Você está na página 1de 84

SISTEM REKRUTMEN PANITIA PENYELENGGARA

IBADAH HAJI (PPIH) PADA DIREKTORAT JENDRAL


PENYELENGGARA HAJI DAN UMRAH KEMENTRIAN
AGAMA REPUBLIK INDONESIA
SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi
Persyaratan Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)

Oleh:

Aulia Ul Ummah
109053100006

KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMROH

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2013
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan hasil jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 17 September 2013

Aulia Ul Ummah
ABSTRAK

Aulia Ul Ummah
SISTEM REKRUTMEN PANITIA PENYELENGGARA IBADAH HAJI
(PPIH) PADA DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI
DAN UMRAH KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

Penyelenggaraan ibadah haji di Indonesia melibatkan beberapa komponen baik


di dalam maupun di luar negeri. Demi terciptanya penyelenggaraan haji yang
berasakan keadilan, transparan, akuntabel dengan prinsip nirlaba salah satunya
adalah penyempurnaan sistem rekrutmen petugas. Panitia Penyelenggara Ibadah haji
(PPIH) adalah petugas yang memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan
kepada jamaah haji di Indonesia dan di Arab Saudi selama masa operasional
Penyelenggaraan Ibadah Haji. sedangkan petugas yang ikut serta dalam ritual ibadah
haji dengan jamaah disebut petugas yang menyertai jamaah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem rekrutmen Panitia
Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi pada Direktorat Penyelenggaraan
Haji dan Umrah. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana sistem
rekrutmen Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi serta mengapa
perlu diadakannya rekrutmen Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis dari sumber – sumber yang
diperoleh. Selain itu penelitian ini juga dilengkapi dengan metode pengumpulan data
kepustakaan, survey lokasi serta wawancara langsung dengan pihak Direktorat
Penyelenggaraan haji dan Umrah.
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dalam penelitian ini adalah sistem
rekrutmen Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi dilakukan kegiatan
tahapan mulai dari Kementerian Agama Pusat hingga tingkat Provinsi daerah. .
Dalam proses rekrutmen PPIH Arab Saudi diberlakukan sistem rekrutmen secara
proporsional. Yakni, jumlah calon petugas PPIH Arab Saudi disesuaian dengan
jumlah jamaah yang mendaftar dari setiap provinsi berdasarkan jumlah presentase.
Urgensi dari rekrutmen Panitia Penyelenggara Ibadah Haji dalam rangka
memfasilitasi pelayanan terhadap jamaah demi terciptanya jamaah haji yang mandiri.

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat-Nya baik nikmat

iman, islam, jasmani dan rohani sehingga penulis dapat menyellesaikan karya ilmiah

ini dengan baik dan lancar.

Shalawat serta salam penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang

mana perjuangan beliau tidak dapat tergantikan sehingga kita semua dapat menjalani

hidupni ini dengan damai.

Untuk setiap hambatan dan halangan yang dihadapi, penulis sangat bersyukur

karena dapat menyelesaikannya. Karya ilmiah yang berjudul SISTEM

REKRUTMEN PANITIA PENYELENGGARA IBADAH HAJI (PPIH) PADA

DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA tak lain adalah sebagai

syarat mencapai gelar sarjana komunikasi islam dari jurusan Manajemen Dakwah,

Konsentrasi Manajemen Haji dan Umrah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini masih banyak

kekurangan, namun penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi

pembacanya. Selanjutnya, penulis ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah

ii
memberikan bantuannya dalam penyusunan karya ilmiah ini yang tentu saja penulis

menemukan kesulitan yang tidak sedikit, yakni kepada yang terhormat :

1. Bapak Dekan Dr. Arif Subhan, MA, Bapak Wakil Dekan I Drs. Wahidin

Saputra, MA, Bapak Wakil Dekan II Drs. H. Mahmud Jalal, MA, dan Bapak

Wakil Dekan III Drs. Study Rizal LK, MA, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA Selaku Kepala Jurusan Manajemen

Dakwah yang telah banyak memberikan informasi kepada penulis

3. Bapak H. Mulkanasir, BA, S.Pd, MM selaku Sekertaris Jurusan Manajemen

Dakwah dan sekaligus pembimbing yang mana telah membimbing penulis

dengan sangat sabar sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini

dengan baik dan benar.

4. Tim penguji sidang munaqosah yakni, penguji satu Drs. H. Hasanuddin Ibnu

Hibban MA, Penguji dua Drs. Cecep Castrawijaya MA, ketua sidang Drs.

Wahidin Saputra MA, dan sekretaris sidang Drs. M. Hudri MA

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta para staf TU

dan akademik khususnya Bang Ari yang telah memberikan semangat, ilmu,

informasi dan bantuannya dengan tulus dan ikhlas.

6. Seluruh staf perpustakaan, baik perpustakaan utama maupun perpustakaan

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah ramah dalam melayani

peminjaman buku kepada penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.

7. Kepada seluruh staf Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah Subbid

Pembinaan Haji, khususnya Bpk. Ahmad Abdullah S.Ag, M.AP dan Sub.

iii
ORTALA, khususnya Bang Maki yang telah banyak membantu penulis

memperoleh data untuk kepentingan skripsi ini.

8. Secara khusus kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Cecep Saefuddin dan

Ibunda Nurfawati yang selalu sabar mendengarkan keluh kesah penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini juga selalu memberikan dukungan baik moril dan

materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Serta terima kasih atas

motifasinya kepada Kakakku M. Fauzul Ridlo, Yulia Agustina dan Adik tercinta

Rabiatul Adawiyah.

9. Seorang terkasih Ahmad Sulhan, yang selalu memberikan semangat, do’a serta

sigap dan tanggap dalam membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman terbaikku Rizky Romantika, Lestari Kartika Dewi, Fitri Fauziyah, Ibnu

Rijal Silmi, Yusuf Sayudi yang selalu memberikan semangat dan mendengarkan

keluh kesah penulis dalam pembuatan skripsi ini.

11. Teman – teman seperjuangan MHU 2009 yang selama masa perkuliahan telah

memberikan masukan, ilmu dan kebersamaan yang indah sampai penulis

menyelesaikan skripsi ini, diantaranya, Dudung, Bocay, Kiki, Faqih, Ichwan,

Lukman, Daus, Tile, Ican, Padilah, Japra dan Vai.

12. Ibu Tobing dan seluruh penghuni kos Puri Bidadari yang selalu memberikan

dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, yakni Anis, Rivia,

Pina, Vera dan lainnya yang tak dapat penulis sebutkan satu per satu.

iv
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini masih

banyak kekurangan, namun penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi

pembacanya.

Jakarta, 24 September 2013

Penulis

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1


A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah .............................................. 3
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian .......................................................... 4
D. Metodologi Penelitian ......................................................................... 5
E. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 7
F. Sistematika Penulisan .................................................................... 9

BAB II TINJAUAN UMUM TEORITIS .................................................... 10


A. Sistem .......................................................................................... 10
B. Rekrutmen ................................................................................... 14
C. Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) ................................. 26

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG DPHU .................................... 29


A. Sejarah DPHU ............................................................................. 29
B. Visi Dan Misi DPHU .................................................................. 33
C. Susunan Organisasi DPHU ......................................................... 35
D. Tugas Dan Fungsi DPHU ............................................................ 39

vi
BAB IV ANANLISIS SISTEM REKRUTMEN PPIH ARAB SAUDI
DPHU KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA .. 41
A. Sistem Rekrutmen PPIH Arab Saudi ........................................... 41
B. Urgensi Pembentukan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)
Arab Saudi ................................................................................... 50
C. Kendala Yang Dihadapi Dphu Dalam Proses Rekrutmen PPIH
Arab Saudi .......................................................................................... 51
D. Analisis Sistem Rekrutmen PPIH Arab Saudi Pada DPHU ......... 52

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 60


A. Kesimpulan .................................................................................. 60
B. Saran ............................................................................................ 61

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Petugas haji merupakan salah satu komponen penting dalam

penyelenggaraan ibadah haji baik di tanah air maupun pada masa

berlangsungnya proses operasional ibadah haji di Arab Saudi meskipun

bersifat temporal yang hanya beroperasi dan berlaku selama setahun

kemudian berganti lagi untuk tahun berikutnya. Idealnya, untuk

mendapatkan petugas haji yang professional, diperlukan adanya petugas

tetap dengan pola mekanisme pengelolaan yang lebih permanen, terencana

dan bersifat jangka panjang.1

Dalam kenyataannya hingga saat ini Kementerian Agama masih

membentuk Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji di tingkat pusat, daerah

yang memiliki embarkasi, maupun di Arab Saudi.2 Penyelenggaraan

ibadah haji setiap tahunnya selalu menuai kritik yang disampaikan secara

lisan maupun tertulis dari berbagai kalangan walaupun tidak menutup

kemungkinan adanya pujian. Pada hakikatnya, pemerintah selalu berupaya

meningkatkan kinerja baik dari aspek manajerial, aspek sumber daya

manusia, aspek operasional, aspek pelayanan dan lainnya. Peningkatan

kualitas Panitia penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) merupakan salah satu


1
Muhammad M. Basyuni ”Reformasi Manajemen Haji” (Jakarta : FDK Press),
2008,.h. 119
2
Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2008 Tentang
Penyelenggraan Ibadah Haji, BAB IV Pengorganisasian, Bagian Kedua Panitia
penyelenggaraan ibadah Haji, Pasal 11 ayat (1).

1
2

upaya yang dilakukan pemerintah dalam penyelenggaraan ibadah haji agar

berjalan dengan aman, tertib dan teratur.

Untuk menyikapi kritik dari berbagai kalangan masyarakat

diperlukan orang-orang yang memiliki kualitas tinggi untuk mencapai

sasaran penyelenggaraan ibadah haji yang aman, tertib dan teratur.

Setidaknya diperlukan tenaga kerja yang ahli dari berbagai bidang, bidang

ibadah, pembinaan, penyuluhan, kesehatan dan tenaga ahli lainnya sesuai

kebutuhan.

Tugas yang paling penting adalah bagaimana sebagai petugas haji

atau Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) mampu bekerja secara

professional dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan standarisasi

yang ditetapkan. Karena dalam penyelenggaraan ibadah haji, petugas

menjadi salah satu sorotan penting yang patut diperhatikan.

Penyelenggaraan ibadah haji ini menyangkut jumlah jema’ah yang

dilayani dan menyangkut nama baik pemerintah. Oleh karena itu

pemerintah dituntut untuk mengelola secara professional dengan

mengedepankan kepentingan jema’ah.

Pelaksanaan ibadah haji yang selalu menuai masalah pada tiap

tahun pelaksanaannya perlu adanya sistem rekrutmen untuk menjalankan

fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) dari setiap pelayan haji

yakni Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH). Agar setiap

penyelenggaraan ibadah haji selanjutnya terlaksana dengan aman, tertib

dan teratur.
3

Berdasarkan fenomena yang terjadi saat ini dan latar belakang

diatas, maka penulis menuangkan dalam sebuah karya ilmiah “skripsi”

dengan judul “Sistem Rekrutmen Panitia Penyelenggara Ibadah Haji

(PPIH) Pada Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah

Kementerian Agama Republik Indonesia”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar dalam pembahasan skripsi ini lebih terarah, maka penulis

membatasi masalah yang dibahas hanya pada sistem rekrutmen Panitia

Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi pada Direktorat

Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah (DPHU) Kementerian Agama

Republik Indonesia Tahun 2013.

