Você está na página 1de 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui
individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang
lain (Stuart and Sundeen, 1998). Harga Diri Rendah Kronis adalah perasaan negatif
terhadap diri sendiri, termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna,
pesimis, tidak ada harapan dan putus asa (Departemen Kesehatan, 1998).
Berdasarkan catatan World Health Organization (WHO), sebanyak 450 juta orang di
muka Bumi mengalami gangguan mental (mental disorder), 150 juta mengalami depresi,
25 juta orang mengalami skizofrenia, sebagai gambaran, di negara Indonesia survey
tentang penderita gangguan jiwa tercatat 44,6% per 1.000 penduduk Indonesia menderita
gangguan jiwa berat. Berdasarkan data yang diperoleh penulis, jumlah pasien yang dirawat
di Rumah Sakit Atma Husada Mahakam Samarinda pada bulan Januari sampai November
2009 adalah sebanyak 852 orang.
Dengan meningkatnya angka gangguan jiwa di Indonesia pada umumnya dan di
Rumah Sakit Atma Husada Mahakam Samarinda pada khususnya, maka perlunya
dilakukan perawatan yang lebih intensif pada klien dengan Harga Diri Rendah Kronis
secara menyeluruh meliputi
Bio – Psiko – Sosio – Spiritual, dimana penanganan klien dengan Harga Diri Rendah
pada kuhususnya dan gangguan jiwa pada umumnya, menekankan ke arah profesionalisme
profesi keperawatan oleh sebab itu penyusun tertarik untuk mengangkat Asuhan
Keperawatan pada klien dengan Harga Diri Rendah Kronis sebagai judul makalah.
Berdasarkan faktor – faktor tersebut di atas, sehingga perawatan masalah dengan
Harga Diri Rendah Kronis sangat memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh, karena
seseorang yang mengalami gangguan jiwa dengan harga diri rendah pasti akan merasa
dirinya tidak berharga, tidak mampu, dan selalu mengatakan bahwa dirinya tidak berguna,
yang mana hal ini dapat memicu seseorang mengalami stress.

B. Tujuan Penulisan

1
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran dan pengalaman langsung dalam memberikan asuhan
keperawatan klien Tn. R.T dengan Harga Diri Rendah Kronis.

2. Tujuan Khusus
Diharapkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien Tn. R.T dengan Harga
Diri Rendah Kronis, penyusun akan dapat :
1) Melakukan pengkajian pada klien dengan Harga Diri Rendah.
2) Merumuskan diagnosa keperawatan yang timbul pada klien Tn. R.T dengan
Harga Diri Rendah.
3) Merencanakan tindakan keperawatan pada klien Tn. R.T dengan Harga Diri
Rendah.
4) Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien Tn. R.T dengan Harga Diri
Rendah.
5) Membuat evaluasi dari tindakan keperawatan pada klien Tn. R.T dengan Harga
Diri Rendah.
6) Membuat dokumentasi asuhan keperawatan pada klien Tn. R.T dengan Harga
Diri Rendah.
7) Melaksanakan strategi pelaksanaan harian pada klien Tn. R.T dengan Harga Diri
Rendah.

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Perawat
Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien Tn. R.T dengan Harga Diri Rendah.
2. Bagi Institusi
Makalah tentang Asuhan Keperawatan pada klien Tn. R.T dengan Harga Diri Rendah
dapat menambah bahan – bahan referensi di perpustakaan institusi.
3. Bagi Pembaca
Makalah ini dapat dijadikan pengalaman dan latihan bagi pembaca dalam menyusun
asuhan keperawatan Harga Diri Rendah.

BAB II

2
LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH

A. Kasus (Masalah Utama)


Harga Diri Rendah
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
 Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, rendah diri,
yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Keliat,
2011).
 Harga diri rendah situasional merupakan perkembangan persepsi negatif tentang
harga diri sebagai respons seseorang terhadap situasi yang sedang dialami.
(Wilkinson, 2012).

2. Klasifikasi
Menurut Fitria (2009), harga diri rendah dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya
memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam
berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan).
b. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri
yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama.

3. Etiologi
Harga diri rendah dapat terjadi secara :
a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu
(korban perkosaan, dituduh korupsi, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
1) Privacy yang harus diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
2) Harapan akan struktur bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/sakit/penyakit.

3
3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.
b. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan
dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptif.

