Você está na página 1de 25

LIFE HISTORY DAN TEORI GROUNDED

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Data Kualitatif

Yang diampu oleh Bpk. USMAN, M.PD.I

Disusun oleh :

FARHAN AINURRASYID 20160701010048

SRI HASTIYOWATI 20160701010173

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
rahmat serta karunianya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya. Sholawat serta salam mudah-
mudahan tetap tercurahkan kepada Junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW.
Yang mana Beliau telah membawa kita dari alam kegelapan menuju ke alam yang
terang benderang seperti saat ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Terimakasih kami sampaikan kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir, semoga Allah SWT. Senantiasa meridhoi usaha kita. Aamiin

Pamekasan, 05 Maret 2019

Para Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL..................................................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Pengertian Analisa life history dalam penelitian kualitatif...........................3

B. Pengertian Penelitian Theory Grounded.......................................................5

C. Ciri-Ciri Penelitian Grounded Theori.........................................................15

D. Proses Analisis Data....................................................................................18

E. Kelemahan dan kelebihan grounded theori.................................................19

BAB III PENUTUP...............................................................................................21

A. Kesimpulan.................................................................................................21

B. Saran............................................................................................................21

DAFTAR RUJUKAN.............................................................................................iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan
penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan
prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi
(pengukuran). Penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan untuk
penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku,
fungsionalisasi organisasi, aktivitas sosial, dan lain-lain. Salah satu alasan
menggunakan pendekatan kualitatif adalah pengalaman para peneliti
dimana metode ini dapat digunakan untuk menemukan dan memahami apa
yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadang kala merupakan sesuatu
yang sulit untuk dipahami secara memuaskan.

Didalam penelitian kualitatif ada beberapa model penelitian yang


digunakan. Salah satunya model penelitian grounded theory dan kami akan
membahas lebih mendalam tentang model penelitian grounded theory.

Grounded theory atau teori dasar merupakan salah satu model


pendekatan penelitian kualitatif yang sedang berkembang sangat pesat
beberapa tahun terakhir ini, baik dari sisi kuantitas maupun bidang studi
dibidang sosiologi saja sekarang sudah berkembang ke bidang-bidang lain,
seperti pendidikan, ekonomi, antropologi, psikologi, bahasa, komunikasi,
politik, sejarah, agama dan sebagainya.

Penelitian jenis ini (grounded) dikembangkan pada tahun 1967


oleh Barney G. Glaser dan Anselm L. Strauss dengan diterbitkannya buku
berjudul The Discovery Of Grounded Theory. Tetapi di indonesia mulai
dikenal sekitar tahun 1970. Kehadirannya menghebohkan para ahli
penelitian kualitatif sebelumnya yang selalu berangkat dari teori untuk
menghasilkan teori baru. Teori dipakai sebagai alat untuk memahami
gejala atau fenomena hingga data yang diperoleh. Asumsinya, tanpa teori
sebagai sebuah perspektif, peneliti tidak akan mampu memahami gejala

1
untuk memperoleh makna (meaning), sehingga bisa jadi gejala yang
penting pun untuk menjawab masalah penelitian terlewatkan begitu saja
karena peneliti memiliki kelemahan atau kekurangan wawasan mengenai
tema yang diteliti, baik secara teoritik atau yang disebut sebagai perspektif
teoritik maupun wawasan empirik yang diperoleh dari pelacakan studi atau
penelitian sebelumnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Analisa life history dalam penelitian kualitatif?

2. Bagaimana pengertian Grounded Theori?

3. Bagaimana ciri-ciri penelitian Grounded Theori?

4. Bagaimana proses analisis data?

5. Bagaimana kelemahan dan kelebihan Grounded Theori?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian analisa life history dalam penelitian kualitatif.

2. Mengetahui pengertian Grounded Theori.

3. Mengetahui ciri-ciri penelitian Grounded Theori.

4. Mengetahui proses analisis data.

5. Mengetahui kelemahan dan kelebihan Grounded Theori.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Analisa life history dalam penelitian kualitatif


Life history adalah suatu kronologis dinamika pengalaman hidup
seseorang atau keluarga informan. Dalam hal ini peneliti dapat dibimbing
oleh saat-saat penting yang membawa perubahan dalam kehidupannya
(turning points). Seperti umpamanya, seseorang yang memperoleh hadiah
jutaan rupiah, membuat orang tersebut mengalami perubahan perilaku
konsumtif, perubahan perilaku interaksi sosial dengan kelompoknya.
Bahkan peristiwa kebangkrutan yang mendadak dapat mengubah secara
drastis kehidupan seseorang, dapat mengubah perilaku dan interaksi
kelompok, pandangan hidup, persepsi, bahkan dapat mengubah sikapnya
tentang hidupnya.1

Life history dalam ilmu sosial, digunakan sebagai pendekatan


untuk melihat bagaimana reaksi, tanggapan, interpretasi, pandangan dari
dalam, terhadap diri masyarakat tertentu (auto kritik). Dengan pemahaman
melalui life history ini, seorang peneliti akan memperdalam pengertiannya
secara kualitatif mengenai detail persoalan yang sedang dipelajarinya dari
orang, kelompok atau masyarakat tertentu, yang tidak dapat diperoleh dari
sekedar interview, observasi atau dengan menggunakan kuensioner.
Penggunaan life history, bukan berarti teknik pengumpulan data tersebut
itu diabaikan, namun justru teknik-teknik itu menjadi amat penting.
Seperti umpamanya interview dan dokumentasi, akan menjadi teknik yang
sangat membantu dalam penggunaan life history itu.