2. Perumusan Masalah

Sedangkan masalah pokok yang dibahas penulis agar adalah :

a) Bagaimanakah sistem rekrutmen Panitia Penyelenggara Ibadah

Haji (PPIH) Arab Saudi pada Dirjen Penyelenggaraan Haji dan

Umrah Kementerian Agama Republik Indonesia.

b) Mengapa perlu diadakannya rekrutmen petugas Panitia

Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi pada Dirjen

Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Republik

Indonesia.
4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui bagaimanakah sistem rekrutmen Panitia

Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi pada Dirjen

Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Republik

Indonesia.

b. Untuk mengetahui mengapa perlu diadakannya rekrutmen petugas

Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi pada Dirjen

Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Republik

Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Manfaat secara akademis

Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan keilmuan terutama berkenaan dengan sistem rekrutmen.

b. Manfaat secara praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber masukan mengenai

Sistem Rekrutmen Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) pada

Dirjen Penyelenggara Haji dan Umroh Kementerian Agama RI

sebagai pelayan jamaah haji Indonesia.


5

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dengan

menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor yang

dikutip oleh Loxy Moleong menyatakan bahwa metode dengan

menggunakan pendekatan kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.3

2. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek dalam penelitian ini adalah Kantor Direktorat Jenderal

Penyelenggaraan Haji dan Umrah (DPHU) Kementerian Agama

Republik Indonesia Pusat yang didalamnya terdapat pengurus atau

pengelola petugas haji yang dapat dijadikan sumber informasi

dalam penelitian ini.

b. Objek penelitian ini adalah Sistem Rekrutmen Panitia

Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Direktorat Jenderal

Penyelenggara Haji dan Umrah

3. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai penulis adalah jenis penelitian deskriptif

yang mengacu pada data yang dikumpulkan berupa kata – kata,

gambar, buku, dan angka – angka. Selain itu jenis penelitian yang

3
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya), 2009, h.4
6

diperlukan untuk membantu menyelesaikan penelitian ini dapat berupa

studi pustaka dan riset lapangan.

4. Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini penulis membatasi waktu penelitian pada bulan

Maret – Juli 2013.

5. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian di Kantor Direktorat

Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah Kementerian Agama

Republik Indonesia, Jl. Lapangan Banteng Barat Nomor 3-4 Jakarta

Pusat.

6. Teknik Pengumpulan Data

Untuk kepentingan penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan

sebagai berikut :

a. Observasi

Penulis mengadakan pengamatan secara langsung mengenai

obyek penelitian melalui pengamatan dan penelitian dengan

sistematika dari pemilihan data, pencatatan dan sebagainya dengan

maksud memperoleh gambaran yang jelas mengenai kejadian atau

peristiwa yang terjadi di Kantor Kementerian Agama.

b. Wawancara

Metode ini dilakukan oleh peneliti dengan cara meminta informasi

atau menggali informasi baik secara langsung maupun tidak


7

langsung kepada responden (orang yang diwawancara atau yang

dimintai informasi) dari pihak Kementerian Agama

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan bagian dimana peneliti meminta data

kepada lembaga yang diteliti yakni Dirjen Penyelenggaraan Haji

dan Umrah Kementerian Agama sesuai dengan judul yang dibahas.

E. Tinjauan Pustaka

Untuk menghindari adanya bentuk penjiplakan atau plagiat maka

penulis mengadakan tinjauan pustaka terhadap beberapa skripsi sebagai

bahan perbandingan dalam pembuatan skripsi. Selain itu penulis juga

melakukan tinjauan kepustakaan (literature) yang berkaitan dengan

dengan topik pembahasan. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini

adalah :

1. Panji Rizky Nurdiansyah/106053001985, “Pola Recruitment

Anggota Baru Pada Induk Koperasi Syariah (INKOPSYIAH-

BMT)”, jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi. Karya Ilmiah tersebut berisi tentang bagaimana pola dan

proses pengrekruitan anggota baru INKOPSYIAH hingga factor

pendukung dan penghambat dalam pengrekruitan anggota

INKOPSIYAH.

2. Steffi Febriani/108053000038, “Rekrutmen Karyawan Pada Bank

Syariah Mandiri Kantor Cabang Hasanudin Jakarta Selatan”,


8

jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi. Karya ilmiah tersebut berisi tentang bagaimana proses

rekrutmen karyawan pada Bank Syariah Mandiri kantor cabang

Hasanudin Jakarta.

3. Hasan Ismail R/106053001999, “Sistem Rekrutmen Amil Pada

Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al – Madinah”, Jurusan Manajemen

Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Karya ilmiah

tersebut berisi tentang bagaimanakah sistem rekrutmen amil pada

Lembaga Amil Zakat (LAZ).

Karya Ilmiah “skripsi” yang penulis buat berjudul “Sistem

Rekrutmen Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Pada

Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian

Agama Republik Indonesia” sekilas terlihat hampir sama dari segi judul

besar dengan skripsi yang menjadi tinjauan pustaka. Namun dalam

pembahasan tentu berbeda, penulis melakukan penelitian yang

menitikberatkan sistem rekrutmen Panitia Penyelenggara Ibadah Haji

(PPIH) Arab Saudi pada Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan

Umrah (DPHU) Kementerian Agama Republik Indonesia.

Demikianlah tinjauan pustaka ini penulis buat sebagai perbedaan

materi antara penulis yang teliti dengan skripsi terdahulu.


9

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada karya ilmiah “skripsi” ini terdiri dari

lima (5) BAB yang memiliki sub-sub bab. Hal ini dimaksudkan untuk

mempermudah penulisan. Penyusunan sub-sub bab sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan, merupakan BAB pendahuluan yang terdiri

dari : latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan

pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II: Landasan teoritis, dalam bab ini akan memuat pengertian

dan ruang lingkup tentang sistem, rekrutmen, dan Panitia Penyelenggara

Ibadah Haji (PPIH) Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah

Kementerian Agama.

BAB III: Gambaran Umum Tentang Obyek Penelitian, dalam bab

ini akan membahas tentang gambaran umum mengenai Direktorat Jenderal

Penyelenggaraan Haji dan Umrah (DPHU).

BAB IV: merupakan hasil ananlisis Sistem Rekrutmen Pantia

Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) pada Direktorat Penyelenggaraan Haji

dan Umrah (DPHU) Kementerian Agama Republik Indonesia.

BAB V : Penutup, pada bab ini memuat tentang kesimpulan dan

saran.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Sistem

1. Pengetian Sistem

a. Di lihat dari segi bahasa (etimologi) kata sistem berasal dari bahasa

yunani “sistem” yang mengandung arti keseluruhan (a whole )

yang tersusun dari sekian banyak bagian, berarti pula hubungan

yang berlangsung di antara satuan-satuan atau komponen yang

saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu

keseluruhan. 1

b. Sebuah sistem pada dasarnya merupakan suatu kelompok atau

himpunan hal – hal tertentu, yang berkaitan satu sama lain; ia

merupakan hal – hal interdependen yang membentuk sebuah

kesatuan yang kompleks.2

c. Menurut Gordon B Davis (1999 : 68), “sebuah sistem terdari dari

bagian – bagian saling berkaitan yang beroperasi bersama untuk

mencapai beberapa sasaran atau maksud.3

1
Tatang M. Amirin, Pokok-Pokok Teori System, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2001 ), Cetakan ke-7, h. 15
2
Winardi, Asas – Asas Manajemen, ( Bandung: CV. Mandar Maju, 2010),
Cetakan Ke-3, h. 84
3
Gordon B. Davis, Sistem Informasi Manajemen, (Jakarta: PT. Pustaka Binaman
Perssindo), Cetakan ke-11, h. 68)

10
11

d. Sedangkan menurut Tata Sutabri (2005 : 8) dapat dirumuskan

sebagai setiap kumpulan komponen atau subsistem yang dirancang

untuk mencapai suatu tujuan.4

Sistem juga merupakan kesatuan bagian – bagian yang saling

berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item –

item penggerak, contoh umum misalnya seperti negara. Negara

merupakan suatu kumpulan dari beberapa elemen kesatuan lain seperti

provinsi yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu negara

dimana yang berperan sebagai penggeraknya yaitu rakyat yang berada

di negara tersebut.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan kesatuan

komponen – komponen atau bagian – bagian yang saling berhubungan

membentuk sebuah sebuah kegiatan atau prosedur yang berorientasi

kearah tujuan yang sama.

2. Karakteristik Sistem

Sebuah sistem memiliki karakteristik atau sifat – sifat tertentu,

yang mencirikan bahwa hal tersebut bisa dikatakan sebagai suatu

sistem. Adapun karakteristik yang dimaksud adalah :5

a. Komponen Sistem (Componens)

Suatu sitem terdiri dari sejumlah komponen yang saling

berinteraksi, artinya saling bekerja sama membentuk satu kesatuan.

4
Tata Sutabri, Sistem Informasi Manajemen, (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2005),
Edisi 1, h. 8
5
Tata Sutabri, Sistem Informasi Manajemen, h. 11–12
12

b. Batasan Sistem (Boundary)

Ruang lingkup sistem merupakan daerah yang membataasi antara

sistem dengan sistem atau sistem dengan lingkungan luarnya.

c. Lingkungan Luar Sistem (Environment)

Bentuk apapun yang di luar lingkup atau batasan sistem yang

mempengaruhi operasi sistem tersebut disebut lingkungan luar

sistem.

d. Penghubung Sistem (Interface)

Media yang menghubungkan sistem dengan subsistem lain disebut

penghibing sistem atau interface.

e. Masukan Sistem (Input)

Energy yang dimasukkan ke dalam sistem disebut masukan sistem,

yang dapat berupa pemeliharaan (Maintenance input) dan sinyal

(signal input).

f. Keluaran Sistem (Output)

Hasil energy yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran

yang berguna. Keluaran ini merupakan masukan bagi subsistem

yang lain.

g. Pengolah Sistem (Proses)

Suatu sistem dapat mempunyai suatu proses yang akan mengubah

masukan menjadi keluaran.


13

h. Sasaran Sistem (Objective)

Suatu sistem memiliki tujuan dan sasaran yang pasti dan bersifat

deterministic.

3. Daur Hidup Sistem

Pembangunan sistem hanyalah salah satu dari rangkaian daur hidup

suatu sistem. Meskipun dengan demikian, proses ini merupakan aspek

yang sangat penting. Berikut kita akan melihat beberapa fase/tahapan

dari daur hidup suatu sistem, yaitu :6

a. Mengenali adanya kebutuhan

Kebutuhan dapat terjadi sebagai hasil perkembangan dari

organisasi dan volume yang meningkat melebihi kapasitas dari

sistem yang ada.

b. Pembangunan Sistem

Suatu proses atau seperangkat prosedur yang harus diikuti untuk

menganalisis kebutuhan yang timbul dan membangun suatu sistem

untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut.

c. Pemasangan Sistem

Peralihan dari tahap pembangunan menuju tahap operasional

terjadi pemasangan sistem yang sebenarnya, yang merupakan

langkah akhir dari suatu pembangunan sistem.

6
Tata Sutabri, Sistem Informasi Manajemen, h. 14 – 15
14

d. Pengoperasian Sistem

Suatu sistem semuanya bersifat statis, ia selalu mengalami

perubahan – perubahan dalam pertumbuhan kegiatan organisasi.

Untuk mengatasi perubahan – perubahan tersebut, sistem harus

diperbaiki atau diperbaharui.

e. Sistem Menjadi Usang

Terkadang perubahan yang terjadi begitu drastis sehingga tidak

dapat diatasi hanya dengan melakukan perbaikan – perbaikan pada

sistem yang berjalan.

B. Rekrutmen

Rekrutmen merupakan salah satu kegiatan utama sebuah organisasi

atau perusahaan dalam mewujudkan eksistensinya. Dimana rekrutmen

bagian dari perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai kegiatan

manajemen yang menjadi tolak ukur keberhasilan suatu perusahaan.

