Você está na página 1de 15

ANALISI JURNAL

“PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION TERHADAP

KECEMASAN IBU PRE OPERASI SECAREA”

OLEH
SITI RAHMA TUNA
NIM : 841718037

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tindakan operasi SC dengan berbagai komplikasinya dapat menimbulkan

kecemasan pada pasien (Pawatte, Pali & Opod, 2013). American Psychological

Association (APA), kecemasan adalah emosi yang ditandai dengan perasaan tegang,

pikiran khawatir dan perubahan fisik seperti peningkatan tekanan darah. Orang

dengan gangguan kecemasan biasanya memiliki pikiran menggangu yang berulang

dan menghindari situasi tertentu. Beberapa juga memiliki gejala fisik seperti

berkeringat, gemetar, pusing atau detak jantung yang cepat.

Dampak dari terjadinya kecemasan pra operasi dikaitkan dengan peningkatan

rasa sakit pasca operasi, kebutuhan analgesik, peningkatan masa rawat inap di rumah

sakit dan dikaitkan juga dengan kejadian depresi post partum (Kuo, Chen, & Tzeng,

2014; Sahin et al., 2016).

Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi klien dengan

kecemasan salah satunya melalui pemberian terapi progressive muscle relaxation

(PMR). Terapi PMR didasari bahwa kecemasan akan menyebabkan tubuh bereaksi

yang merangsang pikiran sehingga menyebabkan ketegangan fisiologis yang salah

satunya ditandai dengan ketegangan otot. Ketegangan fisiologis sebaliknya akan

meningkatkan pengalaman subjektif terhadap kecemasan, dengan merelaksasikan

otot maka akan menurunkan ketegangan fisiologis yang pada akhirnya akan

menurunkan kecemasan.
1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh progressive muscle relaxation terhadap

kecemasan ibu pre operasi sectio secarea.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui terapi progressive muscle relaxation (PMR)

2. Untuk mengetahui konsep kecemasan pada ibu pre operasi sectio

secarea

3. Untuk menganalisis pengaruh progressive muscle relaxation terhadap

kecemasan ibu pre operasi sectio secarea.

1.3. Manfaat

1.3.1. Manfaat Praktis

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh progressive

muscle relaxation terhadap kecemasan ibu pre operasi sectio secarea serta

dapat memberikan informasi dan masukan yang berkaitan dengan

lingkungan kerja sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan Ibu.

1.3.2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu kajian dan pembuktian

teoritis bahwa terdapat pengaruh progressive muscle relaxation terhadap

kecemasan ibu pre operasi sectio secarea.


BAB II
METODE DAN TINJAUAN TEORITIS

2.1. Metode Pencarian

Analisis jurnal ini menggunakan 3 (tiga) media atau metode pencarian jurnal, yaitu

sebagai berikut :

1. Google Cendekia dengan alamat situs: https:/scholar.google.co.id

2. Journal Universitas Brawijaya dengan alamat situs : repository.ub.ac.id

3. Journal Universitas STIKes Santa Elisabeth Medan dengan alamat situs : E-

Journal.sari-mutiara.ac.id

2.2. Konsep Tentang Tinjauan Teoritis

1. Konsep Kecemasan

a. Definisi

American Psychological Association (APA), kecemasan adalah emosi

yang ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan perubahan fisik

seperti peningkatan tekanan darah. Orang dengan gangguan kecemasan

biasanya memiliki pikiran menggangu yang berulang dan menghindari situasi

tertentu. Beberapa juga memiliki gejala fisik seperti berkeringat, gemetar,

pusing atau detak jantung yang cepat.

2. progressive muscle relaxation ( PMR)

a. Definisi

Menurut Herodes (2010 dalam Setyoadi 2011, hlm.107) teknik relaksasi

otot progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan

imajinasi tetapi hanya memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot dengan

mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan sehingga

mendapatkan perasaan relaks.


b. Prosedur progressive muscle relaxation ( PMR)

Sebelum dimulai terapi ini yang harus dipersiapkan adalah persiapan alat

dan persiapan klien. Persiapan alat dan lingkungan: kursi, bantal, serta

lingkungan yang tenang dan sunyi.