Life history dalam ilmu-ilmu sosial telah menjadi pendekatan


yang amat terkenal. Karena dari pendekatan ini telah banyak menghasilkan
karya-karya besar dalam bidang antropologi maupun sosiologi, karya-
karya besar itu seperti umpamanya buku: Napoleon le grant oleh driault, la

1
Burhan bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012),
hlm. 116

3
vida oleh oscar lewis, the profesional theif by a profesional theif, oleh E.H.
therland, dan ada banyak lagi.2

Menurut koentjaraningrat, kalau seorang peneliti memutuskan


menggunakan life history, maka secara singkat dapat diperincikan
mengenai tatacara penggunaan life history:

1. Perlu dilakukan pengumpulan informasi mengenai calon subyek


penelitian, seperti data sensus penduduk, dilakukan kepada orang-orang
atau sekelompok keluarga yang diseleksi atas dasar sifat yang diperlukan
dalam tema penelitian. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan
metode angke.
2. Dari sampel ini diseleksi sejumlah kecil orang atau keluarga untuk
penelitian yang mendalam.
3. Masing-masing orang atau keluarga dari sejumlah kecil itu, diteliti
mendalam dengan metode observasi dan wawancara.
4. Beberapa diantara orang atau keluarga itu diseleksi lagi untuk
diwawancarai mengenai pengalaman hidup mereka secara kronologis.
5. Mereka juga diwawancarai mengenai peristiwa tertentu dan selama satu
dua minggu diwawancarai untuk merekonstruksi kejadian hari-hari
kemarin.
6. Mereka juga dites psikologis dengan metode proyektive tests.
7. Dari mereka dikumpulkan sebanyak mungkin data dan dokumentasi
biografis.
8. Hasil wawancara dari tape ditranskripsi, dan apabila ada bahasa lokal,
maka bahasa itu diterjemahkan kedalam bahasa penelitian atau bahasa
yang dipakai dalam dunia ilmiah, ataupun juga ke dalam bahasa
masyarakat pada umumnya.
9. Seluruh data disusun secara kronologis dan diredaksi.
10. Dimana perlu mewawancara ulang, untuk mengisi beberapa bagian
laporan yang kurang lengkap, maka hal itu harus dilakukan untuk
melengkapi data dan keterangan yang terlupakan.

2
Ibid. hlm. 109-11

4
11. Redaksi akhir dilakukan sekaligus sebagai persiapan naskah life history
untuk publikasikan.
Kadang life history memiliki kesamaan dengan studi kasus, bahkan
dalam antropologi, pendekatan studi kasus yang digunakan umumnya berupa
life history, terutama apabila peneliti berhadapan dengan seorang yang buta
huruf, sehingga data yang diperoleh lebih banyak diandalkan melalui
wawancara.3

Koentjaraningrat mencatat beberapa faedah life history bagi penelitian


sosial. Terutama dilihat dari materi pendekatan ini:

1. Data life history penting bagi peneliti untuk memperoleh pandangan dari
dalam mengenai gejala dalam suatu masyarakat melalui pandangan diri
para warga sebagai partisipan dari masyarakat yang bersangkutan.
2. Data life history penting bagi peneliti untuk mencari pengertian mengenai
masalah individu warga masyarakat yang suka berkelakuan menyimpang
dari yang biasa, dan mengenai masalah peranan deviant individual seperti
sebagai pendorong gagasan baru, perubahan masyarakat dan kebudayaan.
3. Data life history penting bagi penelitian untuk memperoleh pemahaman
yang mendalam tentang hal-hal psikologis yang tak mudah diperoleh
melalui observasi, atau melalui metode interview langsung.
4. Data life history penting bagi peneliti untuk mendapat gambaran yang
lebih mendalam mengenai detail dari persoalan yang tidak mudah untuk
diceritakan kepada orang lain, seperti umpamanya cara hidup anak nakal,
gelandangan, pelacur, penjahat dan sebagainya, atau pemahaman
mengenai persoalan mengapa masyarakat tersebut menjadi miskin,
masyarakat tertentu menjadi pencuri, perampok dan sebagainya.4

B. Pengertian Penelitian Theory Grounded


Teoretisasi data, sebagai metodologi, pertama kali disusun oleh
dua orang sosiolog: Barney Glaser dan Anselm Strauss. Meskipun masing-
masing berasal dari latar belakang filsafat dan penelitian yang berbeda,
3
Ibid. hlm. 113-114
4
Ibid. hlm. 117-118

5
mereka memberi sumbangsih yang sama-sama penting. Keduanya bekerja
sama menyusun teknik-teknik untuk menganalisis data kualitatif yang
sesuai dengan pendidikan dan latar belakang mereka.