Seperti dalam ayat berikut ini :7

           

     

Artinya: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang

mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan

7
AL-Qur’an,9 (At-Tawbah):105
15

kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu

diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”

Perencanaan sumber daya manusia merupakan kegiatan untuk

mengantisipasi permintaan atau kebutuhan dan suplai tenaga kerja

organisasi di masa yang akan datang, dengan memperhatikan persediaan

sumber daya manusia sekarang, peramalan permintaan dan suplai sumber

daya manusia, dan rencana untuk memperbesar jumlah sumber daya

manusia.8

Saat ini banyak perusahaan menyadari bahwa SDM merupakan

masalah perusahaan yang paling penting, karena melalui sumber daya

manusialah yang menyebabkan sumber daya yang lain dalam organisasi

atau perusahaan dapat berfungsi atau dilaksanakan.9

Keberadaan SDM dalam sebuah organisasi atau perusahaan

mempengaruhi tumbuh-kembangnya suatu organisasi atau perusahaan,

seperti peran dalam membuat keputusan untuk semua fungsi

manajement.10 Namun, sumber daya manusia (SDM) tidak dengan

sendirinya tertarik untuk menjadi bagian dari organisasi atau perusahaan

tersebut. Hakikatnya, SDM sangat berbeda jika dibandingkan sumber daya

8
Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan
Manajemen Pegawai Negeri Sipil, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2011), Cetakan Ke-5,
h. 107
9
Veithzal Rifai & Ella Jauvani Sagala, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk
Perusahaan Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), Edisi Ke-
2, h. 14
10
Mutiara Sibarani Panggabean, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bogor:
Penerbit Ghalia Indonesia, 2004), h.11
16

alam (SDA), dimana SDM sangat ditentukan oleh sifat SDM itu sendiri,

yang selalu berkembang (dinamis) baik jumlah maupun mutunya sehingga

perlu adanya sebuah sistem yang menjadikan organisasi atau perusahaan

diminati dalam proses awal pengrecruitan.

Berikut merupakan pembahasan yang lebih luas mengenai

rekrutmen.

1. Pengertian Rekrutmen

Ada beberapa pendapat mengenai pengertian reckrutmen, yakni:

a. Menurut Veithzal Rifai:

1) Rekrutmen pada hakikatnya merupakan proses

menentukan dan menarik pelamar yang mampu untuk

bekerja dalam suatu perusahaan.11

2) Selain itu rekrutmen juga dapat dikatakan sebagai proses

untuk mendapatkan sejumlah SDM (karyawan) yang

berkualitas untuk memduduki suatu jabatan atau pekerjaan

dalam suatu perusahaan.12

3) Rekrutmen pun dapat diartikan sebagai pengisian setiap

posisi dalam organisasi oleh individu yang memenuhi

syarat yang sudah ditentukan.13

11
Veithzal Rifai & Ella Jauvani Sagala, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk
Perusahaan Dari Teori ke Praktik, h.148
12
Veithzal Rifai & Ella Jauvani Sagala, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk
Perusahaan Dari Teori ke Praktik, h.148
13
M. Manullang & Marihot Manullang, Manajemen Sumber Daya Mnusia,
(Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2001), Edisi Pertama, h.7
17

b. Menurut Sedarmayanti perekrutan adalah proses menghasilkan

kelompok pelamar yang memenuhi syarat untuk pekerjaan

organisasional.14

c. Menurut Suhendra dan Murdiyah Hayati rekrutmen merupakan

proses mendapatkan orang yang tepat pada penempatan yang tepat

sesuai dengan kondisi dan kebutuhan organisasi.15

d. Menurut Sondang P. Siagian rekrutmen adalah proses mencari,

menemukan dan menarik para pelamar yang kapabel untuk

dipekerjakan dalam dan oleh suatu organisasi.16

e. Menurut Malayu S. P. Hasibuan rekrutmen adalah kegiatan

mencari dan mempengaruhi tenaga kerja agar mau melamar

lowongan pekerjaan yang masih tersedia di perusahaan.17

f. Menurut R. Wayne Mondy perekrutan adalah proses menarik para

individu pada waktu tertentu, dalam jumlah cukup, dan dengan

kualifikasi – kualifikasi yangmemadai untuk melamar pekerjaan

dalam suatu organisasi atau perusahaan.18

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, rekrutmen merupakan

langkah pertama yang di ambil oleh suatu organisasi atau perusahaan

14
Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan
Manajemen Pegawai Negeri Sipil, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2011), Cetakan Ke-5,
h. 36
15
Suhendra dan Murdiyah Hayati, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), h. 47
16
Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2007), Cetakan ke – 14, h. 102
17
Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2003), Edisi Revisi, Cetakan Ke-6, h. 40
18
R. Wayne Mondy, Manajemen Sumber Daya Manusia, Alih Bahasa Oleh Bayu
Airlangga, M.M, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008) Jilid 1 Edisi 10, h.5
18

dalam rangka menerima seseorang atau lebih yang bertujuan untuk

mempertahankan tumbuh-kembangnya suatu organisasi atau

perusahaan.

2. Tujuan Rekrutmen

Rekrutmen adalah serangkaian kegiatan yang dimulai ketika

sebuah perusahaan atau organisasi memerlukan tenaga kerja dan

membuka lowongan sampai mendapatkan calon yang

diinginkan/kualified sesuai dengan jabatan atau lowongan yang ada.

Dengan demikian, tujuan rekrutmen adalah

a. Menerima pelamar sebanyak-banyaknya sesuai dengan kualifikasi

kebutuhan perusahaan dari berbagai sumber, sehingga

memungkinkan akan terjaring calon karyawan dengan kualitas

tertinggi dari yang terbaik.19

b. Untuk mendapatkan orang yang tepat pada penempatan yang tepat

pula yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan organisasi.20

c. Menurut Henry Simamora dalam Jurnal Manajemen yang ditulis

oleh Cris Pearson proses rekrutmen memiliki beberapa tujuan,

antara lain:21

19
Veithzal Rifai & Ella Jauvani Sagala, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk
Perusahaan Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), Edisi Ke-
2, h.150
20
Suhendra dan Murdiyah Hayati, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), h. 47
21
Cris Pearson, 2010, Jurnal Manajemen Bahan Kuliah Manajemen, (Online),
(http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/11/rekrutmen-rekrutmen-karyawan-definisi.html,
diakses 16 Juni 2013).
19

1) Untuk memikat sekumpulan besar pelamar kerja sehingga

organisasi akan mempunyai kesempatan yang lebih besar

untuk melakukan pemilihan terhadap calon-calon pekerja yang

dianggap memenuhi standar kualifikasi organisasi.

2) Tujuan pasca pengangkatan (post-hiring goals) adalah

penghasilan karyawan-karyawan yang merupakan pelaksana-

pelaksana yang baik dan akan tetap bersama dengan

perusahaan sampai jangka waktu yang masuk akal.

3) Upaya-upaya perekrutan hendaknya mempunyai efek luberan

(spillover effects) yakni citra umum organisasi haruslah

menanjak, dan bahkan pelamar-pelamar yang gagal haruslah

mempunyai kesan-kesan positif terhadap perusahaan.

3. Prisip – Prinsip Rekrutmen

Menurut Veithzal Rifai beberapa prinsip – prinsip rekrutmen adalah22

a. Mutu karyawan yang akan direkrut harus sesuai dengan kebutuhan

yang diperlukan untuk mendapatkan mutu yang sesuai. Dengan itu

perlu dilakukan cara berikut:

1) Analisis pekerjaan

2) Deskripsi pekerjaan

3) Spesifikasi pekerjaan

22
Veithzal Rifai & Ella Jauvani Sagala, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk
Perusahaan Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), Edisi Ke-
2, h.150 – 151
20

b. Jumlah karyawan yang diperlukan harus sesuai dengan job yang

tersedia, untuk itu dapat dilakukan dengan cara :

1) Peramalan kebutuhan tenaga kerja

2) Analisis terhadap kebutuhan tenaga kerja

c. Meminimalkan biaya yang diperlukan

d. Perencanaan dan keputusan – keputusan strategis tentang

perekrutan

e. Fleksibility

f. Pertimbangan – pertimbangan hukum

4. Proses dan Sumber – Sumber Rekrutmen

a. Menurut R. Wayne Mondy proses dan sumber – sumber rekrutmen

meliputi:23

1) Permintaan Karyawan (Employee Requisition)

Perusahaan melakukan evaluasi alternatife – alternatife

penarikan karyawan sehingga teridentifikasi adanya kebutuhan

karyawan / permintaan karyawan.

2) Penentuan Sumber – Sumber Karyawan

Sumber – sumber karyawan dapat ditentukan dalam

perusahaan (sumber internal) dan dapat ditentukan dalam

pencarian – pencarian keluar perusahaan (sumber eksternal),

sepert : akademisi, universitas, dan organisasi lainnya.

23
R. Wayne Mondy, Manajemen Sumber Daya Manusia, Alih Bahasa Oleh Bayu
Airlangga, M.M, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008) Jilid 1 Edisi 10, h. 136 – 137
21

b. Menurut Veithzal Rifai proses dan sumber – sumber rekrutmen

meliputi:24

1) Dari sumber internal perusahaan

SDM yang ditarik atau direkrut berasal dari

perusahaan/lembaga itu sendiri. Perekrutan dalam perusahaan

dapat dilakukan dengan cara penawaran terbuka untuk suatu

jabatan dan perbantuan pekerja.

2) Dari sumber eksternal dalam negeri

Sumber eksternal perekrutan di dalam negeri dapat melalui:

a) Walk-ins dan write-ins (pelamar yang datang dan menulis

lamaran sendiri).

b) Rekomendasi karyawan (teman, anggota keluarga karyawan

perusahaan sendiri, atau karyawan – karyawan perusahaan

lain).

c) Pengiklanan (surat kabar, majalah, televisi, radio, dan media

lainnya).

d) Agen – agen keamanan tenaga kerja negara.

e) Agen – agen penempatan tenaga kerja

f) Lembaga – lembaga pendidikan dan pelatihan yang

menggunakan tenaga kerja khusus.

g) Departemen tenaga kerja.

24
Veithzal Rifai & Ella Jauvani Sagala, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk
Perusahaan Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), Edisi Ke-
2, h. 152 - 156
22

h) Tenaga – tenaga professional pencari perusahaan.

i) Organisasi – organisasi profesi/keahlian.

3) Dari sumber eksternal luar negri

Sumber eksternal perekrutan melalui

a) Professional search firm

b) Educational institution

c) Professional association

d) Labour Organization

e) Military operation

f) Government-funded and community training program

c. Proses rekrutmen meliputi beberapa poin penting, menurut

Simamora dalam Jurnal Manajemen yang ditulis oleh Cris

Pearson:25

1) Penyusunan strategi untuk merekrut

Di dalam penyusunan strategi ini, departemen sumber daya

manusia bertanggung jawab didalam menentukan kualifikasi-

kualifikasi pekerjaan, bagaimana karyawan akan direkrut, di

mana, dan kapan.

2) Pencarian pelamar-pelamar kerja

Setelah rencana dan strategi perekrutan disusun, aktivitas

perekrutan dapat berlangsung melalui sumber-sumber

25
Cris Pearson, 2010, Jurnal Manajemen Bahan Kuliah Manajemen, (Online),
(http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/11/rekrutmen-rekrutmen-karyawan-definisi.html,
diakses 16 Juni 2013).
23

perekrutan yang ada. Banyak atau sedikitnya pelamar

dipengaruhi oleh usaha dari pihak perekrut di dalam

menginformasikan lowongan, salah satunya adanya ikatan

kerjasama yang baik antara perusahaan dengan sumber-sumber

perekrutan external seperti sekolah, universitas.

3) Penyisihan pelamar-pelamar yang tidak cocok / penyaringan

Setelah lamaran-lamaran diterima, haruslah disaring guna

menyisihkan individu yang tidak memenuhi syarat berdasarkan

kualifikasi-kualifikasi pekerjaan. Di dalam proses ini

memerlukan perhatian besar khususnya untuk membendung

diskualifikasi karena alasan yang tidak tepat, sehingga di

dalam proses ini dibutuhkan kecermatan dari pihak penyaring.

