Você está na página 1de 10

Shigella sp

adalah kuman pathogen usus yang telah lama dikenal sebagai agen penyebab penyakit

disentri basiller. Berada dalam tribe Escherichiae karena sifat genetic yang saling

berhubungan, tetapi dimasukkan dalam genus tersendiri yaitu genus shigellla karena gejala

kinik yang disebabkannya bersifat khas. Sampai saat ini terdapat 4 spesies Shigella yaitu:

1. Shigella dysenteriae

2. Shigella flexneri

3. Shigella boydii

4. Shigella sonnei.

Klasifikasi Shigella

Ordo : Eubacteriales

Famili : Enterobacteriacea

Genus : Shigella

Spesies : Shigella disentria (sub grub A), menyebabkan disentri Berat

Shigella boydii (sub grub B), menyebabkan disentri Sedang.

Shigella flexneri (sub grub C), menyebabkan disentri Sedang

Shigella sonney (sub grub D), menyebabkan disentri Sedang

Struktur antigen

Shigella mempunyai susunan antigen yang komplek, terdapat tumpang tindih dalam

sifat serologik berbagai spesies, dan sebagian besar bakteri ini mempunyai antigen O yang

juga dimiliki oleh bakteri enterik lainnya. Antigen somatik O Shigella adalah liposakarida.

Kekhususan serologiknya tergantung pada polisakarida. Terdapat lebih dari 40 serotipe.

Klasifikasi Shigella didasarkan pada sifat-sifat biokimia dan antigenic (Nathania, 2008).

Shigella dibagi dalam empat serogrup berdasarkan komponen-komponen utama antigen O yaitu:

1. Grup A: Shigella dysenteriae


2. Grup B: Shigella flexneri

3. Grup C: Shigella boydii

4. Grup D: Shigella sonnei

Setiap serogrup dibagi lagi dalam serotip berdasarkan komponen minor antigen O.

sampai saat ini sudah ditemukan 10 serotip Shigella dysenteriae, 6 serotip Shigella flexneri,

15 serotip Shigella boydii, 1 serotip Shigella sonnei.

C. Toksin

Shigella sp. dapat menyebabkan penyakit karena bakteri tersebut mampu menghasilkan toxin

(racun). Ada 2 macam racun, yaitu:

1. Endotoksin

Infeksi hampir selalu terbatas pada saluran pencernaan, invasi ke aliran darah sangat jarang

dan sangat menular. Infeksi di usus akut ini adalah disentri basiler/ Shigellosis yang dapat

sembuh sendiri. Reaksi peradangan yang hebat tersebut merupakan faktor utama yang

membatasi penyakit ini hanya pada usus. Selain itu juga menyebabkan timbulnya gejala

klinik berupa demam, nyeri abdomen, tenesmus ani (mulas berkepanjangan tanpa hasil pada

hajat besar). Waktu terjadinya autolysis semua bakteri Shigella sp mengeluarkan

lipopolisakaridanya yang toksik. Endotoksin mungkin akan menambah iritasi pada dinding

usus.

2. Eksotoksin

Eksotoksin merupakan protein yang antigenik (merangsang produksi antitoksin). Aktivitas

enterotoksin terutama pada usus halus yang berbeda bila dibandingkan dengan disentri basiler

klasik dimana yang terkena adalah usus besar. Sebagai eksotoksin zat ini dapat menimbulkan

diare sebagaimana enteroktoksin yang tidak tahan panas.


Pada manusia eksotoksin menghambat absorbsi gula dan asam amino pada usus kecil.

Neurotoksin ini juga ikut berperan dalam menyebabkan keparahan penyakit dan sifat infeksi

Shigella dysenteriae, serta menimbulkan reaksi susunan saraf pusat (meningismus, koma,).

Sedangkan pada manusia yang terinfeksi oleh S. Flexneri patogenesis disentri adalah invasi

sel-se epitel mukosa pada daerah dan ploriferasi ileosekal, diikuti dengan invasi dan

menghancurkan terusan sel-sel epitel mukosa. Menyebar ke daerah inflamasi ulceratif dan

menyebabkan rusaknya pembuluh kapiler pada lamina propia. Menyebabkan colitis

ululceratif akut dan perdarahan pada mucus. Invasi shigella sp. Ke sel-sel epitel organisme

lalu menyebabkan hilangnya virulensi.

D. Sifat biakan

Shigella sp. Merupakan bakteri fakultatif anaerob, tetapi bisa tumbuh lebih baik pada

keadaan aerob, pH pertumbuhan 6,4 – 7,8 dan suhu pertumbuhan optimum 37oC kecuali

Shigella sonnei dapat tumbuh pada suhu 45oC. Semua mempermentasi sukrosa D-glukosa

tanpa produksi gas, pada strain shigella sonnei bisa memfermentasikan sukrosa dan laktosa

pada inkubasi yang lebih lama.