Anselm strauss berasal dari universitas chicago yang memiliki


sejarah yang panjang dan tradisi yang kuat dalam penelitian kualitatif. Di
universitas ini, ia pun terpengaruh oleh tulisan aliran pragmatis dan
interaksionis. Karena itu, pemikirannya diilhami oleh orang-orang seperti
Robert E.Park, W.L. Thomas, John Dewey, G.H. Mead, Everett Hughes,
dan Herbert Blumer. Latar belakangnya itu memberikan kontribusi bagi
pendekatan ini, antara lain:

1. Perlunya memasuki lapangan jika ingin mengetahui apa yang terjadi.


2. Pentingnya teori, yang berdasar kenyataan, bagi pengembangan suatu
disiplin
3. Sifat terus berlanjutnya pengalaman masa lalu ke masa kini.
4. Peranan aktif manusia dalam membentuk dunia yang mereka tempati.
5. Penekanan pada proses dan perubahan, keragaman serta kompleksitas
hidup, dan
6. Hubungan timbal balik antara kondisi, makna, dan tindakan.
Strauss mempunyai pengalaman aktual juga dalam penelitian
lapangan dan banyak berpikir tentang hubungan timbal balik yang tidak
kentara antara pengumpulan dan analisis data serta beberapa prosedur
penandaan (coding) yang selanjutnya diperinci (1964).

Barney glaser berasal dari tradisi yang sangat berbeda namun


dengan beberapa keistimewaan penting yang memungkinkan kerja sama
antara dua orang tersebut. Dia mengikuti pelatihan di universitas columbia
dan terpengaruh oleh paul lazarsfeld, yang dikenal sebagai inovator
metode kuantitatif. Kemudian, ketika mengerjakan analisis kualitatif,
glaser melihat adanya kebutuhan akan seperangkat prosedur yang baik.,
yang dirumuskan secara jelas dan sistematis untuk mengkode dan menguji
hipotesis yang dihasilkan selama proses penelitian. Tradisi universitas

6
columbia ini juga menekankan penelitian empiris dalam kaitannya dengan
pengembangan teori.

Tradisi penelitian chicago dan columbia ditujukan untuk


menghasilkan penelitian yang berguna bagi para profesional ataupun
masyarakat awam. Karena alasan inilah, maka sebagian besar penulisan
teori grounded yang dihasilkan dari kerja sama glaser-strauss, termasuk
risalah (monograph) asli tentang kematian (1965,1968), ditujukan kepada
masyarakat awam dan juga kepada rekan-rekan sejawat dibidang yang
sama.5

Bermula dari Glaser dan Strauss, penelitian teori grounded


diintrodusir oleh glaser dan strauss melalui karya monumental mereka the
discovery of grounded theory (1967). Sesuai dengan judul karya tersebut,
glaser dan strauss berupaya mengenalkan suatu corak penelitian untuk
menemukan teori berdasarkan data.

Menemukan teori berdasarkan data yang diperkenalkan glaser dan


strauss tersebut merupakan barang baru, dan boleh dikatakan berlawanan
sama sekali dengan pendekatan klasik (classical approach) yang telah
berlangsung sedemikian mapan dalam dunia ilmu pengetahuan. Penelitian
teori grounded yang ditawarkan glaser dan straussmemang dimaksudkan
sebagai pendekatan alternatif terhadap pendekatan klasik.

Pada pendekatan klasik, suatu penelitian menggunakan logika


deduktiko-hipotetiko-vertifikatif. Dalam penerapan logika tersebut,
penelitian dirancang untuk memversifikasi benar salahnya hipotesis yang
diderivasi dari suatu teori. Penelitian berpola demikian lazim disebut
dengan istilah penelitian verifikatif atau studi verifikatif.

Suatu studi verfikatif, tahap pertama lazimnya bergerak dilevel


teoritikal atau level konseptual. Di tahap ini, penelitian merumuskan
definisi konseptual dari konsep-konsep yang secara teoritis diperkirakan
5
Anselm strauss dan juliet corbin, Dasar-dasar penelitian kualitatif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2013), hlm. 13-14

7
saling berhubungan satu sama lain. Kemudian merumuskan proposisi
(hipotesis level konseptual) yang menyatakan bagaimana kecenderungan
hubungan antar konsep. Tahapan kedua merupakan upaya menjembatani
kesenjangan (gap) antara level kenseptual-teoritikal dan level empirikal
(level data). Di tahap ini lazimnya berupa usaha penyusunan definisi
operasional, menentukan cara beserta ukuran untuk mengukur konsep-
konsep secara empiris, dan merumuskan hipotesis yang dapat diuji
berdasarkan ukuran-ukuran empiris. Tahap ketiga atau terakhir adalah
mengumpulkan data dan menganalisisnya untuk menguji benar-salahnya
suatu hipotesis.

Pada penelitian teori grounded, penelitian langsung terjun ke


lapangan tanpa membawa rancangan konseptual, teori, dan hipotesis
tertentu. Secara propokatif malah sering dikatakan supaya peneliti masuk
ke lapangan dengan “kepala kosong”, tanpa membawa apa pun yang
sifatnya a priori, apakah itu konsep, teori, ataukah hipotesis. Sebab,
dengan membawa konsep, teori, hipotesis bersifat a priori dikuatirkan akan
terjebak pada “penyakit” studi verifikatif yang memaksakan level
empirikal menyesuaikan diri dengan “apa maunya” level konseptual-
teoritikal.

