Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Dalam era globalisasi dewasa ini salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh
pemerintah khususnya pemerintah daerah adalah bagaimana menampilkan aparatur yang
profesional, memiliki etos kerja yang tinggi, keunggulan kompetitif, dan kemampuan
memegang teguh etika birokrasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya dan memenuhi
aspirasi masyarakat serta terbebas dari Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme. Tantangan tersebut
merupakan hal yang beralasan mengingat secara empirik masyarakat di daerah menginginkan
agar aparat pemerintah dalam menjalankan tugas-tugasnya dapat bekerja secara optimal yang
akhirnya dapat memberikan pelayanan yang terbaik terhadap masyarakat. Tumpuan dan
harapan itu lebih tertuju pada aparatur pemerintah daerah mengingat mereka merupakan
wakil dari pemerintah pusat untuk menjalankan roda pemerintahan. Untuk dapat
menyelenggarakan pemerintahan yang baik dituntut aparatur pemerintah yang profesional,
hal ini merupakan prasyarat dalam meningkatkan mutu penyelenggaraan dan kualitas
pelayanan yang akan diberikan kepada masyarakat. Pentingnya profesionalisme aparatur
pemerintah sejalan dengan bunyi Pasal 3 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang
perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
yang menyatakan bahwa : “ Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara
yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur,
adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintah, dan pembangunan”.
1
Bentuk pelayanan yang adil dan merata, hanya dimungkinkan oleh kesiapan
psikologis birokrat pemerintah yang senantiasa menyesuaikan diri dengan perubahan sosial
(social change) dan dinamika masyarakat sebagai sasaran pelayanannya. Dalam konteks ini
pelayanan menjadi kewajiban dan tanggungjawab birokrasi dalam mengadopsi perubahan
dan kebutuhan sosial yang berdasarkan atas profesionalisme dan nilai-nilai kemanusian.
Mengingat sangat pentingnya eksistensi Sumberdaya Manusia dalam bidang kegiatan
pemerintahan disebutkan dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999
bahwa kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan nasional sangat
tergantung pada kesempurnaan aparatur, khususnya pegawai negeri. Oleh karena itu setiap
aparatur dituntut untuk dapat melakukan tugas dan fungsinya secara profesional. Namun
dalam kenyataannya hal tersebut tidaklah mudah untuk terbentuk dengan sendirinya. Banyak
hal yang terjadi malah sebaliknya, dimana banyak aparatur pemerintah daerah kurang mampu
dalam menyelenggarakan kegiatan pemerintah dengan kredibilitas yang tinggi, sehinggga
proses pelayanan yang diberikan kepada masyarakat menjadi relatif kurang optimal.
2
KTP salah satunya adalah apabila sudah genap 17 tahun dan bagi yang berstatus menikah tapi
usianya belum mencapai 17 tahun juga berhak mempunyai KTP. Dari data yang diperoleh
dari kantor Kecamatan Sidamanik tata cara pembuatan pembuatan atau perpanjangan KTP
adalah harus mengajukan permohonan tertulis kepada camat dengan menggu nakan formulir
yang disediakan dilampiri persyaratan surat pengantar dari Kepala desa dan pas photo,
pengesahan dari desa, pengesahan dari Kecamatan kemudian ke Cacatan Sipil. Melalui
prosedur dan persyaratan seseorang berhak memiliki KTP, namun kenyataannya masih
banyak yang telah memenuhi syarat tetapi belum mempunyai KTP dari data kependudukan
yang diperoleh dari Kantor Camat Sidamanik. Adapun perbedaan jumlah tersebut,
kemungkinan disebabkan oleh lambannya aparatur serta berbelit-belitnya proses yang dilalui
dalam pengurusan KTP tersebut, serta kurangnya informasi yang diberikan kepada
masyarakat mengenai besarnya biaya dalam pengurusan KTP, atau kalaupun biaya dalam
pembuatan KTP tadi sudah ditetapkan dalam pengumuman perda, namun dalam realisasinya
biaya pembuatan KTP sering berbeda dengan apa yang tercantum dalam peraturan. Hal ini
bisa saja disebabkan karena kesalahan faktor minimnya dukungan fasilitas pengadaan atau
fasilitas kerja pemerintah, yang mana masih dominan manual dalam pengerjaan tugas. Akibat
hal-hal tersebut diatas harus diakui secara perlahan-lahan akan mengurangi tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan dan kinerja pemerintah. Untuk menghempang
hal tersebut, maka pemerintah harus lebih responsif dan akuntabel guna memberikan
pelayanan yang prima dan dapat memuaskan masyarkat.