Persiapan klien:

1. Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur, dan pengisian lembar persetujuan

terapi pada klien

2. Posisikan tubuh klien secara nyaman yaitu berbaring dengan mata

tertutup menggunakan bantal dibawah kepala dan lutut atau duduk

dikursi dengan kepala ditopang, hindari posisi berdiri

3. Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu;

4. Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya

mengikat ketat.

a) Gerakan 1: ditujukan untuk melatih otot tangan.

 Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.

 Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan yang

terjadi.

 Pada saat kepalan dilepaskan, klien dipandu untuk merasakan relaks

selama 10 detik.

 Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien dapat

membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang

dialami.

 Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.


b) Gerakan 2: ditujukan untuk melatih otot tangan bagian belakang.

 Tekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan sehingga otot

di tangan bagian belakan dan lengan bawah menegang, jari-jari

menghadap ke langit-langit.

c) Gerakan 3: ditujukan untuk melatih otot biseps (otot besar pada bagian atas

pangkal lengan).

 Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.

 Kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot biseps

akan menjadi tegang.

d) Gerakan 4:ditujukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur.

 Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga menyantuh

kedua telinga.

 Fokuskan atas, dan leher.

e) Gerakan 5 dan 6:ditujukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti otot dahi,

mata, rahang, dan mulut).

 Gerakkan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot

terasa dan kulitnya keriput.

 Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan disekitar mata dan otot-

otot yang mengendalikan gerakan mata.

f) Gerakan 7:ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh otot

rahang.

 Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga terjadi

ketegangan disekitar otot rahang.


g) Gerakan 8:ditujukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut.

 Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di

sekitar mulut.

h) Gerakan 9:ditujukan untuk merileksikan otot leher bagian depan maupun belakang.

 Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot

leher bagian depan.

 Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.

 Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga

dapat merasakan ketegangan dibagian belakang leher dan punggung atas.

g) Gerakan 10: ditujukan untuk melatih otot leher begian depan.

 Gerakan membawa kepala ke muka.

 Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah

leher bagian muka.

h) Gerakan 11:ditujukan untuk melatih otot punggung

 Angkat tubuh dari sandaran kursi.

 Punggung dilengkungkan.

 Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian relaks.

 Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot

menjadi lemas.

i) Gerakan 12:ditujukan untuk melemaskan otot dada.

 Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-

banyaknya.

 Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di bagian dada

sampai turun ke perut, kemudian dilepas.

 Saat ketegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega.


 Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi tegang

dan relaks.

j) Gerakan 13:ditujukan untuk melatih otot perut.

 Tarik dengan kuat perut kedalam.

 Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10 detik, lalu dilepaskan

bebas.

 Ulangi kembali seperti gerakan awal perut ini.

k) Gerakan 14-15:ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan betis).

 Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.

 Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga ketegangan

pindah ke otot betis.

 Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.

 Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.

c. Manfaat

1. Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung,

tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, laju metabolic.

2. Mengurangi disritmia jantung, kebutuhan oksigen

3. Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan

memfokuskan perhatian serta relaks

4. Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi

5. Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stress

6. Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme otot, fobia

ringan, gagap ringan.