Dengan keadaan “kepala kosong”, peneliti diharapkan bisa


sepenuhnya terpancang kepada kenyataan berdasarkan data lapangan itu
sendiri, baik dalam mendeskripsikan apa yang terjadi maupun dalam
menjelaskan kemengapaannya. Dengan demikian, apa yang ditemukan
(berupa konsep, hipotesis, teori) benar-benar berdasarkan data hasil
observasi yang dikembangkan secara induktif. Itulah yang dilakukan
glaser dan strauss ketika mereka meneliti pasien-pasien rumah sakit yang
telah sekarat.6

Menurut glaser dan strauss (1967) grounded theory approach


merupakan metode ilmiah karena prosedur kerjanya yang dirancang secara

6
Burhan bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012),
hlm. 119-121

8
cermat, sehingga memenuhi kriteria metode ilmiah. Kriteria adalah adaya
signifikasi, kesesuaian antara teori dan observasi, dapat digeneralisasikan,
dapat diteliti ulang, adanya ketepatan dan ketelitian, serta dapat
dibuktikan.7

Pendekatan teoretisasi data (grounded theory approach) ialah


metode penelitian kualitatif yang menggunakan sejumlah prosedur
sistematis guna mengembangkan teori grounded, yang disusun secara
induktif, tentang suatu fenomena. Temuan penelitiannya merupakan
rumusan teori tentang realitas yang diteliti, bukan sekedar sederet angka
atau sejumlah tema yang kurang berkaitan. Melalui metodologi ini, tidak
hanya dihasilkan konsep-konsep dan hubungan antar konsep, namun juga
dilakukan pengujian sementara terhadap konsep ini. Prosedur pendekatan
tersebut cukup banyak dan agak mengkhusus, seperti akan anda lihat
dalam buku ini.8

Graunded theory approach adalah suatu jenis metode penelitian


kualitatif yang berorientasi pada penemuan teori dari kancah. Dilihat dari
prosedur, prinsip, dan teknik yang digunakan, metode ini benar-benar
bersifat kualitatif murni, tetapi jika dilihat dari kerangka berpikir yang
digunakan, ternyata secara implisit pendekatan ini meminjam metode
kuantitatif.9 Tujuan dari grounded theory approach adalah teoritisasi data.
Teoritisasi adalah sebuah metode penyusunan teori yang berorientasi
tindakan/interaksi karena itu cocok digunakan untuk penelitian terhadap
perilaku. Penelitian ini tidak bertolak dari suatu teori atau untuk menguji
teori (seperti paradigma penelitian kuantitatif), melainkan bertolak dari
data menuju suatu teori. Untuk itu, yang diperlukan dalam proses menuju
teori itu adalah prosedur yang terencana dan teratur (sistematis).

7
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2014), hlm. 196
8
Anselm strauss dan juliet corbin, Dasar-dasar penelitian kualitatif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2013), hlm. 12
9
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2014), hlm. 202

9
Selanjutnya, metode analisis yang ditawarkan grounded theory approach
adalah teoritisasi data (grounded theory).10

Theory grounded adalah teori yang diperoleh secara induktif dari


penelitian tentang fenomena yang dijelaskannya. Karenanya, teori ini
ditemukan, disusun, dan dibuktikan untuk sementara melalui pengumpulan
data yang sistematis dan analisis data yang berkenaan dengan fenomena
itu. Dengan demikian, pengumpulan data, analisis, dan teori saling terkait
dalam hubungan timbal-balik. Peneliti tidak memulai penyelidikan dengan
satu teori tertentu lalu membuktikannya, namun dengan suatu bidang
kajian dan hal-hal yang terkait dengan bidang tersebut.11

Grounded teory merupakan penelitian kualitatif yang berbeda dari


penelitian kualitatif yang lain karena secara terencana, sistematis,
terstruktur, dan terukur bertujuan merumuskan teori berdasarkan data
lapangan. Selain, itu juga karena secara terbuka memanfaatkan teori yang
telah ada secara kritis.12

Grounded theory merupakan metodologi baru dalam penelitian


kualitatif. Grounded theory dicetuskan oleh dua orang ahli ilmu sosial,
yaitu glasser dan strauss yang tidak puas terhadap perumusan teori yang
selama ini berkembang dalam ilmu sosial, yaitu deduktif-spekulatif yang
tidak didasarkan pada data lapangan. Grounded theory fokus pada makna
sebagaimana yang dihayati, dirasakan, dan didialogkan oleh partisipan
dengan di dalam konteks sosialnya. Jadi, peneliti grounded theory bukan
menciptakan teori dari dan dengan perspektifnya, tetapi merumuskan teori
dari penggalian terhadap partisipan.

Grounded theory merupakan seperangkat metode riset yang


terdiri dari cara-cara pengumpulan dan analisis data, serta cara-cara

10
Ibid. 196
11
Anselm strauss dan juliet corbin, Dasar-dasar penelitian kualitatif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2013), hlm. 10
12
Nusa Putra, Penelitian Kualitatif IPS (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 152

10
pengolahan data yang tidak sama dengan penelitian kualitatif yang lain.
Ketidaksamaan itu terutama adanya persyaratan sampling teoretis dan
metode komparatif tetap. Cara-cara pengumpulan data dan prosedur serta
teknik penelitian lapangan grounded theory tidak berbeda dibanding
penelitian kualitatif yang lain.