4) Pembuatan kumpulan pelamar

Kelompok pelamar (applicant pool) terdiri atas individu-

individu yang telah sesuai dengan kriteria yang telah

ditetapkan oleh perekrut dan merupakan kandidat yang layak

untuk posisi yang dibutuhkan.


24

5. Kendala – Kendala Dalam Proses Rekrutmen

Kendala – kendala dalam proses rekrutmen menurut Vithzal Rifai

adalah:26

a. Rencana SDM dan strategi, yaitu berupa arahan perusahaan dan

saran tipe tugas dan pekerjaan yang perlu ditangani.

b. Kesempatan kerja yang sama, yang menolak adanya diskriminasi

dalam semua pekerjaan meliputi rekrutmen.

c. Kebiasan rekruter yang mengarah pada keputusan membatasi

konsumsi waktu.

d. Kebijakan perusahaan digunakan untuk memperoleh manfaat

informasi dan ekonomi.

Sedangkan menurut Malayu S.P. Hasibuan Organisasi atau

perusahaan perlu menyadari berbagai kendala – kendala dalam proses

rekrutmen. Kendala – kendala tersebut tidak sama, tetapi pada

umumnya meliputi:27

a. Kebijaksanaan – kebijaksanaan organisasi

Berbagai kebijaksanaan organisasi merupakan cermin utama

berhasil atau tidaknya penarikan calon pegawai. Kebijaksanaan

organisasi yang akan mempengaruhi penarikan adalah

kebijaksanaan mengenai kompensasi kesejahteraan, promosi, status

karyawan, dan sumber tenaga kerja.


26
Veithzal Rifai & Ella Jauvani Sagala, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk
Perusahaan Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), Edisi Ke-
2, h. 157 – 158
27
Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2003), Edisi Revisi, Cetakan Ke-6, h. 44 – 46
25

b. Persyaratan jabatan

Semakin banyak persyaratan yang harus dimiliki pelamar

maka pelamar semakin sedikit. Sebliknya jika persyaratannya

sedikit, pelamar akan semakin banyak.

c. Metode pelaksanaan penarikan

Semakin terbuka penarikan melalui surat kabar, radio, atau TV

pelamar semakin banyak. Sebaliknya semakin tertutup metode

penarikan, pelamar semakin sedikit.

d. Kondisi pasar tenaga kerja

Semakin besar penawaran tenaga kerja semakin banyak pula

pelamar yang serius. Sebaliknya jika penawaran tenaga kerja

sedikit, pelamar juga sedikit.

e. Solidaritas perusahaan

Solidaritas perusahaan diartikan besarnya kepercayaan

masyarakat terhadap perusahaan, misalnya besarnya perusahaan.

Jika solidaritas perusahaan besar, pelamar semakin banyak.

Sebaliknya jika solidaritas perusahaan rendah, pelamar sedikit.

f. Kondisi – kondisi lingkungan eksternal

Jika kondisi perekonomian tumbuh dengan cepat dan saingan

banyak, pelamar akan sedikit. Sebaliknya jika tingkat pertumbuhan

perekonomian kecil/depresi, pelamar semakin banyak.


26

C. Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)

Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) adalah petugas haji yang

memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kepada Jamaah Haji

di Indonesia dan di Arab Saudi selama masa operasional penyelenggaraan

ibadah haji.28 Sedangkan petugas yang ikut serta dalam kegiatan ritual

ibadah Haji dengan jamaah disebut petugas yang menyertai jamaah.

Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) dibentuk di tingkat

pusat, di daerah yang memiliki embarkasi dan di Arab Saudi oleh Derektur

Jenderal. Panitia Penyelenggara Ibadah Haji terdiri atas unsur Kementerian

Agama, Kementerian/ instansi terkait dan atau pemerintah daerah. 29

Terdapat dua unsur dalam penetapan Panitia Penyelenggara Ibadah

haji Arab Saudi, yakni:30

1. Unsur Perutusan Haji

a. Amirul Haj dan Anggota

b. Penanggung Jawab dan Wakil Penanggung Jawab Operasional

Penyelenggaraan Haji

c. Ketua dan Wakil Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)

Arab Saudi

d. Sekretaris dan Wakil Sekretaris Panitia Penyelenggara Ibadah Haji

(PPIH) Arab Saudi

28
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2012 Tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji regular, h 11
29
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2012 Tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji regular, h 10
30
Kementerian Agama Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umrah, Direktorat Pembinaan Haji, Pedoman Rekrutmen Petugas Haji
Indonesia, (Jakarta: Direktorat Pembinaan Haji, 2013), h. 14 – 24
27

2. Unsur Teknis

a. Seksi perumahan

b. Seksi bimbingan ibadah dan pengawasan Kelompok Bimbingan

Ibadah Haji (KBIH)

c. Seksi kedatangan dan kepulangan

d. Seksi transportasi

e. Pengawasan catering

f. Seksi pengendalian dan pengawan Penyelenggara Ibadah Haji

Khusus (PIHK)

g. Seksi pengamanan

h. Seksi Pengolah Data dan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu

(SISKOHAT)

i. Seksi Media Center Haji (MCH)

j. Seksi Hubungan instansi

k. Seksi penilaian kinerja petugas

l. Pelaksana urusan dalam/rumah tangga

m. Pelaksana penghubung kesehatan

n. Tata usaha dan Perlengkapan

o. Teknisi kendaraan dan pengemudi


28

Dalam melaksanakan tugasnya Panitia Penyelenggara Ibadah Haji

(PPIH) dibantu oleh petugas yang menyertai jamaah haji. Petugas yang

menyertai jamaah Haji antara lain:31

1. Tim Pemandu Haji Indonesia (TPHI) adalah petugas yang

menyertai jamaah Haji dalam kelompok terbang yang bertugas

memberikan pelayanan umum bagi jamaah Haji sekaligus mengemban

tanggungjawab sebagai ketua kelompok terbang.

2. Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI) adalah petugas

yang menyertai jamaah Haji dalam kelompok terbang yang bertugas

memberikan pelayanan bimbingan ibadah bagi jamaah Haji.

3. Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) adalah petugas yang

menyertai jamaah Haji dalam kelompok terbang yang bertugas

memberikan pelayanan kesehatan bagi jamaah Haji.

31
Republik Indonesia, 2012, Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji regular, h 11
BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG DIREKTORAT PENYELENGGARAAN

HAJI DAN UMRAH

A. Sejarah Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah

Penyelenggaraan haji di Indonesia telah melintasi durasi waktu

yang sangat panjang, mulai masuknya agama Islam di Indonesia hingga

masa reformasi hingga saat ini. Menurut sejarah, umat Muslim Nusantara

menunaikan ibadah haji sejak Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-10.

Pada saat itu ibadah haji dilakukan perorangan dan kelompok dalam

jumlah yang kecil, belum dilakukan secara massal seperti saat ini.1

Banyak dinamika yang mengiringi penyelenggaraan haji dari masa

ke masa. Dinamika tersebut bermuara pada persoalan pokok yaitu aspek

penyelenggaraan, serta peraturan yang menyangkut hubungan bilateral

antara dua Negara (Indonesia dan Arab Saudi) yang memiliki perbedaan

cara hidup bermasyarakat dan berbudaya. Persoalan utama

penyelenggaraan ibadah haji pada masa penjajahan terletak pada

keamanan dan keterbatasan fasilitas. Pada masa kini, seiring dengan

peningkatan kondisi ekonomi umat, persoalan utama yang dihadapi adalah

membludaknya jumlah jamaah haji.2

1
Direktorat Penyelengaraan Haji dan Umrah, Haji Dari Masa Ke Masa, (Jakarta:
Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2012), h. 8
2
Direktorat Penyelengaraan Haji dan Umrah, Haji Dari Masa Ke Masa, h. 9

29
30

Era reformasi yang mulai menggema pada tahun 1998 merupakan

awal dari sistem keterbukaan dan transparansi. Kondisi itu menuntut setiap

bentuk kebijakan yang ditetapkan harus memenuhi dua aspek tersebut.

Setiap kebijakan yang menimbulkan ketidakpuasan masyarakat akan

mendapat respons dan kritik yang gencar. Rumusan keberhasilan

penyelenggaraan haji tahun 1998 meliputi empat hal :3

1. Jamaah haji yang telah terdaftar sah dan memenuhi syarat dapat

diberangkatkan ke Tanah Suci.

2. Seluruh jamaah haji yang telah berada di Tanah Suci dapat menempati

pemondokan.

3. Seluruh jamaah haji yang telah berada di Tanah Suci dapat

menjalankan ibadah wukuf di Arafah dan rukun haji lainnya termasuk

jamaah Haji sakit dengan disafariwukufkan atau dibadalhajikan.

4. Seluruh jamaah Haji yang telah menunaikan ibadah haji dapat

dipulangkan ke Tanah Air.

Setelah 54 tahun penyelenggaraan haji berlangsung sejak Republik

Indonesia merdeka, terasa payung hhukum yang mengatur hal itu masih

perlu disempurnakan. Karena itu pada tahun 1999 ditetapkan Undang –

Undang Nomor 17 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.

Materi yang tertuang dalam naskah UU tersebut menekankan pada aspek

pelayanan, pembinaan dan perlindungan kepada jamaah Haji serta

mengarah pada sistem yang lebih professional. Disamping itu, menurut

3
Direktorat Penyelengaraan Haji dan Umrah, Haji Dari Masa Ke Masa, h. 84–85
31

tata hukum kenegaraan UU tersebut memberikan legitimasi yang kuat bagi

Departemen Agama dalam menjalankan kewenangannya guna menyatukan

langkah dalam penyelenggaraan ibadah haji.4

Pada tahun 2008 pemerintah menerbitkan Undang – Undang

Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji yang baru,

sebagai pengganti UU No 17 Tahun 1999. Penyempurnaan kebijakan

paling mendasar pada UU yang baru antara lain adanya perubahan

terhadap salah satu unsure yaitu ‘pengawasan’ dalam manajemen

penyelenggaraan Haji. Ada empat hal yang baru dalam UU 13 Tahun

2008, yaitu:5

1. Adanya komisi pengawas khusus dalam penyelenggaraan ibadah Haji.

Pemerintah yang direpresentasikan melalui Departemen Agama

sebagai penyelenggara ibadah haji harus didampingi oleh suatu

lembaga independen yang bertugas untuk mengawasi

penyelenggaraan, mulai dari saat perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanan, sampai selesai operasional haji. Lembaga yang harus

mendampingi adalah Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI).

2. Meningkatnya peran masyarakat dalam pengawasan keuangan hasil

efisiensi dari biaya penyelenggaraan ibadah haji. Sehingga adanya

pembentukan Badan Pengelola Dana Abadi Umat (BPDAU).

Pengelola DAU harus dilakukan oleh Badan Pengelolaan yang terdiri

4
Direktorat Penyelengaraan Haji dan Umrah, Haji Dari Masa Ke Masa, h. 86
5
Direktorat Penyelengaraan Haji dan Umrah, Haji Dari Masa Ke Masa, h. 89–92
32

dari dua Dewan Pengelolaan, yaitu Dewan Pengawas dan Dewan

Pelaksana.

3. Adanya penguatan hirarkis kebijakan dalam UU yang baru, sehingga

perlunya Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden (Pepres),

Keputusan Presiden (Keppres), Peraturan Menteri Agama (PMA), dan

Peraturan Daerah untuk mengatur transportasi di daerah.

4. Semakin menguatkan perlindungan kepada jamaah Haji dan Umrah.

Hal ini merupakan bentuk komitmen dari UU No 13 2008 yang

menyebutkan, bagi para penyelenggara haji khusus dan perjalanan

umrah yang tidak bisa memenuhi ketentuan sesuai UU No 13 Tahun

2008 dan Peraturan Pemerintah maka akan dikenakan sanksi

administratif.