4. Tanda dan Gejala


a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat
terapi sinar pada kanker
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya segera
ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri.
c. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang
bodoh dan tidak tahu apa-apa
d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan
orang lain, lebih suka sendiri.
e. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih
alternatif tindakan.
f. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

5. Akibat
Harga diri rendah dapat membuat klien menjadi tidak mau maupun tidak mampu
bergaul dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik diri. Isolasi sosial
menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang
maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DEPKES RI, 1998
: 336).

Tanda dan gejala :


1. Data Subyektif :
a. Mengungkapkan untuk memulai hubungan / pembicaraan
b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain
c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain

4
2. Data Obyektif :
a. Kurang spontan ketika diajak bicara
b. Apatis
c. Ekspresi wajah kosong
d. Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal
e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat berbicara (Budi Anna
Keliat, 2001)

6. Proses terjadinya
Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan
yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya
dengan orang lain (Stuart & Sunden, 1995). Konsep diri terdiri atas komponen : citra
diri, ideal diri, harga diri, penampilan peran dan identitas personal. Respons individu
terhadap konsep dirinya berfluktuasi sepanjang rentang konsep diri yaitu dari adaptif
sampai maladatif.
Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri adalah
penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1999). Sedangkan harga diri rendah adalah menolak
dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak bertanggung jawab atas kehidupannya
sendiri. Jika individu sering gagal maka cenderung harga diri rendah. Harga diri rendah
jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain. Harga diri diperoleh dari diri
sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima dan menerima penghargaan dari
orang lain.
Harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri
sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai
keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan
pada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara
sosial.
Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang
tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung
jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.
Sedangkan stresor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal
seperti :

5
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menaksirkan kejadian
yang mengancam.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana
individu mengalami frustrasi. Ada tiga jenis transisi peran, yaitu :
1) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan
individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai tekanan untuk
peyesuaian diri.
2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3) Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke
keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh,
perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh, perubahan fisik,
prosedur medis dan keperawatan.
Sedangkan menurut hasil riset Malhi (2008, dalam Yosep, 2009), menyimpulkan
bahwa harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini
mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang
rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya hal ini menyebabkan penampilan
seseorang yang tidak optimal. Dalam tinjauan Life Span Teori (Yosep, 2009), penyebab
terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi
pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya
kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal
sering gagal sekolah, pekerjaan dan pergaulan. Harga diri rendah muncul saat
lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya.

7. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronik adalah penolakan orang
tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis (Fitria, 2009).

8. Faktor Presipitasi

6
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya sebagian
anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta
menurunnya produktivitas (Fitria, 2009)

9. Penatalaksanaan Medis
Terapi pada gangguan jiwa, khususnya skizofrenia dewasa ini sudah
dikembangkan sehingga klien tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih
manusiawi daripada masa sebelumnya. Penatalaksanaan medis pada gangguan konsep
diri yang mengarah pada diagnosa medis skizofrenia, khususnya dengan perilaku harga
diri rendah, yaitu:
a. Psikofarmakologi
Menurut Hawari (2003), jenis obat psikofarmaka, dibagi dalam 2 golongan yaitu:
1) Golongan generasi pertama (typical)
Obat yang termasuk golongan generasi pertama, misalnya: Chorpromazine
HCL (Largactil, Promactil, Meprosetil), Trifluoperazine HCL (Stelazine),
Thioridazine HCL (Melleril), dan Haloperidol (Haldol, Govotil, Serenace).
2) Golongan kedua (atypical)
Obat yang termasuk generasi kedua, misalnya: Risperidone (Risperdal, Rizodal,
Noprenia), Olonzapine (Zyprexa), Quentiapine (Seroquel), dan Clozapine
(Clozaril).
b. Psikotherapi
Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien, baru dapat diberikan apabila
klien dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan dimana kemampuan
menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik.
Psikotherapi pada klien dengan gangguan jiwa adalah berupa terapi aktivitas
kelompok (TAK).
c. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial
dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua
temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan
denga terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
(Maramis, 2005)

