Você está na página 1de 22

BAB I

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Lembaga pendidikan formal seperti sekolah adalah suatu sub sistem dari sistem
sosial. Jika terjadi perubahan dalam sistem sosial, maka lembaga pendidikan formal
tersebut juga akan mengalami perubahan maka hasilnya akan berpengaruh terhadap
sistem sosial. Oleh karena itu suatu lembaga pendidikan mempunyai beban yang
ganda yaitu melestarikan nilai-nilai budaya tradisional dan juga mempersiapkan
generasi muda agar dapat menyiapkan diri menghadapi tantangan kemajuan jaman.
Motivasi yang mendorong perlunya diadakan inovasi pendidikan jika dilacak
biasanya bersumber pada dua hal yaitu: (a) kemauan sekolah (lembaga pendidikan)
untuk mengadakan respon terhadap tantangan kebutuhan masyarakat, dan (b)
adanya usaha untuk menggunakan sekolah (lembaga pendidikan) untuk
memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Antara lembaga pendidikan dan
sistem sosial terjadi hubungan yang erat dan saling mempengaruhi. Misalnya suatu
sekolah telah dapat sukses menyiapkan tenaga yang terdidik sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, maka dengan tenaga terdidik berarti tingkat kehidupannya
meningkat, dan cara bekerjanya juga lebih baik. Tenaga terdidik akan merasa tidak
puas jika bekerja yang tidak menggunakan kemampuan inteleknya, sehingga perlu
adanya penyesuaian dengan lapangan pekerjaan. Dengan demikian akan selalu
terjadi perubahan yang bersifat dinamis, yang disebabkan adanya hubungan
interaktif antara lembaga pendidikan dan masyarakat.
Agar kita dapat lebih memahami tentang perlunya perubahan pendidikan atau
kebutuhan adanya inovasi pendidikan dapat kita gali dari tiga hal yang sangat besar
pengaruhnya terhadap kegiatan di sekolah, yaitu: (a) kegiatan belajar mengajar, (b)
faktor internal dan eksternal, dan (c) sistem pendidikan

1
B.Rumusan Masalah
1. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi belajar?
2. Apakah yang dimaksud dengan faktor internal dan bagian-bagiannya?
3. Apakah yang dimaksud dengan faktor eksternal dan bagian-bagiannya?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.
2. Mengetahui pengertian dari factor internal dan bagian- bagiannya.
3. Mengetahui pengertian dari faktor eksternal dan bagian-bagiannya.

2
BAB II
PEMBAHASAN
1.FAKTOR KEBERHASILAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Yang menjadi kunci keberhasilan dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar
ialah kemampuan Pendidik sebagai tenaga profesional. Pendidik sebagai tenaga yang
telah dipandang memiliki keahlian tertentu dalam bidang pendidikan, diserahi tugas
dan wewenang untuk mengelola kegiatan belajar mengajar agar dapat mencapai
tujuan tertentu, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku peserta didik sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional dan tujuan institusional yang telah dirumuskan. Tetapi
dalam pelaksanaan tugas pengelolaan kegiatan belajar mengajar terdapat berbagai
faktor yang menyebabkan orang memandang bahwa pengelolaan kegiatan belajar
mengajar adalah kegiatan yang kurang profesional, kurang efektif, dan kurang
perhatian. Sebagai alasan mengapa orang memandang tugas Pendidik dalam
mengajar mengandung banyak kelemahan tersebut, antara lain dikemukakan
bahwa:
1. Keberhasilan tugas Pendidik dalam mengelola kegiatan belajar mengajar
sangat ditentukan oleh hubungan interpersonal antara Pendidik dengan
peserta didik. Dengan demikian maka keberhasilan pelaksanaan tugas
tersebut, juga sangat ditentukan oleh pribadi Pendidik dan peserta didik.
Dengan kemampuan Pendidik yang sama belum tentu menghasilkan prestasi
belajar yang sama jika menghadapi kelas yang berbeda, demikian pula
sebaliknya dengan kondisi kelas yang sama diajar oleh Pendidik yang berbeda
belum tentu dapat menghasilkan prestasi belajar yang sama, meskipun para
Pendidik tersebut semuanya telah memenuhi persyaratan sebagai Pendidik
yang profesional.

2. Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan kegiatan yang terisolasi. Pada


waktu Pendidik mengajar dia tidak mendapatkan balikan dari teman
sejawatnya. Kegiatan Pendidik di kelas merupakan kegiatan yang terisolasi
dari kegiatan kelompok. Apa yang dilakukan Pendidik di kelas tanpa diketahui
oleh Pendidik yang lain. Dengan demikian maka sukar untuk mendapatkan
kritik untuk pengembangan profesinya. Ia menganggap bahwa yang dilakukan
sudah merupakan cara yang terbaik.

3. Berkaitan dengan kenyataan di atas tersebut, maka sangat minimal bantuan


teman sejawat untuk memberikan bantuan saran atau kritik guna
peningkatan kemampuan profesionalnya. Apa yang dilakukan Pendidik di
kelas seolah-olah sudah merupakan hak mutlak tanggungjawabnya, orang
lain tidak boleh ikut campur tangan. Padahal apa yang dilakukan mungkin
masih banyak kekurangannya.

3
4. Belum ada kriteria yang baku tentang bagaimana pengelolaan kegiatan
belajar mengajar yang efektif. Dan memang untuk membuat kriteria
keefektifan proses belajar mengajar sukar ditentukan karena sangat banyak
variabel yang ikut menentukan keberhasilan kegiatan belajar peserta didik.
Usaha untuk membuat kriteria tersebut sudah dilakukan misalnya dengan
digunakannya Alat Penilai Kompetensi Pendidik.

5. Dalam melaksanakan tugas mengelola kegiatan belajar mengajar, Pendidik


menghadapi sejumlah peserta didik yang berbeda satu dengan yang lain baik
mengenai kondisi fisik, mental intelektual, sifat, minat, dan latar belakang
sosial ekonominya. Pendidik tidak mungkin dapat melayani peserta didik
dengan memperhatikan perbedaan individual satu dengan yang lain, dalam
jamjam pelajaran yang sudah diatur dengan jadual dan dalam waktu yang
sangat terbatas.

6. Berdasarkan data adanya perbedaan individual peserta didik, tentunya lebih


tepat jika pengelolaan kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan cara yang
sangat fleksibel, tetapi kenyataannya justru Pendidik dituntut untuk
mencapai perubahan tingkah laku yang sama sesuai dengan ketentuan yang
telah dirumuskan. Jadi anak yang berbeda harus diarahkan menjadi sama.
Jika Pendidik tidak dapat mengatasi masalah ini dapat menimbulkan
anggapan diragukan kualitas profesionalnya.

7. Pendidik juga menghadapi tantangan dalam uasaha untuk meningkatkan


kemampuan profesionalnya, yaitu tanpa adanya keseimbangan antara
kemampuan dan wewenangnya mengatur beban tugas yang harus dilakukan,
serta tanpa bantuan dari lembaga dan tanpa adanya insentif yang menunjang
kegiatannya. Ada kemauan Pendidik untuk meningkatkan kemampuan
profesionalnya, mungkin dengan cara belajar sendiri atau mengikuti kuliah di
perguruan tinggi, tetapi tugas yang harus dilakukan masih terasa berat,
jumlah muridnya dalam satu kelas 50 orang, masih ditambah tugas
administratif, ditambah lagi harus melakukan kegiatan untuk menambah
penghasilan karena gaji pas-pasan, dan masih banyak lagi faktor yang lain.
Jadi program pertumbuhan jabatan atau peningkatan profesi Pendidik
mengalami hambatan.