Maka dengan demikian pelayanan publik dapat ditafsirkan sebagai tanggung jawab
pemerintah atas kegiatan yang ditujukan untuk kepentingan publik atau masyarakat yang
mengandung adanya unsur-unsur perhatian dan kesediaan serta kesiapan dari pelaksana
pelayanan tersebut. Untuk itu aparat pemerintah tentunya lebih meningkatkan keterampilan
atau keahlian dan semangat yang tinggi sebagai pelayan publik, sehingga pelayanan dapat
secara maksimal diterima dan memberikan kepuasan bagi masyarakat.
3
1.2 Rumusan Masalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
Sebelum membahas sikap profesional, ada baiknya diketahui terlebih dahulu makna
profesional dan profesionalisme, dan akhirnya baru akan tercapai tindakan profesional.
Profesional artinya ahli dalam bidangnya. Jika seorang manajer mengaku sebagai seorang
yang profesional maka ia harus mampu menunjukan bahwa dia ahli dalam bidangnya. Harus
mampu menunjukan kualitas yang tinggi dalam pekerjannya. Berbicara mengenai
profesionalisme mencerminkan sikap seseorang terhadap profesinya. Secara sederhana,
profesionalisme yang diartikan perilaku, cara, dan kualitas yang menjadi ciri suatu profesi.
Seseorang dikatakan professional apabila pekerjannya memiliki ciri standar teknis atau etika
suatu profesi (Oerip dan Uetomo, 2000 : 264-265). Istilah profesional itu berlaku untuk
semua aparat mulai dari tingkat atas sampai tingkat bawah. Profesionalisme dapat diartikan
sebagai suatu kemampuan dan keterampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan menurut
bidang dan tingkatan masing-masing. Profesionalisme menyangkut kecocokan (fitness),
antara kemampuan yang dimiliki oleh birokrasi (bureaucratic-competence) dengan kebutuhan
tugas (task-reguerement), terpenuhi kecocokan antara kemampuan dengan kebutuhan tugas
merupakan syarat terbentuknya aparatur yang profesional. Artinya keahlian dan kemampuan
aparat merefleksikan arah dan tujuan yang ingin dicapai oleh sebuah organisasi (Kurniawan,
2005:74 ). Menurut Imawan (1997 : 77 ) profesionalisme menunjukkan hasil kerja yang
sesuai dengan standar teknis atau etika sebuah profesi. Aktivitas kerja itu lazim berhubungan
dengan penghasilan dalam bentuk uang. Untuk menciptakan kadar profesionalitas dalam
melaksanakan misi institusi persyaratan dasarnya adalah tersedianya sumber daya manusia
yang andal, pekerjaan yang terprogram dengan baik, dan waktu yang tersedia untuk
melaksanakan program tersebut serta adanya dukungan dana yang memadai dan fasilitas
yang memadai dan fasilitas yang mendukung.
6
2.3 Karakteristik Profesionalisme Kerja
Menurut Mertin Jr (dalam Agung, 2005 : 75) karakteristik profesionalisme aparatur
sesuai dengan tuntutan good governance, diantaranya :
1) Equality: Perlakuan yang sama atas pelayanan yang diberikan. Hal ini didasarkan
atas tipe perilaku birokrasi rasional yang secara konsisten memberikan pelayanan
yang berkualitas kepada semua pihak tanpa memandang afiliasi politik, status
social dan sebagainya.
2) Equity: Perlakuan yang sama kepada masyarakat tidak cukup, selain itu juga
perlakuan yang adil. Untuk masyarakat yang pluralistik kadang-kadang
diperlukan perlakuan yang adil dan perlakuan yang sama.
3) Loyality: Kesetiaan kepada konstitusi hukum, pimpinan, bawahan, dan rekan
kerja. Berbagai jenis kesetiaan tersebut terkait satu sama lain dan tidak ada
kesetiaan yang mutlak diberikan kepada satu jenis kesetiaan tertentu dengan
mengabaikan lainnya.
4) Accountability: Setiap aparat pemerintah harus siap menerima tanggung jawab
atas apapun yang ia kerjakan.
7
Langkah awal yang harus ditempuh agar seseorang dapat berstatus sebagai
profesional adalah mempunyai kemampuan intelektualnya yang cukup, yaitu suatu
kemampuan yang berupa mampu untuk mudah memahami, mengerti, mempelajari dan
menjelaskan suatu fenomena. Artinya tingkat, derajat, kualitas dan kuantitas profesionalisme
di Indonesia dapat dilihat dari berapa banyak dan berapa tingginya kualitas masyarakat
intelektual yang ada bagi mendukung profesionalisme tersebut (Maskun, 1997: 7).
