Você está na página 1de 3

Kontradiktif Masa Depan Indonesia Dibawah Dedikasi Anak Bangsa

Merujuk pada tema yang diusung bahwasannya perihal “Millennial Hari Ini,Dan Indonesia
Masa Depan” akan saya korelasikan dengan disiplin Ilmu Antropologi, sehingga menghasilkan
opini yang ditarik kasar berdasarkan Perspective pribadi ditunjang ilmu pengetahuan.

Perlu kita ketahui bersama bahwasannya karakteristik Millenial berbeda-beda berdasarkan


geografis sosial-ekonomis. Namun, generasi ini secara general ditandai oleh peningkatan
penggunaan dan keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi digital.

Terdapat banyak fenomena menarik dewasa kini, salah satunya yang sedang ramai
dibicarakan oleh publik adalah generasi millennial. Maraknya budaya global dan Western culture,
dianggap sebagai dampak dari arus globalisasi yang sudah tidak dapat dibendung lagi. Globalisasi
yang sering dimaknai sebagai proses mendunianya system sosial, ekonomi, politik, dan budaya
sehingga dunia terkesan tanpa batas (borderless world).

Salah satu proses dari globalisasi adalah melahirkan generasi gadget, istilah yang sering
digunakan untuk menandakan lahirnya generasi millennial. Pada dasarnya gawai (Padanan kata
yang selaras dengan Gadget) lebih tepat didefinisiskan sebagai “peralatan”, sehingga generasi
gadget dimaksudkan dengan generasi yang dalam kehidupannya tidak terlepaskan dari gawai,
selalu bersinggungan dengan teknologi dan informasi. Dalam artian seolah-olah berbagai high-
technology telah menjadi bagian penting dalam kehidupannya.

Saya akan buat lebih spesifik sasaran generasi Millenial bahwasannya point of view
menitikberatkan pada para penerus bangsa. Realita sosial mengungkapkan bahwasannya dewasa
kini banyak sekali anak bangsa yang melakukan Non-Konformitas. Dalam perspective Ilmu
Antropologi, Non-Konformitas adalah salah satu bentuk penyimpangan sosial. penyimpangan
sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam
sudut pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian
daripada makhluk sosial. Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat
disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan
disebut devian (deviant).
Diantaranya bentuk Non-Konformitas yang tak dapat dielakkan, diantaranya: tawuran atau
perkelahian antarpelajar,penyalahgunaan narkotika, obat-obat terlarang dan minuman
kera,hubungan seksual diluar nikah,serta tindak kriminalitas dan masih banyak lainnya.

Namun dibalik beberapa fakta Non-Konformitas mengenai generasi milenial di Indonesia,


terdapat pula bentuk-bentuk konformitas yang Saya ketahui berdasarkan analisa deskriptif dan
realita sosial, yakni diantaranya :

Multi Tasking. Melakukan beberapa aktivitas dalam waktu yang bersamaan atau multi
tasking merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki oleh para generasi millennial. Dalam
dunia kerja kelebihan ini bisa jadi modal yang cukup menjanjikan.
Terutama saat menghadapi deadline atau tugas pekerjaan yang sedang menumpuk. Karena
terbiasa tumbuh dengan berbagai gawai, maka generasi ini dapat mengerjakan dan menyelesaikan
pekerjaannya sembari melakukan aktivitas lainnya seperti, menerima telpon atau membalas chat.

Yang kedua, Kaya Ide Kreatif. Berkembangnya teknologi dan media sosial saat ini,
membuat millennial menjadi melek teknologi dan dapat mengakses informasi tanpa batas dari
internet. Hal ini jadi salah satu faktor yang mendorong para millennial untuk menciptakan hal baru
dengan cara yang kreatif bahkan out of the box. Sehingga hadirnya generasi millennial dalam
sebuah perusahaan dapat memberikan ide-ide kreatif.

Yang ketiga, Ambisius. Para generasi millennial dikenal memiliki mimpi yang tinggi pada
masa depan mereka, misal mereka harus memiliki posisi yang baik dalam sebuah perusahaan. Hal
tersebut merupakan pemacu bagi mereka untuk berusaha keras mengejar target hidup tersebut.
Sehingga mereka juga memiliki daya saing yang tinggi karena ingin menjadi yang terbaik diantara
rekannya.

Maka berdasarkan pemahaman Saya yang disokong disiplin Ilmu Antropologi


bahwasannya moralitas anak bangsa yang menyinggung pada generasi Millenial dapat membawa
peningkatan bahkan kemerosotan masa depan bangsa Indonesia. Bagaimana tidak? Apabila masa
depan Indonesia berada ditangan generasi Millenial yang secara mayoritas melakukan tindak Non-
Konformitas maka tak dapat dibayangkan bahwasannya negara ini akan tetap berada pada titik
pertumbuhan ekonomi (Apabila saya tarik dalam perspective Ilmu Ekonomi). Tetapi sebaliknya,
apabila generasi Millenial dibekali dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi disokong oleh
moralitas yang luhur dan memegang teguh keimanan, dapat dijadikan taruhan, bahwasannya
negara Indonesia dapat bersanding dengan negara maju lainnya di dunia, bahkan dapat menjadi
salah satu negara adidaya.

Oleh karena itu,saya disini sekaligus memersuasif para pembaca khususnya para anak
bangsa yang besar pada generasi Millenial untuk selalu menjadi pioneer dengan memanfaatkan
kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi agar menjadi pribadi yang bermutu juga berdaya saing.
Selain itu juga harus mengemban nilai-nilai moral yang luhur serta benteng agama yang kuat
sehingga kedepannya akan menjadi suatu Internalized Value yang mengayakan.

Dengan demikian dapat saya tarik kesimpulan bahwasannya kontradiktif generasi


Millenial khususnya para anak bangsa yang saya singgung dari segi moralitas adalah salah satu
dari banyak tolak ukur / standarisasi masa depan Indonesia. Masa depan Indonesia berada dipikul
bahu anak bangsa, dedikasinya melalui sebuah pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi
keberhasilan suatu bangsa yang mempunyai tujuan yang mulia berupa pengabdian untuk
melaksanakan cita-cita yang luhur dan diperlukan adanya sebuah keyakinan yang teguh.Camkan
bahwasannya kita bukanlah generasi penerus, melainkan generasi perubah.

Você também pode gostar