Patogenitas

Shigella sp. Merupakan bakteri yang tahan asam sehingga bisa melewati asam

lambung dan mencapai bagian usus, mulanya pada usus bakteri shigella sp. Menginvasi sel

makrofag, kemudian bakteri akan bermultifikasi di dalam sel dan mendorong tubuh bakteri

melewati sitoplasma sel dan akan menginvasi sel yang berdekatan. Saat bakteri mulai

memasuki sel enterosit akan di fagost oleh makrofag, tetapi shigella sp. Dapat menginduksi

makrofag untuk terjadi apoptosis. Makrofag yang apoptosis mengeluarkan bakteri shigella sp.

Yang akan mengalami transport retrogard melalui bagian basolateral pada mukosa menuju ke

enterosit, lalu akan terjadi proses invasi yang difasilitasi oleh membran luar polipeptida dan

akan bereproduksi di dalam enterosit yang menyebabkan enterosit apoptosis. Invasi akan
berlanjut dari sel satu ke sel yang lainnya dan menetap sampai pada bagian mukosa kolon dan

jarang menyebar ke peredaran darah,invasi shigella sp. Akan menghancurkan enterosit yang

akan membentuk ulkus pada mukosa yang umumnya terbentuk di kolon, ulkus akan

menyebabkan perdarahan oleh karena itu pada uji feses menandakan tanda klasik disentri

yang hasilnya menunjukkan terdapat sel darah putih, sel darah merah, bakteri dan lain-lain.

Shigella dysentriae juga memproduksi “shigatoxin” yng dapat meyebabkan kerusakan pada

tempat kolonisasi di epitel usus yang akan menyebabkan diare dengan BAB cair sebagai

tanda awal terjadinya shigellosis dan sindrom hemoliti-uremic, tetapi ini jarang terjadi.

Masa inkubasinya adalah 2-4 hari, atau bisa lebih lama sampai 1 minggu. Oleh

seseorang yang sehat diperlukan dosis 1000 bakteri Shigella untuk menyebabkan sakit.

Penyembuhan spontan dapat terjadi dalam waktu 2-7 hari terutama pada penderita dewasa

yang sehat sebelumnya, sedangkan pada penderita yang sangat muda atau tua dan juga pada

penderita dengan gizi buruk penyakit ini akan berlangsung lama. Pernah ditemukan

terjadinya septicemia pada penderita dengan gizi buruk dan berkhir dengan kematian.

Cara Penularan

Penyebaran Shigella adalah dari manusia ke manusia lain, dimana karier merupakan

reservoir kuman. Dari karier ini Shigella disebarkan oleh lalat, juga melalui tangan yang

kotor, makanan yang terkontaminasi, tinja serta barang-barang lain yang terkontaminasi ke

orang lain yang sehat.

Cara penularan utama adalah secara langsung atau tidak langsung melalui rute oro fekal

dari penderita dengan gejala atau dari asymptomatic carrier jangka pendek. Penularan terjadi

setelah menelan organisme dalam jumlah yang sangat kecil (10-100). Mereka bertanggung

jawab terjadinya penyebaran penyakit adalah mereka yang tidak memotong kuku dan tidak

mencuci tangan setelah buang air besar. Mereka dapat menularkan penyakit kepada orang
lain secara langsung dengan kontak fiisik atau tidak langsung melalui kontaminasi makanan

dengan tinja, air dan susu dapat menjadi sumber penularan karena terkontaminasi langsung

dengan tinja, serangga dapat menularkan organisme dari tinja ke makanan yang tidak

tertutup.

Tanda klinis

Sesudah masa inkubasi yang pendek (1-2 hari), ada serangan tiba-tiba berupa sakit perut,

demam, dan diare cair. Diare tersebut terjadi akibat pengaruh eksotoksin dalam usus bawah

dan usus kecil. Sehari atau berikutnya, ketika infeksi sudah mencapai usus bawah dan usus

besar, tinja semakin banyak. Dengan cairan sedikit tetapi sering berisi lendir dan darah.

Setiap gerakan usus disertai dengan ketegangan dan tenesmus yang mengakibatkan sakit

perut menjadi sedikit berkurang. Dalam lebih setengah kasus demam dan diare secara

spontan dalam 2-5 hari. Meskipun begitu, pada anak-anak dan orang yang lebih tua,

kehilangan air dan elektrolit dapat menyebabkan dehidrasi, acidosis dan mungkin kematian.

