Você está na página 1de 5

KASUS ILMU KESEHATAN ANAK

Nama Peserta: dr. Bob Jordyansyah


Nama Wahana: RSUD Lakipadada Tana Toraja
Topik: Gizi Buruk – Ilmu Kesehatan Anak
Tanggal (kasus) : 30 September 2018
Tanggal presentasi : Pendamping: dr. Paris/dr. Henry
Tempat presentasi : RSUD Lakipada Tana Toraja
Obyektif presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

□ Tujuan : diagnosis dan tata laksana awal untuk menurunkan tingkat mortalitas dan
morbiditas
Bahan □Tinjauan □ Riset □ Kasus □ Audit
bahasan: pustaka
Cara □ Diskusi □ Presentasi dan □ E‐mail □ Pos
membahas: diskusi
Data pasien: Nama: An. A, 3 bulan No rekam medik: 034657

Data utama untuk bahan diskusi:


1. Diagnosis/ Gambaran Klinis:
 Diagnosis : Gizi Buruk
 Gambaran klinis: Anak perempuan berusia 3 bulan datang diantar ibunya ke Poli Anak
RSUD Lakipadada keluhan tidak mau menyusu sejak 1 minggu SMRS. Kurang lebih
sebulan SMRS pasien menderita diare dan batuk selama 2 minggu. Sejak itu pasien
menjadi susah minum susu sehingga berat badan turun.
Semenjak lahir pasien tidak pernah mendapatkan ASI, hanya minum susu formula
sebanyak 5x50cc per hari, namun semenjak sakit hanya minum 5x25cc. Pada
pemeriksaan fisik generalis didapatkan kesadaran pasien compos mentis dengan GCS
15. Tanda vital ditemukan, tidak hipertesi, tidak takipnea, tidak takikardia, dan tidak
demam, status gizi buruk, konjungtiva tidak anemis pada kedua mata, sklera tidak
ikterik, bunyi jantung dan suara napas dalam batas normal, pada pemeriksaan abdomen
dalam batas normal, pada mengukuran didapatkan berat badan 3500 gr, tinggi badan
57,5 cm, Lingkar Kepala 37 cm, Lingkar Dada 37 cm, Lingkar Perut 30 cm. akral
keempat ekstremitas teraba hangat, dengan perfusi perifer baik. Pasien dilakukan
pemeriksaan darah perifer rutin tidak ditemukan kelainan
1. Riwayat Persalinan : Pasien merupakan anak ke-7 dari tujuh bersaudara, Lahir di bidan,
cukup bulan dengan berat badan lahir 3700 gr
2. Riwayat Kesehatan: Riwayat keluhan serupa sebelumnya disangkal
3. Riwayat keluarga: di keluarga terdapat 3 orang balita
4. Riwayat Immunisasi: pasien belum pernah mendapatkan immunisasi
5. Kondisi lingkungan sosial dan fisik: Tempat tinggal kesan cukup higienis, tidak padat,
sirkulasi udara (ventilasi) cukup terjamin. Kondisi sosial-ekonomi menengah ke bawah.
DaftarPustaka:
1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk.
2011.
2. Kurang Energi Protein, Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 3.
2005. Bandung
3. Penilaian Pertumbuhan dan Perkembangan, Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu
Kesehatan Anak. Edisi 3. 2005. Bandung
Hasil Pembelajaran:
1. Etiologi, diagnosis, dan tata laksana komplikasi gizi buruk

 RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO


Subjektif dan Objektif:
Anak perempuan berusia 3 bulan datang diantar ibunya ke Poli Anak RSUD
Lakipadada keluhan tidak mau menyusu sejak 1 minggu SMRS. Kurang lebih sebulan
SMRS pasien menderita diare dan batuk selama 2 minggu. Sejak itu pasien menjadi susah
minum susu sehingga berat badan turun.
Semenjak lahir pasien tidak pernah mendapatkan ASI, hanya minum susu formula sebanyak
5x50cc per hari, namun semenjak sakit hanya minum 5x25cc. Pada pemeriksaan fisik
generalis didapatkan kesadaran pasien compos mentis dengan GCS 15. Tanda vital
ditemukan, tidak hipertesi, tidak takipnea, tidak takikardia, dan tidak demam, status gizi
buruk, konjungtiva tidak anemis pada kedua mata, sklera tidak ikterik, bunyi jantung dan
suara napas dalam batas normal, pada pemeriksaan abdomen dalam batas normal, pada
mengukuran didapatkan berat badan 3500 gr, tinggi badan 57,5 cm, Lingkar Kepala 37 cm,
Lingkar Dada 37 cm, Lingkar Perut 30 cm. akral keempat ekstremitas teraba hangat, dengan
perfusi perifer baik. Pasien dilakukan pemeriksaan darah perifer rutin tidak ditemukan
kelainan
Diagnosis awal ialah Gizi Buruk. Setelah di konsul ke bagian anak pasien diberikan
terapi berupa pemasangan nasogastrictube dan diberikan diet ASI 8x15 cc serta diberikan
antibiotic profilaksis Ampicillin 200mg/12jam serta obat penurun panas parasetamol 4x0,5cc.

