Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
OLEH :
KELOMPOK 6
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WARMADEWA
DENPASAR
2019
2.1 Sifat Siklus Pendapatan
Siklus pendapatan (revenue cycle) perusahaan terdiri dari aktivitas-aktivitas yang
berkaitan dengan pertukaran barang dan jasa dengan pelanggan dan penagihan pendapatan
dalam bentuk kas. Perusahaan yang berbeda juga memiliki sumber pendapatan yang
berbeda. Sebagai contoh, perusahaan barang dagang dan pabrikasi yang melakukan
penjualan; dokter, pengacara, akuntan publik yang menerima uang jasa (fee); bioskop, bank
serta lembaga keuangan yang menerima bunga dan deviden; serta sekolah local
yang menarik pajak. Kebanyakan pembahasan dan ilustrasi dalam bab ini didasarkan pada
perusahaan barang dagang; akan tetapi, banyak penjelasan yang dapat mudah diterapkan
pada jenis perusahaan lainnya.
Usaha perusahaan barang dagang, kelompok transaksi yang termasuk dalam siklus
pendapatan adalah (1) penjualan kredit (penjualan yang dilakukan derngan hutang), (2)
penerimaan kas (penagihan piutang dan penjualan tunai), dan (30 penyesuaian penjualan
(potongan, retur penjualan dan pengurangan harga, serta piutang tak tertagih [penyisipan
dan pengapusan]. Transaksi-ransaksi ini mempengaruhi akun-akun yang diuraikan, Tiga
akun ini, yaitu harga pokok
Diskon Penjualan
Penjualan (cost of goods sold), persediaan, dan kas, juga dipengaruhi oleh
kelompok transaksi dalam siklus lainya.
Dalam menetapkan risiko bawaan untuk asers-asersi siklus pendapatan, auditor harus
mempertimbangkan factor-faktor penting yang dapat mempengaruhi asersi-asersi pada
siklus pendapatan yaitu:
Jika pengendalian umum tidak efektif, maka pengendalian aplikasi jarang bisa
diandalkan.
a. Dokumen dan Catatan
Berbagai dokumen dan catatan yang biasanya digunakan perusahaan besar dalam
pengolahan transaksi penjualan kredit adalah sebagai berikut:
1. Order dari Pembeli, permintaan untuk membeli barang dagang dari pembeli
diterima perusahaan langsung dari pembeli atau melalui pegawai bagian
penjualan.
2. Order Penjualan, formulir ini berisi keterangan, kuantitas, dan informasi lain
sesuai dengan order dari pembeli.
3. Dokumen Pengiriman, dokumen ini digunakan untuk menunjukkan detil
dan tanggal setiap pengiriman. Salah satu bentuk dokumen ini adalah
dokumen angkutan yang merupakan pemberitahuan forml tentang
penerimaan barang untuk diangkut oleh pihak pengangkut.
4. Faktur Penjualan, dokumen ini berisi keterangan atau hal-hal yang berkaitan
dengan suatu penjualan, seperti jumlah yang harus dibayar oleh pembeli.
5. Daftar Harga, suatu daftar atau file induk komputer yang berisi harga resmi
yang ditetapkan untuk semua barang yang ditawarkan perusahaan.
6. File Transaksi Penjualan, suatu file komputer yang berisi transaksi-transaksi
penjualan yang telah dilaksanakan.
7. Jurnal Penjualan, jurnal yang berisi daftar semua transaksi penjualan yang
telah dilaksanakan.
8. File Induk Pelanggan, berisi informasi untuk pengiriman dan penagihan ke
masing-masing pelanggan, serta batas kredit masing-masing pelanggan.
9. File Induk Piutang Usaha, berisi informasi tentang transaksi penjualan
dengan masing-masing pelanggan dan saldo tagihan kepada para pelanggan.
10. Laporan Piutang Bulanan, laporan ini dikirim ke setiap pelanggan secara
bulanan.
b. Fungsi-Fungsi
Pengolahan transaksi pendapan penjualantan melibatkan fungsi-fungsi
pendapatan sebagai berikut:
a) Review Pendahuluan
Dimana dalam hal ini auditor memahami sistem pengendalian intern dengan
mengembangkan pemahaman atas lingkungan pengendalian klien dan aliran
transaksi baik kredit maupun kas.
b) Dokumentasi Sistem
Dalam hal ini biasanya auditor mendokumentasikan pemahaman terhadap
sistem pengendalian intern dengan flowchart, kuesioner, dan deskripsi naratif.