8. Pendidik dalam melaksanakan tugas mengelola kegiatan belajar mengajar


mengalami kesulitab untuk menentukan pilihan mana yang diutamakan
karena adanya berbagai macam tuntutan. Dari satu segi meminta agar
Pendidik mengutamakan keterampilan proses belajar, tetapi dari sudut lain
dia dituntut harus menyelesaikan sajian materi kurikulum yang harus
diselesaikan sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan, karena
menjadi bahan ujian negara/nasional. Demikian pula dari satu segi Pendidik
dituntut menekankan perubahan tingkat laku afektif, tetapi dalam evaluasi

4
hasil belajar yang dipakai untuk menentukan kelulusan peserta didik hanya
mengutamakan aspek kognitif.
Dari data tersebut menunjukkan bagaimana uniknya kegiatan belajar mengajar,
yang memungkinkan timbulnya peluang untuk munculnya pendapat bahwa
profesional Pendidik diragukan bahkan ada yang mengatakan bahwa jabatan
Pendidik itu ”semi profesional” , karena jika profesional yang penuh tentu akan
memberi peluang pada anggotanya untuk: (a) menguasai kemampuan profesional
yang ditunjukkan dalam penampilan, (b) memasuki anggota profesi dan penilaian
terhadap penampilan profesinya, diawasi oleh kelompok profesi, (c) ketentuan untuk
berbuat profesional, ditentukan bersama antar sesama anggota profesi.
Dengan berdasarkan adanya kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan
pengelolaan kegiatan belajar mengajar tersebut maka dapat merupakan sumber
motivasi perlunya ada inovasi pendidikan untuk mengatasi kelemahan tersebut, atau
bahkan dari sudut pandang yang lain dapat juga dikatakan bahwa dengan adanya
kelemahan-kelemahan itu maka sukar penerapan inovai pendidikan secara efektif.

2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES BELAJAR MENGAJAR


1) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan
dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor
fisiologis dan psikologis.
a. Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama,
keadaan jasmani. Keadaan jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas
belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh
positif terha¬dap kegiatan belajar individu. Sebalikrtya, kondisi fisik yang lemah atau
sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena
keadaan jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk
menjaga kesehatan jasmani.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar
berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil
belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan
mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, pancaindra
merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh
manusia, sehingga manusia dapat mengenal dunia luar. Pancaindra yang memiliki
peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik
Pendidik maupun peserta didik perlu menjaga pancaindra dengan baik, baik secara

5
preventif maupun yang,bersifat kuratif, dengan menyediakan sarana belajar yang
memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehat¬an fungsi mata dan telinga secara
periodik, mengonsumsi makanan yang bergizi, dan lain sebagainya.
b. Faktor psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat
memengaruhi proses belajar. Bebera¬pa faktor psikologis yang utama memengaruhi
proses belajar adalah sebagai berikut:
1) Kecerdasan/inteligensi peserta didik
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampu¬an psiko-fisik dalam
mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang
tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja,
tetapi juga organ-organ tubuh yang lain. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan,
tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena
fungsi otak itu sendiri sebagai pengendali tertinggi (executive control) dari hampir
seluruh aktivitas manusia. Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macamsalah
satunya adalah penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah
direvisi oleh Terman dan Merill sebagai berikut.

Distribusi Kecerdasan IQ menurut Stanford Revision

Tingkat kecerdasan (IQ) Klasifikasi


140 – 169 Amat superior
120 – 139 Superior
110 – 119 Rata-rata tinggi
90 – 109 Rata-rata
80 – 89 Rata-rata rendah
70 – 79 Batas lemah mental
20 — 69 Lemah mental

Dari table tersebut, dapat diketahui ada 7 penggolongan tingkat kecerdasan


manusia, yaitu:
a) Kelompok kecerdasan amat superior (very superior), IQ 140 - IQ 169;
b) Kelompok kecerdasan superior, IQ 120 - Q 139;
c) Kelompok rata-rata tinggi (high average), IQ 110 -IQ 119;
d) Kelompok rata-rata (average), IQ 90 - IQ 109;
e) Kelompok rata-rata rendah (low average) IQ 80 - IQ 89;
f) Kelompok batas lemah mental (borderline defective), IQ 70 - IQ 79;