Selanjutnya, Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2008 menyatakan

bahwa Menteri Agama sebagai coordinator dan bertanggungjawab

terhadap penyelenggaraan ibadah haji. Dalam pelaksanaan teknis sehari –

hari, Menteri Agama dibantu oleh Dirjen Penyelenggaraan Haji dan

Umrah (DPHU), gubernur dibantu oleh kepala kanwil Kemenag Provinsi

selaku kepala staf penyelenggara haji di tingkat Provinsi, bupati/walikota

dibantu oleh kepala Kantor Kemenag Kabupaten/Kota selaku kepala staf

penyelenggara haji di tingkat Kabupaten/Kota. Sementara duta besar

dibantu oleh Konjen RI selaku koordiantor harian dan Konsul haji selaku

kepala staf penyelenggara haji di Arab Saudi. 6

6
Direktorat Penyelengaraan Haji dan Umrah, Haji Dari Masa Ke Masa, h. 180
33

Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Ditjen PHU)

dalam pelaksanaan teknis penyelenggaraan ibadah haji didasarkan atas

Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 92 Tahun 2011 tentang

Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden No. 24 Tahun 2010 tentang

Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementrian Negara Serta Susunan

Oranisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementrian Negara serta PMA No.

10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Agama.

Sesuai PMA No. 10 Tahun 2010, Ditjen PHU terdiri dari Sekretariat,

Direktorat Pembinaan Haji dan Umrah, Direktorat Pelayanan Haji, dan

Direktorat Pengelolaan Dana Haji.7

B. Visi dan Misi Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah

Mengacu pada Keputusan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan

Haji dan Umrah Nomor: D/54 Tahun 2010 tentang Visi dan Misi

Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah, disebutkan sebagai berikut:8

1. Visi

Terwujudnya pembinaan, pelayanan, dan perlindungan kepada

jamaah haji dan umrah berdasarkan asas keadilan, transparan,

akuntabel dengan prinsip nirlaba.

7
Direktorat Penyelengaraan Haji dan Umrah, Haji Dari Masa Ke Masa, h. 180–
182
8
Kementrian Agama Republik Indonesia, Ditjen Penyelenggaraan Haji dan
Umrah, Rencana Strategis Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Tahun
2010 – 2014, (Jakarta: Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2010), h. 41 – 42
34

Dari penggalan kalimat mengenai visi Direktorat Penyelenggaraan

Haji dan Umrah dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pembinaan, diwujudkan dalam bentuk bimbingan, penyuluhan dan

penerangan kepada masyarakat dan jamaah haji. Sedangkan

pembinaan petugas diarahkan pada profesionalisme dan

dedikasinya.

b. Pelayanan, diwujudkan dalam bentuk pemberian layanan

administrasi dan dokumen, transportasi, kesehatan, serta akomodasi

dan konsumsi.

c. Perlindungan, diwujudkan dalam bentuk jaminan keselamatan dan

keamanan jamaah Haji selama menunaikan ibadah Haji.

d. Asas keadilan, bahwa penyelenggaraan ibadah Haji harus

berpegang pada kebenaran, tidak berat sebelah, dan tidak memihak,

tidak sewenang – wenang dalam penyelenggaraannya.

e. Transparan, bahwa segala sesuatu yang dilakukan dalam proses

penyelenggaraan Haji dapat diketahui oleh masyarakat dan jamaah

Haji.

f. Akuntabel dengan prinsip nirlaba, bahwa penyelenggaraan

ibadah Haji dilakukan secara terbuka dan dapat

dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum dengan prinsip

tidak mencari keuntungan.


35

2. Misi

a. Meningkatkan kualitas penyuluhan, bimbingan, dan pemahaman

manasik haji.

b. Meningkatkan profesionalisme dan dedikasi petugas haji.

c. Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan ibadah haji

melalui pembinaan haji khusus, umrah, dan kelompok bimbingan

ibadah.

d. Meningkatkan pelayanan pendaftaran, dokumen, akomodasi,

transportasi, dan catering sesuai standar pelayanan minimal

penyelenggaraan haji.

e. Memberikan perlindungan kepada jamaah sehingga diperoleh rasa

aman, keadilan, dan kepastian melaksanakan ibadah haji.

f. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dana haji serta

pengembangan sistem informasi haji.

g. Meningkatkan kualitas dukungan manajemen dan dukungan teknis

lainnya dalam penyelenggaraan ibadah haji dan Umrah.

C. Susunan Organisasi Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah

Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah memiliki susunan

organisasi sebagai berikut:9

9
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No 10 Tahun2010 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Agama, h 56–73
36

1. Sekretariat Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji an Umrah

a. Bagian Perencanaan dan Keuangan

1) Subbagian Perencanaan dan Evaluasi Program

2) Subbagian Pelaksanaan Anggaran dan Perbendaharaan

3) Subbagian Verifikasi, Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

b. Bagian Organisasi, Tata Laksana, dan Kepegawaian

1) Subbagian Organisasi dan Tata Laksana

2) Subbagian Kepegawaian

3) Subbagian Hukum dan Peraturan Perundang-undangan

c. Bagian Sistem Informasi Haji Terpadu

1) Subbagian Pengelolaan Sistem Jaringan

2) Subbagian Pengembangan Database Haji

3) Subbagian Informasi Haji

d. Bagian Umum

1) Subbagian Tata Usaha

2) Subbagian Rumah Tangga

3) Subbagian Perlengkapan dan Barang Milik Negara

2. Direktorat Pembinaan Haji dan Umrah

a. Subdirektorat Bimbingan Jamaah Haji

1) Seksi Pengembangan Materi Bimbingan

2) Seksi Operasional Bimbingan

3) Seksi Pembinaan Kelompok Bimbingan


37

b. Subdirektorat Pembinaan Petugas Haji

1) Seksi Rekrutmen Petugas

2) Seksi Pelatihan Petugas

3) Seksi Penilaian Kinerja Petugas

c. Subdirektorat Pembinaan Haji Khusus

1) Seksi Perizinan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus

2) Seksi Akreditasi Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus

3) Seksi Pengawasan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus

d. Subdirektorat Pembinaan Umrah

1) Seksi Perizinan Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah

2) Seksi Akreditasi Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah

3) Seksi Pengawasan Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah

e. Subbagian Tata Usaha Direktorat

3. Direktorat Pelayanan Haji

a. Subdirektorat Pendaftaran Haji

1) Seksi Pendaftaran Haji Reguler

2) Seksi Pendaftaran Haji Khusus

3) Seksi Pembatalan Pendaftaran Haji

b. Subdirektorat Dokumen dan Perlengkapan Haji

1) Seksi Dokumen Jamaah Haji

2) Seksi Pemvisaan

3) Seksi Perlengkapan Jamaah Haji


38

c. Subdirektorat Akomodasi dan Katering Haji

1) Seksi Akomodasi di Arab Saudi

2) Seksi Katering Jamaah Haji

3) Seksi Asrama Haji

d. Subdirektorat Transportasi dan Perlindungan Jamaah Haji

1) Seksi Transportasi Udara

2) Seksi Transportasi Darat

3) Seksi Perlindungan dan Keamanan Jamaah Haji

e. Subbagian Tata Usaha Direktorat

4. Direktorat Pengelolaan Dana Haji

a. Subdirektorat Biaya Penyelenggara Ibadah Haji

1) Seksi Setoran Biaya Penyelenggara Ibadah Haji

2) Seksi Penyusunan Program dan Portofolio

3) Seksi Akuntansi dan Pelaporan Setoran Awal

b. Subdirektorat Pelaksanaan Anggaran Operasional Haji

1) Seksi Perbendaharaan Operasional Haji

2) Seksi Verifikasi

3) Seksi Akuntansi dan Pelaporan Pelaksanaan

c. Subdirektorat Pengembangan dan Pengelolaan Dana Haji

1) Seksi Pengembangan Dana Haji

2) Seksi Administrasi Aset Haji

3) Seksi Pengembangan Sistem Akuntansi


39

d. Subdirektorat Fasilitasi Badan Pengelola Dana Abadi Umat

1) Seksi Program dan Portofolio

2) Seksi Perbendaharaan, Akuntansi dan Pelaporan

3) Seksi Administrasi Umum

e. Subbagian Tata Usaha Direktorat

Adapun gambar struktur Direktorat Penyelenggaraan Haji dan

Umrah dapat dilihat pada lampiran.

D. Tugas dan Fungsi Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah

Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji mempunyai tugas

merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di

bidang penyelenggaraan Haji dan Umrah. Sedangkan dalam melaksanakan

tugas, Direktorat Jenderal Haji dan Umrah memiliki fungsi sebagai

berikut:10

1. Perumusan kebijakan di bidang penyelenggaraan Haji dan Umrah

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan Haji dan Umrah

3. Penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria di bidang

penyelenggaraan Haji dan Umrah

4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi penyelenggaraan Haji dan

Umrah

5. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji

dan Umrah
10
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No 10 Tahun2010 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Agama, h 56
40

Selanjutnya, dalam melaksanakan tugas dan fungsi Direktorat

Penyelenggaraan Haji dan Umrah dibantu oleh salah satu Subdirektorat

Pembinaan Petugas Haji yang mempunyai tugas melaksanakan perumusan

dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria,

dan bimbingan teknis, serta evaluasi di bidang pembinaan petugas haji.

Sedangkan dalam menjalankan tugas, Subdirektorat pembinaan petugas

haji mempunyai fungsi sebagai berikut:11

1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang rekrutmen, pelatihan, dan

penilaian kinerja petugas haji

2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang rekrutmen, pelatihan, dan

penilaian kinerja petugas haji

3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

rekrutmen, pelatihan, dan penilaian kinerja petugas haji

4. Penyiapan bimbingan teknis dan evaluasi di bidang rekrutmen,

pelatihan, dan penilaian kinerja petugas haji

11
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No 10 Tahun2010 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Agama, h. 62
BAB IV

ANALISIS SISTEM REKRUTMEN PANITIA PENYELENGGARAAN

IBADAH HAJI (PPIH) ARAB SAUDI DIREKTORAT JENDERAL

PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH KEMENTERIAN AGAMA

REPUBLIK INDONESIA

A. Sistem Rekrutmen Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab

Saudi

Sistem rekrutmen Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)

dilakukan mulai dari tingkat Kandepag Kab/Kota, Kanwil Depag Provinsi

dan Pusat. Setelah terpilih mereka mendapat pelatihan dan pembekalan

agar professional, kompeten, dan memiliki jiwa pelayanan.1

Salah satu upaya yang dilakukan untuk menghasilkan dan

terwujudnya amanat undang – undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji, adalah melalui penyempurnaan sistem

rekrutmen petugas haji Indonesia. Secara prinsip keberhasilan

penyelenggaraan ibadah haji Indonesia bertumpu pada profesionalisme

petugas haji, oleh karenanya untuk menghasilkan petugas yang

berkompeten, memiliki komitmen, loyal dan berakhlaqul karimah perlu

1
Kementerian Agama Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umrah, Intisari Langkah – Langkah Pembenahan Haji, (Jakarta : Dirjen
Penyelenggaraan Hai dan Umrah, 2010), h.122

41
42

melakukan analisis kebutuhan pelayanan dan jabatan yang akurat, seleksi

administrasi dan kesehatan yang ketat serta tes kompetensi.2

Berikut ini adalah unsur-unsur yang saling berkaitan dalam proses

pembentukan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi :

1. Unsur Organik

Unsur organik merupakan unsur yang hidup/ unsur orang dalam proses

rekrutmen. Yakni disebut sebagai subyek dan obyek dalam pelaksanaan

rekrutmen.

a. Subyek rekrutmen Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) adalah

bagian dari orang-orang yang melaksanakan rerukrutmen,

diantaranya meliputi:3

1) Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah menyusun

rencana, yang meliputi:

a) Alokasi kebutuhan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Arab

Saudi, Petugas yang Menyertai Jamaah Haji dan Tenaga

Musim.