Sakit karena shigella dysentriae menjadi lebih berat.

Dalam proses penyembuhan, sebagian besar orang mengeluarkan disentri bacidi hanya

untuk priode singkat, tetapi sebagian kecil carrier (pembawah) intestinal kronik masih tersisa

kemungkinan kambuhnya penyakit. Pada proses penyembuhan dari infeksi sebagian besar

orang membentuk sirkulasi anti bodi terhadap shigellae, tetapi hal tersebut tidak melindungi

tubuh terhadap infeksi berulang.

1.6 Masa Penularan

Masa penularan berlangsung salama masa akut sampai dengan organisme tidak

ditemukan lagi dalam tinja feces, biasanya sampai dengan 4 minggu setelah sakit.

Asymptomatic Carrir dapat menularkan penyakit; status carrier dapat bertahan sampai

sebulan atau lebih lama. Pengobatan dengan antibiotika dapat mengurangi lamanya.

1.7 Kerentanan dan Kekebalan


Setiap orang rentan dengan infeksi, dengan menelan organisme dalam jumlah kecil orang

sudah bisa sakit; pada daera endemis lebih sering anak-anak yang diserang dibandingkan

dengan orang dewasa, diantara mereka yang terinfeksi banyak yang tanpa gejala. Orang tua

dan mereka dengan debilitas, dan mereka dengan gizi kurang cenderung untuk menderita

penyakit berat dan kematian. Pemberian makanan tambahan memberikan proteksi kepada

bayi dan anak-anak. Dari hasil penelitian eksperimental pemberian faksin hidup sero tipe

spesifik melalui oral dan pemberian vaksin parenteral polisaccharide conjugate terbukti

hanya memberi perlindungan jangka pendek (1 tahun) terhadap infeksi dengan sero tipe

homologus.

1.8 Penyakit yang Disebabkan Oleh Kuman Shigella

Shigella menyebabkan penyakit disentri. Penyebab penyakit disentri sendiri ada 2 macam

yaitu :

1. Disebabkan oleh parasit (amuba) disebut disentri amuba

2. Disentri oleh bacil/bacteri disebut dysentri baciller.

Kuman genus shigella hidup disaluran cerna manusia atau hewan dan beberapa spesies

menyebabkan sakit.

Disentri basiller atau shigellosis adalah infeksi usus akut yang dapat sembu sendiri yang

disebabkan oleh shigella.

Shigellosis dapat menyebabkan 3 bentuk diare yaitu :

1. Disentri klasik dengan tinja yang kongsisten lembek disertai darah, nuklus dan pus.

2. Watery diarrhes.

3. Kombinasi keduanya.

Isolasi dan identifikasi

Pemeriksaan meliputi mikroskopis dan isolasi (kolini tidak mempermentasikan

laktosa), tinja (mengandung darah/lendir) kemudian ditanam pada pembenihan selektif.


1. Spesimen (bahan pemeriksaaan) : tinja, rectal swab

2. Kultur

a. Isolasi : MC.SS

b. Enrisment selenit

1. Tanam spesiemen pada MC, SS, eramkan pada suhu 370 C selama 24 jam.

2. tanam spesimen pada pembenihan selenit lalu eramkan pada suhu 370 C selama 24 jam,

kemudian pindahkan biakkan tersebut pada pembenihan MC, SS, eramkan pada suhu 370 C

selama 24 jam.

Ciri khas koloni yang tumbuh :pengematan koloni tersangka pada pembenihan SS dan MC

menunjukkan koloni yang tidak berwarna karena tidak meragikan laktosa. Pada umumnya

koloni smooth, jernih, kadang-kadang keruh. S. Sonnei agak kerur

3. Identifikasi dengan gula-gula pendek :

koloni yang tersangka pada medium SS, MC, ditanam pada TSIA, SIM, dan urea.

Pemeriksaan Serologi

Orang normal sering mempunyai aglitinin untuk melawan beberapa shigella. Meskipun

begitu, beberapa penentuan anti bodi titer memperlihatkan sebuah reaksi dalam spesifik

antibodi

Cara Pengcegahannya

Pengawasan penderita, kontak dengan lingkungan sekitarnya.

1. Laporan kepada dinas kesehatan setempat; laporan kasus wajib dilaporkan hampir semua

negara. Kelas 2B (lihat tentang laporan penyakit menular) mengetahui dan mengenal

terjadinya wabah ditempat perawatan anak secara dini sangatlah penting.