8
2.6 Studi Kasus: Peranan Profesionalisme Kerja Pegawai Dalam Pelayanan Publik
(Studi Kasus Pelayanan Pengurusan Kartu Tanda Penduduk di Kecamatan
Sidamanik Kab. Simalungun)
9
Dari tabel di atas bahwa kita mengetahui bahwa dalam variabel Peranan
Profesionalisme Kerja Pegawai Dalam Pengurusan Kartu Tanda Penduduk ada 4 indikator
yang penulis sajikan yaitu : profesionalisme kerja pegawai, kejelasan, ketepatan waktu, dan
sarana prasarana.
Dari tabel dapat diketahui, indikator profesionalisme kerja pegawai menunjukkan
hasil yang baik, hal ini dapat dilihat 58 % responden menyatakan baik, 30,6 % responden
menyatakan cukup baik, sedangkan 11,4 % responden menyatakan tidak baik.
Demikian juga pada indikator kejelasan, jawaban responden menunjukkan hasil yang
baik yaitu 50,6 % responden menyatakan dengan baik, 26,4 % responden menyatakan cukup
baik, sedangkan 22,6 % responden menyatakan tidak baik.
Mengenai ketepatan waktu, jawaban responden menyatakan bahwa 43 % menyatakan
cukup baik, 38 % responden manyatakan baik, sedangkan 19 % responden menyatakan tidak
baik.
Pada saran prasarana, jawaban responden menyatakan bahwa 38,66 % responden
menyatakan baik, 32,66 % responden menyatakan cukup baik, sedangkan 28,66 menyatakan
tidak baik.
Dari keempat indikator tersebut dapat digabungkan kembali bahwa secara umum
pelayanan yang diberikan oleh aparatur Kecamatan Sidamanik dalam hal pengurusan Kartu
Tanda Penduduk adalah baik, dimana total jawaban responden seluruhnya menunjukkan yaitu
49,2 % responden memilih baik, 31,3 % responden menyatakan cukup baik dan menyatakan
pelayanan di Kecamatan Sidamanik tidak baik adalah 19,5 % responden.
Untuk lebih jelasnya indikator-indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
2. Kejelasan
Kejelasan ini sangat penting dalam pelayanan publik, karena indikator ini dapat
mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap kinerja aparatur pemerintah Kecamatan
yaitu meliput i prosedur atau tata cara pelayanan KTP, persyaratan pelayanan , baik teknis
maupun administratif, rincian biaya/tarif pelayanan dan tata cara pembayarannya, aparatur
yang menerima keluhan masyarakat.
Menurut (Boediono, 2003 : 68-70 ) : Arti kejelasan dan kepastian adalah hal-hal yang
berkaitan dengan :
a) Prosedur atau tata cara pelayanan umum;
b) Persyaratan pelayanan umum, baik teknis maupun administratif;
c) Unit kerja dan atau pejabat yang berwewenang dan bertanggung jawab dalam
memberikan pelayanan umum;
d) Rincian biaya / tarif pelayanan umum dan tata cara pembayarannya;
11
e) Hak dan Kewajiban, baik bagi pemberi pelayanan maupun penerima pelayanan umum
berdasarkan bukti-bukti penerimaan permohonan / kelengkapannya, sebagai alat
untuk memastikan pemprosesan pelayanan umum;
f) Pejabat yang menerima keluhan masyarakat.
Adapun pelayanan yang diberikan kepada masyarakat sudah ditetapkan, melalui
prosedur kerja. Aparatur Kecamatan telah mengetahui dengan jelas cara pengurusannya,
dengan demikian aparatur pemerintah Kecamatan dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan
baik.
Adapun biaya/tarif pengurusan Kartu Tanda Penduduk sudah ditetapkan berdasarkan
Peraturan Daerah yaitu masyarakat dibebankan untuk mengeluarkan biaya dalam pengurusan
Kartu Tanda Penduduk dengan biaya yang murah, dapat dijangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat.
Berdasarkan hasil dilapangan jumlah rincian biaya yang telah ditetapkan dalam
pengurusan KTP mampu dibayar oleh semua masyarakat. Walaupun biaya pengurusan KTP
telah ditetapkan namun jumlah biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat dalam mengurus
KTP melebihi biaya ketentuan yang berlaku, namun hal ini sebagai ungkapan terima kasih
dari masyarakat dan sudah termasuk biaya pengurusan Kartu Tanda Penduduk.
Pelayanan pemerintah sebagai pelaku organisasi publik harus bersifat netral dan tidak
memihak. Pada dasarnya orang berhak mendapatkan kesempatan dan pelayanan yang sama.
Hal ini harus perlu dilaksanakan oleh aparatur dalam memberikan pelayanan kepada setiap
orang, dengan itu masyarkat akan merasa puas akan pelayanan yang diberikan oleh aparatur
pemerintah.