d. Therapy Modalitas

7
Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk
skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien. Teknik
perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan
kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam
komunikasi interpersonal. Therapi kelompok bagi skizofrenia biasanya
memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.
(Kaplan dan Sadock,1998:728).
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok
stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi
aktivitas kelompok stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi
(Keliat dan Akemat, 2005:13). Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas
yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga
diri rendah adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas
kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang mengunakan aktivitas
sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan
persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat, 2005:49).
e. Terapi somatik
Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan tujuan
mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif dengan
melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik (Riyadi dan Purwanto, 2009).
Beberapa jenis terapi somatik, yaitu:
1) Restrain
Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual
untuk membatasi mobilitas fisik klien (Riyadi dan Purwanto, 2009).
2) Seklusi
Seklusi adalah bentuk terapi dengan mengurung klien dalam ruangan khusus
(Riyadi dan Purwanto, 2009).
3) Foto therapy atau therapi cahaya
Foto terapi atau sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini diberikan dengan
memaparkan klien sinar terang (5-20 kali lebih terang dari sinar ruangan)
(Riyadi dan Purwanto, 2009).

4) ECT (Electro Convulsif Therapie)

8
ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan
menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik (Riyadi dan
Purwanto, 2009).
f. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan suatu kelompok atau komunitas dimana terjadi
interaksi antara sesama penderita dan dengan para pelatih (sosialisasi).

10. Rentang Respon


Menurut Stuart dan Sundeen (1998) respon individu terhadap konsep dirinya
sepanjang rentang respon konsep diri, yaitu adaptif dan maladaptif.

Keterangan:
1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang pengalaman
nyata yang sukses diterima.
2. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri.
3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep diri
maladaptif.
4. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek
psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya
dengan orang lain.

11. Mekanisme Koping

9
Mekanisme koping pada masalah gangguan konsep diri harga diri rendah meliputi
pertahanan jangka pendek dan pertahanan jangka panjang serta mekanisme ego untuk
melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan ( Stuart dan
Sundeen, 1998 )
1. Pertahanan Jangka Panjang
a) Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis identitas,
misalnya menonton televisi terus menerus, bekerja keras.
b) Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, misalnya ikut
serta dalam aktivitas kelompok sosial, keagamaan atau politik.
c) Aktivitas yang secara sementara menguatkan perasaan diri, misalnya ikut
pertandingan olahraga secara kompetitif, pencapaian akademik, kontes
mendapatkan popularitas.
d) Aktivitas mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah identitas
menjadi kurang berarti dalam kehidupan individu, misalnya penyalahgunaan
obat.
2. Pertahanan Jangka Pendek
a) Penutupan identitas, yaitu cepat mengadopsi identitas yang disenangi orang-
orang yang berarti tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi dan potensi.
b) Identitas negatif, yaitu penilaian negatif yang bertentanagn dengan nilai dan
harapan masyarakat.
3. Pertahanan Ego
a) Fantasi, yaitu kemampuan menggunakan tanggapan – tanggapan yang dimiliki
untuk menetapkan tanggapan baru.
b) Disosiasi, yaitu respon yang tidak sesuai dengan stimulus.
c) Isolasi, yaitu menarik diri dari interaksi dengan dunia luar.
d) Projeksi, yaitu kelemahan diri sendiri dilontarkan pada orang lain.
e) Displacement, yaitu mengeluarkan perasaan perasaan yang tertekan pada orang
yang kurang mengancam atau kurang menimbulkan reaksi emosi.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah

10
A. Pengkajian
1. Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal
pengkajian, nomor rekam medic
2. Faktor predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi factor biologis, factor
psikologis, social budaya, dan factor genetic
3. Factor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap persepsi merasa
tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, merasa malang, kehilangan,
rendah diri, perilaku agresif, kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan
penanganan gejala stress pencetus pada umunya mencakup kejadian kehidupan yang
penuh dengan stress seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan individu
untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas.
4. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social dan spiritual
5. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas motorik, alam
perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir,
tingkat kesadaran, memori, tingkat kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian,
dan daya tilik diri.
6. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun maladaptive
7. Aspek medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis

B. Pohon Masalah
Menurut Fitria (2009) dan Yosep (2009), pohon masalah pada pasien dengan harga diri
rendah adalah sebagai berikut:

Effect Isolasi social diri : menarik diri

Core Problem Gangguan Harga Diri Rendah

Causa Gangguan citra tubuh

C. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji

11
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan harga diri rendah
(Fitria, 2009), adalah:
a. Harga diri rendah kronik
b. Koping individu tidak efektif
c. Isolasi sosial
d. Gangguan sensori persepsi: halusinasi
e. Risiko perilaku kekerasan