6
g) Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective), IQ 20 - IQ 69, yang
termasuk dalam kecerdasan tingkat ini antara lain debil, imbisil, idiot.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orangtua
dan Pendidik atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan
psikolog atau psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat
kecerdasan yang mana, amat superior, superior, rata¬rata, atau mungkin lemah
mental. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat
berhar¬ga untuk memprediksi kemampuan belajar seseorang. ¬Pemahaman
terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan dan
merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada peserta didik.

2). Motivasi

Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar
peserta didik. Motivasilah yang mendo¬rong peserta didik inginn melakukan
kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam
diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap
saat. Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan
terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. Dari sudut sumbernya, motivasi
dibagi menjadi dua, yairu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik
adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan
untuk melakukan sesuatu. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki
pengaruh yang lebih efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak
tergan¬tung pada motivasi dari luar (ekstrinsik).
Menurut Wood, yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar antara lain
adalah:
a) Dorongan ingin tahu dan ingin menyelediki dunia yang lebih luas;
b) Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
c) Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari
orang-orang penting, misal¬kan orangtua, saudara, Pendidik, atau teman-teman, dan
lain sebagainya;
d) Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengeta¬huan yang berguna bagi
dirinya, dan lain-lain.
e) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang
baru, baik dengan koperasi maupun kompetisi.
f) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran .
g) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar.

7
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi
memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata
tertib, reladan Pendidik orangtua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari
lingkungan secara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi
lemah.
2) Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber, minat bukanlah
istilah yang populer dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap
berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan,
motivasi, dan kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan
motivasi, karena memberi penga¬ruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika
seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau
bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang
Pendidik atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat peserta didik agar
tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya.
Untuk membangkitkan minat belajar peserta didik tersebut, banyak cara yang bisa
digunakan. Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari
semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain
pembelajaran yang membebaskan peserta didik untuk mengeksplor apa yang
dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar ,peserta didik (kognitif, afektif,
psikomotorik) sehingga peserta didik menjadi aktif, maupun performansi Pendidik
yang menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal
ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh peserta didik
sesuai dengan minatnya.

3) Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses
belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap
terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
Sikap peserta didik dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak
senang pada performan Pendidik, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk
mengan tisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, Pendidik sebaiknya
berusaha untuk menjadi Pendidik yang profesional dan bertanggung jawab terhadap
profesi yang dipilihnya.
Dengan profesionalitas, seorang Pendidik akan berusaha memberikan yang terbaik
bagi peserta didiknya; berusaha mengembangkan kepribadian sebagai seorang
Pendidik yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk

8
menyajikan pelajar¬an yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat
peserta didik dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan;
meyakinkan peserta didik bahwa bidang srudi yang dipelajari bermanfaat bagi diri
peserta didik.