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

Author Judul Metode Hasil Source


Rahmawati, Pengaruh quasy Ada pengaruh yang repository
2017. Progressive Muscle exsperiment bermakna dari pemberia
Relaxation terhadap pre-post test n terapi PMR terhadap
Kecemasan Ibu Pre with control penurunan
Operasi Sectio group kecemasan pada ibu pre
Secareadi Ruang operasi SC
Bersalin
Mardiati, 2018 Pengaruh Quasy Otot progresif ini E-Journal
progressive muscle Experimental Penelitian relaksasi ada
relaxation by One korelasi antara
Terhadap tingkat Group mengurangi rasa
kecemasan pre PreTest Post khawatir dengan pra
operasi di Test without pasien
Rumah sakit santa Control operasi
elisabeth medan Group
Design
Wahyuni, Pengaruh pre-post test Ada pengaruh pengaruh Google
2012 penambahan teknik design penambahan teknik scholar
relaksasi relaksasi progresif pada
Progresif pada terapi latihan terhadap
terapi latihan penurunan nyeri pasien
terhadap post sectio caesarea
Penurunan nyeri
post sectio caesarea
di rumah
Sakit umum daerah
dr. Moewardi
Rasha, 2017 Effect of progressive A quasi progressive muscle Google
muscle relaxation experimental relaxation technique scholar
technique on research after hysterectomy
stress, anxiety, and design with a demonstrated lower
depression after pretest- stress, anxiety and
hysterectomys posttest depression levels than
control those who received only
group the routine nursing care
Nemat,2018 The Effect of Research PMR significantly Google
Progressive Muscle design: decreased pain, scholar
Relaxation on Post Randomized improved physical
Cesarean controlled activities and quality of
Section Pain, clinical trial sleep among women
Quality of Sleep and after Cs.
Physical Activities
Limitation
3.2. Pembahasan

Peneliti Rahmawaty, dkk (2017) berasal dari Malang melakukan penelitian

yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi PMR terhadap kecemasan ibu pre

operasi SC. Peneliti menggunakan 26 responden. Analisa data menggunakan uji

Paired t test untuk menganalisis perbedaan kecemasan responden pre dan post

diberikan PMR pada kelompok intervensi, serta menganalisis perbedaan kecemasan

responden pre dan post diberikan terapi sesuai standar ruangan tanpa terapi PMR

pada kelompok kontrol.

Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan yaitu bulan Mei hingga

pertengahan Juni tahun 2017. Gambaran pelaksanaan pada saat penelitian, peneliti

mulai dengan mengukur kecemasan dari responden dengan menggunakan

instrumen self-rating anxiety scale (SAS) yang dikembangkan oleh William K. Jung

dalam versi bahasa Inggris. Kemudian menerapkan terapi PMR pada kelompok

intervensi selain mendapatkan tindakan KIE, kelompok kontrol juga di berikan

intervensi terapi PMR, sedangkan untuk kelompok kontrol hanya mendapatkan

tindakan KIE.

Hasil uji bivariat menggunakan uji Paired t test menunjukkan bahwa nilai

nilai p value p=0,000 dengan selisih 13,77 (95% confidence interval 10,40 sampai

dengan 17,14) maka p value <0,05 sehingga dapat dinyatakan terdapat perbedaan

yang signifikan antara kecemasan ibu pre operasi SC sebelum dan sesudah diberi

terapi PMR.

Dapat disimpulkan bahwa terapi PMR dapat mengurangi kecemasan pada ibu

pre operasi SC, terapi PMR dapat merelaksasikan seseorang dengan cara

menguatkan otot-otot tertentu dan perhatian klien befokus pada otot-otot tersebut.

Selain mengurang kecemasan terapi PMR dapat menurunkan ketegangan otot.


Terapi Progressive Muscle Relaxation juga akan merangsang pengeluaran hormon

endorfin dan serotonin yang meningkatkan perasaan teang pada seseorang. Adapun

relaksasi otot progresif ini dapat merangsang signal otak dalam meningkat aliran

darah ke otak sehingga asupan oksigen di otak dapat terpenuhi. Dengan keadaan ini,

sirkulasi darah menuju seluruh tubuh dapat berjalan normal kembali ditandai

beberapa otot yang tegang akan rileks kembali.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Mardiati dkk (2018) berasal dari Medan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian menggunakan Quasy

Experimental dengan One Group Pre Test Post Test Without Control Group Design.

Dengan jumlah sampel 15 responden. Analisis data menggunakan uji paired t test

untuk menganalisis pengaruh progressive muscle relaxation terhadap tingkat

kecemasan pasien pre operasi.

Penelitian ini dilakukan dengan mulai meneliti tingkat kecemasan pre operasi

menggunakan Amsterdam Pre Operative Anxiety And Information Scale (APAIS)

yang terdiri dari 6 pernyataan dengan skor 4-20 sedangkan untuk variabel

Progressive Muscle Relaxation menggunakan SOP.