Sedangkan data yang perlu dikaji pada pasien dengan harga diri rendah (Fitria, 2009
dan Yosep, 2009), adalah:
a. Data subyektif
1) Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna.
2) Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu
3) Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk beraktivitas atau bekerja.
4) Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan diri (mandi, berhias, makan
atau toileting).

b. Data obyektif
1) Mengkritik diri sendiri
2) Perasaan tidak mampu
3) Pandangan hidup yang pesimistis
4) Tidak menerima pujian
5) Penurunan produktivitas
6) Penolakan terhadap kemampuan diri
7) Kurang memperhatikan perawatan diri
8) Berpakaian tidak rapi
9) Berkurang selera makan
10) Tidak berani menatap lawan bicara
11) Lebih banyak menunduk
12) Bicara lambat dengan nada suara lemah.

12
D. Diagnosa Keperawatan
Harga Diri Rendah
1. Gangguan harga diri
2. Gangguan citra tubuh
3. Ideal diri tidak realistis
4. Gangguan identitas personal
5. Perubahan penampilan peran
6. Ketidakberdayaan
7. Keputusasaan
8. Isolasi sosial : menarik diri
9. Resiko perilaku kekerasan

E. Rencana Tindakan Keperawatan


Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien. Untuk
membantu pasien mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang masih
dimilikiya, perawat dapat melakukan hal-hal berikut ini :
1. Diskusikan tentang jumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
seperti kegiatan pasien di rumah sakit, dan dirumah, adanya keluarga dan
lingkungan terdekat pasien.
2. Beri pujian yang realistic dan hindarkan penilaian yang negative.
a. Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan dengan cara-cara berikut:
1. Diskuskan dengan pasien mengenai kemampuannya yang masih dapat digunakan
saat ini.
2. Bantu pasien menyebutkannya dan beri penguatan terhadap kemampuan diri yang
diungkapkan pasien.
3. Perlihatkan respon yang kondusif dan upayakan menjadi pendengar yang aktif
b. Membantu pasien untuk memilih/ menetapkan kemapuan yag akan dilatih. Tindakan
keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut
1. Diskusikan dengan pasien kegiatan yang akan dipilih sebagai kegiatan yang akan
pasien lakukan sehari-hari
2. Bantu pasien untuk memilih kegiatan yang dapat pasien lakukan dengan mandiri
atau dengan bantuan minimal.
c. Latih kemampuan yang dipilih pasien dengan cara berikut: Pasien langkah-langkah
pelaksanaan kegiatan.

13
1. Bersama pasien, peragakan kegiatan yang ditetapkan
2. Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan pasien
d. Bantu pasien menyusun jadwal pelaksaan kemampuan yang dilatih
1. Beri kesempatan kepada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan.
2. Beri pujian atas kegiatan yang dapat dialakukan pasien setiap hari.
3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap kegiatan.
4. Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
5. Berikan pasien kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan
kegiatan.

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


 SP 1 Pasien
Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien
menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien memilih/
menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan
menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.
 SP2 Pasien :
Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan pasien.
Latihan dapat dilanjutkan untuk kemapuan lain sampai semua kemampuan dilatih.
Setiap kemampuan yang dimiliki akan meningkatkan harga diri pasien. Ragakan
komunikasi dibawah ini.

F. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan keperawatan oleh klien. Hal – hal yang harus
diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah tindakan keperawatan yang akan
dilakukan implementasi pada klien dengan Harga Diri Rendah kronis dilakukan secara
interaksi dalam melaksanakan tindakan keperawatan, perawat harus lebih dulu melakukan
:
a) Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP).
b) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
c) Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
d) Klien dapat menetapkan atau merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki.

14
e) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit damn kemampuannya.
f) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada dikeluarga. Hal ini
dimaksudkan agar tindakan keperawatan selanjutnya dapat dilanjutkan.
(Gaffar L. J., 1997).