b) Penyiapan jadwal seleksi dan pelatihan petugas haji

c) Pembentukan Panitia Seleksi tingkat Pusat

d) Penyiapan materi tes kompetensi

2
Kementerian Agama Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umrah, Direktorat Pembinaan Haji, Pedoman Rekrutmen Petugas Haji
Indonesia, (Jakarta : Direktorat Pembinaan Haji, 2013), h. 5
3
Kementerian Agama Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umrah, Direktorat Pembinaan Haji, Pedoman Rekrutmen Petugas Haji
Indonesia, (Jakarta : Direktorat Pembinaan Haji, 2013), h. 8 – 9
43

e) Membuat surat edaran kepada seluruh Kepala Kantor

Kementerian Agama Provinsi dan Staf Teknis Urusan Haji

Jeddah tentang alokasi petugas dan pelaksanaan seleksi

f) Membuat surat kepada Inspektur Jenderal Kementerian

Agama tentang rencana pelaksanaan seleksi petugas haji

g) Mengumumkan rencana rekrutmen calon petugas haji

melalui website Kementerian Agama

2) Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi

menindaklanjuti surat Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji

dan Umrah, meliputi:

a) Membuat rencana kebutuhan Petugas yang Menyertai

Jamaah Haji dan PPIH Arab Saudi masing – masing Kantor

Kementerian Agama Kabupaten/Kota

b) Membentuk Panitia seleksi petugas haji untuk tingkat

provinsi

c) Membuat surat edaran kepada Kementerian Agama

Kabupaten/Kota tentang pendaftaran dan seleksi petugas

haji

d) Menetapkan dan mengusulkan calon peserta tes petugas haji

di Provinsi kepada Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah

e) Pengawasan pelaksanaan tes di tingkat provinsi dilakukan

oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Agama dan supervisi

oleh Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah


44

3) Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota

menindaklanjuti surat edaran Kepala Kantor Wilayah

Kementerian Agama Provinsi, meliputi:

a) Membentuk Panitia Seleksi petugas Haji

b) Mengumumkan jadwal pendaftaran dan seleksi petugas haji

c) Menetapkan dan mengusulkan calon peserta tes petugas haji

di Kabupaten/Kota Kepada Kepala Kantor Wilayah

Kementerian Agama Provinsi

4) Staf Teknis Urusan Haji Jeddah menindaklanjuti surat Direktur

Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, yang meliputi:

a) Membentuk panitia seleksi kantor Teknis Urusan Haji

Jeddah

b) Menyusun jadwal dan melaksanakan rekrutmen tenaga

musim

c) Mengumumkan petugas tenaga musim

b. Obyek rekrutmen Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)

Adapun obyek dalam rekrutmen Panitia Penyelenggara Ibadah Haji

(PPIH) adalah orang-orang yang dapat mengikuti prosedur

rekrutmen sesuai dengan kriteria persyaratan yang telah ditetapkan

oleh Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah. Selain

itu ada beberapa Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang


45

direkrut secara segaja pada tiap tahun pelaksanaan operasional

penyelenggaraan ibadah haji, diantaranya:4

1) Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah

2) Unit eselon I, direkrut beberapa orang dari unit kerja yang

meliputi: Sekretaris Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah,

Unit kerja Ditjen Pendidikan Islam, Unit kerja Ditjen

Bimbingan Masyarakat Islam, Unit kerja Inspektorat Jendral,

Badan LITBANG & DIKLAT

3) Pegawai Kantor Wilayah Kementerian Agama seluruh Indonesia

secara proposional

4) Pegawai Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota yang

telah diajukan Kantor Wilayah Kementerian Agama secara

proposional

5) Anggota TNI/Polri

6) Ormas Islam

7) Dan beberapa unsur dari anggota pramuka, pesantren, dan

PTAIN

2. Unsur Anorganik

Unsur anorganik merupakan unsur yang tidak hidup/ unsur bukan orang

dalam proses rekrutmen. Ada beberapa hal yang termasuk dalam unsur

anorganik, yakni:

4
Hasil Wawancara Dengan Kasi. Rekrutmen Petugas Sub.Bid Pembinaan
Petugas, Bpk. Ahmad Abdullah S. Ag M.Ap Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji
dan Umrah (DPHU), 22 Agustus 2013, Pukul 11.05 – 12.12
46

a. Metode rekrutmen Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)

Metode rekrutmen yang digunakan melalui tiga cara, yakni:

1) Seleksi dokumetasi

2) Tes kompetensi

3) Tes kesehatan

b. Media rekrutmen Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)

Media yang digunakan dalam penyampaian rekrutmen Panitia

Penyelenggara Ibadah Haji adalah media yang secara tertulis dan

tidak tertulis. Media yang tertulis berupa surat edaran

pemberitahuan tentang rekrutmen Panitia Penyelenggara Ibadah

Haji (PPIH). Sedangkan media yang tidak tertulis berupa

pengumuman yang disebarluaskan melalui website Kementerian

Agama Republik Indonesia (www.kemenag.go.id)

c. Materi rekrutmen Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)

Materi dalam rekrutmen Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)

digunakan sebagai alat ukur dalam penentuan hasil akhir dari

metode yang digunakan. Materi disini dapat berupa soal tes

kompetensi.

d. Tujuan rekrutmen Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)

Tujuan rekrutmen Panitia Penyelenggara Ibadah Haji adalah adalah

dalam rangka memfasilitasi pelayanan, perlindungan dan

pembinaan terhadap jamaah selama masa operasional ibadah haji.

Dalam hal ini, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah


47

berusaha memaksimalkan tugas dan fungsi nya untuk menciptakan

jemaah haji mandiri.

e. Efek rekrutmen Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)

Efek yang ditimbulkan dari rekrutmen Panitia Penyelenggara

Ibadah Haji (PPIH) adalah adanya legitimasi dari masyarakat dalam

rangka penyelenggaraan ibadah haji. Selain itu, semakin terciptanya

jemaah haji mandiri dala melaksanakan ibadahnya.

Berikut ini adalah proseur dan persyaratan dalam rekrutmen Panitia

Penyelenggara Ibadah Haji Arab Saudi:

1. Prosedur Rekrutmen PPIH Arab Saudi

Prosedur rekrutmen untuk Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Arab

Saudi adalah sebagai berikut :

a. Calon Petugas PPIH Arab Saudi dari lingkungan Kementerian

Agama Pusat dilakukan seleksi administrasi oleh unit eselon I dan

atau II yang mengusulkan.

b. Calon petugas PPIH Arab Saudi dari lingkungan Kanwil

Kementerian Agama Provinsi dilakukan seleksi awal oleh panitia

seleksi tingkat Kantor Wilayah. Yang selajutnya dapat mengikuti

tes kompetensi di tingkat Kementerian Agama Pusat.

c. Calon petugas PPIH Arab Saudi dari lingkungan Kemetrian

Agama Kabupaten /Kota dilakukan seleksi awal oleh panitia

seleksi tingkat Kabupaten/ Kota ditentukan berdasarkan Skoring

Total Nilai Tes yang selanjutnya diusulkan kepada Kanwil


48

Kementerian Agama untuk mengikuti tes kompetensi di

Kementerian Agama Pusat.

d. Tes kompetensi calon petugas PPIH Arab Saudi di Lingkungan

Kementerian Agama Pusat dilaksanakan oleh unit pengusul dan

difasilitasi oleh panitia pusat.

e. Penilaian dan skoring calon petugas PPIH Arab Saudi di tingkat

provinsi menjadi kewenangan panitia pusat, sedangkan di tingkat

unit eselon I pusat menjadi kewenangan unit eselon I masing-

masing. Penilaian dan skoring dilakukan dari dua aspek, yaitu :

1) Penilaian dan skoring terhadap aspek administrasi sebesar

75/100

2) Penilaian dan skoring terhadap aspek kesehatan sebesar

25/100

f. Calon petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Arab Saudi

dinyatakan lulus diusulkan kepada Direktur Jenderal

Penyelenggaraan Haji dan Umrah sebagai peserta pelatihan.

g. Calon petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Arab Saudi

mengikuti pelatihan yang diselenggarakan di Jakarta secara

terintegrasi dilaksanakan selama 10 hari.

h. Petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Arab Saudi

dinyatakan lulus dan mengikuti pelatihan ditugaskan pada Kantor

Urusan Haji Jeddah, Kantor Daerah Kerja Jeddah, Kantor Daerah


49

Kerja Makkah, Kantor Daerah Kerja Madinah, dan Kantor Sektor

sesuai kebutuhan alokasi petugas.

2. Persyaratan Calon PPIH Arab Saudi

Berikut ini adalah beberapa persyaratan umum calon Panitia

Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi :

a. Warga Negara Indonesia (WNI)

b. Beragama Islam

c. Berusia antara 25 tahun sampai dengan 55 tahun pada saat

mendaftar

d. Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat keterangan

sehat dari dokter

e. Memiliki kompetensi dan keahlian sesuai bidang tugas

f. Memiliki integritas

g. Pegawai Negeri Sipil Kementerian Agama , Kementerian/Instansi

terkait

h. Masa Kerja sekurang – kurangnya (5 tahun) di instansi masing –

masing

i. Memiliki kondite yang baik

j. Tidak sebagai mahrom atau mahromi

k. Memiliki komitmen terhadap tugas dan bersedia menandatangani

Pakta Integritas

l. Diusulkan oleh pimpinan instansi/unit terkait

m. Tidak terlibat dalam proses hukum yang sedang berlangsung


50

n. Mampu membaca Al – Qur’an dengan baik dan benar

B. Urgensi Pembentukan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)

Arab Saudi

Sesuai amanah Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji, penyelenggaraan ibadah haji harus

berpedoman pada prinsip yang mengedepankan kemudahan,ketertiban,

efisien, transparan, dan akuntabilitas. Prinsip tersebut dilaksanakan dengan

tetap mengacu pada pemikiran bahwa niat baik saja tidak cukup, akan

tetapi perlu manajemen dan didukung oleh SDM yang memadai. Apalagi

penyelenggaraan haji dengan jumlah jamaah 200 ribu orang, melibatkan

sekitar 3000 ribu petugas, dan melibatkan instansi terkait, baik di dalam

maupun di luar Negeri.5

Salah satu tujuan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan

Umrah melakukan rekrutmen petugas pada prinsipnya untuk memfasilitasi

pelayanan terhadap jamaah dalam rangka menciptakan jamaah haji yang

mandiri. Mengapa demikian, karena banyaknya perbedaan latar belakang

setiap jamaah haji yang ingin ke Tanah Suci seperti; latar belakang

pendidikan, budaya yang berbeda, usia yang beragam serta banyaknya

jamaah yang masih bergantung kepada orang lain. Oleh karena itu Panitia

5
Kementerian Agama Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umrah, Intisari Langkah – Langkah Pembenahan Haji, (Jakarta : Dirjen
Penyelenggaraan Hai dan Umrah, 2010), h. 110 – 111
51

Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) dibentuk agar dapat memberikan

pelayanan demi kelancaran penyelenggaraan Ibadah Haji.6

Urgensi pembentukan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji ini juga

demi mendapatkan legitimasi atau pengakuan dari masyarakat mengenai

penyelenggaraan ibadah haji. Bahwa pemerintah selaku penyelenggara

ibadah haji yang permanen berusaha melakukan tugasnya dengan baik.

C. Kendala yang Dihadapi oleh Direktorat Penyelenggaraan Haji dan

Umrah Dalam Proses Rekrutmen Panitia Penyelenggara Ibadah Haji

(PPIH) Arab Saudi

Menurut Bapak Ahmad Abdullah S.Ag. M. AP selaku Kasi.

