Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Menurut Metcalf and Eddy (1991), COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi senyawa organik dalam air, sehingga parameter COD
mencerminkan banyaknya senyawa organik yang dioksidasi secara kimia. Tes COD digunaka
n untuk menghitung kadar bahan organik yang dapat dioksidasi dengan cara menggunakan
bahan kimia oksidator kuat dalam media asam.
Beberapa bahan organik tertentu yang terdapat pada air limbah, kebal terhadap
degradasi biologis dan ada beberapa diantaranya yang beracun meskipun pada konsentrasi yan
g rendah. Bahan yang tidak dapat didegradasi secara biologis tersebut akan didegradasi secara
kimiawi melalui proses oksidasi, jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
tersebut dikenal dengan Chemical Oxygen Demand . Kadar COD dalam air limbah berkurang
dengan berkurangnya konsentrasi bahan organik yang terdapat dalam air limbah, konsentrasi
bahan organik yang rendah tidak selalu dapat direduksi dengan metode pengolahan yang
konvensional. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat organik yang
secara alamiah dapat dioksidasi dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air.
Maka konsentrasi COD dalam air harus memenuhi standar baku mutu yang telah ditetapkan
agar tidak mencemari lingkungan
1. Pengertian COD
COD atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar limbah
organik yang ada di dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia. Limbah organik akan
teroksidasi oleh kalium bichromat (K2Cr2O4) sebagai sumber oksigen menjadi gas CO2 dan
H2Oserta sejumlah ion Chrom. Nilai COD merupakan ukuran bagi tingkat pencemaran oleh
bahan organik. Kadar COD dalam limbah berkurang seiring dengan berkurangnya
konsentrasi bahan organik yang terdapat dalam air limbah, konsentrasi bahan organik yang
rendah tidak selalu dapat direduksi dengan metode pengolahan yang konversional.
Penetapan COD gunanya untuk mengukur banyaknya oksigen setara dengan bahan organik
dalam sampel air, yang mudah dioksidasi oleh senyawa kimia oksidator kuat. Selain itu, COD
juga merupakan banyaknya oksidator kuat yang diperlukan untuk mengoksidasi zat organik
dalam air, dihitung sebagai mg/l O2.
KOK= Kebutuhan Oksigen Kimiawi (Chemical Oxygen Demand = COD) adalah jumlah
oksidan Cr2O7( 2-) yang bereaksi dengan contoh uji dan dinyatakan sebagai mg O2 untuk tiap
1000 ml contoh uji. Senyawa organik dan anorganik, terutama organik dalam contoh uji
dioksidasi oleh Cr2O7(2-) dalam refluks tertutup menghasilkan Cr(3+). Jumlah oksidan yang
dibutuhkan dinyatakan dalam ekuivalen oksigen (O2 mg /L) diukur secara spektrofotometri
sinar tampak. Cr2O7(2-) kuat mengabsorpsi pada panjang gelombang 400 nm dan Cr (3+) kuat
mengabsorpsi pada panjang gelombang 600 nm. Untuk nilai KOK 100 mg/L sampai dengan
900 mg/L ditentukan kenaikan Cr(3+) pada panjang gelombang 600 nm. Pada contoh uji
dengan nilai KOK yang lebih tinggi, dilakukan pengenceran terlebih dahulu sebelum
pengujian. Untuk nilai KOK lebih kecil atau sama dengan 90 mg/L ditentukan pengurangan
konsentrasi Cr2O7(2-) pada panjang gelombang 420 nm.
b. Untuk menganalisa COD antara 50 – 800 mg/l, tidak dibutuhkan pengenceran sampel,
sedangkan BOD5 selalu membutuhkan pengenceran.
c. Ketelitan dan ketepatan (reprodicibilty) tes COD adalah 2 sampai 3 kali lebih tinggi dari
tes BOD5.
Sedangkan kekurangan dari tes COD adalah tidak dapat membedakan antara zat yang
sebenarnya yang tidak teroksidasi (inert) dan zat-zat yang teroksidasi secara biologis. Hal ini
disebabkan karena tes COD merupakan suatu analisa yang menggunakan suatu oksidasi kimia
yang menirukan oksidasi biologis, sehingga suatu pendekatan saja. Untuk tingkat ketelitian
pinyimpangan baku antara laboratorium adalah 13 mg/l. Sedangkan penyimpangan
maksimum dari hasil analisa dalam suatu laboratorium sebesar 5% masih
diperkenankan.Senyawa kompleks anorganik yang ada di perairan yang dapat teroksidasi
juga ikut dalam reaksi (De Santo, 1978), sehingga dalam kasus-kasus tertentu nilai COD
mungkin sedikit ‘over estimate’ untuk gambaran kandungan bahan organik.