4) Bakat

Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara
umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Berkaitan
dengan belajar, Widodo mendefinisi¬kan bakat sebagai kemampuan umum yang
dimiliki seorang peserta didik untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah
kemam¬puan seseorangyang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam
proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang
sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga
kernungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya, setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai
prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat
juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melaku¬kan tugas tertentu
tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah memiliki bakat
tertentu, akan lebih mudah menyerap segala informasi yang berhubung¬an dengan
bakat yang dimilikinya. Misalnya, peserta didik yang berbakat di bidang bahasa akan
lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa lain selain bahasanya sendiri.
c. Rasa Percaya Diri Peserta didik
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil.
Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan
dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan
tahap pembuktian “ perwujudan diri” yang diakui oleh Pendidik dan rekan sejawat
peserta didik. Makin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin
memperoleh pengakuan umum, dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat.
Begitupun sebaliknya kegagalan yang berulang kali dapat menimbulkan rasa tidak
percaya diri. Bila rasa tidak percaya diri sangat kuat, maka diduga peserta didik akan
menjadi takut belajar.
d.Cita-Cita Peserta didik
Dalam rangka tugas perkembangan, pada umumnya setiap anak memiliki suatu cita-
cita dalam hidup. Cita-cita merupakan motivasi intrinsik. Tetapi adakalanya
“gambaran yang jelas” tentang tokoh teladan bagi peserta didik belum ada.
Akibatnya, peserta didik hanya berperilaku ikut-ikutan. Cita-cita sebagai motivasi
intrinsik perlu dididikkan. Didikan memiliki cita-cita harus dimulai sejak sekolah
dasar. Di sekolah menengah didikan pemilikan dan pencapaian cita-cita sudah

9
semakin terarah. Cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan emansipasi diri peserta
didik. Didikan pemilikan dan pencapaian cita-cita sebaiknya berpangkal dari
kemampuan berprestasi, dimulai dari hal sederhana ke yang semakin sulit.
2. Faktor faktor eksogen/eksternal
Selain karakteristik peserta didik atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal
juga dapat memengaruhi proses belajar peserta didik. Dalam hal ini, Syah (2003)
menjelaskan bahwa faktor faktor eksternal yang memengaruhi belajar dapat
digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor
lingkungan nonsosial.
1) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi
kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi
keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat
memberi dampak terhadap aktivitas belajar peserta didik. Hubungan
antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang
harmonis akan membantu peserta didik melakukan aktivitas belajar
dengan baik.

2) Lingkungan sosial sekolah, seperti Pendidik, administrasi, dan teman-


teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang peserta
didik. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi
motivasi bagi peserta didik untuk belajar lebih baik di sekolah. maka
para pendidik, orangtua, dan Pendidik perlu memerhatikan dan
memahami bakat yang dimili¬ki oleh anaknya atau peserta didiknya,
antara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak
memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan
bakat¬nya.

3) Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat


tinggal peserta didik akan memengaruhi belajar peserta didik.
Lingkungan peserta didik yang kumuh, banyak pengangguran dan
anak telantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar peserta didik,
paling tidak peserta didik kesulitan ketika memerlukan teman belajar,
diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum
dimilikinya.
b. Lingkungan nonsosial.
Faktor faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:
1) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak
dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap,
suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupa¬kan
faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar peserta didik.

10
Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar
peserta didik akan terhambat.

2) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua


macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas
belajar, lapang¬an olahraga. Contohnya, letak sekolah atau tempat belajar
harus memenuhi syarat-syarat seperti di tempat yang tidak terlalu dekat
kepada kebisingan atau jalan ramai, lalu bangunan itu harus memenuhi
syarat-syarat yang telah ditentukan. Kedua, software, seperti kurikulum
sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain
sebagainya.

3) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke peserta didik). Faktor ini


hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan peserta didik, begitu juga
dengan metode mengajar Pendidik, disesuaikan dengan kondisi
perkembangan peserta didik. Karena itu, agar Pendidik dapat memberikan
kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar peserta didik, maka Pendidik
harus mengua¬sai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang
dapat diterapkan sesuai dengan kondisi peserta didik.

4) Faktor pendekatan belajar. Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai


segala cara atau strategi yang digunakan peserta didik dalam menunjang
keefektifan dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam
hal ini berarti seperangkat langkah operasional yan direkayasa
sedemikianrupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar
tertentu. Di samping faktor-faktor internal dan eksternal peserta didik, faktor
pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses
belajar peserta didik tersebut. Seseorang peserta didik yang terbiasa
mengaplikasikan pendekatan belajar deep misalnya, bepeluang sekali untuk
meraih prestasi belajar yang bermutu daripada peserta didik yang
menggunakan pendekatan belajar surface atau repfroductive.