Pelayanan yang diberikan aparatur Kecamatan Sidamanik kepada masyarakat yang
melakukan pengurusan Kartu Tanda Penduduk tidak memandang golongan dan status,
pelayanan yang diberikan dapat dijangkau oleh masyarakat yaitu jumlah biaya, persyaratan
dalam pengurusan KTP. Dalam kejelasan ini, 50,6 % jawaban responden mengatakan baik.
Hal ini disebabkan oleh adanya profesionalisme kerja pegawai dalam melaksanakan tugas-
tugasnya, fungsi, serta perannya sebagai abdi negara.
12
3. Ketepatan Waktu
Yang dimaksud dengan ketetapan waktu adalah dalam pelaksanaan pelayanan umum
dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan ( Boediono, 2003 : 69).
Mengenai ketepatan waktu dalam suatu proses administrasi pemerintahan seharusnya
ada ketentuan untuk penyelesaian suatu pekerjaan yang prinsipnya cepat, tepat sasaran, dan
tidak berbelit-belit serta memberikan kesan yang baik bagi masyarakat.
Berdasarkan data jawaban responden dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan pengurusan
Kartu Tanda Penduduk di Kantor Camat Sidamanik, dalam hal ini ketepatan waktu cukup
baik dengan 43 % jawaban responden.
4. Sarana Prasarana
Dalam keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.63 Tahun
2003berdasarkan Sarana dan Prasarana yaitu penyediaan sarana dan prasarana pelayanan
yang memadai oleh peyelenggaraan pelayanan publik. Fasilitas meliputi segala
kelengkapannya dengan fasilitas komunikasi dan segala kemudahan lainnya ( Boediono,
2003: 69).
Untuk melihat standar pelayanan yang diberikan oleh pegawai Kecamatan Sidamanik
sebagai penyedia jasa pelayanan publik dapat dilihat juga dari sarana dan prasarana yang
tersedia.
Sarana prasarana tersebut meliputi tersedia informasi yang memadai mengenai
pengurusan Kartu Tanda Penduduk, tersedia loket atau kotak pengaduan untuk menampung
keluhan masyarakat, tersedia ruang tunggu yang nyaman, toilet yang bersih, dan lain-lain.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa sarana prasarana yang
tersedia di kantor camat sudah baik dan memadai, hal ini dapat dilihat dari jumlah total
jawaban responden mengenai sarana prasaran, mencapai 38,66 % responden mengatakan
baik, 32,66 % responden mengatakan cukup baik, 28,66 % responden mengatakan tidak baik.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1) Profesionalisme kerja pegawai Kecamatan Sidamanik dalam pengurusan Kartu Tanda
Penduduk dapat dikatakan baik. Hal ini terbukti dari tanggapan responden yang
menyatakan bahwa kesiapan pegawai dalam pelaksanaan pelayanan pengurusan KTP
yaitu disiplin dalam memulai dan menyelesaikan pelayanan, mampu mengerjakan
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, sikap aparatur dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Dimana aparatur dalam bekerja memahami dan
melaksanakan dengan baik peran, tugas dan tanggung jawab mereka didalam
pengurusan Kartu Tanda Penduduk.
2) Pelayanan kepada publik dalam pengurusan Kartu Tanda Penduduk, aparatur
Kecamatan Sidamanik memberikan pelayanan yang baik tanpa memandang golongan
atau status masyarakat, melalui sikap aparatur, dan Pada dasarnya orang berhak
mendapatkan kesempatan dan pelayanan yang sama. Hal ini harus perlu dilaksanakan
oleh aparatur dalam memberikan pelayanan kepada setiap orang, dengan itu
masyarakat akan merasa puas akan pelayanan yang diberikan oleh aparatur
pemerintah.
3.2 Saran
1) Pegawai Kantor Camat Sidamanik, hendaknya dapat meningkatkan kemampuan dan
keahlian yang dimiliki dengan cara mengikuti pendidikan dan pelatihan yang
diadakan oleh pemerintah derah agar terbentuk pegawai yang pr ofessio nal, mampu
merespon, dan menjawab setiap keluhan dan permasalahan dari masyarakat.
2) Hendaknya kedisiplinan pegawai dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab dapat
ditegakkan. Dari hasil penelitian, sebagian pegawai tidak disiplin dan tidak
menghargai waktu. Terkadang tidak berada di tempat, datang terlambat.
3) Pihak Kecamatan Sidamanik hendaknya membuat loket/kotak pengaduan atas
keluhan-keluhan masyarakat. Hal ini perlu untuk memperoleh informasi yang cukup
bagi pegawai dalam memperbaiki kinerjanya.
14