Você está na página 1de 4

4.5.

IDENTIFIKASI MASALAH
Melihat cakupan pada hasil kinerja Puskemas Tambakaji tahun 2017
didapatkan adanya kesenjangan antara target dengan realisasi pada upaya TB
paru meliputi angka penemuan kasus TB BTA positif , angka konversi, angka
kesembuhan, dan angka keberhasilan pengobatan dan jumlah ibu hamil KEK
yang ditangani.
4.6. ANALISIS PRIORITAS MASALAH
Permasalahan Urgensi (U) Serious (S) Growth (G) Total/Urutan

Tuberkulosis paru 4 5 4 13/I

Ibu Hamil KEK 3 4 3 10/II

Berdasarkan analisis dengan menggunakan metode USG dan kesepakatan


kelompok kemudian dikonfirmasikan kepada kepala puskesmas dan
pemegang program disimpulkan bahwa prioritas masalah di Puskesmas
Tambakaji adalah Tuberkulosis Paru (TB Paru).

4.7. ANALISIS PENYEBAB MASALAH


Prioritas masalah terpilih adalah program TB paru meliputi angka
penemuan kasus TB BTA positif, angka konversi, angka kesembuhan, angka
keberhasilan pengobatan.
Analisis penyebab masalah dengan menggunakan pendekatan sistem
manajemen sebagai berikut:

1. Input
a. Man
Puskesmas Tambakaji memiliki tenaga pada program TB Paru
meliputi satu dokter, satu perawat, dua laborat, dan satu tenaga
promosi kesehatan. Pemegang program TB Paru adalah seorang
perawat yang sudah mengikuti pelatihan mengenai TB Paru sebanyak
satu kali, dan mengikuti pertemuan-pertemuan mengenai TB yang
diadakan oleh Dinas, sedangkan dokter yang bertanggung jawab dalam
program TB paru belum mengikuti pelatihan mengenai TB. Jumlah
tenaga lapangan pada program TB paru masih belum mencukupi,
sehingga menjadi permasalahan dalam pelaksanaan program TB Paru.
b. Money
Pada program TB Paru pengadaan dana didapatkan dari APBD dan
BOK. Pembelanjaan dana dari BOK digunakan dalam pelaksanaan
Pelacakan Pasien Mangkir dan Pemeriksaan Kontak TB Serumah dan
Radius 100 meter. BOK juga memberikan anggaran kepan petugas non
ASN yang bertugas di program TB Paru. Pembelanjaan dana dari
APBD digunakan untuk obat-obatan pasien TB paru, pot sputum, dan
berupa uang transportasi serta sembako untuk pasien TB MDR.
Keuangan pada program TB Paru sudah mencukupi, sehingga tidak
menimbulkan permasalahan.
c. Material
Program TB paru memiliki satu ruangan DOTS yang didalamnya
terdapat bed pemeriksaan, masker N95, satu meja dan dua kursi, serta
lemari obat tuberkulosis. Upaya promosi kesehatan program TB Paru
menggunakan leaflet, poster, dan melalui TV di ruang tunggu, namun
pada ruang DOTS belum terdapat poster maupun leaflet.
d. Method
Pada pelaksanaan program TB paru telah sesuai SOP. SOP yang
digunakan dalam penemuan kasus TB yang terdiri SOP pemeriksaan.
Kerangka acuan program TB terdiri dari Kontak Serumah Penderita
TB BTA Positif dan Anak dan Pelacakan Penderita Mangkir.

e. Marketing
Sasaran untuk program TB Paru adalah pasien suspek maupun
penderita yang telah terdiagnosa TB Paru. Pemasaran program TB
Paru dilaksanakan melalui kader-kader dan Gasurkes yang telah
mendapatkan pelatihan dari Dinas Kesehatan Kota Semarang.
Puskesmas Tambakaji tidak memiliki Posbindu untuk penyakit
menular, namun program penyakit menular TB Paru dimasukkan
kedalam penyakit ISPA dan gizi di Posyandu,

2. Proses
a. P1 (Perencanaan)
Perencanaan untuk program TB yaitu:
1) Penemuan kasus baru TB BTA positif
2) Pemantauan/Pengobatan pasien TB MDR
3) Pemeriksaan kontak serumah pasien TB BTA (+) dan TB anak
4) Konseling PMO
5) Kunjungan rumah/pelacakan TB Paru Mangkir.
b. P2 (Pelaksanaan)
Pelayanan program TB Paru dilaksanakan hari Senin-Sabtu sesuai
jam kerja kecuali pengambilan obat dilaksanakan pada hari Sabtu
sesuai jam kerja. Pengambilan obat dilaksanakan di ruang DOTS dan
obat hanya diberikan untuk satu minggu sehingga pasien harus
berkunjung setiap minggu. Penemuan kasus baru/suspect dilakukan
pemeriksaan sputum dengan cara pasien diberi pot sputum untuk
dibawa pulang dan diberikan penjelasan pot diisi dengan dua dahak
yaitu dahak pagi (P) saat bangun tidur dan dahak saat akan
mengembalikan pot (S2). Pot sputum dikembalikan ke puskesmas
pada hari rabu untuk dikirim ke laboratorium. Hasil pemeriksaan
laboratorium dapat diambil kurang lebih seminggu sejak diserahkan
ke laboratorium.
c. P3 (Penilaian)
Laporan penemuan kasus TB Paru dilakukan setiap bulan. Angka
konversi adalah perubahan dari BTA positif menjadi negatif setelah
pengobatan dua bulan. Angka konversi dinilai dari fase awal penyakit
TB Paru sampai dua bulan setelah diobati kemudian diperiksa kembali
BTA dari pasien jika masih positif pada bulan ketiga dilakukan
pemeriksaan ulang dan angka konversi dinyatakan sebagai angka
konversi tiga bulan.
Angka kesembuhan dinyatakan apabila penderita TB paru telah
melakukan pengobatan enam bulan dan mendapat hasil BTA negatif.
Pemeriksaan BTA dilakukan pada bulan kedua, bulan ketiga, bulan
kelima, dan pada akhir pengobatan, dinyatakan negatif apabila hasil
pemeriksaan dinyatakan negatif sebanyak dua kali pada akhir
pengobatan.
Angka keberhasilan pengobatan dinyatakan apabila penderita TB
paru telah melakukan pengobatan enam bulan atau pada pasien anak
melakukan pengobatan lengkap. Angka konversi, angka kesembuhan,
dan angka keberhasilan pengobatan tidak terealisasi 100% karena
beberapa dari kasus ditemukan pada pergantian tahun sehingga
pengukuran angka konversi tidak dapat dilakukan karena menjadi data
pada tahun berikutnya. Tidak tercapainya angka keberhasilan
pengobatan juga disebabkan dari pasien yang tidak patuh minum obat.

Você também pode gostar