Rekrutmen Petugas Subbid. Pembinaan Petugas, kendala yang terjadi

dalam proses rekrutmen Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah

adalah sebagai berikut :

1. Anggaran Dana

Anggaran dana dalam proses rekrutmen sering kali menjadi hambatan

yang sangat klise karena anggaran dana yang diharapkan belum

diterima oleh tim perekrut, maka prosedur pelaksanaan rekrutmen

Panitia Penyelenggara Ibadah Haji menjadi terhambat sedangkan

seringkali sudah waktunya untuk melaksanakan prosedur rekrutmen.

6
Hasil Wawancara Dengan Kasi. Rekrutmen Petugas Sub.Bid Pembinaan
Petugas, Bpk. Ahmad Abdullah S. Ag M.Ap Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji
dan Umrah (DPHU), 22 Agustus 2013, Pukul 11.05 – 12.12
52

2. Metode Tes Psikologi

Pada dasarnya tes psikologi atau tes kepribadian ini tidak diberikan

wewenang dalam penentuan calon Panitia Penyelenggara Ibadah Haji

Arab Saudi, namun dapat memberikan pertimbangan untuk

menciptakan petugas yang professional. Namun hingga saat ini tes

psikologi belum menjadi unsur yang permanen dalam proses

perekrutan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji

3. Waktu

Waktu antara bulan masehi dengan bulan hijriah memiliki perbedaan

yang cukup signifikan. Tentu hal ini sedikit menghambat proses

perekrutan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Arab Saudi.

D. Analisis Sistem Rekrutmen Panitia Penyelengggara Ibadah Haji

(PPIH) Arab Saudi Pada Direktorat Penyelenggaraan Haji dan

Umrah

Pada prinsipnya pelayanan ibadah haji mencakup tiga hal utama

yaitu jamaah yang terdaftar dan memenuhi syarat dapat diberangkatkan ke

Arab Saudi, jamaah yang telah berada di Arab Saudi memperoleh

akomodasi, konsumsi, transportasi, serta melaksanakan wukuf dan seluruh

jamaah haji yang telah menunaikan ibadah haji dapat dipulangkan ke


53

Tanah Air. Semua indicator atau prinsip pelayanan tersebut tingkat

keberhasilannya ditentukan oleh kinerja Petugas Haji.7

Setelah melakukan penelitian pada Direktorat Penyelenggaraan

Haji dan Umrah (DPHU) mengenai sistem rekrutmen Panitia

Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi ada beberapa hal yang

penulis dapat tuangkan dalam karya ilmiah ini.

1. Sistem rekrutmen PPIH Arab Saudi

Sistem diartikan sebagai sebuah keseluruhan yang tersusun dari

beberapa bagian yang saling berhubungan untuk mencapai suatu

tujuan. Selanjutnya, dalam teori rekrutmen yang diungkapkan oleh

Vithzal Rifai bahwasannya rekrutmen merupakan kegiatan

mendapatkan SDM atau karyawan yang berkualitas untuk bekerja

pada sebuah perusahaan. Jadi, sistem rekrutmen dapat diartikan

sebagai kegiatan yang terdiri dari beberapa tahapan yang saling

berhubungan guna mendapatkan SDM yang berkualitas untuk bekerja

pada sebuah perusahan dengan tujuan yang sama.

Sistem rekrutmen Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)

Arab Saudi ini pun di lakukan dengan berbagai kegiatan tahapan

mulai dari tingkat pusat Kementerian Agama hingga tingkat Provinsi

Daerah. Sistem rekrutmen yang dijalankan pun guna mendapatkan

SDM yang berkualitas, berkompeten, memiliki komitmen, loyal dan

7
Kementerian Agama Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umrah, Direktorat Pembinaan Haji, Pedoman Rekrutmen Petugas Haji
Indonesia, h. 5 – 6
54

berakhlaqul karimah untuk mencapai tujuan dari penyelenggaraan

ibadah Haji.

Dari uraian di atas, bahwasannya sistem rekrutmen PPIH Arab

Saudi dilakukan berupa kegiatan yang bertahap untuk mendapatkan

SDM yang berkualitas untuk mencapai tujuan penyelengggaraan

ibadah Haji itu sendiri.

Namun ada satu hal yang membedakan dari segi sistem

rekrutmen PPIH Arab Saudi itu sendiri yakni, petugas yang di rekrut

pada Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah ditentukan secara

prosporsional. Yaitu, jumlah petugas yang diterima dari setiap

provinsi dihitung sesuai jumlah presentase jamaah yang mendaftar

dari provinsi tersebut. Sehingga setiap provinsi mendapatkan porsi

yang berbeda – beda untuk mencalonkan warganya sebagai petugas

PPIH Arab Saudi. Selain itu, penyelenggaraan ibadah haji ini lebih

banyak yang mengkritik ketika sebagian petugas Panitia

Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) didominasi dari kalangan

pemerintahan.

2. Tujuan pelaksanaan rekrutmen PPIH Arab Saudi

Beberapa tujuan pelaksanaan rekrutmen berdasarkan teori salah

satunya adalah menerima pelamar sesuai dengan kualifikasi

kebutuhan perusahaan. Faktanya, tujuan pelaksanaan rekrutmen PPIH

Arab Saudi adalah memaksimalkan fungsi Direktorat

Penyelenggaraan Haji dan Umrah sebagai penyelenggara Ibadah Haji


55

yang memberikan pelayananan dalam rangka menciptakan jamaah

Haji yang mandiri.

Dalam rangka memfasilitasi pelayanan terhadap jamaah proses

rekrutmen menjadi langkah awal demi keberhasilan Penyelenggaraan

Ibadah Haji di Indonesia. Dari pernyataan di atas, satu hal yang

menjadi kesamaan dalam tujuan proses rekrutmen PPIH Arab Saudi

ini adalah menerima pelamar sesuai kebutuhan Direktorat

Penyelenggara Ibadah Haji dan Umrah untuk memberikan pelayanan

terhadap jamaah agar terciptanya jamaah Haji yang Mandiri.

Terutama untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat

mengenai penyelenggaraan ibadah haji tentunya pemerintah berusaha

melakukannya semaksimal mungkin. Hal ini dapat dibuktikan hampir

tidak adanya dampak negatife yang dialami pada proses rekrutmen

tersebut. Sebaliknya dampak positif selain pencapaian pelayanan

terbaik, proses rekrutmen ini menciptakan regenerasi agar terus

terlaksana dengan baik.

3. Sumber – sumber dalam proses rekrutmen

Menurut Veithzal Rifai, ada beberapa sumber – sumber dalam

proses rekrutmen yakni meliputi; sumber internal perusahaan, sumber

eksternal dalam negeri dan sumber eksternal luar negeri. Faktanya,

sumber – sumber proses rekrutmen PPIH Arab Saudi pun dilakukan

hampir sama dengan teori yang berlaku. Sumber – sumber dalam

proses rekrutmen meliputi; sumber internal Direktorat


56

Penyelenggaraan Haji dan Umrah, sumber eksternal Direktorat

Penyelenggaraan Haji dan Umrah (diperuntukkan bagi yang

mengikuti tes) dan sumber eksternal luar negeri seperti Tenaga

Musiman (Temus).

Dari uraian diatas, kita dapat melihat bahwa antara teori dan

praktiknya mengenai sumber – sumber dalam proses rekrutmen sudah

tersusun dengan baik. Mulai dari sumber internal perusahaan hingga

sumber eksternal perusahaan. Jadi, proses yang laksanakan oleh

Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah dilaksanakan sesuai

dengan teori yang berlaku.

4. Prinsip – prinsip rekrutmen PPIH Arab Saudi

Mengenai prinsip – prinsip rekrutmen menurut Veithzal Rifai,

adalah mutu dan jumlah karyawan yang akan direkrut harus

berdasarkan analisis kebutuhan, meminimalkan biaya yang

diperlukan, perencanaan keputusan – keputusan, fleksibility dan

pertimbangan – pertimbangan hukum. Faktanya, prinsip rekrutmen

PPIH Arab Saudi dilakukan hampir sama dengan teori yang berlaku,

yakni mutu dan jumlah petugas yang menjadi anggota PPIH Arab

Saudi harus berdasarkan analisis kebutuhan, perencanaan keputusan –

keputusan, fleksibility dan beberapa pertimbangan hukum.

Ada satu hal yang membedakan prinsip rekrutmen PPIH Arab

Saudi dengan teori yang berlaku. Adalah teori yang menyebutkan

bahwa salah satu prinsip rekrutmen meminimalkan biaya. Sedangkan


57

yang saya temukan saat melakukan penelitian di pada Direktorat

Penyelenggaraan Haji dan Umrah bahwa jika ingin mendapatkan atau

menghasilkan karyawan atau petugas yang berkompeten maka biaya

yang dikeluarkan pun harus lebih besar. Hal ini tentu tidak menutup

kemungkinan bahwa sudah pasti jika biaya yang dikeluarkan semakin

banyak maka hasil rekrutmen petugas pun semakin baik.

5. Kendala yang dihadapi saat proses rekrutmen PPIH Arab Saudi

Kendala – kendala pada proses rekrutmen sangat beraneka

ragam. Menurut Veithzal Rifai, kendala – kendala dalam proses

rekrutmen dapat berupa strategi dan rencana SDM yang masih perlu

ditangani, kesempatan kerja yang sama menimbulkan diskriminasi

dalam pekerjaan, adanya keputusan membatasi konsumsi waktu, dan

penyalahgunaan kebijakan perusahaan.

Menurut Malayu S.P. Hasibuan, kendala – kendala dalam proses

rekrutmen meliputi kebijaksanaan – kebijaksanaan organisasi,

persyaratan jabatan yang mengakibatkan semakin sedikitnya rekruter,

metode pelaksanaan penarikan, kodisi pasar tenaga kerja, solidaritas

perusahaan dan kondisi – kondisi lingkungan eksternal.

Sedangkan dalam proses rekrutmen PPIH Arab Saudi kendala –

kendala yang sangat sering ditemui adalah Anggaran dana yang

lambat dikeluarkan pemerintah, metode tes psikologi yang dihapuskan

serta perbedaan waktu yang antara bulan hijriah dan bulan masehi.
58

Walaupun ada beberapa kendala yang dihadapi saat pelaksanaan

perekrutan petugas PPIH Arab Saudi, namun proses perekrutan harus

tetap berjalan. Salah satu nya adalah anggaran dana yang seringkali

terlambat dikucurkan untuk proses berlangsungnya rekrutmen

petugas. Jika waktu menentukan harus segera mengadakan perekrutan

dan dana belum juga dikucurkan, tim perekrut biasanya menggunakan

dana Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) dengan cara

meminjam.

Hal ini menjelaskan bahwa dalam proses rekrutmen PPIH Arab

Saudi sudah terbilang baik karena kendala yang dihadapi tidak terlalu

banyak. Hanya ada beberapa kesamaan antara teori dan fakta.

Keberhasilan dalam proses rekrutmen PPIH Arab Saudi ini tentu

didasari hal bahwa pelaksanaan rekrutmen PPIH Arab Saudi

dilaksanakan setiap tahunnya demi menciptakan tenaga kerja yang

professional, berkompeten, memiliki komitmen, loyal dan berakhlaqul

karimah.

Selanjutnya dalam rangka menciptakan petugas Panitia

Penyelenggara Ibadah Haji Arab Saudi yang berkompeten, memiliki

komitmen, loyal dan berakhlaqul karimah, pemerintah menyelenggarakan

sebuah pelatihan – pelatihan mendasar dan uraian tugas selama

menjalankan tugas sebagai Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Arab Saudi.

Pelatihan mendasar tersebut berupa pengetahuan umum tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji dan pengetahuan tentang manasik haji.