Hasil uji menggunakan paired t-test dengan nilai p value 0,000 maka p value

<0,05. Hal tersebut menunjukan adanya pengaruh progressive muscle relaxation

terhadap tingkat kecemasan pre operasi. Kesimpulan penelitian ini dilakukan untuk

melihat sebelum dan sesudah diberikan terapi progressive muscle relaxation apakah

terdapat perubahan pada kecemasan responden pre operasi.

Penelitian terkait juga di lakukan oleh Wahyuni & Farid (2012) berasal dari

Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode menggunakan uji T-Test untuk

kelompok perlakuan dan uji beda serta Wilcoxon Test untuk kelompok kelontrol.

Jumlah responden 78.


Penelitian ini dilakukan mulai dari memisahkan 78 responden menjadi 2

kelompok yaitu kelompok perlakuan (Teknik Relaksasi Progresif dan Terapi

Latihan) sebanyak 39 orang dan kelompok kontrol (Terapi Latihan) sebanyak 39

orang. Dosis latihan yang diberikan adalah setiap hari selama masa perawatan, 2x8

setiap gerakkan pada terapi latihan dan 8-10 detik tension pada teknik relaksasi

progresif. Pengukuran nyeri menggunakan Visual Analogue Scale (VAS).

Hasil penelitian didapatkan nilai p value lebih kecil dari bilangan 0,05,

berarti ada pengaruh pengaruh penambahan teknik relaksasi progresif pada terapi

latihan terhadap penurunan nyeri pasien post sectio caesarea. Pada penelitian ini

kelompok terapi PMR di bandingkan dengan kelompok yang mendapatkan terapi

latihan untuk mengurangi nyeri pada pasien post operasi caesarea. Dengan hasil

terapi PMR lebih efektif dapat menurunkan nyeri pada pasien post operasi caesarea

Jurnal internasional yang dipublikasikan oleh Rasha dkk (2017) berasal dari

Mesir. Jumlah sampel pada penelitian ini 80 responden dibagi menjadi 2 kelompok.

Penelitian ini dimulaidari menjelaskan prosedur dan tujuan penelitian kemudian

dilakukan pre test untuk kecemasan dan depresi, setelah itu untuk kelompok

intervensi di berikan terapi PMR pada hari kedua, ketiga dan keempat pasca operasi,

perempuan diminta untuk mendemonstrasikan teknik tersebut 30 menit, tiga kali

sehari di pagi hari, sore dan malam, setelah itu dilakukan post test kembali untuk

tingakt depsresi dan stres responden. Untuk kelompok kontrol juga di lakukan pre

test terlebih dahulu setelah itu tidak di lakukan terapi PMR, setelah pasca operasi

kelompok kontrol dilakukan post test.

Hasil penelitian ini dengan menggunakan metode penelitian dan kelompok

kontrol dilakukan dengan uji fisher exact, T-test, dan uji Chi-square. Setelah

intervensi, bedanya antara kedua kelompok ditemukan signifikan secara statistik (p


=.000). Di mana, seperempat (25%) dari kelompok studi tidak memiliki stres

(normal) dibandingkan dengan hanya 2,5% di antaranya kelompok kontrol. Selain

itu, stres yang sangat berat terjadi benar-benar menghilang di antara kelompok studi

dibandingkan sekitar sepertiga (32,5%) dari kelompok kontrol. Sementara itu, 30%,

25% dan 10% dari kelompok kontrol masih menderita hari berat, sedang, dan

ringan, masing-masing.

Penelitian international yang terkait juga oleh Nemat, dkk (2018), penlitian

ini dilakukanuntuk mengetahu efektifitas terapi PMR terhadap intensitas nyeri,

kualita tidur, dan keterbatasan aktifitas pada ibu post operasi caesarea. Penelitian

inimenggunakan 80 sampel dengan menggunakan desain penelitian Randomized

controlled clinical trial. Pada penelitian ini menggunakan dua kelompok yang

kedua kelompok tersebut di lakukan pre test terlebih dahulu, untuk kelompok

intevensi dilakukan terapi PMR 4 jam sebelum operasi caesarea.