G. Evaluasi
Adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien
Evaluasi dibagi 2 :
1. Evaluasi proses (Formatif) dilakukan setiap selesai melakukan tindakan
2. Evaluasi hasil (Sumatif) dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan
khusus dan umum yang telah ditentukan dengan perawatan SOAP
Hasil yang ingin dicapai pada klien dengan kerusakan interaksi sosial (menarik diri ) yaitu
:
o Dapat menunjukkan peningkatan harga diri

BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN JIWA PADA Tn. R.T

15
DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANGAN ALABADIRI
RSJ PROF. Dr. V. L. RATUMBUYSANG MANADO

Tanggal Pengkajian : 10 – 11 Mei 2017


Tanggal Masuk : 20 Januari 2017
Ruang : Alabadiri
I. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Tn R.T
Umur : 28 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Belum Menikah
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : -
Alamat : Langowan
Suku/Bangsa : Indonesia
No. CM : 01618-2
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.K.M
Umur : 54 Tahun
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Langowan
Hubungan dengan Klien : Ibu Klien

II. ALASAN MASUK


Klien masuk RSJ dibawah oleh ibunya dan pihak kepolisian dikarenakan melakukan
tindakan kriminal (memotong tangan orang lain yang tidak dikenal), dan klien sering
marah-marah.
Masalah Keperawatan : Prilaku Kekerasan

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu dan pernah dirawat pada tahun
2016

16
2. Pengobatan sebelumnya kurang berhasil
3. Trauma
Usia Pelaku Korban Saksi
Aniaya Fisk 9 tahun Ayah Klien -
Aniaya Seksual - - - -
Penolakan 28 tahun Keluarga Klien -
Kekerasan dalam 9 tahun Ayah Klien -
Keluarga
Tindakan Kriminal 28 tahun Klien Orang Lain Masyarakat
Penjelasan
4. Klien mengatakan pernah mengalami aniaya fisik pada usia remaja yang dilakukan
oleh ayahnya.
5. Klien merasa dirinya sudah tidak dianggap oleh keluarganya
6. Klien pernah melakukan tindakan kriminal sehingga klien dibawah diRSJ
7. Klien mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak ada anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa.
Masalah Keperawatan : Respon Pasca Trauma

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Tanda – tanda Vital :
1) Tekanan darah : 130 / 80 mmHg
2) Nadi : 85 x/menit
3) Suhu badan : 36.5 0C
4) Respirasi : 18 x/menit
2. Ukuran
1) Tinggi Badan : 164 cm
2) Berat badan : 69 Kg
3. Kondisi Fisik
Klien mengatakan kondisi tubuhnya saat ini baik – baik saja dan tidak ada keluhan
fisik.
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

17
Keterangan :
Laki – laki Satu Rumah

Perempuan Garis Perkawinan

Meninggal Garis Keturunan

Klien

Penjelasan : (-) Herediter

2. Konsep diri
a. Gambaran Diri
Bagian tubuh klien terdapat bekas luka sayatan, tetapi klien tidak terganggu dan
menerima bagian tubuhnya.
b. Identitas diri
Klien mengatakan dia seorang laki-laki & belum menikah, klien anak ke 3 dari 4
bersaudara.
c. Peran
Klien mengatakan tidak dapat menjalankan perannya sebagai anak, karena ibu klien
tidak mengizinkan klien kembali kerumah dan tetap dirawat di RSJ.

d. Ideal diri

18
Klien menginginkan untuk pulang kerumah dan ingin berkumpul dengan
keluarganya kembali tetapi klien menganggap keluarganya telah menolak dan tidak
memperdulikan dirinya lagi.
e. Harga diri
Klien mengatakan dirinya merasa malu & takut berhadapan langsung dengan orang
lain, klien lebih suka diam dan kurang berinteraksi sosial.
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Klien mengatakan bahwa orang yang berarti dengannya yaitu ibu dan saudaranya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat
Klien mengatakan sebelum dirawat diRSJ, klien dapat ikut serta dalam gotong
royong didesanya.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien merasa dirinya dijauhi oleh orang-orang disekitarnya sehingga klien malu
berkomunikasi dan lebih menyukai menonton,tidur,dan menyendiri.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan Kepercayaan : Klien mengatakan beragama Kristen Protestan
b. Kegiatan Ibadah : Klien mengatakan sebelum sakit dan dirawat diRSJ klien taat
dalam beribadah, tetapi setelah dirawat diRSJ, klien jarang beribadah & berdoa.
Masaalah Keperawatan : Gangguan Spiritual

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan
Klien berpenampilan kurang rapih, rambut jarang disisir, klien menggunakan baju
yang disediakan rumah sakit.
Masalah Keperawatan : -
2. Pembicaraan
Klien ketika bicara nada suara pelan dan lambat, tetapi dapat menjawab pertanyaan
perawat
Masalah Keperawatan : -
3. Aktifitas Motorik