Pada Trickling filter terjadi penguraian bahan organik yang terkandung dalam limbah.
Penguraian ini dilakukan oleh mikroorganisme yang melekat pada filter media dalam bentuk
lapisan biofilm. Pada lapisan ini bahan organik diuraikan oleh mikroorganisme aerob,
sehingga nilai COD menjadi turun. Pada proses pembentukan lapisan biofilm, agar diperoleh
hasil pengolahan yang optimum maka dalam hal pendistribusian larutan air kolam retensi
Tawang pada permukaan media genting harus merata membasahi seluruh permukaan media.
Hal ini penting untuk diperhatikan agar lapisan biofilm dapat tumbuh melekat pada seluruh
permukaan genting.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa semakin lama
waktu tinggal, maka nilai COD akhir semakin turun (prosentase penurunan COD semakin
besar). Hal ini disebabkan semakin lama waktu tinggal akan memberi banyak kesempatan
pada mikroorganisme untuk memecah bahan-bahan organik yang terkandung di dalam
limbah. Di sisi lain dapat diamati pula bahwa semakin kecil nilai COD awal (sebelum
treatment dilakukan) akan menimbulkan kecenderungan penurunan nilai COD akhir sehingga
persentase penurunan COD nya meningkat. Karena dengan COD awal yang kecil ini,
kandungan bahan organik dalam limbah pun sedikit, sehingga bila dilewatkan trickling filter
akan lebih banyak yang terurai akibatnya COD akhir turun. Begitu pula bila diamati dari sisi
jumlah tray (tempat filter media). Semakin banyak tray, upaya untuk menurunkan kadar COD
akan semakin baik. Karena dengan penambahan jumlah tray akan memperbanyak jumlah
ruang / tempat bagi mikroorganisme penurai untuk tumbuh melekat. Sehingga proses
penguraian oleh mikroorganisme akan meningkat dan proses penurunan kadar COD semakin
bertambah. Jadi prosen penurunan COD optimum diperoleh pada tray ke 3.
Pada penelitian ini, efisiensi Trickling Filter dalam penurunan COD tidak dapat
menurunkan sampai 60% dikerenakan :
Aliran air yang kurang merata pada seluruh permukaan genting karena nozzle yang
digunakan meyumbat aliran air limbah karena tersumbat air kolam retensi Tawang.
Supplay oksigen dan sinar matahari kurang karena trickling filter diletakkan didalam
ruangan sehingga pertumbuhan mikroba kurang maksimal.
Dalam penumbuahan mikroba distibusi air limbah dibuat berupa tetesan agar air
limbah tersebut dapat memuat oksigen lebih banyak jika dibanding dengan aliran yang
terlalu deras karena oksigen sangat diperlukan mikroba untuk tumbuh berkembang
Senyawa organik yang terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen dengan elemen aditif
nitrogen, sulfur, fosfat, dll cenderung untuk menyerap oksigen-oksigen yang tersedia dalam
limbah air dikonsumsi oleh mikroorganisme untuk mendegredasi senyawa organik akhirnya
oksigen. Konsentrasi dalam air limbah menurun, ditandai dengan peningkatan COD, BOD,
TSS dan air limbah juga menjadi berlumpur dan bau busuk. Semakin tinggi konsentrasi COD
menunjukkan bahwa kandungan senyawa organik tinggi tidak dapt terdegredasi secara
biologis. EM4 pengobatan 10 hari dalam tangku aerasi harus dilanjutkan karena peningkatan
konsentrasi COD.
Manfaat
Dalam studi kualitas air parameter COD sangat penting sekali karena parameter ini juga
merupakan salah satu indikator pencemaran air. Penentuan kadar COD bermanfaat untuk
menentukan sistem pengolahan limbah. Air yang tercemar, misalnya oleh limbah domestik
ataupun limbah industri pada umumnya mempunyai nilai COD yang tinggi, sebaliknya air
yang tidak tercemar mempunyai COD yang rendah.
Prinsip Pengujian
Kebanyakan jenis bahan organik dirusak oleh campuran dikromat dan asam sulfat
mendidih, kelebihan dikromat dititrasi dengan ferro amonium sulfat. Banyaknya bahan
organik yang dioksidasi dihitung sebagai oksigen yang setara dengan kalium dikromat yang
terikat.