Hasil penelitian terdapat pengaruh pemberian terapi PMR terhadap

penurunan kecemasan pada responden kelompok intervensi pasca operasi caesarea.

untuk hasil dari pemberian terapi PMR terhadap kualitas tidur responden , tidak

terdapat pengaruh PMR terhadap kualitas tidur dari responden kelompok intervensi.

Sedangkan untuk hasil dari aktifitas fisik oleh responden kelompok intervensi pasca

operasi caesarea, tidak terdapat peangruh yang signifikan setelah dilakukan

intervensi terapi PMR.

3.3. Implikasi keperawatan

Terapi progressive muscle relaxation (PMR) dapat digunakan sebagai salah

satu alternatif intervensi yang dapat menurunkan kecemasan pada pasien pasca

operasi caesarea pada ibu bersalin


BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Secara teori dan bukti empiris menunjukkan bahwa Terapi progressive muscle

relaxation (PMR) dapat menurunkan kecemasan pada pasien pasca operasi caesarea,

dikarenakan dengan terapi Terapi progressive muscle relaxation (PMR) dapat

merasangsang pengeluaran hormon endorfin dan serotonin yang meningkatkan

perasaan teang pada seseorang. Adapun relaksasi otot progresif ini dapat merangsang

signal otak dalam meningkat aliran darah ke otak sehingga asupan oksigen di otak

dapat terpenuhi. Dengan keadaan ini, sirkulasi darah menuju seluruh tubuh dapat

berjalan normal kembali ditandai beberapa otot yang tegang akan rileks kembali. Pada

penelitian lain juga menunjukan bahwa terdapat pengaruh pemberian terapi progressive

muscle relaxation (PMR) terhadap penurunan nyeri, peningkatan kualitas tidur dan

penurunan depresi pada pasien pasca operasi caesarea.

4.2 Saran

1. Bagi Perawat

Diharapkan analisis jurnal ini khususnya bagi perawat dapat melakukan tindakan

keperawatan berupa Terapi progressive muscle relaxation (PMR) dalam

menurunkan tingkat kecemasan pada pasien pasca operasi caesarea.

2. Bagi Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Diharapkan Terapi progressive muscle relaxation (PMR) ini dapat dipertimbangkan

untuk menjadi salah satu tindakan keperawatan yang dapat menurunkan tingkat

kecemasan pada pasien pasca operasi caesarea,


DAFTAR PUSTAKA

Amini. 2016. Effect of Progressive Muscle Relaxation and Aerobic Exercise on Anxiety,
Sleep Quality, and Fatigue in Patients with Chronic Renal Failure Undergoing Hemodi
alysis,

Kurniawan, A., Armiyati, Y., & Astuti, R. 2013. Pengaruh pendidikan kesehatan pre operasi
terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi hernia di RSUD Kudus. Fikkes
Jurnal Keperawatan, 6 (2): 139-148

Mardiati, Barus dkk.2018. Pengaruh Progressive Muscle Relaxation


Terhadap Tingkat Kecemasan Pre Operasi Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.
Jurnal Mutiara Ners 98-108. Diakses : 19 Oktober 2018-10-23

Nemat ,i, dkk.2018. The Effect of Progressive Muscle Relaxation on Post Cesarean Section
Pain, Quality of Sleep and Physical Activities Limitation. International Journal of
Studies in Nursing. Diakses 20 Oktober 2018

Primasari M.R, dkk. 2017 Pengaruh Progressive Muscle Relaxation terhadap Kecemasan Ibu
Pre Operasi Sectio Secareadi Ruang Bersalin, Nurseline journal. Diakses : 19 0ktober
2018

Rasha M. E dkk.2017. Effect Of Progressive Muscle Relaxation Technique On Stress,


Anxiety, And Depression After Hysterectomy. Journal of Nursing Education and
Practice. Diakses 20 Oktober 2018

Wahyuni,farid.2012. Pengaruh Penambahan Teknik Relaksasi


Progresif Pada Terapi Latihan Terhadap Penurunan Nyeri Post Sectio Caesarea Di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi. Jurnal ilmiah Universitas Muhammadiyah
Surakarta. diakses :19 Oktober 2018

Você também pode gostar