Grounded theory merupakan metodologi yang berasal dari


sosiologi yang menekankan pemahaman perilaku manusia dalam konteks
sosial yang bertujuan pencaritemuan teori menggunakan cara kerja
induktif. Cara kerja induktif ini menunjukkan bahwa teori dirumuskan
melalui penelitian yang berbasis data lapangan.

Berbasis data lapangan itulah teori dibangun dan dikembangka.


Ada banyak data yang menjadi dasar perumusan teori, baik yang kualitatif
maupun kuantitatif. Data itu dikumpulkan dengan cara pengamatan,
wawancara, survei, dan analisis terhadap bahan tertulis atau hasil rekaman.
Data dianalisis selama penelitian berlangsung sehingga dirumuskanlah
sejumlah konsep yang merupakan unit analisis yang utama. Konsep-
konsep itu dikategorisasi, dikaitkan satu sama lain yang bersesuaian
sehingga dihasilkan konsep-konsep yang lebih abstrak. Selanjutnya,
berdasarkan konsep yang dianalisis inilah dirumuskan tema-tema yang
berujung pada perumusan teori. Jadi, grounded theory pada akhirnya
melahirkan teori yang berasal atau berbasis data. Pada mulanya data dan
akhirnya lahirlah teori. Inilah yang membedakan grounded theory
dibandingkan penelitian kualitatif lain. Cara perumusan teori yang induktif
ini pula yang membedakannya dengan cara perumusan teori yang selama
ini berkembang dalam sosiologi, yaitu merumuskan teori secara deduktif.13

Pendekatan grounded theory adalah teori yang diperoleh dari hasil


pemikiran induktif dalam suatu penelitian tentang fenomena yang ada.
Grounded theory ini ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan melalui
pengumpulan data secara sistematis dan analisis data yang terkait dengan
fenomena tersebut. Oleh karena itu, kumpulan data analisis dan teori saling
13
Ibid. hlm. 154-155

11
memengaruhi satu sama lain. Peneliti tidak mulai dengan suatu teori,
kemudian membuktikannya, tetapi memulai dengan melakukan penelitian
dalam suatu bidang, kemudian apa yang relevan dengan bidang tersebut
dianalisis.

Mengenai pendekatan yang digunakan dalam grounded theory


dijelaskan oleh strauss dan corbin adalah suatu penelitian kualitatif yang
menggunakan seperangkat prosedur yang sistematis untuk menyusun
secara induktif teori tentang suatu fenomena. Penelitian tersebut akan
menghasilkan rumusan teoritis tentang suatu realitas, yang terdiri dari
sejumlah atau sekelompok tema-tema yang mempunyai kaitan secara tidak
ketat. Melalui cara ini, konsep dan hubungan tema-tema tersebut tidak
hanya dapat diberlakukan secara umum, tetapi juga diuji sementara.

Sementara itu, tujuan dari grounded theory adalah menyusun teori


yang tepat dan memberi gambaran yang jelas tentang bidang yang diteliti.
Peneliti-peneliti bekerja dalam tradisi yang demikian, dan berharap teori
yang mereka bangun dapat dikaitkan dengan teori-teori lain dalam disiplin
masing-masing dan implikasinya dapat berguna dalam penerapannya.14

Grounded theory memang menimbulkan kontroversi. Di satu sisi


ia bertujuan memberi landasan yang kokoh pada penelitian kualitatif
dengan cara menciptakan cara kerja yang lebih terukur dan terstruktur.
Pernyataan ini dengan sangat tegas menunjukkan sikap dan pendirian para
peletak dasar grounded theory dalam kaitannya dengan peneliti kualitatif,
juga menampakkan sumbangan mereka untuk memajukan penelitian
kualitatif, bahkan dengan cara memberikan tujuan dan arah baru.

Pernyataan pertama merupakan kritik terhadap cara-cara


merumuskan dan mengembangkan teori didalam ilmu-ilmu sosial dengan
cara deduktif, yaitu menurunkan teori dari pandangan filsafat tertentu atau
menyintesiskan teori-teori yang telah ada tanpa didukung fakta lapangan

14
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2014), hlm. 198-199

12
yang didapat melalui penelitian. Pernyataan ini sekaligus menegaskan
pentingnya penelitian kualitatif karena mendahulukan cara kerja induktif
yang berbasis pada data. Jadi, teori mesti berasal dari dasar (grounded)
yaitu dari data lapangan dan dari penelitian yang dilakukan tahap demi
tahap sampai dihasilkan teori.

Pernyataan kedua merupakan semacam proklamasi bahwa


penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mandiri, bukan merupakan
bagian atau pelengkap penelitian kuantitatif. Untuk mendukung
kemandirian itulah dirumuskan grounded theory yang mempersyaratkan
metode dan prosedur yang ketat, terukur, dan bertahap. Grounded theory
menunjukkan bahwa meskipun berkutat dengan kualitas, penelitian
kualitatif tetap dapat membangun dan menerapkan keketatan yang terukur.