Flowchart pada uumnya menyediakan deskripsi sistem pengendalian intern dengan
singkat, informative dan tidak biasa.
c) Deskripsi Naratif
Dalam hal ini menjelaskan kondisi sistem pengendalian intern dala tulisan.
Naratif sangat sulit untuk disusun dan dipahami secara komprehensif, oleh karena
itu deskripsi naratif bisa digunakan untuk tahap yang tidak kompleks dan transaksi
yang terkait tidak material sebagai contoh kas kecil.
d) Mengevaluasi Bagian Aliran Transaksi
Dalam hal ini auditor menguji pemahamannya mengenai sistem dengan
melakukan evaluasi bagan alir transaksi.
e) Penetapan Risiko Pengendalian
Penetapan Risiko Pengendalian merupakan proses pengevaluasian efektivitas
kebijakan prosedur struktur pengendalian intern dalam mencegah dan mendeteksi
salah saji material dalam laporan keuangan. Ada lima tahap penetapan risiko
pengendalian yaitu:
1. Mengidentifikasi salah saji potensial yang terjadi
2. Mengidentifikasi pengendalian yang dapat diterapkan untuk mencegah dan
menditeksi salah saji.
3. Menghimpun bukti melalui pengujian pengendalian mengenai apakah
rancangan dan operasi pengendalian adalah efektif.
4. Mengevaluasi bukti yang dihimpun.
5. Melakukan penetapan atau penilaian risiko pengendalian.
2.7 Penetapan Resiko Pengendalian
Apabila auditor merencanakan untuk menetapkan risiko pengendalian atas suatu
asersi pada tingkat yang rendah, maka auditor perlu sekali memperoleh pemahaman
tentang prosedur-prosedur pengendalian untuk transaksi tersebut. Proses penetapan risiko
pengendalian untuk transaksi-transaksi penjualan yang sama. Luas pertimbangan auditor
atas faktor-faktor yang berkaitan dengan risiko pengendalian untuk setiap asersi
tergantung kepada strategi audit yang dipilih. Risiko bawaan untuk transaksi penjualan
yang seringkali ditetapkan pada tingkat maksimum atau tinggi, maka ia menggunakan
pemahaman tentang efektivitas pengendalian siklus pendapatan yang diperoleh dari
pengendalian intern. Auditor dapat menyimpulkan tetang efektivitas pengendalian
terprogram dengan menilai efektivitas operasi pengendalian umum computer dan
mengajukan pertanyaan dan mengispeksi dokumen yang berkaitan dengan prosedur-
prosedur yang digunakan. Auditor juga harus menguji efektivitas pengendalian
manajemen seperti pengendalian anggaran dan review manajemen atas kewajaran
pendapatan dan penerimaan piutang yang merupakan tanggungjawabnya. Penetapan
tingkat resiko pengendalian yang rendah akan membutuhkan bukti yang kompeten
dibandingkan dengan jika auditor menetapkan tingkat risiko pengendalian yang tinggi.
Seperti yang telah disebutkan, penetapan risiko yang rendah berdasarkan prosedur-
prosedur pengendalian terprogram, biasanya dilakukan dengan teknik audit berbantuan
computer.
2.8 Pengujian Pengendalian
Pengujian pengendalian merupakan pengujian yang dilaksanakan terhadap rancangan
pelaksanaan suatu kebijakan atau prosedur struktur pengendalian internal. Pengujian
pengendalian ini, dilaksanakan auditor untuk menilai efektifitas kebijakan atau prosedur
pengendalian untuk mendeteksi dan mencegah salah saji materil dalam suatu asersi
laporan keuangan.
Tipe Pengujian Pengendalian,Ada dua tipe pengujian pengendalian yaitu:
1) Concurrent test of control yaitu pengujian pengendalian yang
dilaksanakan auditor seiring dengan prosedur untuk memperoleh
pemahaman mengenai SPI klien.
2) Pengujian pengendalian tambahan atau yang direncanakan yaitu
pengujian yang dilaksanakan auditor selama pekerjaan lapangan.
Untuk klien lama, luas atau lingkup pengujian pengendalian dipengaruhi juga oleh
penggunaan bukti yang diperoleh pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya. Sebelum
menggunakan bukti yang diperoleh pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya, auditor
harus memastikan bahwa tidak ada perubahan yang signifikan atas rancangan dan operasi
berbagai kebijakan dan prosedur pengendalian sejak pengujian pada pelaksanaan audit
tahun sebelumnya.
Data Kata. 2014. Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif. Diambil dari:
https://datakata.wordpress.com/2014/12/26/pengujian-pengendalian-dan-pengujian-
substantif/
https://dexsuar.wordpress.com/2013/10/08/audit-siklus-pendapatan/