dengan
kondisi klien yang di rawat.Sehingga tidak ada lagi citra buruk perawat yang tidak
memberrikan pelayanan yang baik bagi klien.

32
LAMPIRAN

A. Data Tutorial

Pembimbing Tutuorial : Ns. Sri Mulyani, S.Kep, M.Kep

Ketua : R.A Putri Alia (G1B113039)

Sekretaris : 1. Ria Putri Utami (G1B113042)

2. Septia Erita (G1B113043)

Hari, Tanggal : Jum’at, 28 Agustus 2015 dan senin,


31agustus 2015

B. Seven Jump

1. Klarifikasi Istilah

Bone reserption : proses penyerapan kembali pada tulang terjadi fraktur


tulang. (Hinchliff, 1999).

33
Osteomyelitis : Infeksi pada tulang dan sum-sum yang disebabkan oleh
mikroorganisme yang masuk kedalam tubuh lewat
luka/penyebaran infeksi lewat darah,

infeksi pada tulang dan sum"sum tulang yang dapat


disebabkan oleh bakteri, virus, atau proses spesifik.

Involucrum : selubung tulang baru yang terbentuk disekeliling tulang


yang mengalami nekrisis (Hinchliff, 1999).

Deformitas : Perubahan bentuk tulang pada tubuh.

Patogenik : Yang bersifat menimbulkan penyakit.

Rubor : Kemerahan .

Pyrexia : panas, febris, hipertermi, atau dalam keadaan demam.


(Hinchliff, 1999).

Periosterum : Jaringan ikat yang membungkus saluran tulang.

Scar tissue : Jaringan ikat fibrosa yang ditemukan setelah kesembuhan


luka.

Ekskoriasi : merupakan istilah lain dari abrasion, yaitu merupakan


cedera superfisial pada membran mukosa (sinus) akibat
kerokan atau gosokan (ekskorasi) sehingga dapat menjadi
jaringan perut. (Hinchliff, 1999).

Dolor : Nyeri.

Seropurulent : keadaan dimana membran mukosa (pada kasus ini sinus)


terdapat pus. (Hinchliff, 1999).

Sklerosis : Indurasi/pengerasan akibat peradangan dan penyakit


disertai interstisialis.

Fraktur terbuka : Patah tulang terbuka yang membungkus kulit.

2. Identifikasi Masalah

34
1. Apakah riwayat penyakit dahulu berhubungan dengan penyakit
sekarang ?
2. Mengapa terjadi keluhan pyrexia, rubor, dolor, dan sinus pada
tungkai bawah ?
3. Penatalaksanaan yang seharusnya dilakukan pada kasus tersebut ?
4. Bagaimana interprestasi dari plain foto, mengapa terjadi penebalan
periosteum, bone reserption, sclerosis sekitar tulang, involucrum ?
5. Mengapa pasien bisa di diagnosa osteomyelitis ?
6. Apakah manifestasi klinis dari osteomyelitis selain yang di kasus ?
7. Mengapa terjadi ekskoriasi di sekitar sinus ?

3. Analisa Masalah
1) ya berhubungan karena pasien mengalami osteomielitis akibat dari fraktur
terbuka yang dialami pasien 2 tahun yang lalu sehingga bakteri patogenik
masuk kedalam jaringan tulang.
2) Karena akibat dari bakteri patogenik yang masuk ke dalam tulang
menyebabkan inflamasi
Robor : akibat dari peningkatan aliran darah
Dolor : sel yang terinfeksi bereaksi mengeluarkan zat histamin
dan bradikinin
Pyrexia : Kompensasi tubuh.
3) Penatalaksaan
a. Perawatan di rumah sakit
b. Pengobatan suportif dengan pemberian infuse
c. Pemeriksaan biakan darah
d. Antibiotic spectrum luas yang efektif terhadap gram positif
maupun gram negative diberikan langsung tanpa
menunggu hasil biakan darah secara parenteral selama 3-6
minggu.
e. Immobilisasi anggota gerak yang terkena.
f. Tindakan pembedahan indikasi untuk melakukan
pembedahan ialah :
- Adanya abses
- Rasa sakit yang hebat
- Adanya sekuester
- Bila mencurigakan adanya perubahan kearah
keganasan (karsinoma epedermoid).

35
Saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan adalah
bila infolukrum telah cukup kuat untuk mencegah terjadinya fraktur
peasca pembedahan.

4) sclerosis : Terjadi akibat pembentukan tulang baru, sehingga densitas atau


masa jenis tulang bertambah
involucrum : skibat dari osteoblast yang berasal dari periosteum
akan membentuk tulang baru.
5) karena infeksi bakteri patogenik →tt peradangan →pyrexia,rubor,dolor

Plain foto, terdapat penebalan periusteum,bone reserption, sclerosis sekitar


tulang involucrum.

6) Manifestasi klinis

1. Jika infeksi dibawa oleh darah, biasanya awitannya mendadak,


sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis.
Menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise
umum).Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi gejala lokal
secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke
korteks tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak,
dengan bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat
nyeri tekan. Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang
semakin memberat dengan gerakan dan berhubungan dengan
tekanan pus yang terkumpul.

2. Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di


sekitarnya atau kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala
septikemia. Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri
tekan.

3. Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang


selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang
nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi
derajat rendah dapat menjadi pada jaringan parut akibat kurangnya
asupan darah.

36
7) akibat, proses penyembuhan luka, yang mengeluarkan zat-zat tertentu
yang dapat membuat rasa gatal sehingga terjadi luka garuk/ goresan.

4. Hipotesa

Diagnosa Medis : osteomyelitis

Masalah Keperawatan :

1) Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.


2) Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan proses supurasi di
tulang luka fraktur terbuka, sekunder akibat infeksi inflamasi tulang.
3) Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, peningkatan kecepatan
metabolik.

4. Laerning Objektif
- Definisi - komplikasi - Askep
- Etiologi - Pemeriksaan Penunjang
- Manifestasi klinis - Klasifikasi
- Patofisiologi - Penatalaksaan

Daftar Pustaka

Hinchliff,Sue.2000. Kamus keperawatan.Penerbit buku kedokteran EGC :


Jakarta

Donges Marilynn, E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Penerbit


buku kedokteran EGC : Jakarta

Wilkinson, Judith M, 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 7.


Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta

Brunner, Suddarth,(2001) Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8


Volume 3,EGC : Jakarta.

37

Você também pode gostar