19
Pada kondisi sekarang klien terlihat tampak lesu dan gelisah
Masalah Keperawatan : defisit aktifitas deversional/hiburan
4. Alam Perasaan
Klien merasa sedih & bosan diRSJ ingin cepat sembuh dan ingin pulang.
Masalah Keperawatan : Ansietas
5. Afek
Klien tidak sesuai dalam berfikir dikarenakan bicara klien lambat, afek klien tumpul.
Masalah Keperawatan :
6. Interaksi selama wawancara
Klien kooperatif, kontak mata kurang
Masalah Keperawatan : -
7. Persepsi
Saat dikaji klien mengatakan tidak mendengar suara-suara, tidak melihat sesuatu, dll
Masalah Keperawatan : -
8. Proses pikir
Pembicaraan klien dapat dipahami walau lambat, tidak berbelit-belit dan tujuan
pengkajian dapat berjalan dengan baik.
Masalah Keperawatan : -
9. Isi Pikir
Tidak ada waham, obsesi, phobia, hipokondria, depersonalsasi, dll.
10. Tingkat Kesadaran
 Orientasi tempat : klien mengatakan dirinya berada di RSJ Ratumbuysang.
Orientasi waktu : klien mengatakan saat ini pagi sekitar jam 9 atau jam 10
Orientasi orang: klien dapat mengenali perawat, Klien dapat mengenali orang-
orang yang ada disekitarnya ditunjukkan dengan klien bisa menyebutkan
beberapa nama temannya.
Masalah Keperawatan : -
11. Memori
Klien dapat mengingat kejadian kejadian di masa lalu. Dan klien dapat mengingat
nama mahasiswa saat berkenalan dengan benar.
Masalah Keperawatan : -

12. Tingkat Konsentrasi Berhitung

20
Klien dapat menghitung dengan baik misalnya 1x10 = 10, Klien dapat memfokuskan
konsentrasi dengan baik
Masalah Keperawatan : -
13. Kemampuan Penilaian
Klien mampu menilai suatu masalah dan dapat mengambil keputusan sesuai tingkat
atau mana yang lebih baik untuk dikerjakan pertama kali.
Masalah Keperawatan : -
14. Daya Tilik Diri
Klien mengatakan bahwa dirinya sedang sakit jiwa
Masalah Keperawatan : -

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Bantuan Minimal 
Klien mampu makan dengan mandiri dengan cara yang baik seperti biasanya
Masalah Keperawatan : -
2. BAB/BAK
Bantuan Minimal 
Klien BAB 2 hari sekali, BAK ±5x sehari dan mampu melakukan eliminasi dengan
baik, menjaga kebersihan setelah BAB dan BAK dengan baik.
Masalah Keperawatan : -
3. Mandi
Klien mengatakan mandi 1x pada pagi hari, sikat gigi hanya dipagi hari, kebersihan
tubuh kurang baik.
Masalah Keperawatan :Defisit Perawatan Diri
4. Berpakaian
Bantuan Minimal 
Klien mengatakan ganti pakaian 1x sehari dengan pakaian yang disediakan rumah
sakit, klien dapat memilih dan mengambil pakaian dengan baik dan sudah sesuai
dengan aturan rumah sakit.
Masalah Keperawatan :

5. Pola Istirahat Tidur

21
Saat dikaji Klien mengatakan lebih sering tidur malam lam dari jam 7 malam s/d jam
5 pagi
Masalah Keperawatan : -
6. Penggunaan Obat
Bantuan Minimal 
Klien mengatakan dirumah sakit selalu minum obat, 2x sehari setelah makan.
Masalah Keperawatan :
7. Pemeliharan Kesehatan
Perawatan Lanjutan 
Perawatan Pendukung 
8. Aktivitas di dalam rumah
Klien bisa membantu pekerjaan rumah seperti mencuci, menyapu, dll.
Masalah Keperawatan :
9. Aktivitas diluar rumah
Klien mengatakan lebih sering dirumah dan tidak memiliki aktivitas diluar rumah.
Masalah Keperawatan :