Prinsip:
Sampel air direfluks dengan kalium dikromat dalam lingkungan asam sulfat pekat
selama 2 jam pada suhu diatas 100oC, kelebihan kaliumdikromatdititrasi dengan larutan
baku Ferri amonium sulfat (FAS) dengan menggunakan indikator ferroin dan pada titik
akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari kuning hijau kebiruan menjadi coklat
kemerahan.
C. Cara Pengujian
Untuk menganalisa COD dalam contoh mula-mula contoh dimasukkan dalam suautu
wadah dan ditambah kalium dikromat dan asam sulfat serta senyawa-senyawa lain sebagai
katalisator. Kalium dikromat ini harus diketahui dengan pasti dan harus berlebihan sehingga
setelah reaksi selesai masih ada kalium dikromat sisa yang dapat ditetapkan. Selanjutnya
campuran contoh tersebut dipanaskan lebih dari 100OC selama selama 2 jam. Setelah dingin
sisa kalium dikromatnya ditetapkan dengan titrasi menggunakan titranferro amonium sulfat
dengan indikator ferroin. Untuk menetapkan kalium dikromat yang ditambahkan, digunakan
larutan blanko. Selanjutnya selisih kalium dikromat yang ditambahkan dan sisa setelah reaksi
dapat diketahui dan nilai COD contoh dapat dihitung.
Pengganggu :
Senyawa alifatik rantai lurus, hidrokarbon aromatik dan piridin tidak dioksidir dengan
sempurna, meskipun cara ini lebih baik dari cara permanganat. Senyawa alifatik rantai lurus
lebih efektif oksidasinya dengan menambahkan katalisator Ag2SO4, tetapi akan terjadi
endapan dengan Iodida, Bromida atau Chlorida yang hanya sebagian dioksidasi dalam
prosedur ini. Pada oksidasi hidrokarbon aromatik penambahan katalisator tidak ada
manfaatnya berbeda pada rantai lurus. Kesulitan yang terjadi karena adanya Chlorida dalam
sampel diatasi dengan menambahkan HgSO4 sebelum direfluks. Akan terjadi kompleks
merkuri chlorida yang larut sehingga berkurang kemampuannya untuk bereaksi lebih lanjut.
Metode Penetapan
1. Metode Refluks terbuka
Perhitungan :
Caranya :
Sampel 2,0 ml dalam tabung COD ditambahkan 5,0 ml K2Cr2O7 0,25 N + HgSO4 0,1 g
dan 3 ml campuran H2SO4 + Ag2SO4 lalu ditutup rapat. Dipanaskan selama 2 jam 150OC ±
2OC dan dipindahkan lalu dititrasi dengan FAS 0,1 N dengan indikator ferroin dari warna biru
hijau kekuningan sampai coklat merah.
Perhitungan :
3. Metode Spektrofotometer
Abs. Sampel
Abs. Standar
Perubahan warna pada titik akhir titrasi dimulai dari warna kuning, hijau, biru, lalu
menjadi warna coklat merah (warna cocacola). Guna penambahan batu didih untuk
mempercepat pemanasan dan meratakan panas nyala api.
10 5 15 0,2 0,05
20 10 30 0,4 0,1
30 15 45 0,6 0,15
Contoh soal :
Diketahui 10,0 ml K2Cr2O7 0,2500 N dititrasi dengan FAS memerlukan 26,40 ml. 20,0 ml
contoh dititrasi memerlukan 6,7 ml FAS dan 20,0 ml blanko memerlukan 12,7 ml FAS berapa
kadar COD sampel tersebut?
Jawab :
10,0 ml x 0,2500 N
26,40 ml
ml sample
20 ml
= 227,28 mg/lt O2
KESIMPULAN
COD atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar limbah
organik yang ada di dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia.
Kelebihan dari metode analisi COD yaitu Memakan waktu ±3 jam, sedangkan BOD
memakan waktu 5 hari, untuk menganalisa COD antara 50 – 800 mg/l, tidak
dibutuhkan pengenceran sampel, sedangkan BOD selalu membutuhkan pengenceran, ketelitan
dan ketepatan (reprodicibilty) tes COD adalah 2 sampai 3 kali lebih tinggi dari tes BOD, dan
gangguan zat yang bersifat racun tidak menjadi masalah.
Kekurangan dari tes COD adalah tidak dapat membedakan antara zat yang sebenarnya
yang tidak teroksidasi (inert) dan zat-zat yang teroksidasi secara biologis, penyimpangan
maksimum dari hasil analisa dalam suatu laboratorium sebesar 5% masih diperkenankan,
senyawa kompleks anorganik yang ada di perairan yang dapat teroksidasi juga ikut dalam reaksi