5) Bimbingan. Di dalam belajar, anak membutuhkan bimbingan. Bimbingan ini


perlu diberikan untuk mencegah usaha-usaha yang membuta, hingga anak
tidak mengalami kegagalan, melainkan dapat membawa kesuksesan.
Bimbingan dapat menghindarkan kesalahan dan memperbaikinya. Bimbingan
dapat diberikan sebelum ada usaha-usaha belajar atau sewaktu-waktu
setelah ada usaha-usaha yang tidak terpimpin. Keefktifan bimbingan ini
tergantung dari macam-macam tugas dan kebutuhan dari orang yang belajar.
Karena ini dapat mencegah kesalahan yang bisa timbul dan mengakibatkan
adanya putus asa. Karena apabila pada permulaannya sudah mengalami
kegagalan ini akan berakibat bermacam-macam antara lain kebencian
terhadap Pendidik yang memberikan mata pelajarannya, hingga dapat
menghambat keefektifan belajar.

11
6) Ulangan. Didalam belajar, perlu adanya ulangan-ulangan. Hal ini adalah
elemen vital dalam belajar. Adanya ulangan-ulangan ini dapat menunjukkan
pada orang yang belajar kemajuan-kemajuan dan kelemahan-kelemahan nya.
Dengan demikian orang yang belajar akan menambah usah nya untuk belajar.
Penting diperhatikan tentang memberitahukan hasil ulangan, supaya anak
tahu hasil nya. Dan perlu pula memperbincangkan kesalahan-kesalahan yang
diperbuat, supaya kesalahan baru tidak diperbuat lagi.

12
13
14
15
16
17
18
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK :2
ANGGOTA : -DARMAYANTI
-MIFTAHUL JANNAH
-RAUZATUL JANNAH
-HIJJATUL WIDA
PRODI : PGMI
UNIT :2
DOSEN PEMBIMBING : HADINI M. AG

PERGURUAN TINGGI ISLAM


AL-HILAL SIGLI
2019

19
KATA PENGANTAR

ُ‫علَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َركَاتُه‬


َ ‫سالَ ُم‬
َّ ‫ال‬

‫علَى ا َ ِل ِه َوصَحْ بِ ِه أَجْ َم ِع ْينَ أ َ َّما‬ َ ‫علَى َخي ِْر اْألَنَ ِام‬
َ ‫سيِ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو‬ َ ‫س ِل ُم‬ َ ُ‫ َونُصَل ِْي َون‬.‫سالَ ِم‬ ِ ‫ِي أ َ ْنعَ َمنَا بِنِ ْع َم ِة اْ ِإل ْي َم‬
ْ ‫ان َواْ ِإل‬ ْ ‫ا ْل َح ْم ُد ِهللِ الَّذ‬
‫بَ ْع ُد‬
Segala puji bagi Allah yang telah memberi sebaik-baik nikmat berupa iman dan
islam. Salawat dan doa keselamatanku terlimpahkan selalu kepada Nabi Agung
Muhammad S.A.W berserta keluarga dan para sahabat-sahabat Nabi semuana
Alhamdulillah karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
tugas makalah ulumul Qur’an ini. Adapun maksud dan tujuan kami disini
yaitu menyajikan beberapa hal yang menjadi materi dari makalah kami.
Makalah ini membahas mengenai “faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar”. Makalah ini menggunakan bahasa yang mudah dimengerti untuk para
pembacanya.
Kami menyadari bahwa didalam makalah kami ini masih banyak kekeurangan ,
kami mengharapkan kritik dan saran demi menyempurnakan makalah kami agar
lebih baik dan dapat berguna semaksimal mungkin. Akhir kata kami mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan dan
penyempurnaan makalah ini.
Sigli, 24 Maret 2O19

penyusun

20
DAFTAR ISI

21
22

Você também pode gostar