Você está na página 1de 4

Modul IPD ANGINA PEKTORIS

Kardiologi

Tujuan pembelajaran umum


Setelah mengikuti modul ini peserta didik akan mempunyai keterampilan dalam mengelola
pasien dengan angina pektoris secara holistic, dalam situasi perawatan akut/kritis, rawat
inap, rawat jalan(perbaikan) dan konsultasi lintas departemen.

Tujuan pembelajaran khusus


Setelah mengikuti modul ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk:
1. Mendiagnosis angina pektoris
2. Identifikasi komplikasi angina pektoris
3. Mengelola komplikasi angina pektoris
4. Identifikasi komorbiditas pada angina pektoris
5. Mengelola komorbiditas pada angina pektoris
6. Mengelola angina pektoris pada setting rawat inap
7. Mengelola angina pektoris pada konsultasi lintas departemen
8. Mengelola angina pektoris rawat jalan

Pokok bahasan / Sub pokok bahasan


1. Diagnosis angina pektoris
2. Penatalaksanaan angina pektoris
3. Komplikasi angina pectoris
Waktu

Metode A. Proses pembelajaran dilaksanakan melalui metode :


- supervised direct patient care
- small group discussion
- peer assisted learning
- didactic sessions
- bedside teaching
- task-based medical education
B. Peserta didik paling tidak sudah harus mempelajari
(prasyarat):
- Bahan acuan referensi
- Ilmu dasar yang berkaitan dengan topic
- Ilmu klinik dasar tentang tata cara anamnesis dan
pemeriksaan jasmani umum
C. Penuntun belajar(learning guide) terlampir
D. Tempat belajar(training setting):
- Ruang rawat inap
- IGD, HCU, ICU, ICCU
- Poliklinik penyakit dalam

.
Media - Kuliah
- Laporan kasus dan diskusi kasus
- Bedside teaching
- Penanganan pasien secara langsung dalam
supervisi
Alat bantu pembelajaran
 Ruang diskusi
 Sarana audio-visual
 Internet connection

Evaluasi
 Pada awal pertemuan dilaksanakan pre-test yang bertujuan untuk menilai kinerja awal
yang dimiliki peserta didik dan untuk mengidentifikasi kekurangan yang ada.
 Small group discussion dilakukan bersama dengan fasilitator untuk membahas
kekurangan yang teridentifikasi, membahas isi dan hal-hal yang berkenaan dengan
penuntun belajar, kesempatan yang akan diperoleh dan proses penilaian
 Setelah mempelajari penuntun belajar, peserta diwajibkan untuk mengaplikasikan
langkah-langkah yang tertera dalam penuntun belajar dalam bentuk role-play dengan
teman-temannya(peer assisted learning) atau kepada SP(standardized patient). Pada saat
tersebut, yang bersangkutan tidak diperkenankan membawa tuntunan belajar, tuntunan
belajar dipegang oleh teman-temannya untuk melakukan evaluasi(peer assisted
evaluation). Setelah dianggap memadai, melalui metode bedside teaching dibawah
pengawasan fasilitator, peserta didik mengaplikasikan penuntun belajar kepada pasien
sesungguhnya. Pada saat pelaksanaan, evaluator melakukan pengawasan langsung(direct
observation), dan mengisi formulir penilaian sebagai berikut:
-Perlu perbaikan: pelaksanaan belum benar atau sebagian langkah tidak
dilaksanakan
-Cukup: pelaksanaan sudah benar tetapi tidak efisien, misal pemeriksaan terlalu lama
atau kurang memberi kenyamanan kepada pasien.
-Baik: pelaksanaan benar dan baik(efisien)
 Setelah selesai bedside teaching, dilakukan kembali diskusi untuk mendapatkan
penjelasan dari berbagai hal yang tidak memungkinakan dibicarakan didepan pasien, dan
memberi masukan untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan.
 Self assessment dan Peer-assisted evaluation dengan mempergunakan penuntun belajar.
 Pendidik/fasilitas:
-Pengamatan langsung dengan memakai evaluation checklist form (terlampir)
-Penjelasan lisan dari peserta didik/diskusi
-Kriteria penilaian keseluruhan: cakap/tidak cakap/lalai
-Diakhir penilaian peserta didik diberi masukan dan bila diperlukan diberi tugas yang
dapat memperbaiki kinerja(task-based medical education)
 Tahap pencapaian:
-PPDS-tahap I: pencapaian kompetensi Kompeten
-PPDS-tahap II: pencapaian kompetensi Protisiens

2
Staf Pengajar
Staf pengajar adalah staf yang karena keahliannya diberi wewenang untuk membimbing,
mendidik dan menilai peserta didik. Staf pengajar dibagi 3 kelompok,yaitu :
1. Pembimbing, yaitu staf yang mepunyai tugas melaksanakan pengawasan dan
bimbingan dalam peningkatan ketrampilan peserta didik, tetapi tidak diberi tanggung
jawab atas peningkatan bidang ilmiah (kognitif). Kualifikasi pembimbing adalah
Dokter Spesialis Penyakit Dalam yang ditunjuk oleh Ketua Departemen dan minimal
telah memiliki masa kerja sebagai spesialis penyakit dalam selama minimal 3 tahun.
2. Pendidik, yaitu staf yang selain mempunyai tugas sebagai pembimbing, juga
bertanggung jawab atas bimbingan peningkatan bidang ilmiah (kognitif). Kualifikasi
pembimbing adalah seorang Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan (SpPD-K)
dengan kekhususan Kardiovaskular.
3. Penilai, yaitu staf yang selain mempunyai tugas sebagai pembimbing dan pendidik,
juga diberi wewenang untuk menilai hasil belajar peserta didik. Kualifikasi penilai
adalah seorang Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan (SpPD-K) dengan
kekhususan Kardiovaskular yang telah menjadi SpPD-K minimal 3 tahun.

Referensi
1. Baratawidjaya KG. Reaksi hipersentitifitas. Imunologi Dasar. Edisi ketujuh. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2006: 155-174
2. Austen KF. Allergies, anaphylaxis and systemic mastocytosis. In: Kasper DL, Braunwald
E, Fauci AA. Eds. Harrison’s Principles of internal medicine. Volume II. 16th ed. New
york : Mc Graw-Hill;2005:1947-1956
3. Rani A, Soegondo S, Uyainah A, Wijaya IP. Nafrialdi. Panduan Pelayanan Medik
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Jakarta: PB PAPDI;2006

Você também pode gostar