Você está na página 1de 2

Koversi biasanya dialami oleh orang-orang dewasa yang mendekati lanjut usia, karena ia telah mengalami

banyak masalah dan berbagai persoalan yang rumit. Sehingga ia mengalami kegoncangan dan kegelisahan
jiwa yang sulit terobati. Namun konversi juga dapat digunakan oleh orang berusia muda secara sopan
untuk pindah agama, tekanan dari luar dan sebagainya. Secara sederhana, konversi disebut dengan
“berlawanan arah” dengan aturan-aturan hukum dan norma-norma yang ia yakini sebelumnya, sehingga
hal ini bisa terjadi hanya terjadi karena faktor ekonomi, pasangan hidup maupun bentuk tekanan lainnya
sehingga menyebabakan seseorang berpindah agama dalam kasus konversi agama.

Menurut Zakiah Daradjat yanag dikutip dari Walter Houstoun Clark, dikatakan bahwa konversi agama
merupakan suatu macam pertumbuhan atau perkembangan spiritual yang mengandung perubahan arah
yang cukup berarti, dalam sikap terhadap orang dan tindak agama. Lebih jelas dan tegas lagi, konversi
agama menunjukkan bahwa suatu perubahan emosi yang secara tiba-tiba ke arah mendapat hidayah Allah
SWT. secara medadak. Dan mungkin pula terjadi perubahan tersebut secara berangsur-angsur. Dengan
demikian, konversi tidak mengandung makna khusus bagi sebagian orang. Artinya, selama orang tersebut
berpindah keyakinan, entah dilatarbelakangi oleh hal-hal lain maka ia telah mengalami konversi. Proses
konversi sendiri bisa bertahap maupun secara mendadak.

Menurut Jalaluddin Rahmat dan Ramayulis, ciri konversi agama adalah :

1) Adanya perubaham arah pandangan dan keyakinan seseorang terhadap agama dan kepercayaan
yang dianutnya.
2) Perubahan yang terjadi dipengaruhi oleh kondisi kejiwaan, sehingga perubahan dapat terjadi
secara berproses atau secara mendadak.
3) Perubahan tersebut bukan hanya berlaku bagi perpindahan kepercayaan dari satu agama ke
agama lain, tapi termasuk juga perubahan pandangan hidup yang dianutnya sendiri.
4) Selain faktor kejiwaan dan kondisi lingkungan, maka perubahan itupun disebabkan faktor
petunjuk dari Tuhan (hidayah) (1993:54).

Dari beberapa teori yang sudah dipaparkan dan dilihat dari aspek psikologis, memberikan gambaran
bahwa konversi agama dapat dialamil oleh berbagai kalangan baik muda, tua maupun remaja. Sebab
konversi agama juga disebabkan faktor teologis yaitu hidayah. Sedangkan, hidayah Tuhan tidak pernah
meliihat orang dari kalangan mana dan dari ras tertentu, selama itu adalah karunia dari Allah SWT. maka
siapapun berhak menikmatinya.

Maka, sebab-sebab dan faktor yang mempengaruhi konversi adalah :

1) Menurut ahli agama, yang menjadi pendorong adanya konversi agama adalah hidayah Illahi.
Seperti halnya yang termuat dalam Al-Quran pada Q. S. 21 ayat 51 serta Q. S. 22 ayat 37, sehingga
menurut ahli agama sendiri, faktor transeden sangat berpengaruh kuat dalam konversi.
2) Menurut ahli sosiologi, hal yang mempengaruhi faktor konversi sendiri adalah faktor sosial. Hal
itu bisa disebabkan oleh seorang pimpinan ia berada, pengaruh hubungan antar pribadi atau
pasangan hidup, dan sebagainya.
3) Menurut ahli jiwa, yang mempengaruhi konversi adalah faktor psikologis ynag ditimbulkan dari
faktor intern maupun ekstern. Misalnya karena ia menemukan hal baru dari dorongan jiwa
terhadap agama atau keyakinan yang baru ia ketahui, atau karena krisis batin secara mendadak
maupun bertahap.
Zakiah Daradjat memaparkan lima tahap terjadinya proses konversi yaitu :

1) Masa tenang, dimana pada masa ini ia tak acuh terhadap agama, ia tak mau ambil peduli pada
agama yang ia anut.
2) Masa ketidaktenangan, seperti adanya konflik dan tekanan batin; gelisah; panic; dsb. Karena rasa
gelisah tersebut, ia mengalami putus asa sehingga mudah terkena sugesti dan mudah
dipengaruhi.
3) Masa konversi, hal ini terjadi setelah masa keguncangan telah sampai pucak. Dengan konversi ini,
ia merasa seperti mendapat tenaga jiwa yang baru. Ia tidak berfikir mengenai kegelisahannya, ia
memasrahkan semuanya pada Tuhan sehingga ia menjadi orang yang pemaaf.
4) Masa tenang dan tentram, pada masa ini tidak lagi berfikir mengenai segala kegelisahan yang
dimiliki olehnya dan menyerahkan segalanya pada Tuhan.
5) Masa ekspresi konversi, dimana individu ini dapat mengekspresikan agama atau keyakinan
barunya ini. Sehingga segala tingkah lakunya pun turut berubah.

Sehingga dapat disimpulkan terjadinya konversi pada seseorang dapat disebabkan faktor internal maupun
eksternal. Memperhatikan proses konversi agama tersebut ada satu ciri yang tidak bisa dianggap remeh
yaitu, pada saat individu yakin dan konsisten pada agama barunya ini, keyakinannya sangat sulit untuk
digoyahkan. Kemudian timbul pertanyaan baru yaitu, apakah setiap perpindahan agama adalah konversi
agama?

Snouck Hurgronye pada masa penjajahan melakukan perpindahan agama demi kepentingan penjajahan.
Muslim yang merupakan seorang pelaku maksiat secara tiba-yiba berubah menjadi seorang muslim yang
taat pada agama. Yang manakah yang melakukan konversi agaman? Yang melakukan konversi agama
adalah tukang maksiat tadi, karena untuk mencapai konversi agama sendiri diperlukan pembinaan
pemahaman dan penghayatannya yang dilakukan bahkan hingga waktu lama, dan diperlukannya sikap
konsisten dari individu yang ingin melakukan konversi agama tersebut. Sedangkan penjajah tersebut
hanya berpindah agama tanpa adanya penghayatan dalam dirinya untuk memahami dan menghayati
agama baru yang dianutnya. Maka dari itu, diperlukannya pemahaman mendalam mengenai konversi
agama, agar tidak timbul kesalahpahaman dengan perpindahan agama.

Você também pode gostar