Grounded theory dengan prosedur yang ketat dan tahapan yang


jelas membuktikan bahwa penelitian kualitatif sangat sistematis tahapan,
cara kerja, dan analisisnya sehingga ia bukan ungkapan perasaan atau
impresi, juga bukan sekedar tanggapan kesan si peneliti atas realitas.
Grounded theory dan penelitian kualitatif lainnya memiliki standar atau
indikator untuk memeriksa keabsahan data dan cara melaporkan hasil-
hasilnya secara sistematis dan transparan. Oleh karena itu, anggapan
peneliti kualitatif impresionistik dan tidak sistematis harus dilawan dengan
membuat suatu cara kerja atau prosedur yang sistemik dan sistematis.15

Tujuan grounded theory adalah menentukan kondisi yang


memunculkan sejumlah tindakan/interaksi yang berhubungan dengan suatu
fenomena dan akibatnya. Hanya situasi tertentu sajalah yang dapat
digeneralisasi. Pada dasarnya, semakin sistematis dan luas penyampelan
teoritik, semakin banyak kondisi dan variasi yang dapat ditemukan dan
disusun ke dalam teori, sehingga semakin besar kesamarataannya (kian
tinggi pula kecermatan dan kemampuan prediksinya). Jika penelitian
pertama gagal mendata variasi yang terungkap dalam penelitian kedua, hal

15
Nusa Putra, Penelitian Kualitatif IPS (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 156-157

13
ini dapat ditambahkan sebagai pembaruan atas rumusan penelitian
pertama.16

Teori grounded yang bisa kita akui tersusun baik adalah yang bisa
diterapkan terhadap suatu fenomena dengan memenuhi empat kriteria
utama, yaitu kesesuaian, pemahaman, generalitas, dan kontrol. (untuk
pembahasan lebih lanjut tentang hal ini lihat glaser dan strauss 1976, hlm.
237-250 juga glaser 1978, hlm. 3 tentang karakteristik teori yang belum
dapat dikatakan grounded). Jika suatu teori sangat sesuai dengan
kenyataan sehari-hari dalam bidang yang nyata dan diatur dengan cermat
dari beragam data, berarti teori ini sangat relevan dengan bidang nyata
tersebut. Karena melukiskan kenyataan, maka teori ini harus dapat
dipahami dan masuk akal bukan hanya untuk menggambarkan orang-orang
yang diteliti melainkan juga orang-orang yang ada dibidang yang nyata.
Jika ada yang mendasarinya cukup luas, berarti teori tersebut cukup
abstrak dan memiliki cukup variasi untuk bisa diterapkan pada bermacam
konteks yang terkait dengan fenomena yang dimaksud. Hipotesis-hipotesis
yang mengemukakan adanya hubungan antar konsep yang selanjutnya
dapat digunakan untuk menyusun tindakan disusun secara sistematis dari
data aktual yang terkait dengan fenomena tadi.17

C. Ciri-Ciri Penelitian Grounded Theori


Berdasarkan penjelasan Strauss dan corbin dapat disimpulkan tentang ciri-
ciri grounded theory sebagai berikut.

1. Grounded theory dibangun dari data tentang suatu fenomena, bukan suatu
hasil pengembangan teori yang sudah ada.

2. Penyusunan teori tersebut dilakukan dengan analisis data secara induktif


bukan secara deduktif seperti analisis data yang dilakukan pada penelitian
kuantitatif.

16
Anselm strauss dan juliet corbin, Dasar-dasar penelitian kualitatif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2013), hlm. 290
17
Ibid. hlm. 11

14
3. Untuk penyusunan teori menghasilkan teori yang benar disamping harus
dipenuhi empat kriteria, yaitu cocok (fit), dipahami (understanding),
berlaku umum (generality), pengawasan (control), juga diperlukan
dimilikinya kepekaan teoritik (theoretical sensitivity) dari peneliti.
Kepekaan teori adalah kualitas pribadi si peneliti yang memiliki
pengetahuan mendalam sesuai bidang yang diteliti, mempunyai
pengalaman penelitian dalam bidang yang relevan. Dengan pengetahuan
dan pengalamannya tersebut si peneliti akan mampu memberi makna
terhadap data dari suatu fenomena atau kejadian dan peristiwa yang dilihat
dan didengar selama pengumpulan data. Selanjutnya si peneliti mampu
menyusun kerangka teori berdasarkan hasil analisis induktif yang telah
dilakukan setelah dibandingkan dengan teori-teori lain dapat disusun teori
baru.

4. Kemampuan peneliti untuk memberi makna terhadap data sangat


dipengaruhi oleh kedalaman pengetahuan teoritik, pengalaman dan
penelitian dari bidang yang relevan dan banyaknya literatur yang dibaca.
Hal-hal itu menyebabkan si peneliti memiliki informasi yang kaya dan
peka atau sensitif terhadap kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa
dalam fenomena yang diteliti.

Ada tiga dasar kerangka berpikir kuantitatif yang dipinjam grounded theoty.

1. Penggunaan hukum kausalitas sebagai dasar penyusunan teori. Prinsip


kausalitas merupakan salah asumsi dasar bagi pengembangan ilmu
pengetahuan karena sangat diyakini bahwa segala hal yang terjadi di alam
ini tidak lepas dari hukum sebab akibat.

2. Pengukuran fenomena pada umumnya, penelitian kualitatif tidak


melakukan pengukuran terhadap data yang ditemukannya, melainkan lebih
menekankan pada pengelompokannya konfigurasi dari variasinya. Dengan
grounded theory, disini dilakukan pengukuran-pengukuran, sebagaimana
yang lazim dilakukan pada metode kuantitatif.