59

Sedangkan untuk uraian tugasnya dibagi menjadi empat bagian sebagai

berikut :8

1. Uraian tugas Kantor Urusan Haji (KUH)

2. Uraian tugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Arab Saudi Daerah

Kerja Jeddah, Makkah dan Madinah

3. Uraian tugas Sektor Jeddah, Makkah dan Madinah

4. Uraian Tugas Pelayanan Umum, Ibadah danKesehatan di DaerahKerja

Jeddah, Makkah dan Madinah

Selanjutnya tujuan pembelajaran ini diharapkan para petugas yang

telah mengikuti pelatihan mampu menyelesaikan tugasnya dengan

menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama pelatihan ke dalam tugas

masing – masing.

8
Kementerian Agama Republik Indonesia, Direktorat Penyelenggaraan Haji dan
Umrah, Modul Uraian Tugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi
(Petugas Non Kloter), (Jakarta : Direktorat Penyelenggara Haji dan UMrah, 2013) h. 2 –
3
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang saya lakukan pada Direktorat

Penyelenggaraan Haji dan Umrah mengenai sistem rekrutmen PPIH Arab

Saudi dapat dapat saya beri kesimpulan sebagai berikut :

1. Sistem rekrutmen PPIH Arab Saudi dijalankan melalui kegiatan sesuai

tahapan mulai dari tingkat Kementrian Agama Pusat hingga

Kabupaten/Kota. Dalam proses rekrutmen PPIH Arab Saudi diberlakukan

sistem rekrutmen secara proporsional. Yakni, jumlah calon petugas PPIH

Arab Saudi disesuaian dengan jumlah jamaah yang mendaftar dari setiap

provinsi berdasarkan jumlah presentase. Rekrutmen PPIH Arab Saudi

dilakukan untuk mendapatkan SDM yang berkualitas, berkompeten,

memiliki komitmen, loyal dan berakhlaqul karimah dalam rangka

memfasilitasi pelayanan terhadap jamaah

2. Adapun urgensi diadakannya rekrutmen Panitia Penyelenggara Ibadah

Haji adalah dalam rangka memfasilitasi pelayanan terhadap jamaah agar

terciptanya jamaah mandiri. Adanya beberapa perbedaan antar jamaah

seperti latar belakang pendidikan, budaya bersosialisasi, dan usia yang

beragam (lansia) memberikan tanggungjawab penuh atas Direktorat

Penyelenggaraan Haji dan Umrah untuk melaksanakan rekrutmen petugas

haji.

60
B. Saran

Setelah penulis melakukan penelitian pada Direktorat Penyelenggaraan

Haji dan Umrah ada beberapa saran mengenai sistem rekrutmen petugas

PPIH Arab Saudi, yakni :

1. Kepada pengurus Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah

khususnya Subdirektorat Pembinaan Petugas haji kiranya agar terus

berkomitmen dalam melaksanakan rekrutmen petugas dan meningkatkan

kualitas SDM agar penyelenggaraan Haji di Indonesia semakin baik.

2. Dalam proses rekrutmen petugas PPIH tentunya ada hambatan yang

dialami. Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah kiranya dapat

membuka diri dengan menerima saran atau kritik dari berbagai pihak

terutama jamaah karena ini menyengkut pelayanan terhadap jamaah demi

kelancaran Penyelenggaraan Ibadah Haji Indonesia.


HASIL WAWANCARA

Tanggal Wawancara : 22 Agustus 2013


Interviewer : Aulia Ul Ummah
Interviewee : Bpk. Ahmad Abdullah S.Ag. M. AP
Jabatan : Kasi. Rekrutmen Petugas Subbid. Pembinaan Petugas
Tempat : Direktorat Pembinaan Haji dan Umrah
Jam : 11.05 – 12.12 WIB

1. Bagaimanakah sejarah berdirinya Direktorat Jenderal Penyelenggaraan


Haji dan Umrah?
Silahkan lihat situs Kementrian Agama Republik Indonesia melalui
www.kemenag.go.id
2. Apa saja visi dan misi dari Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji
dan Umrah?
Silahkan lihat Renstra Direktorat Jenderal PHU 2010 – 2014
3. Apa tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah?
Silahkan lihat di situs Kementrian Agama atau Peraturan Menteri Agama
Republik Indonesia No 10 Tahun 2010
4. Apa itu Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Arab Saudi?
Petugas yang memberikan pelayana, pembinaan dan perlindungan selama di
Arab Saudi
5. Siapa saja yang dapat menjadi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Arab
Saudi?
Semua dapat menjadi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Arab Saudi asalkan
memenuhi syarat yang telah ditetapkan.
6. Bagaimanakah sistem perekrutan anggota Panitia Penyelenggaraan Haji
Arab Saudi ?
Sistem perekrutan anggota PPIH Arab Saudi ini proposional. Dibentuk
berdasarkan presentase jumlah jemaah dari tiap daerah.
7. Bagaimanakah alur pendaftaran calon Panitia Penyelenggara Ibadah
haji Arab Saudi?
Untuk PPIH Arab Saudi, alur pendaftaran diberlakukan pada tingkat
Kementrian Agama Pusat, Kanwil dan tingkat Kabupaten atau Kota. Para
calon pendaftar mendaftarkan diri ke Kementrian Agama Kabupaten/Kota
untuk mengikuti tes, selanjutnya diajukan ke Kementrian Agama Kanwil.
Setelah itu Kementrian Agama Kanwil kembali melakukan seleksi untuk
diajuan ke Kementrian Agama Pusat untuk mengikuti pelatihan.
8. Apa persyaratan menjadi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Arab
Saudi?
Silahkan lihat buku “Pedoman Rekrutmen Petugas Haji Indonesia” Direktorat
Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Direktorat Pembinaan Haji.
9. Mengapa/ Apa tujuan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah (DPHU) melaksanakan perekrutan Panitia Penyelenggara
Ibadah Haji Arab Saudi?
Tujuan Direktorat Jenderal PenyelenggaraanHaji dan Umrah pada prinsipnya
untuk memfasilitasi pelayanan terhadap jemaah untuk menciptakan jemaah
Haji yang mandiri. Mengapa demikian, karena banyaknya perbedaan latar
belakang setiap jemaah Haji yang ingin ke Tanah Suci seperti; latar belekang
pendidikan, budaya bepergian yang berbeda, usia yang beragam serta
banyaknya jemaah yang masih bergantung kepada orang lain. Oleh karena itu
Panitia Penyelenggara Ibadah Haji dibentuk agar dapat memberikan
pelayanan demi klancaran pnyelenggaraan Ibadah Haji ini.
10. Apa saja yang dapat menjadi sumber perekrutan Panitia Penyelenggara
Ibadah Haji Arab Saudi?
Pertama, sumber internal PPIH Arab Saudi yakni Direktur Penyelenggara
Ibadah Haji dan Unit Eselon I
Kedua, sumber ekternal PPIH Arab Saudi Yakni Pegawai Kanwil Kementrian
Agama, pegawai Kementrian Agama Kab/Kota, Anggota TNI/Polri, Ormas
Islam dan beberapa unsur anggota pramuka, pesantren dan PTAIN
11. Kapan mulai dilakukannya perekrutan Panitia Penyelenggara Ibadah
Haji Arab Saudi?
Karena Kalender Hijriah berbeda dengan Kalender Masehi, jadi proses
perekrutan dilaksanakan tiak menentu. Tetapi biasanya ± 6 bulan sebelum
keberangkatan jemaah Haji ke Arab Saudi.
12. Apa saja dampak positif dan negatif dari pelaksanaan perekrutan
Panitia Penyelenggara Haji Arab Saudi?
Dampak positif dari kegiatan rekrutmen ini adalah adanya kaderisasi yang
menciptakan petugas yang produktif dan professional, selain itu menciptakan
pelayanan semakin baik dan untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat
mengenai Penyelenggaraan Ibadah Haji di Indonesia.
Dampak Negatifnya hampir tidak ada karena kegiatan rekrutmen ini semata –
mata untuk menciptakan pelayanan yang terbaik dalam rangka
Penyelenggaraan Ibadah Haji.
13. Apa saja kendala yang dihadapi saat melaksanaan perekrutan Panitia
Penyelenggara Ibadah haji Arab saudi?
Ada beberapa kendala yang terjadi dalam proses rekrutmen ini. Selain waktu
yang berbeda secara signifikan, tes psikologi yang seharusnya dapat memberi
pertimbangan saat ini mulai dihapuskan, dan kendala yang sering terjadi
adalah dana yang terlambat dicairkan sehingga menunda proses perekrutan
calon petugas.
14. Bagaimana pihak Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah
menghadapi kendala yang terjadi dalam pelaksanaan rekrutmen Panitia
Penyelenggara Ibadah haji Arab Saudi?
Dalam menghadapi kendala yang terjadi, tentu pihak DPHU mempunyai cara
untuk menghadapi permasalahan yang terjadi. Contohnya untuk
permasalahan yang kerap muncul yakni masalah dana. Dalam
menghadapinya, pihak DPHU menggunakan dana Biaya Penyelenggaraan
Ibadah Haji (BPIH) terlebih dahulu dengan cara meminjam untuk
kelangsungan proses rekrutmen.
15. SDM seperti apa yang diharapkan untuk menjadi Panitia Penyelenggara
Ibdah Haji Arab Saudi?
SDM yang diharapkan dalam rekrutmen PPIH Arab Saudi yakni SDM yang
berkualitas, berkompeten, memiliki komitmen, loyal dan berakhlakul
karimah.

Jakarta, 22 Agustus 2013


Interviwee

Ahmad Abdullah S.Ag, M.AP


SUSUNAN DIREKTORAT PENYELENGGARAAN HAJI

DAN UMRAH

Direktorat Jendral
Penyelenggaraan Haji
dan Umrah

Sekretariat

Direktorat Pembinaan Direktorat Pelayanan Direktorat Jendral


Haji Haji Pengelolaan BPIH dan
SIH
STRUKTUR ORGANISASI PPIH ARAB SAUDI
TAHUN 1433 H / 2012 M
AMIRUL HAJ

KOORDINATOR PENANGGUNG JAWAB

KOORDINATOR
PENGENDALI TEKNIS
HARIAN

KETUA
WAKIL KETUA

SEKRETARIS
WAKIL SEKRETARIS

KABID KABID KABID KABID KABID KABID KABID KABID KABID


DATA DAN BIMBINGAN PENILAIAN KINERJA
PEMONDOKAN PENGAWAS PIHK TRANSPORTASI KESEHATAN PENGAMANAN KATERING
INFORMASI JEMAAH PETUGAS

DAKER JEDDAH DAKER MAKKAH DAKER MADINAH

SEKRETARIS SEKRETARIS SEKRETARIS

Kasi Kasi Kasi Kasi Kasi Kasi Kasi Kasi Kasi Kasi Kasi Kasi Kasi Kasi Kasi Kasi Kasi Kasi Kasi Kasi Kasi Kasi Kasi Kasi
Pembim Pengaw
Bimbingan Hotel Pengend Pembimbin Pengend
Data dan Kesehat Pengendali Data dan Transpor Peruma Peruma bing Data dan Keaman as Kesehata
Keamanan MCH Yanpul Ibadah dan Transito dan alian MCH Yanpul g Ibadah Yanpul alian MCH
KBIH Katering Siskohat an an PIHK Siskohat tasi han han Ibadah Siskohat an katerin n
PIHK dan KBIH PIHK
dan KBIH g

Sektor SEKTOR
SEKTOR
Khusus SEKTOR Bir SEKTOR KUSUS
SEKTOR I SEKTOR 2 SEKTOR 1 SEKTOR 2 SEKTOR 3 SEKTOR 4 SEKTOR 5 SEKTOR 6 SEKTOR 7 SEKTOR 8 SEKTOR 9 SEKTOR 1 SEKTOR 2 SEKTOR 3 SEKTOR 4 TERMINAL
Masjidil Ali AIRPORT MASJID
HIJRAH
Haram NABAWI

Você também pode gostar