Pembahasan
Gizi Buruk
Kurang Energi Protein atau Kurang Kalori Protein adalah keadaan kurang gizi pada anak
yang disebabkan oleh kurangnya asupan energi dan protein. Diagnosis Gizi Buruk ditandai
dengan satu atau lebih tanda beriku, sangat kurus, edema, minimal pada kedua punggung
kaki, BB/PB atau BB/TB < -3 SD, LiLA < 11,5 cm (untuk anak usia 6-59 bulan)

Pada kasus didapatkan berat 3500 gram dengan panjang badan 57,5 cm sehingga memenuhi
kriteria BB/TB atau BB/TB <-3 SD

Faktor Penyebab Keadaan An. A


Terdapat banyak faktor yang menyebabkan pasien mengalami keadaan gizi buruk,
diantaranya faktor ekonomi, pendidikan, kesehatan orangtua (ibu) dan kesehatan pasein
sendiri, faktor ekonomi yaitu Kedua orangtua An. A merupakan buruh lepas dengan
penghasilan tidak menentu setiap bulan dimana penghasilan < Rp.100.000/bulan karena
keterbatasan ekonomi keluarga, An. A hanya bisa diberikan susu SGM 150 mg yang
diberikan selama 3 hari dan pasien merupakan anak ke-7 dari 7 bersaudara, dengan tiga orang
diantaranya masih berusia dibawah 5 tahun sehingga pasien kurang diperhatikan kecukupan
asupan gizi hariannya, faktor pendidikan yaitu orangtua yang hanya bersekolah dasar
sehingga menurut orangtua pasien kebutuhan gizi pasien sudah tercukupi dengan
mendapatkan susu formula 5x50 cc per hari, padahal kebutuhan pasien lebih dari itu. Faktor
kesehatan orangtua yaitu ibu pasien menderita karsinoma mammae yang sudah dilakukan
mastektomi radikal bilateral sehingga orangtua pasien tidak dapat memberikan ASI kepada
pasien, faktor kesehatan pasien sendiri adalah pasien menderita diare sejak 2 minggu yang
lalu sehingga intake makanan pasien berkurang sejak pasien sakit.

Penatalaksanaan Nutrisi yang sesuai

Penatalaksanaan pada kasus ini terbagi menjadi 3 fase yaitu :

Pada kasus ini pasien dikonsulkan kepada dokter spesialis anak dan mendapatkan terapi Infus
D5¼NS, PASI, Jaga kehangatan, Parasetamol, Ampicilin, mencari penyebab demam dimana
terapi diatas sudah sesuai dengan fase stabilisasi, selama perawatan di rumah sakit pasien
dirawat selama 3 hari perawatan sehingga fase transisi dan rehabilitasi pada pasien ini
dilakukan oleh unit rawat jalan di puskesmas atau rumah sakit.

Pemberian Nutrisi
Selama dilakukan perawatan di Rumah Sakit selama 3 hari (9 Juli 2012 – 11 Juli
2012), pasien mendapatkan Hari I Infus D5¼NS 12 tpm mikro, PASI 8 x 15cc (Nan 1 Pro),
Hari II Infus D5¼NS 12 tpm mikro, PASI 8 x 30 cc (Nan 1 Pro), Hari III Infus D5¼NS 12
tpm mikro, PASI 8 x 40 cc (Nan 1 Pro) sedangkan berdasarkan Pedoman Pelayanan Anak
Gizi Buruk tahun 2011 adalah pada Fase Stabilisasi (Minggu 1) Menggunakan F75 (75 Kkal
& 0,9 g protein per 100 cc) Asupan gizi 80-100 Kkal/kgBB/hari Protein 1-1,5 g/kgBB/hari
ASI tetap diberikan pada anak yang masih mendapatkan ASI.

Susu Nan 1 Pro 100 cc = 67 Kkal dan 1,2 g protein sehingga kebutuhan energi 280/67
x 100 cc = 418 cc/hari dan kebutuhan protein 3,5/1,2 x 100 cc = 291 cc/hari maka untuk
memenuhi kebutuhan energi dan protein diberikan 418 cc/ hari ~ 8 x 50 cc selama fase
stabilisasi

Saran
Ibu dianjurkan untuk melakukan kontrasepsi, terutama kontrasepsi mantap (MOW) agar tidak
menambah jumlah anak, memberikan pengetahuan kepada ibu tentang gizi anak dan
kebutuhan makanan harian sehingga kebutuhan nutrisi anak per hari tercukupi, setelah pasien
pulang dari rumah sakit, dilakukan kunjungan berkala untuk mengetahui kemajuan
pertumbuhan dan perkembangan pasien

Peserta Pendamping Pendamping

dr.Bob Jordyansyah dr. Paris Sampeliling dr. Henry Sallipadang

Você também pode gostar