2. Isolasi : selama stadium akut, lakukan kewaspadaan enterik karena dalam dosis kecil sudah

dapat menimbulkan infeksi, maka mereka yang telah diketahui infeksi Shigela tidak boleh
menjamah makanan atau menangani pasien atau merawat anak-anak sampai sampek tinja

atau apus dubur sebanyak 2 kali berturut-turut menunjukkan hasil negatif. Spesimen yang

diambil untuk pemeriksaan berjarak 24 jam satu sama lainnya dan tidak lebih pendek dari 48

jam setelah dosis antibiotika terakhir pasien diberitahukan pentingnya mencuci tangan

dengan air dan sabun setelah buang air besar, cara yang dapat mencegah transmisi shigella.

3. Disinfeksi Serentak : Disinfeksi dilakukan terhadap tinja dan peralatan yang tercemar.

Dalam lingkungan masyarakat yang telah menggunakan sistem pembuangan yang modern,

tinja dapat dibuang langsung kedalam sistem pembuangan tanpa perlu dilakukan disenfeksi

terlebih dahulu. Pembersihan menyeluruh.

4. Karantina :Tidak ada

5. Pelaksanaan Kontak : Apabila memungkinkan mereka yang kontak dengan pasien shigella

dan jatuh sakit dilarang menjamah makanan dan dilarang merawat anak-anak atau pasien

sampai yang bersangkutan tidak diare lagi dan dua spesimen tinja atau apus dubur

menunjukkan hasil negatif (spesimen satu sama lainnya berjarak paling sedikit 24 jam

spesimen pertama diambil 48 jam setelah pengobatan antiboitika dihentikan. Tekankan

pentingnya berlaku hidup bersih dan sehat, mencuci tangan dengan air dan sabun setelah

defekasi dan sebelum menjamah makanan dan sebelum merawat pasien dan anak-anak.

6. Investigasi konak dengan sumber infeksi : Pencarian dan penemuan pada kasus ringan dan

penderita yang sudah sembuh tidak bermanfaat pada kasus sporadis dan jarang memberikan

konstribusi terhadap upaya penanggulangan wabah. Kultur dilakukan terhadap “food

handler”, para pengunjung dan anak-anak dirumah sakit dan terhadap orang-orang pada

kondisi/situasi lainnya dimana diperkirakan kemungkinan akan terjadi penularan.


4. Pengobatan

Penanganan pertama pada penderita shigellosis adalah rehidrasi penderita. Pada shigellosis

dehidrasi ringan sampai sedang dapat teratasi dengan larutan rehidrasi oral. Sedangkan pada

dehidrasi yang berat, cairan infus diberikan dengan cepat (cairan isotonik 20-30 ml/kg berat

badan dalam waktu satu jam) (Dzen, et al., 2003)

Secara umum infeksi yang disebabkan oleh bakeri dapat diobati dengan menggunakan

antibiotik (Ashutoh, 2008). Antibiotik yang digunakan adalah Ampicillin sebagai drug of

choice, tetapi banyak yang sudah resisten terhadap obat ini sehingga digunakan antibiotik

lain. Trimethoprim-Sulfamethoxazole (Kotrimoksasol) merupakan pilihan efektif untuk

Shigellosis. Obat golongan Sefalosporin generasi ketiga seperti Seftriakson ataupun

Cefiksime bagi pasien yang mempunyai kontraindikasi terhadap pemberian Kotrimoksasol

(Nafianti & Sinuhaji., 2005).

Obat golongan Quinolone generasi pertama (Nalidixic acid) juga efektif bagi pasien yang

alergi terhadap Sulfas dan Sefalosporin (Farthing, et al., 2008). Berdasarkan penelitian yang

telah dilakukan Trimetroprim dan Sulfametoxazol telah banyak mengalami resistensi.

Mekanisme terjadinya resistensi yang paling banyak dianut adalah teori pembentukan enzim

baru oleh Shigella (Nafianti & Sinuhaji, 2005).

Laporan mengenai resistensi trimetoprim-sulfametoksazol dijumpai di Asia, Afrika, Amerika

Tengah, dan Eropa. Terjadinya resistensi akan meningkatkan risiko epidemiologi shigellosis,

tidak terkecuali di Indonesia (Nafianti & Sinuhaji, 2005).

Bakteri Shigella sonnei resisten terhadap antibiotik Siprofloksasin, pada 243 orang di 32

negara bagian dan Puerto Rico antara Mei 2014 dan Februari 2015. California dan

Pennsylvania menemukan bahwa hampir 90 % dari kasus yang diuji, resisten terhadap

Siprofloksasin ,yang merupakan pilihan pertama untuk mengobati shigellosis pada orang

dewasa di Amerika Serikat (CDC, 2015).

Você também pode gostar