15
3. Penggunaan variabel secara eksplisit memang tidak pernah disebut-sebut
istilah variabel dalam grounded teori, tetapi penggunaan paradigma
teoritik yang membagi fenomena ke dalam kondisi kausal, konteks,
kondisi pengaruh, tindakan/interaksi, dan konsekuensi, serta mencari
hubungan-hubungan antara unsur-unsur itu merupakan pertanda bahwa di
dalam metode ini digunakan konsep-konsep yang identik dengan variabel.

Perkawinan metode kualitatif dengan kuantitatif dalam grounded


theory merupakan satu perkembangan baru yang patut diberi apresiasi positif.
Proses perkawinan itu sendiri harus dimaklumi, bukan karena strauss dan
glaser sebagai dua tokoh penggagas metode ini yang memiliki latar pemikiran
yang berbeda (kualitatif dan kuantitatif), melainkan juga karena tuntutan
perkembangan metode keilmuan yang terus berkembang.mau tak mau metode
kualitatif harus menata prosedur dan teknik-teknik penelitiannya supaya
semakin dipercaya sebagai metode yang dapat diandalkan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan.18

Rumusan masalah dalam grounded theory disusun lebih dari satu


kali. Rumusan masalah yang diajukan pada tahap pertama dimaksudkan
sebagai panduan dalam mengumpulkan data, sedangkan rumusan masalah
yang diajukan pada tahap berikunya dimaksudkan sebagai panduan untuk
menyusun teori. Perumusan masalah yang disebut terakhir ini inheren dengan
perumusan hipotesis penelitian. Pada umumnya, setiap peneliti, rumusan
masalah yang disusun di awal adalah yang memiliki substansi yang jelas,
serta diformulasikan dalam bentuk pertanyaan. Ciri rumusan masalah
disarankan dalam grounded theory adalah: (1) Berorientasi pada
pengidentifikasian fenomena yang diteliti, (2)Mengungkapsecara tegas
tentang objek (formal dan material) yang akan diteliti, serta (3) Berorientasi
pada proses dan tindakan.

Misalnya, rumusan masalah awal pada grounded theory


“bagaimanakah wanita yang berpenyakit kronis mengatasi kehamilan?”

18
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2014), hlm. 201-202

16
pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah ini bermaksud untuk (1)
mengenali secara tepat dan mendalam perilaku wanita yang sedang
berpenyakitan kronisdalam mengatasi kehamilannya. (2) objek formal
penelitian adalah wanita yang berpenyakit kronis yang sedang hamil,
sedangkan objek materialnya adalah cara-cara yang dilakukan oleh wanita itu
dalam mengatasi persoalan kehamilan dalam kondisi sakit. (3) orientasi
utama yang disoroti adalah tahapan tindakan si wanita dan jenis-jenis atau
bentuk-bentuk tindakan yang dipilih.19

Proses analisis data dalam penelitian grounded theory bersifat


sistematis dan mengikuti format standar sebagai berikut:

a. Dalam pengodean terbuka (open coding), peneliti membentuk


kategori awal dari informasi tentang fenomena yang dikaji
dengan pemisahan informasi menjadi segmen-segmen. Didalam
setiap kategori, peneliti menemukan beberapa propertics, atau
sub kategori, dan mencari data untuk membuat dimensi (to
dimensionalize), atau memperlihatkan kemungkinan ekstrem
pada kontinum properti tersebut.

b. Dalam pengkodean poros (axial coding), peneliti merakit data


dalam cara baru setelah open coding. Rakitan data ini
dipresentasikan menggunakan paradigma pengodean atau
diagram logika dimana peneliti mengidentifikasi fenomena
sentran (yaitu kategori sentral tentang fenomena), menjajaki
kondisi kausal (yaitu kategori yang mempengaruhi fenomena),
menspesifikasikan strategi (yaitu tindakan atau interaksi yang
dihasilkan dari fenomena sentral), mengidentifikasi konteks dan
kondisi yang menengahinya (yaitu kondisi luas dan sempit yang
mempengaruhi strategi), dan menggambarkan konsekuensi (yaitu
hasil dari strategi) untuk fenomena ini.

19
Ibid. hlm. 203-204

17
c. Dalam pengodean selektif (selective coding), peneliti
mengidentifikasi “garis cerita” dan menulis cerita yang
mengintegrasikan kategori dalam model pengodean poros.
Dalam fase ini, proposisi bersyarat (conditional proposition) atau
hipotesis biasanya disajikan.

d. Akhirnya, peneliti dapat mengembangkan dan menggambarkan


secara visual suatu matrik kondisional yang mejelaskan kondisi
sosial, historis, dan ekonomis yang mempengaruhi fenomena
sentral. Fase analisis ini tidak sering ditemukan dalam grounded
theory.

D. Proses Analisis Data


Hasil proses pengumpulan dan analisis data ini adalah suatu
teori, teori level subtantif subtantive level theory) yang ditulis oleh peneliti
tertutup pada suatu masalah khusus atau populasi orang. Teori ini
selanjutnya cenderung diuji secara empiris sekarang kita mengetahui
variabel atau kategori data lapangan, meskipun studi ini dapat diakhiri
pada poin ini karena penurunan suatu teori merupakan hasil studi yang
sah/legitimate.