VIII. MEKANISME KOPING


 Klien mengatakan tidak pernah menceritakan masalahnya dengan orang lain
Masalah Keperawatan : Koping individu tidak efektif
MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
1. Masalah dengan dukungan kelompok (-)
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan : klien mengatakan mengenal pasien-
pasien lain yang ada di ruangan tapi klien tidak mau berbicara atau bergabung
dengan mereka.
3. Masalah dengan pendidikan : klien hanya tamatan SMP dan tidak dapat melanjutkan
kejenjang selanjutnya dikarenakan faktor ekonomi,
4. Masalah dengan kesehatan (-)
5. Masalah dengan pekerjaan, klien tidak memiliki pekerjaan dan hanya menganggur
dirumah
6. Masalah dengan ekonomi : kebutuhan klien di penuhi oleh keluarganya

IX. ASPEK MEDIK

22
Diagnosa Medis : Skizofrenia Paranoid
Terapi obat : CPZ , Haloperidol , Trihexiperidine (THP)

X. ANALISA DATA
NO DATA MASALAH KEPERAWATAN
1 DS : Perilaku Kekerasan
- Klien mengatakan sebelumnya ia pernah
dirawat di RSJ
- Klien mengatakan ia dirawat dikarenakan
melakukan tindakan criminal
- Klien mengatakan pernah mencederai dirinya
DO :
- Klien tampak tegang
- Saat dikaji klien sudah tidak ada gejala
marah-marah dan kekerasan
2. DS Harga Diri Rendah
- Saat dikaji klien mengatakan ia malu & takut
berhadapan langsung dengan orang lain
- Klien mengatakan ingin pulang kerumah
tetapi klien menganggap dirinya sudah
ditolak dalam keluarganya dan tidak
memperdulikan dirinya lagi.
- Klien mengatakan lebih suka tiduran &
duduk sendiri
DO
- Klien tampak lesu
- Klien lebih suka diam dan kurang berinteraksi
- Klien tampak sedih
3 DS : Isolasi Sosial
- Klien mengatakan saat sakit dan pernah
dirawat diRSJ sebelumnya ia dijauhi oleh
orang-orang disekitarnya.
- Klien mengatakan takut untuk berinteraksi
dengan orang lain
DO :
- Klien tampak menyukai menonton, tidur , dan
menyendiri
- Klien tampak menarik diri dari lingkungan
sekitarnya
4. DS Gangguan Spiritual
- Klien mengatakan beragama Kristen
protestan
DO :
- Saat dirawat diRSJ klien klien jarang dalam
beribadah dan berdoa.

23
5. DS Defisit Aktifitas Deversonal / Hiburan
- Klien mengatakan saat sakit aktivitasnya
tidak seperti dulu lagi, pada waktu ia
dirumahnya.
DO :
- Klien tampak lesu, lebih sering menunduk
- Klien tampak malas dan tidak mau
beraktivitas
6. DS Ansietas
- Klien mengatakan merasa bosan saat berada
diRSJ
- Klien mengatakan ia ingin sembuh agar bisa
kembali kerumah
DO :
- Klien tampak sedih & bosan
7. DS Defisiensi Pengetahuan
- Klien mengatakan kurang mengetahui tentang
penyakit yang dialaminya, obat-obatan yang
diminum klien.
DO :
- Klien tampak bingung

8. DS Defisit Perawatan Diri


- Klien mengatakan mandi 1x sehari pada hari,
sikat gigi hanya dipagi hari.
DO :
- Kebersihan tubuh klien kurang baik
- Napas bau
- Kebersihan gigi dan mulut kurang baik
- Penampilan kurang rapih

9. DS Koping Individu Tidak Efektif


- Klien mengatakan tidak pernah menceritakan
masalahnya dengan orang lain
DO :
- Klien tampak menahan masalah dan tidak
ingin diketahui orang lain.
- Klien menutup diri dan tidak mau terbuka

24
XI. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
- Perilaku Kekerasan - Gangguan Spiritual - Koping Individu Tidak Efektif
- Harga Diri Rendah - Ansietas - Defisit Aktivitas Defersional
- Isolasi Sosial - Defisiensi Pengetahuan - Defisit Perawatan Diri

XII. POHON MASALAH


Isolasi Sosial ( Efek )

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah ( Core Problem )

Koping Individu Tidak Efektif ( Causa / Penyebab )

XIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Harga diri rendah b/d koping individu tidak efektif
2. Isolasi sosial b/d harga diri rendah

25

Você também pode gostar