Menurut strauss dan corbin prosedur analisis dalam penelitian


grounded theory yang disebutkannya sebagai proses pengodean (conding
proces) dirancang sebagai berikut:

1. Membangun dari pada hanya mengetes teori.

2. Memberikan proses penelitian rigor “ketegasan”yang diperlukan untuk


membuat teori ilmu pengetahuan yang baik.

3. Membantu menganalisis untuk memecahkan melalui bias dan asumsi yang


dibawa.

4. Melengkapi grounding, membangun pengungkapan, dan mengembangkan


kepekaan serta integrasi yang diperlukan untuk melahirkan suatu yang

18
besar, mempersempit jaringan, menjelaskan teori yang secara tertutup
mendekati realitas yang mewakilinya.

E. Kelemahan dan kelebihan grounded theori


Berbagai kegiatan penelitian telah dilakukan dengan pendekatan
grounded theory di berbagai disiplin ilmu telah dilakukan. Salah satunya
adalah “user of computer based qualitative data analisis (QDA) sofware in
grounded research methodology”.

Dari penjelasan para peneliti yang terlibat, terkesan bahwa


penggunaan metode grounded theory terlalu memakan waktu yang lama.
Hal ini dikarenakan adanya tuntutan metodologinya yang mengharuskan
para peneliti untuk bersikap sangat teliti, dan rajin.20

Kualitas grounded seperti pada penelitian lain, selain ditentukan


validitas, realiabilitas dan kredibilitas dari data. Juga ditentukan oleh
proses penelitian dimana teori dihasilkan serta beralasan empiris dari
temuan atau teori yang dihasilkan.proses grounded theory selama ini
dituduh kelewat kompleks dan membingungkan. Banyak orang yang
kesulitan mempraktikkannya, kecuali dalam kondisi yang longgar, tidak
kaku, tidak terlalu dispesifikasi.

Ada tiga aspek yang membedakan grounded theory dengan


pendekatan penelitian yang lain adalah sebagai berikut:

1. Peneliti mengikuti prosedur analisis sistematik dalam sebagian besar


pendekatan. Grounded theory lebih terstruktur dalam proses pengumpulan
data dan analisisnya, dibanding model riset kualitatif lain. Meski
strateginya sama (misalnya analisis tematik terhadap transkip wawancara,
observasi dan dokumen tertulis).

2. Penelitian memasuki proses riset dengan membawa sedikit mungkin


asumsi. Ini berarti menjauhkan diri dari teori yang sudah ada.

20
Agus Salim, Metode : Teoridan paradigma penelitian sosial (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2001),
hlm. 112

19
3. Peneliti tidak semata-mata bertujuan untuk menguraikan atau menjelaskan,
tetapi juga mengonseptualisasikan dan berupaya keras untuk menghasilkan
dan mengembangkan teori.21

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Life history adalah suatu kronologis dinamika pengalaman hidup
seseorang atau keluarga informan. Dalam hal ini peneliti dapat dibimbing
oleh saat-saat penting yang membawa perubahan dalam kehidupannya
(turning points). Seperti umpamanya, seseorang yang memperoleh hadiah
jutaan rupiah, membuat orang tersebut mengalami perubahan perilaku
konsumtif, perubahan perilaku interaksi sosial dengan kelompoknya.
Bahkan peristiwa kebangkrutan yang mendadak dapat mengubah secara
drastis kehidupan seseorang, dapat mengubah perilaku dan interaksi
kelompok, pandangan hidup, persepsi, bahkan dapat mengubah sikapnya
tentang hidupnya.

Grounded theory adalah suatu yang bersifat konseptual atau teori


sebagai hasil pemikiran induktif dari data yang dihasilkan dalam penelitian
mengenai suatu fenomena atau suatu teori yang dibangun dari data suatu
21
Cristin daymon immy dan holloway, Metode-metode riset kualitatif dalam public relations dan
marketing communication (Yogyakarta: Bentang, 2008), hlm. 197

20
fenomena dan analisis secara induktif, bukan hasil pengusian teori yang
telah ada.

Grounded theory dibangun dari data tentang suatu fenomena


penyusunan teori tersebut dilakukan dengan analisis data secara induktif.
Agar penyusunan teori menghasilkan teori yang benar disamping harus
dipenuhi empat kriteria yaitu: cocok, dipahami, berlaku umum,
pengawasan, juga diperlukan dimilikinya kepekaan teoritik (theoritical
sensitivity) dari si peneliti. Peneliti mempunyai wawasan yang luas.

B. Saran
Pembaca di harapkan untuk mengetahui lebih dalam tentang
Analisis Data Kualitatif. Untuk itu dengan adanya makalah ini. Semoga
dapat di jadikan acuan untuk menjadi manusia yang berakhlakul karimah.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua

21
DAFTAR RUJUKAN
Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012.

Anselm strauss dan Juliet Corbin. Dasar-dasar penelitian kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2013.

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014.

Putra, Nusa Penelitian. Kualitatif IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013.

Salim, Agus. Metode : Teoridan paradigma penelitian sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2001.

Cristin daymon immy dan holloway. Metode-metode riset kualitatif dalam public relations dan
marketing communication. Yogyakarta: Bentang, 2008.

iv

Você também pode gostar